Anda di halaman 1dari 3

4.

11 KELEMBAGAAN

Permasalahan penataan ruang bukanlah permasalahan yang bisa diatasi oleh satu pihak
saja. Penataan ruang akan terlaksana dengan baik dengan kerjasama dan koordinasi yang
intensif dari berbagai instansi terkait dan Peran serta masyarakat dalam penataan ruang
perkotaan, tidak hanya diwujudkan dalam kegiatan penyampaian aspirasi dan informasi
pada tahap penyusunan Rencana Detail Tata Ruang. Dibutuhkan peran serta masyarakat
untuk memperoleh efektivitas dalam implementasi Rencana Detail Tata Ruang BWP Klakah,
Terkait dengan penataan ruang ini, lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki wewenang
mengawasi dan sebagai tim pengendali pemanfaatan herus berkoordinasi antar lembaga
pemerintah dan masyarakt BWP Kakah dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan
pengendalian serta pengawasan.

Dalam kegiatan perencanaan terdapat tiga elemen dasar yang mencakup perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian yang masing-masing membutuhkan lembaga yang
mengkoordinasikan/ bertanggung jawab. Kelembagaan penataan ruang diharapkan mampu
berfungsi sebagai wadah media komunikasi antar stakeholder terkait untuk mengatasi
masalah keruangan yang ada di wilayah perencanaan. Adapun kebutuhan pengembangan
kelembagaan penataan ruang dalam tiga aspek diatas sebagai berikut:
a. Lembaga Perencanaan
Kegiatan perencanaan ruang secara umum meliputi tahapan persiapan penyusunan
materi tata ruang, tahapan penyusunan materi tata ruang, tahapan penetapan dan
pengesahan materi tata ruang yang telah tersusun sebagai peraturan daerah dalam
kegiatan pemanfaatan ruang serta sosialisasi rencana tata ruang kepada pihak-pihak
lainnya yang terkait dengan proses penataan ruang. Wilayah Kota Tegal yang memiliki
tanggung jawab dalam tahapan perencanaan tata ruang terutama yaitu Dinas
Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal.
b. Lembaga Pemanfaatan Ruang
Kegiatan pemanfaatan ruang pada dasarnya meliputi kegiatan pengoperasionalisasian
rencana tata ruang oleh dinas/instansi terkait serta pelaksanaan teknis lainnya. Kegiatan
pemanfaatan ruang dilakukan oleh seluruh pengguna ruang, baik dinas/instansi
pemerintah maupun pihak swasta/masyarakat luas. Sehingga, dalam hal ini seluruh
lapisan masyarakat memiliki tanggung jawab atas kegiatan pemanfaatan ruang.
c. Lembaga Pengendalian Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang meliputi kegiatan koordinasi, pengawasan, dan penertiban. Badan
yang bertugas sebagai pengendali adalah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(BKPRD), yaitu lembaga yang secara hukum memiliki kewenangan dalam mengarahkan
penggunaan ruang di daerah. Alat yang digunakan oleh lembaga ini adalah rencana tata
ruang yang telah diperdakan dengan berbagai tingkat kedalaman rencana (RTRW-
RDTRK-RTBL).
1. Koordinasi Kegiatan koordinasi ditujukan untuk menghindari terjadinya konflik yang
mungkin timbul di antara para pengguna ruang dalam proses pemanfaatan ruang.
Lembaga yang berperan sebagai lembaga koordinasi kegiatan penataan ruang
adalah BKPRD yang dibentuk dari beberapa instansi di tingkat Kota Tegal.
2. Pengawasan Kegiatan pengawasan merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan
untuk menemukenali dan memperbaiki permasalahan yang ditemui dalam kegiatan
pemanfaatan ruang, menyediakan informasi tentang perkembangan situasi yang
terjadi dalam proses pemanfaatan ruang serta melakukan kegiatan evaluasi yang
dimaksudkan untuk menghasilkan umpan balik dalam rangka penyempurnaan
kegiatan penataan ruang yang sedang berjalan maupun sebagai masukan bagi
penyempurnaan rencana tata ruang.
3. Lembaga yang berperan dalam kegiatan pengawasan terutama juga dilaksanakan
oleh BKPRD. Selain itu, masyarakat dalam hal ini juga sangat diharapkan dapat
berperan aktif dalam mengawasi pelaksanaan tata ruang wilayah.
4. Penertiban Kegiatan penertiban dimaksudkan untuk meminimalkan kemungkinan
terjadinya penyimpangan terhadap rencana tata ruang dalam proses pemanfaatan
ruang.

Selain itu setiap warga negara berhak menikmati manfaat ruang termasuk
pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang. Adapun peran serta masyarakat
dapat diwujudkan dengan cara antara lain:
1. Menyebarluaskan hasil rencana
Penyebarluasan lebih lanjut dari peran serta ini diatur dalam PP No. 69 Tahun 1996
tentang pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran serta
masyarakat dalam penataan ruang dan secara operasional diatur dalam
Permendagri No. 9 Tahun 1998 tentang cara peran serta masyarakat dalam proses
Perencanaan Tata Ruang Daerah. Dalam Pasal 6 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 9 Tahun 1998, bahwa peran serta masyarakat dalam perencanaan tata
ruang kota dapat berbentuk:

a. Pengindentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan, termasuk


bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah dan termasuk pula
perencanaan tata ruang kawasan;
b. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah yang akan
tercapai;
c. Pemberian masukan dalam merumuskan perencanaan tata ruang wilayah
perkotaan;
d. Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan
strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah perkotaan;
e. Pengajuan keberadaan terhadap rancangan RDTR.
2. Memanfaatkan Rencana Detail Tata Ruang sebagai acuan atau pedoman dalam
melakukan kegiatan pembangunan fisik
3. Melakukan persiapan-persiapan untuk mendukung upaya mewujudkan rencana
penataan kawasan seperti yang termuat dalam Rencana Detail Tata Ruang.
4. Memanfaatkan Rencana Detail Tata Ruang sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan investasi.
5. Melakukan kontrol terhadap berbagai bentuk pembangunan fisik yang dilakukan di
kawasan perencanaan.
6. Memenuhi ketentuan pembangunan yang termuat dalam Dokumen Rencana Detail
Tata Ruang.

Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk melibatkan peran masyarakat untuk


lebih aktif dalam kegiatan pembangunan, sebagai berikut:
1. Peran serta masyarakat dalam tahap perencanaan
a. Masyarakat menyebarluaskan hasil rencana yang telah disepakati.
b. Masyarakat menggunakan pedoman atau peraturan yang telah ada untuk
merencanakan agar tidak terjadi ketimpangan fungsi lahan.
2. Peran serta masyarakat dalam tahap pemanfaatan
a. Masyarakat melakukan kerja sama dengan pemerintah dimana pemerintah disini
memiliki peran sebagai fasilitator.
b. Masyarakat diberikan kebebasan untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk
melakukan perencanaan yang tentunya sesuai denga acuan dan pedoman yang
berlaku.
3. Peran serta masyarakat dalam tahap pengawasan
a. Masyarakat diharapkan untuk lebih aktif dalam melakukan
monitoring/pengawasan terhadap pembangunan yang terdapat di BWP Klakah;
b. Melakukan pelaporan sesuai dengan mekanismenya jika terdapat pihak – pihak
yang melakukan pembangunan atau pada proses berjalannya suatu
pembangunan tidak sesuai dengan arahan atau pedoman yang telah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai