Abstrak
Latar belakang: Infeksi Clostridium difficile berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas yang signifikan pada dewasa. Telah banyak penelitian yang membuktikan
peran C. Difficile pada populasi pediatrik. Kami bermaksud untuk memastikan presentasi
klinis dan keparahan dari infeksi C. Difficile pada anak-anak di institusi kami dan
mengembangkan kriteria untuk membantu pengelolaan penyakit ini.
Metode: Data klinis diperoleh secara retrospektif dari semua anak-anak (0-16 tahun)
dengan hasil positif untuk toksin C. Difficile dalam kurun waktu 5 tahun. Panduan
nasional dewasa digunakan untuk menilai keparahan dan manajemen infeksi C. Difficile.
Hasil: Tujuh puluh lima pasien masuk dalam sampel penelitian ini dengan rata-rata usia
2,97 tahun. Empat puluh sembilan merupakan infeksi dengan onset di rumah sakit, 22
infeksi dengan onset di komunitas, dan 4 dengan onset di fasilitias kesehatan.
Komorbiditas yang paling banyak ditemukan pada infeksi dengan onset rumah sakit
adalah keganasan. Kelainan gastrointestinal paling banyak ditemukan pada infeksi onset
komunitas. Lima puluh lima kasus (73,3%) telah mendapat antibiotik pada bulan
sebelumnya, 7 (9,3%) memiliki intoleransi susu sapi, dan 9 (12%) memiliki ko-infeksi
dengan patogen usus lainnya. Berdasarkan panduan nasional untuk dewasa 57 asus (76%)
termasuk dalam kategori penyakit berat. Tiga puluh kasus mendapat metrondazole oral,
dua pasien memerlukan perawatan intensif, dan satu pasien menjalani kolektomi subtotal
karena kolitis pseudomembran. Tidak ada mortalitas dalam pengamatan ini.
Pembahasan: Kami mengkonfirmasi adanya hubungan antara infeksi C. Difficile pada
anak-anak dengan komorbiditas seperti keganasan hematologis dan tumor organ padat,
penggunaan antibiotik, dan perawatan di rumah sakit. Kami mengamati adanya hubungan
antara intoleransi protein susu sapi dan C. Difficile. Penggunaan kriteria dewasa
menimbulkan peningkatan kasus berat pada studi kohort ini, padahal sebagian besar kasus
meruaka kasus yang ringan dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem skoring untuk dewasa tidak dapat digunakan sebagai
penuntun dalam manajemen dan kami mengajukan kriteria spesifik untuk anak-anak.
Pendahuluan
diarrhea pada dewasa dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Peran C. Difficile
pada anak-anak belum dapat dipastikan. Studi ini bertujuan untuk mempelajari C.
Difficile pada feses pada anak kurang dari dua tahun untuk melihat adanya kolonisasi.
Anak-anak berusia kurang dari dua tahun tidak termasuk dalam sampel pada kebanyakan
studi di Inggris. Beberapa survei dan studi menunjukkan adanya C. Difficile pada anak-
anak berpotensi secara signifikan untuk menyebabkan penyakit. C. Difficile juga menjadi
faktor ko-morbid pada sebagian besar pasien rawat inap seperti pada pasien onkologi dan
pasien dengan kelainan gastrointestinal. Onset infeksi C. Difficile pada saat seseorang
berada pada lingkungan komunitas tanpa adanya kontak direk atau indirek dengan
lingkungan rumah sakit lebih jarang terjadi dibandingkan dengan onset infeksi saat
penderita berada di rumah sakit. Kasus infeksi C. Difficile telah dilaporkan pada populasi
yang sebelumnya dianggap memiliki risiko rendah, yaitu pada anak-anak dan wanita
hamil.
Difficile pada anak-anak menunjukkan bahwa isolasi C. Difficile sering didapatkan pada
anak-anak di segala usia dan kolonisasi terjadi segera setelah lahir dan meningkat pada
usia satu tahun. Angka karier yang tinggi berhubungan dengan hospitalisasi. Infeksi C.
Difficile berkaitan erat dengan antibiotic associated diarrhea pada anak-anak dengan
gejala yang lebih berat apabila didapatkan komorbiditas seperti keganasan dan
imunodefisiensi.
Panduan dari departemen kesehatan Inggris untuk diagnosis klinis yang telah ada
berfokus pada dewasa dan pemeriksaan laboratorium untuk C. Difficile dilakukan apabila
terdapat riwayat nyeri perut, feses yang cair, profus, dan berbau busuk, serta demam.
