Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-quran sebagai kitab suci rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam yang di
dalamnya mengandungberbagai macam ilmu,hukum, teologi, sosial dan sebagainya. Untuk itu
perlu mengetahui dan memahami perbedaan bacaan al-qur’an serta implikasinya terhadap makna
dan lafal itu sendiri.

Al-qur’an dipelajari untuk memahami makna atau pesan di balik teks, maka untuk
mendapatkan makna yang sesuai dengan al-qur’an perlu memahami qira’at dan cara membaca
al-qur’an dengan benar, cara membaca al-qur’an dengan baik dan benar bisa dipelajari dengan
ilmu tajwid hukum bacaan mad dan waqaf.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian mad?


2. Apa saja macam-macam mad hukumnya?
3. Apa pengertian waqaf?
4. Apa saja macam-macam waqaf dan hukumnya?
5. Bagamaimana tanda bacaan waqaf/

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian mad.


2. Untuk mengetahui macam-macam hukum bacaan mad.
3. Untuk mengetahui pengertian waqaf.
4. Untuk mengetahui macam-macam hukum waqaf.
5. Untuk mengetahui tanda-tanda waqaf.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mad

Arti mad menurut bahasa adalah tambahan. Sedangkan menurut istilah adalah
memanjangkan suara ketika mengucapkan huruf mad.1

ِّ ‫ْال َمدُ َُو‬


ُ‫الزياَدَة‬
Memanjangkan dan menambahkan

ْ ‫ف‬
ُ‫ُال َم ِّد‬ ِّ ‫ُم ْنُ َح ْر‬ َّ ‫طالَةُال‬
ِّ ٍ‫ص ْوتُِّ ِّب َح ْرف‬ َ ‫ِّإ‬

Memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf-hhuruf mad (ashli)

Huruf Madd seperti yang dimaksudkan dalam definisi diatas yaitu (alif) ‫ا‬, (wawu) ‫و‬, (ya’)
‫ي‬. Ketiga huruf ini merupakan huruf-huruf dasar bagi pembicaraan lebih lanjut tentang hukum
madd.2

B. Macam-Macam Mad

Mad terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

ْ َ ‫) ْال َمدُاأل‬
1. Mad Ashli (‫ص ِّلى‬

ْ adalah karena mad


َّ ‫)ال َمد‬
Madd Ashli dikenal pula dengan istilah Madd Thabi’i (ُ‫ُالط ِّب ِّعي‬

ini cikal bakalnya perpanjangannya bunyi yang dilambangkan dengan huruf-huruf mad, yaitu
(alif) ‫ا‬, (wawu) ‫و‬, (ya’). Adapun kaidah umum madd Ashli itu adalah sebagai berikut :

1
Abdul Aziz Abdur Rauf, Pedoman Dauroh Al-Qur’an, Markaz Al-Qur’an, Kalisari Pasar Rebo, 2011, hlm. 75.
2
Acep lim Abdurahim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, Diponegoro, Bandung, 2003, hlm.135

2
a. Jika suatu huruf yang bertanda fathah bertemu atau diikuti oleh huruf alif mati,
serta tidak diikuti oleh huruf mati atau huruf bertanda tasydid lain, maka huruf

ُ ‫أ َ َرا‬
tersebut dibaca panjang 2 harakat atau dua ketukan. Contoh : َ ‫د‬

b. Jika suatu huruf yang bertannda kasrah bertemu atau diikuti oleh huhruf ya’ mati

maka huruf tersebut dibaca panjang dua harakat. Contoh : ‫حيْم‬


ِّ ‫َر‬
c. Jika suatu huruf berharakat dhammah bertemu atau diikuti oleh wawu mati maka

dibaaca panjang dua harakat. Contoh : ُُ‫يَص ْوم‬

ِّ ‫ْالفَ ْر‬
2. Mad Far’i (ُ‫عي‬ ُ‫) ْال َمد‬
Mad Far’I (cabang) merupakan kelanjutan dari Madd Thabi’i. menurut para ahli Mad
Far’I ada 13 cabang.

a) Mad Badal
Mad badal yaitu setiap hamzah yang dipanjangkan dua harakat sebagai pengganti
hamzah yang terhilangkan.

Contoh: ُ‫م‬
َُ َ‫آد‬ ُ‫ُا َُأ َ ُدَ َُم‬
b) Mad Iwadh
Mad iwadh yaitu mad yang terjadi ketika berwaqaf pada huruf yang berakhiran
fathah tain.

َ ًُ‫َعلًيْما‬
Contoh: ً ‫ح ِّكيْمُا‬

c) Mad Tamkin
Yaitu mad yang terdapat pada huruf ya bertasyid bertemu dengan ya mati. 3

Contoh: ُ‫َوإذَاُح ِّييت ْم‬


d) Mad Wajib Muttasil
Yang dimaksud mad wajib muttasil adalah huruf mad thabi’i (‫ )يوا‬bertemu atau
diikuti oleh hamzah ‫ ء‬dalam satu kata. Kadar panjangnya adalah dua setengah alif atau
lima harakat. Biasanya huruf mad disitu dilengkapi dengan tanda baris seperti alis (~).

