Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN DAN HASIL PBL

A. Bidang Manajemen Apotek


Bidang manajemen yang terdapat di Apotek Dunia Medika meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, pencatatan, penataan, penyimpanan, pelaporan, dan pemusnahan.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan.
Tujuan perencanaan adalah agar proses pengadaan perbekalan farmasi atau obat yang
ada di apotek menjadi lebih efektif dan efisien sesuai dengan anggaran yang tersedia.
Perencanaan dilakukan dengan cara mengecek persediaan barang yang sudah hampir
habis dan melihat barang mana saja yang fast moving serta slow moving. Hal tersebut
merupakan upaya untuk mencegah kekosongan stok barang.
Dalam melakukan perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan Apotek Wijaya
menggunakan beberapa metode, diantaranya sebagai berikut:
a. Metode Konsumsi
Metode Konsumsi dilakukan dengan menganalisis produk obat apa saja dengan
angka penjualan tinggi yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar Apotek
Wijaya per tahunnya.
b. Metode Epidemiologi
Metode epidemiologi dilakukan dengan menganalisis penyakit yang rawan
diderita oleh masyarakat di daerah sekitar Apotek Wijaya misalnya sakit gigi,
sakit kepala, diare dan gatal-gatal.
c. Metode kombinasi
Metode kombinasi merupakan metode campuran dari konsumsi dan epidemiologi.
Perencanaan metode ini didasarkan dengan menganalisis angka penjualan produk
obat per tahunnya dan dengan menganalisis penyakit yang rawan diderita oleh
masyarakat sekitar Apotek Wijaya. Sebagai contoh perencanaan obat ketika bulan
ramadhan, obat-obatan yang akan dipesan direncanakan dengan metode ini.
Misalnya sering terjadi penyakit maag, diare, ataupun anemia. Disesuaikan jenis
produknya sesuai dengan metode konsumsi yaitu analisis angka penjualan suatu
produk obat yang paling tinggi.
Pengadaan

a. Surat Pesanan Obat yang Mengandung Prekusor


Surat pesanan ini dibuat untuk memesan obat-obat yang mengandung
prekursor, contohnya Actifed, Triaminic, Hufagrip BP, dan OBH Combi. Hal-hal
yang dimuat dalam surat pesanan ini adalah identitas apotek, identitas PBF yang
dituju, alamat PBF, no SP, tanggal SP, identitas Apoteker pemesan,nomor urut, nama
obat yang mengandung prekursor yang dipesan, zat aktif prekursor, bentuk sediaan,
jenis dan isi kemasan, jumlah dan satuan, tanda tangan dan nama terang apoteker, no
SIPA, dan stempel apotek. SP ini juga dibuat rangkap 3 yaitu untuk diserahkan ke
pemasok (2 rangkap) dan 1 rangkap sebagai arsip. Adapun contoh format SP untuk
obat yang mengandung prekusor sebagai berikut :

Gambar 3.2 Surat pesanan obat yang mengandung precursor Apotek Wijaya
b. Surat Pesanan Psikotropika
Surat pesanan ini dibuat untuk memesan obat-obat psikotropika. Hal-hal yang
harus dimuat dalam surat pesanan psikotropika adalah nama PBF yang dituju, no SP,
tanggal SP, nomor urut, jumlah pesanan, satuan, nama psikotropika, nama dan alamat
apotek pemesan, no SIPA, stempel Apotek, tanda tangan dan nama terang apoteker
penanggung jawab. Surat pesanan psikotropika terdiri dari tiga rangkap. Adapun
contoh format SP untuk Psikotropika sebagai berikut :
Gambar 3.3 Surat pesanan obat psikotropika Apotek wijaya

3. Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Wijaya dilakukan berdasarkan sifat obat dan
bentuk sediaan obat, serta stabilitasnya pada suhu. Penyimpanan obat jenis
suppositoria, ovula, lacto B dan insulin disimpan di dalam lemari es pada suhu 2-80C
sesuai dengan sifat sediaan tersebut yang dapat dipengaruhi oleh suhu tinggi sehingga
harus disimpan dalam suhu rendah. Penyimpanan sediaan untuk penggunaan injeksi
disimpan di lemari yang terlindung dari cahaya. Penyimpanan untuk obat seperti
kombinasi amoxicillin dan asam clavulanat ada juga suppositoria yang disimpan
dengan suhu sejuk (8-150C). Penyimpanan obat-obat yang mengandung alkohol
disimpan dalam wadah tertutup rapat. Untuk obat krim, tetes telinga, tetes mata,
tablet, kaplet, sirup disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya. Penyimpanan
tablet, kaplet dan sirup disimpan pada suhu 15-300C. Penyimpanan obat golongan
narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang dilengkapi dengan
pintu dan kunci ganda. Apotek Wijaya menyimpan obat psikotropika dan narkotika
dalam lemari khusus tanam yang berbeda. Lemari penyimpanan narkotika dilengkapi
dengan pintu dan kunci lemari ganda yang sudah baik. Secara keseluruhan,
penyimpanan obat di Apotek Wijaya sudah baik dan sesuai dengan aturan yang
berlaku.
Adapun SOP penyimpanan barang digudang pada Apotek Wijaya yaitu :
1. Pada faktur yang telah dicek, masukkan jumlah, nomor batch dan tanggal
kadaluarsa sediaan farmasi di dalam komputer.
2. Simpan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada lemari yang sesuai
dengan suhu penyimpanan, penggolongan obat berdasarkan aspek farmakologi,
bentuk sediaan dan alfabetis.
3. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus mengikuti
penyimpanan berdasarkan prinsip FEFO dan FIFO.
4. Mencatat Kartu stock barang mengenai mutasi barang.
5. Khusus narkotika dan psikotropika, setiap karyawan harus mengisi kartu stok
setiap penambahan dan pengambilan obat.
6. Membersihkan lokasi penyimpanan dan barangnya.
7. Melaksanakan supervise penyimpanan.
Sedangkan SOP penyimpanan barang di tempat pelayanan yaitu :
1. Pada faktur yang telah dicek, masukkan jumlah, nomor batch dan tanggal
kadaluarsa sediaan farmasi di dalam komputer.
2. Simpan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada lemari yang sesuai
dengan suhu penyimpanan, penggolongan obat berdasarkan aspek farmakologi,
bentuk sediaan dan alfabetis.
3. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus mengikuti
penyimpanan berdasarkan prinsip FEFO dan FIFO.
4. Untuk OWA dan OTC, berikan label harga terlebih dahulu sebelum
memasukkannya ke etalase.
5. Khusus narkotika dan psikotropika, setiap karyawan harus mengisi kartu stok
setiap penambahan dan pengambilan obat.
6. Membersihkan lokasi penyimpanan dan barangnya.
7. Melaksanakan supervise penyimpanan.
Kasus resep

Kasus resep 5

SERIAN WINARTO
DOKTER GIGI
Jl. Overste Soedirman 17 A
Telp. 0811291514
PURWOKERTO
295/ Dinkes/ Bms/ DG/ IV/ 96
Purwokerto, 14 Maret 2018

R/ Clindamycin 300 mg XII


S 3 dd I

R/ Cataflam 50 mg XII
S 3 dd I

Pro : Sdr. Septian


Umur : 23 tahun
Alamat : Jl.Madrani, Karangwangkal, Purwokerto

Skrining administratif resep


No Uraian Keterangan
Ada Tidak ada
Inscriptio
1 Nama Dokter √
2 Surat Izin Praktek Dokter √
3 Alamat dan Nomor Telepon √
4 Tempat Penulisan resep √
5 Tanggal Penulisan Resep √
Invocatio
6 Tanda R/ pada setiap pengambilan √
obat
Prescriptio
7 Nama Obat √
8 Kekuatan Dosis Obat √
9 Jumlah obat √
10 Cara pembuatan(untuk racikan) - -
Signatura
11 Aturan pemakaian obat √
12 Waktu minum obat √
Pro
13 Nama Pasien √
14 Umur Pasien √
15 Alamat Pasien √
Subscriptio
16 Paraf atau tanda tangan Dokter √