Gejala ini tidak spesifik tetapi harus dipertimbangkan sebagai infeksi C. Difficile apabila
juga merupakan tanda yang prominen pada infeksi C. Difficile, tetapi leukositosis saja
tidak adekuat untuk menegakkan diagnosis. Pencitraan abdomen juga tidak spesifik untuk
infeksi C. Difficile. Terapi untuk infeksi C. Difficile adalah dengan metronidazole oral
sebagai terapi lini pertama pada kasus ringan hingga sedang. Pada kasus berat terapi
Tujuan dari studi ini adalah untuk memastikan presentasi klinis dan keparahan
penyakit pada anak yang terdeteksi positif untuk toksin C. Difficile dalam kurun waktu 5
tahun pada institusi kami dan untuk mengembangkan kriteria untuk membantu
Metode
populasi pedesaan dan perkotaan. Unit pediatrik terdiri dari Paediatric Intensive Care
Unit (PICU), bangsal umum, bangsal bedah, dan bangsal hematologi/onkologi. Rumah
sakit Addenbrooke mempunyai 81 tempat tidur pediatrik dan pada 2010 telah menangani
3442 pasien pediatrik rawat jalan dan 3844 pasien pediatrik rawat inap.
Kami melakukan studi deskriptif retrospektif pada semua pasien dengan hasil
positif untuk toksin C. Difficile dalam kurun waktu 5 tahun, dari 1 Januari 2005 hingga
31 Desember 2009. Studi ini termasuk sebagai evaluasi pelayanan dan ijin telah
Infection (2008) untuk uji laboratorium C. Difficile. Berdasarkan panduan ini, diare
didefinisikan sebagai BAB dengan konsistensi feses yang cair sehingga dapat mengikuti
bentuk kontainer atau sesuai dengan tipe 5-7 dalam Bristol Stool Chart. Semua sampel
dari pasien yang berusia >2 tahun diperiksa secara rutin untuk toksin C. Difficile. Pasien
di bawah dua tahun hanya diperiksa apabila terdapat permintaan dari dokter anak dan
diskusi dari pihak laboratorium. Sampel yang termasuk dalam Bristol Stool Chart tipe 1-
4 diperiksa setelah diskusi dokter anak dan laboratorium secara terpisah. Pemeriksaan C.
Difficile dilakukan oleh EIA (VIDAS, BioMerieux, Basingstoke, Inggris) diikuti dengan
konfirmasi dengan cell cytotoxin assay (Vero cell line). Sampel yang positif tidak
diperiksa ulang dalam 28 hari. Hasil positif yang didapatkan > 28 hari setelah
pemeriksaan awal dianggap sebagai rekurensi sesuai kriteria DH. Pada saat yang sama,
Onset infeksi saat berada di rumah sakit didefinisikan sebagai hasil tes yang
positif setelah dua hari perawatan. Onset infeksi saat berada di lingkungan komunitas
didefinisikan sebagai hasil tes yang positif dalam dua hari pertama perawatan di rumah
sakit. Onset yang berhubungan dengan fasilitas kesehatan ditentukan apabila pasien
Informasi yang diperoleh dari setiap pasien yaitu data demografik, riwayat
kesehatan, faktor risiko, diagnosis laboratoris, severity score, manajemen klinis, dan
keluaran selama 3 bulan. Data klinis diperoleh dari catatan medis, keperawatan, farmasi,
dan mikrobiologi. Data laboraorium diperoleh dari sistem informasi laboratorium. Nilai
kesehatan, yaitu infeksi ringan, sedang, berat, dan mengancam jiwa. Kriteria infeksi C.