3
Abdul Aziz Abdur Rauf, Op Cit, hlm.76

3
Contoh: ‫َمآلئِّ َكة‬
e) Mad Jaiz Munfashil
Mad jaiz munfashil dilakukan apabila huruf mad thabi’i (‫ )يوا‬yang terdapat pada
sebuah kata bertemu atau diikuti oleh hamzah ‫ ء‬yang terdapat pada kata lain berikutnya.
Kadar mad atau panjang bunyinya ada tiga macam, yaitu:
1) Satu alif (dua harakat) ketika membaca cepat.
2) Dua alif (empat harakat) ketika membaca sedang.
3) Dua setengah alif (lima harakat) ketika membaca tartil.4

Contoh : ‫هإِّنَّآُأ َ ْنزَ ْلنا‬


f) Mad Shilah Thawilah
Mad shilah thawilah yaitu ha dhomir yang bertemu dengan hamzah yang dibaca
panjang empat atau lima harakat ketika washal, dan berubah menjadi mati ketika waqaf.

Contoh: ُُُِّ ‫ع ْندَهُ ِّإالَّبِّإ ِّ ْذنِّه‬


ِّ ُ‫يَ ْشفَع‬
g) Mad Shilah Qhasirah
Mad shilah qhasirah panjangnya satu alif atau dua harakat pada ha dhomir yang
biasanya ditandai dengan baris depan terbalik ‫ ه‬atau baris berdiri di bawah yang
didahului oleh huruf yang bertanda baris fathah atau kasrah ُ‫ه‬

ْ َ ‫ُا‬،‫َمالَه‬
Contoh : ،ُ‫ه ِّله‬

h) Mad Aridh Lissukun


Mad aridh lissukun dilakukan apabila huruf mad thabi’i bertemu atau diikuti oleh
sebuah huruf hidup di dalam sebuah kata serta membacanya di waqafkan. Kadar mad
dan panjang bunyinya ada tiga macam, yaitu:
1) 1 alif (2 harakat) ketika membaca cepat
2) 2 alif (4 harakat) ketika membaca sedang
3) 3 alif (6 harakat) ketika membaca biasa

contoh: ُ َُ ٓ ‫ش ِّديْد ْالعقا‬


ُْ ‫ب‬ َ ُ، ٓ‫ُالديْن‬
ِّ ‫مٰ ِّل ِّكُ َي ْو ِّم‬

4
Abdul Khair, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, Rineka Cipta, Jakarta, 2012, hlm. 84-85.

4
i) Mad Lazim Mutsaqqal Harfi
Mad lazim mutsaqqal harfi (lazim juga disebut mad lazim harfi musyba’) adalah
pemanjangan bunyi (mad) yang dilakukan terhadap huruf-huruf yang terdapat pada
permulaan surah atau yang lazim disebut ayat mutasyabihat. Yang termasuk mad lazim

mutsaqqal harfi ini ada delapan huruf yaitu ‫ُن‬،‫ُق‬،‫ُص‬،‫ُع‬،‫ُس‬،‫ُل‬،‫ُك‬،‫م‬. Kadar


mad nya adalah 3 alif atau 6 harakat. Biasanya di atas huruf itu diberi alis;
melafalkannya seperti mengucapkan huruf-huruf hijaiyah.
ٰ ٓ‫ُ ٓعسِّق‬،‫س‬
ٓ ‫ُحٰ ٓم‬،‫ُط ٓس ٓم‬،
Contoh: ُٓ‫ُق‬، ٓ‫ُن‬،‫ُص‬، ٰ ‫ص‬
ٓ ‫ُي‬، ٓ ‫ُكِّهٰ ٓي ٓع‬،‫ا ٓل ٓم‬
j) Mad Lazim Mukhaffaf Harfi
Mad lazim mukhaffaf harfi (lazim juga disebut mad lazim mutsabba’ harfi) adalah
pemanjangan bunyi huruf yang dilakukan terhadap huruf-huruf yang terdapat pada
permulaan ayat (mad lazim mutsaqqal harfi), tetapi panjangnya hanya satu alif atau dua

harakat. Yang termasuk mad lazim mukhaffaf harfi ini adalah huruf-huruf ُ،‫ُط‬،‫ُي‬،‫ح‬

‫ُر‬،‫هـ‬. Huruf-huruf tersebut biasanya diberi tanda baris berdiri diatasnya.


Contoh: ‫ر‬ ٰ ‫س‬
ُٓ ‫ُا ٓل‬،‫ُط ٰه‬، ٰ ‫حٰ ٓم‬
ٓ ‫ُي‬،
k) Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi
Mad lazim mutsaqqal kalimi adalah pemanjangan bunyi yang dilakukan apabila
ada mad thabi’i yang beertemu dengan huruf bertanda tasydid dalam sebuah kata, kadar
madnya adalah 3 alif atau 6 harakat.

Contoh: ٍُ‫نُدَآبَّة‬
ْ ‫ام‬ َ َ‫ضا ٓ ِّليْن‬
ِّ ‫ُو َم‬، َّ ‫َو َالال‬
l) Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi
Mad lazim mukhaffaf kalimi adalah sebuah mad badal yang bertemu dengan
huruf mati dalam sebuah kata. Kadar madnya adalah 3 alif atau 6 harakat. Mad ini
hanya terdapat pada surah Yunus ayat 51 dan 91 yaitu

َُ‫َءآ ْل ٰئنَُُ َوقَ ُْدُك ْنت ُْمُبِِّّۦهُت َ ْست َ ْع ِّجلون‬


َُ‫تُ ِّمنَُُ ْالم ْف ِّسدِّين‬
َُ ‫ْتُقَبْلُُ َوك ْن‬ َ ‫َءآ ْل ٰئنَُُ َوقَ ُْدُ َع‬
َُ ‫صي‬

5
m) Mad Layyin
Mad layyin terjadi apabila suatu huruf yang bertanda baris fathah bertemu atau
diikuti oleh huruf ‫ ي‬sukun atau ‫ و‬sukum ketika dibaca waqaf. Kadar madnya ada tiga
macam, yaitu
1) 1 alif (2 harakat) ketika membaca cepat
2) 2 alif (4 harakat) ketika membaca sedang
3) 3 alif (6 harakat) ketika membaca tartil

ُْ ‫َو َءا َمنَه ُْمُ ِّم‬


Contoh: ٍُ‫نُخ َْوف‬

n) Mad Farq
Mad farq adalah mad badal yang diikuti oleh huruf bertanda tasydid. Kadar
madnya 3 alif dan panjang bunyinya 6 harakat. Disebut mad farq, karena dengan mad
tersebut dapat dibedakan antara kalimat tanya (istifham) dengan kalimat berita. Farq
atau farqu artinya ‘beda’.

‫ٓ ه‬
ْ ‫ّللٓاُ َخي ٌْرا َ َّماي‬
Contoh: َُ‫ش ِّرك ْون‬

C. Pengertian Waqaf

Dalam praktek membaca al-quran, supaya bacaan kita baik dan benar, maka kita harus
mengetahui masalah di mana harus memulai bacaan, di mana harus berhenti atau berhenti
sebentar , dan di mana bacaan bisa disambung. dalam ilmu tajwid masalah memulai, berhenti
dan menyambung bacaan diatur dalam wakaf, washal, dan saktah.

Bagi kita yang belum mengerti atau kurang mengerti bahasa Arab al-quran dan makna
makna ayat Alquran, keempat masalah tersebut menjadi persoalan besar. Untunglah di dalam
Kitab Alquran itu ada kita dapati tanda-tanda yang menyatakan tempat berhenti, memulai, dan
menyambung bacaan.

Pada dasarnya yang dimaksud dengan waqaf adalah penghentian bacaan menurut tempat
dan cara-cara tertentu, untuk kemudian dilanjutkan lagi. sedangkan yang dimaksud dengan
ibtida adalah cara dan tempat memulai bacaan baik setelah wakaf maupun baru mulai membaca.
Jadi, waqaf dan ibtida mempunyai hubungan dalam pembacaan AlQuran. Lalu, yang dimaksud

6
dengan washal adalah cara dan tempat dimana bacaan dapat disambung. seringkali ada
persoalan sebuah kata dalam ayat harus di waqaf atau di washal. Jadi, washal dan waqaf juga
mempunyai hubungan terakhir yang dimaksud dengan saktah adalah berhenti sebentar setelah
sesuatu sebab dengan cara dan tempat tertentu.

Kalau kita sudah dapat memahami dan melakukan wakaf ibtida washal dan saktah dalam
membaca Al Quran berarti kita telah dapat membaca alquran dengan baik. namun semua ini
hanya bisa dicapai dengan latihan yang terus-menerus dan sungguh-sungguh.

D. Tanda-tanda Waqaf

Secara harfiah kata wakaf artinya ‘berhenti’ ; sebagai istilah dalam ilmu tajwid waqaf
bukan hanya masalah berhenti membaca, tetapi juga menunjukkan derajat atau nilai-nilai
tertentu. Berikut tanda-tanda waqaf beserta nama dan fungsinya.

1. ( ‫ ) م‬Waqaf lazim harus berhenti


2. ( ‫ )ُط‬Waqaf mutlak berhenti sempurna
3. ( ‫ ) ه‬Waqaf pada akhir ayat
4. (‫ع‬-‫‘ ) ء‬,Ruku tanda akhir surah atau batas tadarusan
5. (‫ )ال‬Tidak boleh berhenti kecuali pada akhir ayat
6. (‫ ) ج‬Waqaf Jaiz, boleh waqaf, boleh juga washol (disambung)
7. (‫ ) صلي‬Washal lebih utama, tetapi tidak ada salahnya bila waqaf
8. (‫ ) ص‬Boleh waqaf karena ayat itu terlalu panjang atau karena kehabisan nafas
9. ( ‫ )ز‬Boleh waqaf Tetapi lebih utama bila washol
10. (‫ ) قف‬Boleh atau disenangi waqaf, tetapi tidak salah bila washol
11. (‫ ) قلي‬Waqaf lebih utama, tetapi tidak salah bila washal
12. ( ‫ )ك‬Waqaf di sini sama dengan waqaf yang sebelumnya
13. Boleh waqaf, Tetapi hanya pada salah satu tanda bukan kedua-duanya
14. (‫ )ق‬Boleh waqaf( menurut sebagian qiroat).5

