Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN TEKNOLOGI BAHAN ALAM

Lebih kurang 20% resep di negara maju menggunakan tanaman obat atau bahan berkhasiat,
sedangkan di negara berkembang hampir 80%. Obat tersebut dapat berupa ekstrak tanaman atau bahan
kimia murni yang berasal dari tanaman. Salah satu ekstrak yang dibuat berdasarkan cara farmakope
ialah tingtur. Walaupun jumlahnya menurun, tetapi masih digunakan sebagai sediaan farmasi. Untuk
dapat digunakan sebagai bahan berkhasiat persyaratan yang harus dipenuhi ialah ketaatazasan,
stabilitas, kemurnian, sterilitas, batas sisa residu pelarut, pestisida dan nilai batasannya sesuai dengan
ketentuan organisasi kesehatan dunia.
Tahap untuk menentukan kualitasnya meliputi pemilihan bahan-bahan dan prosedur ekstraksi.
Sebelum diesktraksi, simplisia secara keseluruhan diperiksa terlebih dahulu. Pemeriksaannya meliputi
segi botani, fitopatologi dan aspek kimia. Untuk proses pengolahannya sendiri, teknologi yang
menggunakan bahan tanaman memiliki beberapa tahap, seperti penggilingan (penghalusan) dan
ekstraksi tanaman, pemekatan dan pengeringan ekstrak, dan tahap-tahap lainnya.

PENGGILINGAN TANAMAN OBAT


Penggilingan tanaman obat adalah penurunan ukuran atau penghalusan secara mekanik dari bahan
tanaman tertentu menjadi unit sangat kecil (halus), dari bentuk fragmen besar menjadi serbuk halus.
Dalam proses penggilingan, homogenitas ukuran partikel menjadi parameter utama karena
mempengaruhi keseragaman ekstraksi bahan berkhasiat yang tergantung pada kecepatan difusi zat aktif
dari granul tanaman obat menuju pelarut, waktu kontak, kecepatan pelarut melewati bahan serbuk
tanaman obat, dan aspek-aspek lain yang perlu diperhatikan.
Peralatan yang digunakan untuk penggilingan tanaman obat adalah alat yang besar dan kuat, serta
dapat memotong menurut berbagai cara dan arah baik itu vertical maupun horizontal. Di antara alat
penggiling standar yang luas digunakan adalah alat penggiling palu (hammer mill). Alat ini merupakan
mesin yang kokoh dengan prinsip menggunakan pemalu yang berputar 360O. Kemudian ada pula
penggiling pisau yang beroperasi degan cara memotong bahan yang dimasukkan ke ruang penampung di
mana pisau-pisau dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal. Kehalusan bahan yang dipotong
tergantung dari diameter kisi yang digunakan. Penggiling lain untuk tanaman obat adalah dengan
melewatkan bahan melalui suatu system yang mempunyai suatu piringan bergeligi yang dapat
beroperasi baik secara vertical maupun horizontal. Ukuran partikel hasil penggilingan dapat diatur
dengan cara mengatur jarak antara dua piringan dan dengan kecepatan putaran antara dua piringan.
EKSTRAKSI TANAMAN OBAT
Definisinya adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu
padatan, yaitu tanaman obat. Umumnya disebut ekstraksi padat-cair. Dalam proses ekstraksinya
berlangsung 2 proses secara paralel: pelepasan bahan yang diekstrak dari sel yang telah dirusak dan
pelepasan bahan ekstraksi melalui proses difusi.
Prosedur ekstraksi tanama dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama:
1. prosedur pada mana sudah cukup untuk mencapai kesetimbangan konsentrasi antara bahan
dengan larutan.
2. prosedur pada mana bahan aktif diekstraksi secara maksimal di dalam medium yang telah dipilih.
Setiap prosedur ekstraksi yang berbasis pada kesetimbangan konsentrasi akan berhenti apabila
distribusi zat aktif yang diekstraksi telah mencapai kesetimbangan tetap dan tidak berubah lagi di antara
pelarut dengan residu bahan.
Parameter yang mempengaruhi ekstraksi:
- pengembangan/pemekaran bahan tanaman. Alasan utama perlakuan ini adalah:
a. untuk mncegah pembengkakan tanaman di dalam kemasan tertutup secara sekonyong-konyong.
b. menjamin proses pembasahan tanaman yang akan diekstraksi secara merata dan akan mencegah
gelembung udara.
c. meningkatkan porositas dinding sel
- difusi, pH, ukuran partikel dan temperatur
Kecepatan untuk mencapai kesetimbangan umumnya tergantung pada temperatur, pH, ukuran
partikel, dan gerakan pelarut di sekitar partikel. pH biasanya berperan dalam hal yang menyangkut
selektivitas, sedangkan temperatur dan gerakan cairan di sekitar padatan, akan merubah
kesetimbangan.