Kesimpulan : Dalam skrining kelengkapan resep terdapat bagian yang tidak lengkap yaitu
signatura keterangan waktu minum obat apakah sebelum atau setelah makan. Oleh karena itu,
Apoteker ataupun Asisten Apoteker perlu mengkaji dari cara penggunaan obat agar obat
dapat diterima dengan baik dalam tubuh dan dapat meningkatkan efektifitas.

Skrining Farmasetika
• Obat diberikan sesuai dengan dosis dan bentuk sediaan tanpa diubah menjadi bentuk
sediaan lainnya, sehingga tidak terdapat inkompatibilitas diantara tiap sediaan obat yang
diberikan kepada pasien.
• Kedua obat tersebut stabil dalam suhu ruang kurang dari 300C dan terhindar dari sinar
matahari langsung.
Skrining Farmakologi
• Clindamycin merupakan antibiotik golongan Lincosamides yang efektif mengobati terutama
pada infeksi bakteri anaerob yang serius. Clindamycin bekerja sebagai antibiotik dengan
memodifikasi atau menghambat sintesis protein (Hardjosaputra, 2008). Penyakit periodontal
merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh bakteri anaerob yang menyerang
jaringan sekitar gigi sehingga dibutuhkan antibiotik. Antibiotik diberikan bila terdapat
gambaran klinis seperti edema dan kemerahan di daerah mulut yang tidak segera sembuh.
Antibiotik merupakan terapi yang sering digunakan oleh dokter gigi untuk membunuh bakteri
spesifik dan non spesifik etiologi periodontal (Pejcic, et al., 2010). Pilihan antibiotik lini
pertama adalah golongan Penisilin, seperti Amoxicillin (Azwar, 2004). Namun, ciprofloxacin
(golongan fluorokuinolon) dan clindamycin (golongan lincosamides) masih digunakan
sebagai lini pertama pada kasus ringan. Dosis oral Clindamycin untuk dewasa yaitu 150-300
mg diberikan setiap 6 jam (Hardjosaputra, 2008).
• Cataflam merupakan obat paten dengan zat aktif Natrium diklofenak 50 mg yang diberikan
pada pasien dengan indikasi pengobatan jangka pendek untuk nyeri dan inflamasi (ISFI,
2011).

Drug Related Problem

Tgl Subjektif Objektif Assesment Rekomendasi

14/03/18 Sakit gigi - DRP : Terapi kurang Clindamycin


efektif diberikan
dengan interval
Pada resep pasien
waktu setiap 6
mendapat terapi
jam atau 4 kali
clindamycin dan
sehari 1 kapsul
cataflam. Interval
(150 mg-300
pemberian Clindamycin
mg)
300 mg untuk infeksi
(Hardjosaputra,
bacterial anaerob pada
2008).
jaringan sekitar gigi
kurang tepat karena
berdasarkan literatur
seharusnya antibiotik
Clindamycin diberikan
dengan interval waktu
setiap 6 jam atau 4 kali
sehari 1 kapsul (150
mg-300 mg),
sedangkan di resep
tertera 3 kali sehari 1
kapsul. Terapi tersebut
dinilai kurang efektif
dan dapat menyebabkan
resistensi karena
peresepan antibiotik
yang tidak tepat
interval (Hardjosaputra,
2008).