Difficile ringan yaitu kurangnya 3 feses tipe 5-7 Bristol Stool Chart per hari dengan angka
leukosit normal. Kriteria untuk infeksi sedang adalah adanya peningkatan angka leukosit
<15x109/L dengan 3-5 feses per hari. Kriteria infeksi berat adalah peningkatan angka
leukosit >15x109/L, atau adanya peningkatan serum kreatinin akut (>50% di atas batas
normal), suhu >38,5o atau apabila terbukti adanya kolitis berat (tanda klinis atau
radiologis). Kriteria untuk infeksi mengancam nyawa yaitu apabila didapatkan hipotensi,
ileus parsial atau komplit atau megakolon toksik, atau adanya hasil CT yang
Delapan puluh sembilan pasien positif terhadap toksin C. Difficile dalam 5 tahun. Data
tidak dapat ditemukan pada 14 pasien sehingga termasuk dalam kriteria eksklusi dan
menyisakan 75 pasien untuk dianalisa. Terdapa 27 kasus pada tahun 2005, 15 pada 2006,
20 pada 2007, 9 pada 2008, dan 4 pada 2009. Rata-rata usiaa adalah 2,97 tahun dan
median usia adalah 2 tahun (dengan kisaran 2 hingga 14 tahun). Tiga puluh enam pasien
(48%) berusia di bawah 2 tahun. Tiga puluh tujuh (49,3%) pasien berjenis kelamin
perempuan. Dari 75 kasus, 49 (65,3%) di antaranya adalah kasus dengan onset di rumah
sakit, 22 (29,3%) kasus dengan onset di lingkungan komunitas, dan empat (5,3%) kasus
dengan onset di fasilitas kesehatan. Rata-rata lama perawatan karena adanya C. Difficile
dalam feses adalah 27,2 hari dengan median 10 hari (bervariasi dari 0 hingan 213 hari)
untuk kasus dengan onset di rumah sakit. Didapatkan riwayat perawatan di rumah sakit
selama >1 bulan pada tahun sebelumnya di tiga puluh satu (58,5%) pasien dari kasus
tersebut. Perbandingan leih detail pada kasus onset rumah sakit dan komunitas disajikan
pada tabel 1.
(tabel 1). Tujuh pasien menderita leukemia linfoblastik akut, tiga pasien menderita
leukemia myeloid akut, dan dua pasien menderita limfoma non-Hodgkin. Tujuh pasien
Empat pasien menderita infeksi C. Difficile sebelum tahun 2005 dan dua pasien
mengalami rekurensi. Rekurensi juga terjadi pada pasien hematologi dengan waktu
%) %)
Tahun 2005 14 13 27
2006 11 4 15
2007 15 5 20
2008 9 0 9
2009 4 0 4
01
presi 1
Keganasan (organ 20(37,7) 0 20(26,7) 0,000
padat) 1
01
(siprofloksasin)
antibiotik
Ko-infeksi Bakterial 0 0 0
lain intensif
keparahan***
vankomisin
(81,8)
Missing notes 2 1 3
Dipindahkan 3 1 4(5,4)
Dua puluh pasien (26%) tidak terpapar dengan antibiotik pada bulan sebelumnya.
Enam pasien telah mengkonsumsi >2 antibiotik pada bulan sebelumnya. Antibiotik yang
pasien mendapat PPI sebelum onset gejala dan 19 (25%) telah mendapat antagonis
(<25g/L)
Hb (<10g/L) 28(41,2)
pseudomembranosa
Membutuhkan 1
pembedahan
*pada dua kasus hasil endoskopi tidak dapat membedakan typhtilis atau kolitis
pseudomembranosa
Tes virologi dilakukan pada 51 kasus, terdapat koinfeksi dengan adenovirus pada
3 kasus, 3 kasus dengan norovirus, dua kasus dengan rotavirus, dan satu kasus dengan
enterovirus. Tidak ada koinfeksi bakteri yang ditemukan pada kasus-kasus tersebut.
Sembilan pasien menderita infeksi ringan, 8 menderita infeksi sedang, 57
menderita infeksi berat, dan 1 pasien menderita infeksi yang mengancam nyawa
berdasarkan parameter dari DH/HPA. Temuan hasil parameter darah dan gejala infeksi
Terdapat tujuh pasien (9,3%) dengan sampel feses sesuai dengan tipe 1-4 pada
Bristol stool chart. Terapi tidak diperlukan untuk 33 pasien (44%) berdasarkan
pemeriksaan oleh klinisi yang terkait. Tiga puluh pasien (40%) kasus diterapi dengan
metronidazole saja dan dua kasus hanya mendapat terapi probiotik. Tidak ada pasien yang
dalam dua hari. Terdapat tiga kasus yang memerlukan pengobatan dengan vankomisin
karena diare yang terus berkepanjangan. Penggunaan laksatif tidak dihentikan pada 6
pasien.
