2. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut
bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998)
penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
A. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada
kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin
yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
B. PATWAYS
C.
Kekurangan Nutrisi
Pendarahan Hemolisis (destruksi sel darah merah)
Kegagalan sumsum tulang
Kehilangan sel darah merah
Anemia (HB)
Gg fungsi otak
Ketidakefektifan perfusi
Jaringan perifer
Intake nutrisi turun
anoreksia
Ketidak seimbangan nutrisi
Kurang dari kebutuhan
tubuh
Intoleransi aktivitas
D. GAMBARAN KLINIS
a. Riwayat:
1. Mentruasi berlebihan
2. Kehilangan darah kronik
3. Riwayat keluarga
4. Diet yang tidak adekuat
5. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
6. Anemia pada kehamilan sebelumnya
7. Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan )
b. Tanda dan Gejala
1. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk
2. Pusing atau kelemahan
3. Sakit kepala
4. Lesi pada mulut dan lidah
5. Aneroksia,mual, atau muntah
6. Kulit pucat
7. Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat
8. Dasar kuku pucat
9. Takikardi
E. TES LABORATORIUM
Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka anemia selama
kehamilan dapat didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari pada 10 atau 11 gr/100 ml dan
hematokrit kurang dari pada 30% sampai 33% .
Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan
keadekutan trombosit.
F. PENATALAKSANAAN
a. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-
fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2. Kaji riwayat keluarga
b. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
1. Morfologi
Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
3. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia.
Waspada dehidrasi dan preklamsi
4. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat.
5. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah, namun masih
normal.
6. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe
setiap hari
7. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.
Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.
8. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan di
atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
- Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
- Kadar kosentrasizat besi serum
- Kapasitas pegikat zat besi
- Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
- Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
- Hitung trombosit
- uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
- Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
- Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-
Amerika.
Konsultasikan dengan dokter
Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
c. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan
dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2).
2. Konsultasikan ke dokter bila:
a. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi
b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan
kesalahan labotaturium).
c. Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
G. KOMPLIKASI
a. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus, missed
abortus dan kelainan kongenital.
b. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan
antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian,
BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan
kematian.
c. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan
lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.
Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar
sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
H. AKIBAT LANJUTAN
Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami:
1. Keguguran.
2. Lahir sebelum waktunya
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
4. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.
5. Dapat menimbulkan kematian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994).
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem reproduksi
sehubungan dengan anemia tergantung pada penyebab dan adanya komplikasi pada penderita.
Pengkajian keperawatan anemia meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial.
1. Identitas Klien dan keluarga (penanggung jawab) :
a. Nama
b. Umur
Pada anemia,
c. Jenis kelamin
Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan zat besi
wanita yang lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil.
d. Pekerjaan
Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia dengan
cepat seiring dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit.
e. Hubungan klien dengan penanggung jawab
f. agama
g. Suku bangsa
h. Status perkawinan
i. Alamat
j. Golongan darah
2. Keluhan Utama
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunang-kunang.
4 DS; Ketidaefektifan
Klien mengatakan perfusi
DO; jaringan perifer
-tampak warna kulit
membiru
- tampak kuku tumbuh
lambat
-ekstremitas dingin
-TD menurun
-Nadai lemah tidak teraba
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, anoreksia
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang.
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Tujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas sehari-
hari.
Intervensi:
1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal.
2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
4. Berikan lingkungan tenang
5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
Rasional:
1. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
2. Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan
pasien/resiko cedera.
3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan
peningkatan resiko cedera.
6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan.
Dx2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan
nilai laboratorium normal.
Intervensi:
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3. Timbang berat badan tiap hari.
4. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral
luka.
7. Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin
(vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),
2. Besi dextran (IM/IV.)
Rasional:
1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah
distensi gaster.
5. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7. Kolaborasi :
1. Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang
buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.
2. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi
atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi
efektif.
Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Intervensi:
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
3. Tingkatkan masukan cairan adekuat.
4. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
5. Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.
Rasional:
1. Mencegah kontaminasi silang.
2. Menurunkan resiko infeksi bakteri.
3. Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan
mencegah statis cairan tubuh.
4. Adnya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan
proses infeksi local.
Dx4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang.
Tujuan/Kriteria hasil:
Intervensi:
1. Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul.
2. Monitor adanya paretase
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6. Kolaborasi pemberian analgetik
C. IMPLEMENTASI
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Tujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas sehari-
hari.
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Mengkaji kemampuan pasien untuk 1. Mempengaruhi pilihan
melakukan untuk melakukan intervensi/bantuan
tugas/AKS normal. 2. Menunjukkan perubahan neurologi
2. Mengkaji kehilangan/gangguan karena defesiensi vitamin B12
keseimbangan gaya jalan, kelemahan mempengaruhi keamanan
otot. pasien/resiko cedera.