Kaidah Waqof

7
Ada beberapa kaidah atau ketentuan dalam melakukan wakaf, yaitu:

1. Bila huruf akhir dari sebuah kata( kalimat) bertanda sukun atau mati maka ketika wakaf
tidak ada perubahan bunyi.
Keterangan:
a. Kata ‫تنهر‬
b. Kata ‫فحدث‬
2. Bila huruf terakhir dari sebuah kata kalimat tanda harokat atau tanwin kasrah atau
dhommah Tain maka ketika waqaf berubah dibaca menjadi sukun mati.
Keterangan:
a. Kata ‫سقر‬
b. Kata ‫هلل‬
c. Kata ‫الثاقب‬
d. Kata ‫دافق‬
e. Kata ‫لواقع‬
3. Bila huruf terakhir dari sebuah kata kalimat tanda harokat atau tanwin kasrah atau
domatain yang didahului oleh huruf ‫ ي‬atau ‫ و‬maka ketika waqaf huruf akhir itu berubah
dibaca menjadi sukun dengan bacaan panjang.
Keterangan:
a. Kata ‫يراءون‬
b. Kata ‫الماعون‬
c. Kata ‫المغربين‬
d. Kata ‫قريس‬
e. Kata ‫والصيف‬
4. Bila huruf terakhir sebuah kata kalimat tanda tanwin atas dan diikuti oleh alif lam alif
Sakti maka ketika wakaf dibaca fathah dengan mad satu Alif.
Keterangan:
a. Kata ‫مهدا‬
b. Kata ‫اوتادا‬
c. Kata ‫اذواخا‬
d. Kata ‫سباتا‬
e. Kata ‫لباسا‬

8
f. Kata ‫معاشا‬
5. Bila huruf akhir sebuah kata kalimat bertanda baris fathah diikuti oleh hurufُ ‫ ي‬ya
maqsurah maka ketika wakaf tidak ada perubahan tetapi dilafalkan Fathan namun kalau
fathatain ketika wakaf dilafalkan menjadi fakta dengan bacaan panjang.
Keterangan:
a. Kata ‫االعلي‬
b. Kata ‫يرض‬
c. Kata ‫طوي‬
d. Kata ‫سدي‬
6. Bila huruf terakhir dari sebuah kata kalimat didahului oleh huruf mati Bukan huruf mad
maka ketika wakaf dibaca dengan mematikan kedua huruf itu dengan bacaan pendek dan
huruf akhir Setengah suara waqaf ini disebut juga waqaf isyaroh untuk memberi isyarat
bahwa ada 2 huruf yang mati.
Keterangan:
a. Kata ‫والفتح‬
b. Kata ‫واستغفره‬
c. Kata ‫الرجع‬
d. Kata ‫الصدع‬
e. Kata ‫فصل‬
f. Kata ‫بالهزل‬
7. Bila huruf terakhir dari sebuah kalimat adalah tak marbutoh maka ketika waqaf berubah
menjadi Bunyi namun bila huruf akhir adalah hak atau tak marbutoh maka ketika waqaf
bunyinya tetap tidak berubah.
Keterangan:
a. Kata ‫العقبه‬
b. Kata ‫اوتخلت‬
c. Kata ‫وحقت‬
d. Kata ‫وابيه‬
e. Kata ‫وبنيه‬
8. Bila huruf terakhir dari sebuah kata kalimat bertanda tasydid ketika waqaf huruf akhir Itu
dimatikan tetapi tasydidnya tetap dengan suara agak memantul.

9
Keterangan:
a. Kata ‫النبي‬
b. Kata ‫وتب‬
c. Kata ‫المستقر‬
d. Kata ‫الحق‬
e. Kata ‫قلوبهن‬

Larangan Waqof

Di dalam al-quran ada 17 tempat dimana waqaf dilarang sehingga aturan-aturan wakaf yang
sudah ada tidak berlaku. Ke 17 tempat itu terdapat pada:

1) Quran surah al-baqarah ayat 17


2) Quran Surah Al Baqarah ayat 243
3) Quran surah al-imran ayat 181
4) Quran surah al-maidah ayat 31
5) Quran surah al-maidah ayat 64
6) Quran surah al-maidah ayat 73
7) Quran surah al-maidah ayat 84
8) Quran surah at-taubah ayat 30
9) Quran surah at-taubah ayat 30
10) Quran Surah Yusuf ayat 8
11) Quran Surah Ibrahim ayat 22
12) Quran surah Bani Israil ayat 111
13) Quran surah al-ahzab ayat 35
14) Quran surah as-saffat ayat153
15) Quran surah Al Ghasyiyah ayat24
16) Quran surah Al Ashr ayat 2
17) Quran Surah Al Maun ayat 46

E. Macam-Macam Waqaf

10
Waqaf menurut bahasa ialah al-habs - - yang artinya menahan. Sedangkan menurut
istilah, waqaf adalah memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak begitu
lama, kemudian mengambil napas satu kali dengan niat untuk memulai kembali bacaan al-quran.