Data keluaran ditunjukkan pada tabel 1. Satu kasus pada akhirnya berkembang
kolektomi sub total. Tiga puluh lima (46,7%) kasus memerlukan waktu perawatan yang
lebih lama disebabkan oleh infeksi C. Difficile. Empat pasien (5,3%) meninggal. Satu
diantaranya diduga mengalami bakteremia yang terjadi bersamaan dengan diare dan tiga
Dari enam puluh delapan kasus simtomatik pada studi ini, 54 di antaranya
memenuhi kriteria diagnosis infeksi C. Difficile sesuai dengan kriteria pada tabel 3. Dari
dewasa), 5 (9%) kasus dengan penyakit berat (dibandingkan dengan 57 kasus apabila
menggunakan kriteria dewasa) dan tidak ada kasus yang mengancam jiwa (dibandingkan
dengan 1 kasus apabila menggunakan kriteria dewasa). Angka keparahan lebih rendah
Pembahasan
anak-anak. Kami menemukan adanya angka yang signifikan terhadap pasien yang tidak
memerlukan terapi dan morbiditas dan mortalitas lebih rendah pada mereka yang
dikategorikan “berat” oleh standar dewasa departemen kesehatan Inggris. Sebagian besar
kasus (49,3%) merupakan infeksi dengan onset saat berada di rumah sakit, kebanyakan
telah mendapat antibiotik dan sebagian besar (59,6%) juga sedang atau telah menjalani
kemoterapi untuk keganasan organ padat atau keganasan hematologi. Dari semua kasus
seperti alergi protein susu sapi, gastro-oesophageal reflux disease, atau pembedahan pada
traktus gastrointestinal. Kami menemukan adanya pengurangan kasus dari tahun 2005
hingga 2009. Hal ini serupa dengan pola pada pasien dewasa dengan infeksi C.difficile
pada rumah sakit kami dan dapat mencerminkan peningkatan pengendalian infeksi yang
penggunaan antibiotik. Tidak ada perubahan pada metode tes laboratorium selama
periode ini.
Selama kurun waktu 5 tahun hingga 2006, studi yang dilakukan oleh Kim, et al.
di Amerika menunjukkan adanya peningkatan secara terus menerus dari insiden tahunan
infeksi C.difficile pada pasien rawat inap pediatrik, dari 2,6 menjadi 4 kasus per 1000
admisi. Rata-rata usia anak dengan infeksi C.difficile adalah 4 tahun. Mereka juga
menemukan adanya peningkatan infeksi C.difficile pada kelompok usia 5-17 tahun pada
kurun waktu ini. Hal ini tidak sesuai dengan studi yang kami lakukan, di mana rata-rata
usia infeksi C.difficile adalah 2 tahun (mean 2,97 tahun) dan tidak ada peningkatan kasus
Tujuh dari kasus yang kami dapatkan asimtomatik, tetapi diuji karena adanya
diagnosis infeksi C.difficile. Kolonisasi sangat mungkin terjadi pada pasien-pasien ini.
keganasan hematologi, imunosupresi, dan kelainan usus. Pada studi ini, dari 68 pasien
20 (29%) menderita tumor organ padat. Kedua kelompok pasien ini sedang menerima
atau telah menerima kemoterapi. Kelompok ini juga mempunyai angka tertinggi untuk
infeksi C.difficile onset rumah sakit (59,5%, p value 0,0001). Studi lain juga menemukan
hal yang sama untuk kelompok pasien ini. Pasien hematologi/onkologi juga dikenal
sebagai sumber penularan C.difficile untuk pasien anak di rumah sakit. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya berbagai faktor sepert seringnya anak tersebut menjalani
komunitas (45%, p value <0,0001). Tujuh dari sepuluh anak mengalami alergi protein
susu sapi dan berbagai macam alergi makanan. Hanya satu dari tujuh kasus tersebut yang
terpapar antibiotik (amoksisilin) dan mempunyai feses dengan konsistensi cair sebelum
terapi antibiotik dimuli. Telah ditemukan hubungan antara kolonisasi C.difficilepada usus
perkembangan infeksi C.difficile. Pada studi ini, 55 pasien (74%, p value 0,0001) telah
mendapat antibiotik pada bulan sebelumnya, dengan 50 pasien (91%) simtomatik dengan
diare profus (lebih dari 5 kali per hari). Sefalosporin merupakan antibiotik yang sering
digunakan tetapi dapat pula mencerminkan banyaknya penggunaan antibiotik ini pada
Paparan terhadap agen yang dapat menurunkan jumlah asam, seperti antagonis
reseptor H2 dan PPI, masih menjadi kontroversi sebagai faktor risiko, dan telah
dihubungkan dengan kejadian infeksi C.difficile pada beberapa studi. Hanya lima (7%)
pasien pada studi ini yang mendapat PPI sebelum munculnya gejala dan 19 (25%) yang
Hingga saat ini, signifikansi adanya ko-infeksi dengan patogen usus lainnya masih
tidak diketahui dengan jelas. Pada studi kami, sembilan pasien terbukti memiliki ko-
infeksi; tiga di antaranya menderita diare onset komunitas (dua rotavirus dan satu
norovirus) dan enam lainnya onset rumah sakit (tiga adenovirus, satu enterovirus, dan dua
norovirus). Dua dari tiga kasus ko-infeksi norovirus bersifat simtomatik dan sembuh
dengan sendirinya setelah 4 hari tanpa pengobatan. Lukkarinen, et al. memperkirakan
bahwa norovirus dapat mempengaruhi homeostasis epitelial usus dan menimbulkan efek
Semua pasien dipantau setiap hari oleh tim klinisi. Pada sebagian besar kasus, tim
kasus (13,3%), tim klinisi menilai adanya infeksi berat; 7 di antaranya membaik dengan
yang terus menerus muncul. Dari ketiga kasus yang mendapat antibiotik ganda, dua di
antaranya memerlukan perawatan di PICU untuk pmantauan fungsi ginjal dan satu kasus
menderita penyakit yang cukup berat sehingga memerlukan kolektomi sub total.