PROSEDUR EKSTRAKSI
1. Maserasi Statik dan Dinamik
Merupakan proses yang paling sederhana karena hanya menuangkan pelarut pada simplisia,
sesudah mengatur waktu yang sesuai untuk masing-masing bahan tanaman. Setelah itu, ekstrak
dikeluarkan dan ampas hasil ekstraksi dicuci dengan pelarut yang segar sampai didapat berat yang
sesuai. Prosedur ini sesuai untuk pembuatan tingtur dan kadang-kadang merupakan satu-satunya cara
untuk tanaman yang mengandung zat berlendir (mucilago) tinggi.
2. Ekstraksi secara perkolasi sederhana atau berkesinambungan
Sasaran proses ini biasanya adalah utnuk menarik bahan berkhasiat dari tanaman secara total.
Proses ini adalah proses yang berlangsung lama dan mahal karena dibutuhkan sejumlah besar pelarut
dan tergantung dari beberapa parameter berikut:
a. waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan pelarut-solut
b. kuantitas pelarut yang dibutuhkan untuk menghasilkan ekstraksi pertama dalam skala ekonomi
yang memadai.
c. kuantitas pelarut yang dibutuhkan untuk mengencerkan secara sempurna kuantitas solute yang
tertahan oleh ampas dari ekstraksi pertama.
3. Perkolasi dan reperkolasi
Proses difusi yang berlangsung dalam proses ini merupakan fungsi dari: kecepatan perkolasi,
kuantitas pelarut, dan konstanta difusi obat pelarut. Karena mudah dilakukan sehingga merupakan
prosedur pilihan untuk kebanyak ekstraksi tanaman. Pada perkolasi, sama halnya dengan maserasi,
bahan tanaman dihaluskan sampai derajat kehalusan tertentu.
Sistem ekstraksi sederhana ini menunjukkan beberapa kerugian: terbentuknya kanal-kanal dalam
massa simplisia basah sehingga ekstraksi berlangsung tidak homogeny, eliminasi sisa pelarut dari ampas
simplisia, karena tidak ada pengadukan, harus didestilasi secara detilasi uap atau perolehan kembali
menurut cara-cara yang lebih sulit atau dengan cara pengeringan ulang dan selanjutnya kesulitan untuk
pengosongan/pengeluaran ampas sisa ekstraksi.
4. Ekstraksi berlawanan arah (counter current)
Pada ekstraksi ini, simplisia bergerak berlawanan dengan arah pelarut. Dengan cara ini dapat
dilaksanakan penarikan sampai habis dengan mengatur aliran simplisia sedemikian rupa terhadap
pelarut, hal ini akan menjamin aliran berlawanan arah secara sempurna. Ekstraktor kontinu yang banyak
digunakan adalah ekstraktor baling-baling, ekstraktor Carousel dan bentuk U.
Pada instalasi kontinu untuk mencapai penarikan maksimal dari simplisia, beberapa faktor seperti:
ukuran partikel simplisia terhadap kecepatan aliran pelarut, waktu kontak, temperature dan tekanan
harus ditetapkan secara eksperimental dan diamati dengan ketat.

PERALATAN EKSTRAKSI
1. Peralatan maserasi secara statik dan dinamik
Sistem berupa kontinu tertutup dimana simplisia akan berkontak dengan pelarut selama waktu
tertentu. Ekstraktor jenis ini dapat dilengkapi dengan pengaduk internal atau digerakkan dengan
perputaran sumbu. Dengan menggunakan pelarut yang sesuai, ekstraksi dapat dilakukan pada
temperatur yang diinginkan dan pada tekanan rendah.
2. Ekstraktor dengan pengaduk
Ekstraktor jenis ini berbentuk silinder atau konikal dan dilengkapi dengan mantel pemanas dan
pendingin. Salah satu kegunaan alat ini adalah untuk mengekstraksi simplisia segar yang harus
diekstraksi menggunakan pelarut tidak tercampur air.
3. Peralatan untuk perkolasi
Pada proses perkolasi, sebelum proses dimulai simplisia terlebih dahulu dibasahi dengan pelarut
sebelum dimasukkan ke dalam perkolator. Untuk proses perkolasi, simplisia harus berukuran agak kasar
(1-3 mm) untuk memungkingkan pembilasan melalui simplisia.
Kerugian utama alat ini adalah: simplisia terlebih dahulu harus dibasahi sebelum dimasukkan ke
dalam percolator; dan massa simplisia dalam percolator tergantung pada tinggi percolator; sering
menjadi memadat sesudah beberapa kali tahap awal ekstraksi.
4. Ekstraksi berlawanan arah
Jenis alat yang umum digunakan adalah: ekstraktor berbentuk baling-baling, Courosel, U, dan
tekanan radial, atau gabungan dari masing-masing. Sebagai aturan umum, simplisia harus mengalami
perlakuan awal dan ukuran partikel harus sesuai supaya diperoleh kecepatan perkolasi yang konstan.