3. Mengawasi tekanan darah, nadi, 3. Manifestasi kardiopulmonal dari
pernapasan selama dan sesudah upaya jantung dan paru untuk
aktivitas. membawa jumlah oksigen adekuat
4. Memberikan lingkungan tenang ke jaringan.
5. Mengubah posisi pasien dengan 4. Meningkatkan istirahat untuk
perlahan dan pantau terhadap pusing. menurunkan kebutuhan oksigen
6. Menganjurkan pasien untuk tubuh dan menurunkan regangan
menghentikan aktivitas bila palpitasi. jantung dan paru.
5. Hipotensi postural atau hipoksia
serebral dapat menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan resiko
cedera.
6. Regangan/stres kardiopulmonal
berlebihan/stres dapat menimbulkan
kegagalan.
Dx2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan
nilai laboratorium normal.
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk 1. Mengidentifikasi defisiensi,
makanan yang disukai. menduga kemungkinan intervensi.
2. Mengobservasi dan catat masukan 2. Mengawasi masukan kalori atau
makanan pasien. kualitas kekurangan konsumsi
3. Menimbang berat badan tiap hari. makanan.
4. Memberikan makan sedikit dan 3. Mengawasi penurunan berat badan
frekuensi sering dan/atau makan atau efektivitas intervensi nutrisi.
diantara waktu makan. 4. Makan sedikit dapat menurunkan
5. Mengobservasi dan catat kejadian kelemahan dan meningkatkan
mual/muntah, flatus dan gejala lain pemasukan juga mencegah distensi
yang berhubungan. gaster.
6. Memberikan dan bantu hygiene mulut 5. Gejala GI dapat menunjukkan efek
yang baik sebelum dan sesudah makan, anemia (hipoksia) pada organ.
gunakan sikat gigi halus untuk 6. Meningkatkan nafsu makan dan
penyikatan yang lembut. Berikan pemasukan oral, menurunkan
pencuci mulut yang diencerkan bila pertumbuhan bakteri,
mukosa oral luka. meminimalkan kemungkinan
7. Kolaborasi : infeksi. Teknik perawatan mulut
a. Memberikan obat sesuai indikasi, khusus mungkin diperlukan bila
mis.Vitamin dan suplemen mineral, jaringan rapuh/luka/perdarahan dan
seperti sianokobalamin (vitamin B12), nyeri berat.
asam folat (Flovite); asam askorbat7. Kolaborasi :
(vitamin C), a. Kebutuhan penggantian tergantung
b. Besi dextran (IM/IV.) pada tipe anemia dan/atau adanya
masukan oral yang buruk dan
defisiensi yag diidentifikasi.
b. Diberikan sampai defisit
diperkirakan teratasi dan disimpan
untuk yang tak dapat diabsorpsi atau
terapi besi oral, atau bila kehilangan
darah terlalu cepat untuk
penggantian oral menjadi efektif.
Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Meningkatkan cuci tangan yang baik 1. Mencegah kontaminasi silang.
oleh oemberi perawatan dan pasien. 2. Menurunkan resiko infeksi bakteri.
2. Memoertahankan teknik aseptic ketat3. Membantu dalam pengenceran
pada prosedur/ perawatan luka. secret pernafasan untuk
3. Meningkatkan masukan cairan mempermudah pengeluaran dan
adekuat. mencegah statis cairan tubuh.
4. Memantau suhu, catat adanya 4. Adnya proses inflamasi/infeksi
menggigil dan takikardia dengan atau membutuhkan evaluasi/pengobatan.
tanpa demam 5. Mungkin digunakan secara
5. Kolaborasi: Memberikan antiseptic propilaktik untuk menurunkan
topical, antibiotic sistemik. kolonisasi atau untuk pengobatan
proses infeksi local.
Dx4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen berkurang.
Tujuan/Kriteria hasil:
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Adanya daerah tertentu yang hanya
peka terhadap panas, dingin, tajam,
tumpul.
2. Memonitor adanya paretase
3. Menginstruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi
4. Menggunakan sarung tangan untuk
proteksi
5. Membatasi gerakan pada kepala, leher
dan punggung
6. Kolaborasi pemberian analgetik
D. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien dugunakan
komponen SOAP. Yang dimaksud dengan SOAP adalah:
S : data subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
O : data obyektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien,
dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A : analisis
Interpretasi dari data sunyektif dan data obyektif. Merupakan suatu masalah atau
diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru
yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam
data subyektif dan obyektif.
P : planing
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan
dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
EVALUASI