Sebaliknya, apabila menggunakan kriteria dewasa dari DH/HPA, ada tambahan sebesar
47 kasus yang akan jatuh pada kategori berat. Dari 47 kasus ini, 18 sembuh dengan
spontan tanpa terapi aktif dan dua lainnya hanya mendapat terapi probiotik. Dua puluh
tujuh kasus lainnya mendapat metronidazole dengan tiga kasus memerlukan vankomisin
sebagai tambahan terapi dan perawatan di PICU pada dua kasus. Gejala dan tanda yang
paling umum ditemukan pada penelitian kohort ini adalah diare, peningkatan CRP,
leukosit >15x109/L dan pireksia >38,5o. Gejala dan tanda ini terdapat dalam kategori
penambahan metronidazole i.v apabila tidak ada perbaikan. Hal in berbeda dengan terapi
Sebagian besar dari pasien pada studi ini memiliki keluaran yang baik. Keluaran
utama adalah angka mortalitas selama 3 bulan dengan sebab apapun. Tidak ada kematian
yang berkaitan dengan infeksi C.difficile pada studi kohort ini dan didapatkan morbiditas
yang rendah. Hal ini sesuai dengan studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa
Penemuan di atas menekankan tiga observasi yang penting dilakukan pada anak
dengan infeksi C.difficile. Pertama, anak-anak biasanya menderita penyakit yang ringan
meskipun memiliki respon akut fisiologis terhadap infeksi. Hal ini dapat menjelaskan
perbedaan antara perjalanan penyakit yang diamati pada studi ini dengan prediksi sistem
skoring dewasa DH/HPA ( yang menggunakan respon akut sebagai prediktor prognosis).
Keuda, kebanyakan dari kasus ada penelitian ini mempunyai keluaran yang baik, dengan
atau tanpa terapi metronidazole oral. Terakhir, intuisi triase klinis oleh tim kami
tampaknya lebih relevan pada pasien-pasien pediatrik dalam menilai keparahan pasien.
Berdasarkan hasil dari studi yang telah kami lakukan, kami mengajukan panduan
berikut untuk infeksi C.difficile pada anak-ana untuk membantu membedakan kolonisasi
dan infeksi C.difficile. Kami juga mengajukan sistem skoring untuk menilai keparahan
Tabel 3. Kriteria yang diajukan untuk menilai keparahan infeksi Clostridium difficile pada anak-anak
Kriteria Poin
Nyeri perut 1
Peningkatan leukosit 1
Peningkatan CRP 1
Pireksia >38oC 1
pseudomembranosa
Skor:
Pertimbangkan metronidazole oral selama 10-14 hari apabila gejala menetap lebih dari
24 jam.
Penyakit sedang. Metronidazole oral selama 10-14 hari dan pertimbangkan penggantian
dengan vankomisin oral apabila gejala tidak berhenti atau terdapat penurunan derajat
keparahan.
sudah kami ajukan untuk melihat apakah kriteria ini dapat menjadi alat yang konsisten
keparahan dengan sistem skoring dari DH/HPA meningkatkan jumlah kasus berat dan
tidak dapat menjadi panduan yang terpercaya untuk pengelolaan pada anak-anak.
Kebanyakan anak-ana pada studi ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa mendapat
pengobatan tertentu. Kami juga menemukan adanya hubungan antara infeksi C.difficile
perawatan di rumah sakit. Kami juga mengamati adanya kemungkinan hubungan antara
kelainan gastrointestinal seperti intoleransi protein susu sapi dengan infeksi C.difficile,
tetapi hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut. Kami mengajukan sistem skoring untuk
tingkat keparahan dan diagnosis sebagai panduan untuk pengelolaan yang adekuat.
Kontribusi penulis
Desain penelitian: JAK DE. Melakukan penelitian: SP SA JAK DE. Analisa data: SSP
SP SA JAK DE.