Dilihat dari sebabnya, secara umum waqaf terbagi menjadi:

1. Waqaf Idl-thirari

Idl-thirari secara bahasa berasal dari kata dlarara (…), yang berarti darurat. Waqaf Idh-
thirari menurut istilah ialah Berhenti mendadak karena terpaksa, seperti kehabisan napas, batuk,
dan lupa.

Seorang qari yang dalam keadaan darurat, seperti kehabisan napas, batuk, atau lupa,
boleh menghentikan bacaan al-qurannya dimana saja. Namun, ketika ia hendak memulai lagi
bacaannya, ada dua pilihan baginya :

1. Ia wajib memulai kembali bacaannya dari kalimat sebelumnya yang cocok dan baik jika
penghentian bacaan yang dilakukannya tidak sempurna. Contoh, seseorang karena alasanُ

darurat seperti pada lafazh ‫ عند‬dalam ayat ‫م‬ َ َ‫َجزَ ۤاؤه ْمُ ِّع ْند‬
ُْ ‫ُر ِّب ِّه‬
ُْ ‫َجزَ ۤاؤه‬
wajib baginya memulai kembali bacaannya dari lafazh : ‫م‬

2. Ia boleh mengulang bacaan pada kalimat berikutnya tanpa harus mengulang kembali
bacaannya jika ia berhenti pada tempat yang dibenarkan. Contoh, mengehentikan bacaan

pada akhir ayat berikut ini : ‫ل‬ ْ ‫ب‬


ُِّ ‫ُال ِّف ْي‬ ْ َ ‫ُرب َكُ ِّبا‬
ِّ ٰ‫صح‬ َ ‫اَلَ ْمُت َ َرُ َكي‬
َ ‫ْفُفَ َع َل‬

2. Waqaf Intizhari

Intizhari secara bahasa artinya menunggu. Waqaf Intizhari menurut istilah adalah
Berhenti ( menunggu ) pada suatu kalimat guna dihubungkan dengan kalimat lain pada bacaan
yang tengah dibaca, ketika ia menghimpun beberapa qiraat da nada beberapa perbedaan riwayat.

Jadi, waqaf Intizhari terjadi tatkala kita mengehntikan bacaan pada lafazh kalimat yang
diperselisihkan oleh para ulama qiraat tentang boleh-tidaknya berhenti pada lafazh kalimat

11
tersebut. Sebagian ahli qiraat menyatakan boleh berhenti, tetapi sebagian yang lain melarangnya.
Untuk mempertemukan dua pendapat ini digunakanlah waqaf Intizhari , yaitu dengan cara
berhenti dulu pada lafazh kalimat tersebut, kemudian mengulang kembali pada bacaan dari
lafazh kalimat sebelumnya. Selanjutnya, bacaan dapat dihentikan pada lafazh lain yang
disepakati bersama.

Contoh, seseorang menghentikan bacaannya pada lafazh َ ‫َو ْال ِّح َج‬
ُۖ‫ارة‬
Dari ayat yang berbunyi :

َ‫َّتُ ِّل ْل ٰك ِّف ِّريْن‬ َ ‫ُوق ْودهَاُالنَّاسُ َو ْال ِّح َج‬


ْ ‫ارةُُۖا ِّعد‬ َ ‫ارُالَّتِّ ْي‬ َ ‫فَا ِّْنُلَّ ْمُت َ ْف َعل ْو‬
َ َّ‫اُولَ ْنُت َ ْف َعل ْواُفَاتَّقواُالن‬
Sebagian ulama qiraat menyatakan boleh berhenti atau boleh terus pada lafazh tersebut,
sehingga mereka menandainya dengan tanda waqaf ja-iz )ُ ‫ج‬.). namun, sebagian lainnya
berpendirian lebih baik bacaan diteruskan/ disambung lebih baik, sehingga mereka menandainya
dengan tanda waqaf al-washlu aula.

Untuk mempertemukan dua pendapat tersebut, bacaan dihentikan pada lafazh َ ‫ْال ِّح َج‬
ُ ‫ارة‬
baru kemudian mengulanginya dari lafazh ُ‫ُ ُالَّتِّ ْي‬ atau dari lafazh sebelumnya yang cocok dan

baik.

3. Waqaf Ikhtibari

Ikhtibari secara bahasa artinya memberi keterangan, berasal dari kata khabara (‫)خبر‬.
Waqaf Ikhtibari menurut istilah ialah Berhenti pada suatu kalimat untuk menjelaskan al-maqthu’
( kalimat yang terpotong ) dan al-maushul ( kalimat yang bersambung ), atau karena pertanyaan
penguji kepada seseorang qari yang sedang belajar bagaimana cara me-waqaf-kannya.