Plan

Tujuan terapi

1) Mengatasi infeksi dan sakit gigi karena gigi berlubang


2) Mengatasi nyeri karena sakit gigi

Monitoring dan KIE

Monitoring
Obat KIE
Keberhasilan Efek samping

Clindamycin Infeksi sembuh Mual, muntah, Menginformasikan


Ruam atau
bahwa obat antibiotik
terasa ringan,
rasa nyeri pada harus dihabiskan untuk
ulu hati. sakit
menghindari resistensi
tenggorokan,
dan antibiotik.
hipersensitifitas

Cataflam Nyeri karena gangguan Jika nyeri sembuh


sakit gigi sembuh pencernaan, sebaiknya dihentikan
termasuk sakit
perut, mual,
refluks asam
lambung
(heartburn),
sendawa, diare,
sembelit,
dan/atau ulkus
lambung

KIE
a. Jadwal minum obat
• Pukul 07.00; 15.00; dan 23.00 : Obat yang harus diminum yaitu Clindamycin dan Cataflam.
Diminum setelah makan karena Cataflam mengandung Natrium diklofenak (NSAID) yang
dapat menyebabkan iritasi saluran gastrointestinal bila diminum sebelum makan.
Clindamycin dapat diminum sebelum maupun setelah makan tetapi untuk meningkatkan
kepatuhan pasien maka dapat diminum bersamaan dengan Cataflam karena kedua obat
tersebut tidak berinteraksi (drugs.com, 2018).
b. Jangka waktu penggunaan obat
• Obat yang harus dihabiskan adalah Clindamycin, selama 4 hari.
• Obat yang harus dihentikan ketika nyeri gigi hilang adalah Cataflam. Durasi pengobatan
NSAID yang optimal untuk tujuan analgesik adalah 3 hari, pada prinsipnya tidak boleh
melebihi 5 hari (French-Speaking Society of Oral Medicine and Oral Surgery, 2008).
c. Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi minimal 2x sehari dan dapat
disempurnakan dengan mouthwash setelah menyikat gigi. Selain itu membersihkan lidah
dengan alat pembersih lidah minimal 2 kali sehari.
d. Menghindari makanan dan minuman yang terlalu manis, dingin, maupun panas.
Kasus resep 6

KLINIK KESEHATAN, KB & KHITAN


VIRA MEDIKA
Perumnas Ledug No.1 Rt05/03 Ledug Kecamatan
Kembaran
Telp. (0281) 6571230

Purwokerto, 15 Desember 2017

R/ Plantacid syr I
S 3 dd CI

R/ Ranitidin 150 X
S 2 dd I

R/ Lansoprazole X
S 1dd I malam

Pro : Ny Kinasih
Umur : 75 tahun
Alamat : Purwokerto Timur

Skrining administratif
No Uraian Keterangan
Ada Tidak ada
Inscriptio
1 Nama Dokter √
2 Surat Izin Praktek Dokter √
3 Alamat dan Nomor Telepon √
4 Tempat Penulisan resep √
5 Tanggal Penulisan Resep √
Invocatio
6 Tanda R/ pada setiap pengambilan √
obat
Prescriptio
7 Nama Obat √
8 Kekuatan Dosis Obat √
9 Jumlah obat √
10 Cara pembuatan(untuk racikan) - -
Signatura
11 Aturan pemakaian obat √
12 Waktu minum obat √
Pro
13 Nama Pasien √
14 Umur Pasien √
15 Alamat Pasien √
Subscriptio
16 Paraf atau tanda tangan Dokter √

Kesimpulan : Dalam skrining kelengkapan resep terdapat bagian yang tidak lengkap yaitu
signatura keterangan waktu minum obat apakah sebelum atau setelah makan. Oleh karena itu,
Apoteker ataupun Asisten Apoteker perlu mengkaji dari cara penggunaan obat agar obat
dapat diterima dengan baik dalam tubuh dan dapat meningkatkan efektifitas.

Skrining Farmasetika
• Obat yang diberikan tidak perlu diubah menjadi bentuk sediaan lainnya karena dosis yang
diberikan sudah sesuai dengan dosis sediaan sehingga tidak terdapat inkompatibilitas diantara
tiap sediaan obat yang diberikan kepada pasien karena tidak mengalami pencampuran dengan
obat lainnya.