PEMEKATAN EKSTRAK
Sesudah dilakukan ekstraksi simplisia, akan dihasilkan larutan yang mengandung fraksi terlarut. Jika
taha[ selanjutnya bertujuan untuk mendapat komponen tertentu lazimnya dilakukan proses pemekatan
atau proses ekstraksi cair-cair.
Ekstrak tersebut kemungkinan:
1. dipekatkan secara parsial atau secara total,
2. dipekatkan secara parsial atau diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai,
3. dipekatkan secara parsial dan diekstraksi menggunakan pelarut terpilih untuk isolasi bahan aktif
tertentu,
4. diekstraksi langsung tanpa pemekatan untuk isolasi produk tertentu.
Pemekatan merupakan tahap yang sering menimbulkan masalah karena banyak komponen kimia
tidak stabil atau terurai; terutama karena pengaruh temperature.

PEMURNIAN EKSTRAK
Dalam kontek ini yang dimaksud dengan pemurnian ekstrak adalah perlakuan ekstraksi cairan untuk
menghilangkan residu simplisia atau bahan yang tidak diperlukan selama proses. Zat inert yang
terekstraksi, terutama pada proses maserasi panas sering meningkatkan terjadinya flokulasi atau
membentuk endapan pada proses pendinginan sehingga larutan menjadi keruh atau tidak homogen.
Oleh karena sediaan farmasi tidak boleh mengandung partikel padat asing selain ekstrak, maka
dalam hal ini harus dilakukan penyaringan. Aspek lain pemurnian ekstrak adalah pengurangan jumlah
kandungan bakteri pencemar. Ini memerlukan penanganan khusus.
Pemurnian ekstrak melibatkan penyaringan. Oleh karena itu digunakan 2 alat penyaring: 1.
penyaring untuk penyaringan sederhana dan 2. Separator sentrifugal dan dekanter. Alat untuk
penyaringan ekstrak biasanya bekerja dengan menggunakan tekanan.

PENGERINGAN
Setelah dilakukan pemekatan parsial atau ekstraksi cairan berlawanan, larutan residu yang pekat
dalam banyak hal diuapkan sampai kering. Alat yang paling luas digunakan untuk pengeringan adalah
atomizer. Alat ini dapat digunakan untuk produksi skala kecil dan skala besar. Atomizer menjadi alat
pengering pilihan terutama jika pelarut yang akan diaupkan adalah air.

STANDARDISASI EKSTRAK
Obat dari tanaman biasanya distandardisasikan berdasarkan 10 hal berikut:
1. pengujian makro dan mikroskopik untuk identitas,
2. kemungkinan kromatografi tipis untuk pengujian identitas,
3. pemeriksaan pengintir/zat asing organic dan anorganik,
4. penentuan susut pengeringan dan kandungan air,
5. penentuan kadar abu,
6. penentuan serat kasar,
7. penentuan kadar komponen terekstraksi,
8. penentuan kadar bahan aktif (jika sudah diketahui),
9. penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri patogen,
10. pemeriksaan residu pestisida
Untuk obat yang monografinya ada di farmakope, digunakan farmakope, tapi bila tidak ada
diusahakan/dicari monografi dari farmakope/baku acuan lama lainnya atau memanfaatkan
pengetahuan mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu yang terakhir.
Ekstrak kering
Adalah sediaan tanaman yang diperoleh dengan cara pemekatan dan pengeringan ekstrak cair
sampai mencapai konsentrasi yang diingini menurut cara-cara yang memenuhi syarat. Ada dua cara
yang dapat dilakukan:
1. ekstrak cair dipekatkan menurut cara/metode yang diuraikan dalam farmakope,
2. ekstrak cair diuapkan sampai kering jika ekstrak berada dalam jumlah kecil ekstrak digerus dengan
bahan penambah. Apabila jumlah ekstrak banyak maka ekstrak harus digerus sehalus mungkin
dan baru dicampur dengan bahan penambah yang sudah diperhitungkan untuk mendapatkan
konsentrasi yang diinginkan.

STABILISASI DAN STABILITAS


Stabiliasi merupakan upaya untuk menjamin kualitas tetap terjaga. Stabilisai berarti keadaan tidak
terganggu/terurai dari sediaan yang disimpan menurut cara penyimpanan spesifik dank arena kondisi
transportasi.
Metode stabilisasi
a. Pengeringan
Gangguan secara fisika, kimia, dan mikrobiologi berlangsung dalam keadaan cair akan lebih mudah
daripada produk yang berada dalam keadaan kering. Maka, pengeringan sediaan fitofarmaka dan tetap
membiarkan sediaan berada dalam keadaan kering merupakan cara praktis terbaik. Sisa kelembapan
dari ekstrak kering biasanya dibatasi sampai 5% saja.
b. Stabilisasi sediaan cair
Penguraian akan mudah sekali berlangsung dalam sediaan fitofarmaka cair jika dibandingkan
dengan sediaan padat.
Gangguan fisika, misalnya: pembentukan sedimen, perubahan warna, dsb.
Gangguan kimia, seperti: penguraian hidrolitik, rasemasi, oksidasi, dsb hanya dapat terdeteksi
dengan alat kimia analitik (instrumen) dan pereaksi kimia.
Alternatif untuk pengawetan sediaan cair ialah dengan menggunakan pengawet sediaan farmasi
yang lazim.

Anda mungkin juga menyukai