ُِّ ‫َواتْلُ َعلَ ْي ِّه ْمُنَ َباَُا ْبن َْي ُٰادَ َمُ ِّب ْال َح‬
Misalnya pada ayat yang berbunyi : ‫ق‬

12
Waqaf ُ pada lafazh ‫ ا ابْن ْي‬Dalam ayat di atas tidak diperbolehkan, kecuali untuk
kepentingan pengajaran atau percobaan, kalau terpaksa harus di-waqaf-kan juga, maka kalimat

tersebut seharusnya dibaca : ُ‫ا ْبنَُْين‬

Yakni dengan tambahan nun (..) pada ujung lafazh. Namun, apabila lafazh tersebut
dibaca bersambung dengan lafazh berikutnya atau kita tidak berhenti pada lafazh tersebut, huruf
nun hilang dan kita membaca sebagaimana tertulis di mushaf.

Waqaf Ikhtibari pada suati sisi bermanfaat untuk menerangkan ( khabbara ) bahwa bisa
jadi pada suatu lafazh ada huruf yang tidak tampak bila lafazh tersebut dibaca washal. Dan
dengan waqaf Ikhtibari, kita dapat mengetahui keberadaan huruf tersebut.

4. Waqaf Ikhtiyari

Ikhtiyari berasal dari kata khayara (‫)خير‬, yang berarti memilih. Waqaf Ikhtiyari menurut
istilah adalah Waqaf yang disengaja ( atau dipilih ) bukan karena sebab, seperti sebab-sebab
diatas.

Jadi, waqaf Ikhtiyari adalah waqaf yang dipilih dengan sengaja oleh seorang qari untuk
menghentikan bacaan al-qurannya pada suatu lafazh/ kalimat. Pilihannya untuk waqaf pada
lafazh/ kalimat tersebut bukan karena alasan idl-thirari ( darurat ), intizhari ( menunggu ), atau
Ikhtibari ( memberi keterangan ). Keputusannya untuk waqaf semata-mata merupakan pilihan
hatinya sendiri.

Waqaf Ikhtiyari terbagi menjadi empat bagian, yaitu :

1. waqaf Tamm ُُ‫الوقفُالتام‬

2. Waqaf Kaf I ‫الوقفُالحفي‬

3. Waqaf Hasan ‫ُالوقفُالحسن‬

4. Waqaf Qabih ُ‫الوقفُالقبيع‬

13
5. Waqaf Tamm

Secara bahasa, tamm artinya sempurna. Waqaf Tamm menurut istilah ialah berhenti pada
kalimat (yang sempurna) yang tidak ada lagi kaitannya dengan kalimat/ ayat sesudahnya maupun
sebelumnya, baik secara lafazh maupun makna.

Waqaf Tamm biasanya terjadi paa akhir ayat atau kisah. Dengan demikian, lanjutan
ayatnya pun menjelaskan suatu keterangan atau kisah yang baru, yang tidak lagi berkaitan
secara lafazh maupun makna. Merupakan hal yang baik sekali jika seorang qari memilih
mengehentikan bacaanya pada waqaf tamm ini. Sebagai contoh, seorang qari berhenti pada akhir
ٰ ‫ُۙوا‬ ۤ ۤ
ْ ‫ول ِٕى َكُهم‬
ayat berikut ini : َُ‫ُالم ْف ِّلح ْون‬ ِّ ‫ول ِٕى َكُ َع ٰلىُهد‬
َّ ‫ًىُم ْن‬
َ ُ‫ُربِّ ِّه ْم‬ ُٰ ‫ا‬
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang
yang beruntung ". ( Q.S 2 al-Baqarah: 5 )

Ayat ini merupakan akhir dari suatu penjelasan tentang golongan orang-orang yang
bertakwa. Ayat selanjutnya, tidak lagi berkaitan, baik secara lafazh maupun makna, yaitu ayat

َ ‫س َو ۤا ٌءُ َعلَ ْي ِّه ْمُ َءا َ ْنذَ ْرتَه ْمُا َ ْمُلَ ْمُت ْنذ ِّْره ْم‬
yang berbunyi : َُ‫ُالُيؤْ ِّمن ْون‬ َ ُ‫ا َِّّنُالَّ ِّذيْنَ ُ َكفَر ْوا‬
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak
kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman". ( Q.S 2 al-Baqarah: 6)

Tanda waqaf yang dapat dijadikan pedoman guna menunjukkan bahwa waqaf pada
tempat tersebut tergolong sebagai waqaf tamm ialah tanda waqaf lazim (‫)م‬, tanda waqaf muthlaq
(‫ط‬.), atau tanda waqaf al-waqfu aula (‫قلي‬.).

6. Waqaf Kaf i

Secara bahasa, kaf i artinya cukup. Waqaf Kaf i menurut istilah ialah berhenti pada
kalimat yang sesudah sebelumnya tidak berkaitan dari segi lafazh tetapi hanya berkaitan dari segi
makna.

14
Sebagai contoh, seorang qari memilih menghentikan bacaannya pada akhir ayat berikut ini :

ِّ ‫اال ِّخ َر ِّةُه ْمُي ْوقِّن ْونَ ُ َوالَّ ِّذيْنَ ُيؤْ ِّمن ْونَ ُ ِّب َم ۤاُا ْن ِّز َلُاِّلَي َْكُ َو َم ۤاُا ْن ِّز َل‬
ُۚ‫ُم ْنُقَ ْب ِّل َك‬ ٰ ْ ‫َو ِّب‬

“Dan mereka yang beriman kepada kitab ( al-quran ) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-
kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya ( kehidupan ) akhirat". (
Q.S 2 al-Baqarah: 4 ).

Dari segi lafazh atau ketatabahasaan ( al-i’rab ), berhenti pada akhir ayat di atas sudah
cukup memadai. Namun dari segi makna atau keterangan yang ditampilkan, ayat tersebut masih
bertalian dengan ayat selanjutnya yang berbunyi :

ٰۤ ۤ
ْ ‫ول ِٕى َكُهم‬
َُ‫ُالم ْف ِّلح ْون‬ ‫ُۙوا‬ ِّ ‫او ٰل ِٕى َكُ َع ٰلىُهد‬
َّ ‫ًىُم ْن‬
َ ُ‫ُربِّ ِّه ْم‬
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, danُmerekalah orang-orang
yang beruntung". ( Q.S 2 al-Baqarah: 5 )

Adapun tanda waqaf yang dapat dijadikan pedoman untuk menunjukkan bahwa waqaf
pada tempat tersebut tergolong sebagai waqaf kaf i ialah tanda waqaf ja-iz (…).

7. Waqaf Hasan

Hasan secara bahasa artinya baik. Waqaf Hasan menurut istilah ialah berhenti pada
kalimat yang secara lafazh ( atau al-i’rab ) dan makna masihi berkaitan dengan kalimat sebelum
dan sesudahnya, tetapi dengan syarat susunan kalimatnya telah sempurna.

Dengan kata lain, waqaf hasan ialah waqaf pada lafazh yang dipandang baik tetapi tidak
baik bila memulai dari lafazh sesudahnya. Alasannya karena waqaf sesudahnya itu masih
berhubungan secara lafazh dan makna dengan lafazh yang di-waqaf-kan tadi.

Waqaf Hasan dapat terjadi di pertengahan ayat atau di akhir ayat. Contoh waqaf hasan pada

‫“ ا َ ْل َح ْمد ِّ ه‬Segala puji bagi Allah …”


pertengahan ayat ialah berhenti pada lafazh : ُِّ‫ُّلِل‬

15
Dilihat dari susunan kalimatnya, waqaf di atas sudah sempurna, tetapi dari segi lafazh
ْ ‫ب‬
dan makna masih berhubungan erat dengan lafazh selanjutnya, yakni: َُ‫ُالعٰ لَ ِّميْن‬ ِّ ‫َر‬
"Tuhan semesta alam." Yang berkedudukan sebagai sifat dari lafazh sebelumnya.

Adapun contoh waqaf hasan untuk akhir ayat ialah mengehentikan bacaan pada akhir ayat

ْ ‫سانَ ُلَ ِّف ْيُخ‬


berikut ini : ُ‫س ٍر‬ ِّ ْ ‫ا َِّّن‬
َ ‫ُاال ْن‬
"Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian"

Dari susunan kalimat, waqaf di atas sudah baik, tetapi dari segi lafazh dan makna masih

berhubungan dengan ayat selanjutnya : ُٰ‫ص ِّلح‬ َ ‫ا َِّّالُالَّ ِّذيْنَ ُٰا َمن ْو‬
‫اُوُ َع ِّملواُال ه‬
"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh" …

Yang berkedudukan sebagai mustatsna (pengecualian) dari ayat sebelumnya.

Dengan demikian jelaslah bahwa dalam waqaf hasan, dua lafazh atau ayat yang terpisah
karena pemberhentian bacaan, masih memiliki hubungan erat dari segi lafazh dan makna.

Secara hukum, seorang qari sebenarnya tidak dilarang melakukan pemberhentian bacaan
berdasarkan klasifikasi waqaf hasan, apalagi untuk bacaan di akhir ayat. Yang perlu diperhatikan
ialah tatkala ia melakukannya di pertengahan ayat. Untuk kasus ini, sunah baginya mengulang
bacaan dari lafazh sebelumnya yang layak dan baik.

Sebagai contoh untuk waqaf hasan di pertengahan ayat, seperti disebutkan dalam contoh
di atas, seorang qari dapat memulai kembali bacaannya ( ibtida’ ) dari awal ayat: al-hamdulillahi
… dan seterusnya.

Tanda waqaf yang dapat dijadikan pedoman guna menunjukkan bahwa waqaf pada
tempat tersebut tergolong sebagai waqaf hasan ialah tanda waqaf al-washlu aula (….).