Skrining farmakologi
a. Plantacid sirup
Komposisi Aluminium hydroxide 400 mg, magnesium hydroxide 400 mg dan dymethil
polysiloxane 100 mg.
Indikasi : Mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung,
tukak lambung, tukak usus 12 jari dengan gejala-gejala seperti mual, kembung dan perasaan
penuh pada lambung.
Efek Samping : Mual, muntah, konstipasi, diare. Gejala-gejala akan hilang bila pemakaian
obat dihentikan.
Dosis : Diberikan 1 - 2 jam setelah makan dan menjelang tidur. 5-10 mL suspensi, 3 - 4x/hari
(Kalbemed, 2017)
b. Ranitidin
Komposisi Ranitidin 150 mg
Indikasi : tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis,
tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain
dimana pengurangan asam lambung akan bermanfaat.
Efek Samping : Sakit Kepala, pusing, ruam kulit
Dosis : 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg pada malam hari sampai 6 minggu pada dyspepsia
episodik kronis (BPOM RI, 2015)
c. Lansoprazol
Indikasi : tukak duodenum dan tukak lambung ringan, refluks esofagitis.
Efek Samping : Konstipasi, diare, mulut kering, distensi abdomen, sakit kepala, ruam kulit
Dosis : 30 mg sehari 1 kali, selama 4-8 minggu (MIMS, 2012)

Drug Related Problem

Tgl Subjektif Objektif Assesment Rekomendasi

15/12/17 dyspepsia - DRP : duplikasi terapi Sebaiknya


penggunaan
Pada resep untuk terapi
terapi obat
dispepsia pasien
salah satu saja
menggunakan Plantacid
misalnya
sirup, Ranitidin dan
menggunakan
Lansoprazol. Menurut
Lansoprazol
Dipiro (2008) terapi
(PPI) mampu
dispepsia yang mencegah
disarankan yaitu produksi asam
menggunakan H2RA lambung yang
atau PPI. Pada resep ini berlebihan,
terdapat DRP, yaitu ditambah juga
penggunaan dua obat dengan
sekaligus yaitu H2RA penggunaan
(Ranitidin) dan PPI Plantacid
(Lansoprazole) (antasida) yang
sebaiknya terapi mengurangi
penggobatan digunakan kelebihan asam
salah satu saja (Dipiro, lambung
2008). (Ikawati, 2008).
Plan

Tujuan terapi

Mengatasi dyspepsia yang terjadi pada pasien

Monitoring dan KIE

Monitoring
Obat KIE
Keberhasilan Efek samping

Plantacid syr pH asam Mual, muntah, Menginformasikan


lambung normal konstipasi, bahwa obat diminum
diare. Gejala- setengah jam sebelum
gejala akan makan untuk
hilang bila menetralkan asam
pemakaian obat lambung pasien.
dihentikan.
Jika sudah sembuh obat
dihentikan
penggunaannya.
Ranitidin Dyspepsia Sakit Kepala, Obat diminum sesudah
sembuh pusing, ruam makan.
kulit
Jika dyspepsia sudah
sembuh sebaiknya
dihentikan.

Lansoprazol Dyspepsia Konstipasi, Obat diminum sesudah


sembuh diare, mulut makan.
kering, distensi
Jika dyspepsia sudah
abdomen, sakit
sembuh sebaiknya
kepala, ruam
dihentikan.
kulit

KIE
a. Jadwal minum obat
b. Jangka waktu penggunaan obat
c. Hindari konsumsi makanan dan minuman yang meningkatkan asam lambung dan
mengiritasi lambung, seperti kopi, makanan bersantan, makanan yang terlalu asam maupun
pedas.
d. Konsumsi air putih lebih dari 2 liter perhari.

Anda mungkin juga menyukai