8. Waqaf Qabih

16
Secara bahasa, qabih artinya buruk. Waqaf Qabih menurut istilah adalah berhenti pada
kalimat yang memberikan makna tidak baik, karena susunan kalimatnya tidak sempurna serta
masih bertalian dengan kalimat sesudahnya dan sebelumnya, baik dalam lafazh maupun makna.

Sebagai contoh, perhatikan beberapa potongan ayat berikut ini yang dihentikan secara waqaf

qabih : ‫ص ٰلو ُة َا‬ َ ‫ـاَي َهاُالَّ ِّذيْنَ ُٰا َمن ْو‬


َّ ‫اُالُت َ ْق َربواُال‬
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat "… ( Q.S 2 anNisa : 43(

َ ‫ُو ْاالَ ْر‬


ُ‫ض‬ َّ ‫َو َماُبَ ْينَه َماُ ٰل ِّعبِّيْنَُ َو َماُ َخلَ ْقنَاُال‬
َ ‫س َما ٓ َء‬
"Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yag ada di antara keduanya" … ( Q.S
21 al-Anbiya : 16 )

ُ‫ُال ِّم ْس ِّكي ِّْن‬ َ ُ‫ع ٰلى‬


ْ ‫طعَ ِّام‬ َ ُ‫َو َُالُيَحض‬
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat" … ( Q.S 107 al- Ma’un : 4 )

Dengan demikian jelaslah bahwa seorang qari tidak boleh menghentikan bacaan al-
qurannya denga sengaja pada waqaf qabih, kecuali karena keadaan darurat, seperti kehabisan
napas, bersin, batuk, dll. Hal-hal semacam ini tergolong sebagai waqaf idh-thirari. Dan
sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan tentang waqaf idh-thirari sebelumnya, bacaan yang
dihentikan secara darurat tersebut harus diulangi (muraja’ah ) dari lafazh sebelumnya yang
cocok dan baik.

Jika ketentuan bacaan ini diabaikan, maka dikhawatirkan terjadi pengaburan makna dari
kalimat yang dihentikan tersebut. Sebagai contoh, seorang qari berhenti pada lafazh-lafazh
tertentu dibawah ini dan memulai kembali bacaannya pada lafazh lanjutannya tanpa mengulang :

ُ‫ُّللٓاُقَ ْو َل‬ َ ُ‫لَقَ ْد‬


‫س ِّم َع ه‬
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan … ( Q.S 3 Ali
Imran :181 )

17
jika tidak diulang, maka makna dari kalimat selanjutnya menjadi sangat kabur, bahkan

ْ َ ‫ُون َْحنُا‬
berbahaya, yaitu: ‫غنِّيَآءُُا‬ َّ ‫ُّللٓاَُفَ ِّقي ٌْر‬
‫ا َِّّن ه‬
Sesungguhnya Allah faqir dan kita kaya … ( Q.S 3 Ali Imran :181 )

ُْ ۤ ‫لَـقَ ْدُ َكفَ َرُالَّ ِّذيْنَ ُقَال‬


Demikian pula jika bacaan berhenti pada lafazh berikut ini : ُ‫وا‬

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan …. ( Q.S 5 Al-Ma-idah :73 )

Jika tidak diulang, maka makna dari kalimat selanjutnya menjadi sangat kabur, bahkan

berbahaya, yaitu : ٍُُُۘ‫ُّللٓاَُثَا ِّلثُث َ ٰلثَة‬


‫ا َِّّن ه‬
“sesungguhnya Allah salah satu dari yang tiga … ( Q.S 5 Al-Ma-idah :73 )7

Tanda waqaf yang dapat dijadikannpedoman guna menunjukkan bahwa waqaf pada
tempat tersebut tergolong sebagai waqaf qabih ialah tanda waqaf ‘adamul waqf (‫)ال‬.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mad menurut bahasa artinya panjang. Sedangkan menurut ilmu tajwid mad adalah
memanjangkan bunyi huruf hijaiyah karena adanya sebab-sebab tertentu. Yaitu huruf yang
berharakat fathah dan bertemu dengan huruf alif, huruf yang berharakat dhammah dan bertemu
dengan huruf wawu sukun, dan huruf berharakat kasrah dan bertemu dengan huruf ya’ sukun.

Menurut bahasa waqaf artinya berhenti. Sedangkan menurut ilmu tajwid waqaf adalah
bagaimana cara membunyikan kalimat ketika berhenti, atau berhenti sebentar memutus suara
untuk bernafas, pada akhir kata atau pada akhir kalimat.

B. Saran

Saran yang mampu diberikan penulis yaitu hendaknya setiap hukum-hukum bacaan pada
al-qur’an ditaati sesui dengan ketentuan atau hukum ilmu tajwid, mengetahui hukum bacaan mad
dan waqaf. Sehingga mankna ada arti yang terkandung di dalam al-qur’an sesuai dengan wahyu
yang telah Allah turunkan kepada baginda Rasulullah SAW.

19

Anda mungkin juga menyukai