5.1 Pendahuluan
Proses analisis dan hasil penelitian akan disajikan dalam bab ini. Proses
analisis meliputi perhitungan pembebanan, perencanaan bresing, perhitungan
respons spektrum, perhitungan simpangan antar lantai, kontrol gaya-gaya dalam,
kontrol ketidakberaturan bangunan. Analisis yang digunakan yaitu metode analisis
respons spektrum. Analisis tersebut mengacu pada standar kegempaan terbaru yaitu
SNI 1726:2012. Hasil penelitian dalam bab ini berupa tabel, grafik, dan gambar.
5.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
sekunder berupa gambar kerja (shop drawing). Data tersebut diperoleh dari proyek
Swiss-Bel Hotel di Jalan Ahmad Yani Solo. Data tersebut telah disetujui oleh pihak
proyek. Bangunan Swiss-Bell Hotel menggunakan jenis struktur beton bertulang.
Jumlah lantai pada bangunan tersebut adalah 20 lantai dan 5 lantai basement.
Perencanaan hotel tersebut, mutu bahan yang digunakan yaitu mutu beton f’c 30
Mpa untuk elemen balok, kolom, dan pelat. Mutu baja untuk ulir D13 yaitu fy 400
MPa, sedangkan untuk baja polos fy 240 MPa. Dari hasil mutu bahan tersebut
didapatkan modulus elastisitas beton 25742,96 MPa atau 262578,19 kg/cm3.
Pemodelan struktur menggunakan portal frame 3 dimensi. Pemodelan terdiri dari 3
model yaitu struktur tanpa bresing (Model 1), struktur dengan bresing alternatif 1
(Model 2), dan struktur dengan bresing alternatif 2 (Model 3). Struktur tanpa
bresing (Model 1) dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini.
50
51
Perhitungan beban mati yang digunakan dapat dilihat pada uraian berikut ini.
1 Beban mati pelat
a. Pelat Ketebalan 12 cm (S1) = 0,12 m x 23,536 kN/m3 = 2,824 kN/m2
b. Pelat Ketebalan 15 cm (S2) = 0,15 m x 23,536 kN/m3 = 3,530 kN/m2
c. Pelat Ketebalan 17 cm (S3) = 0,17 m x 23,536 kN/m3 = 4,001 kN/m2
d. Pelat Ketebalan 20 cm (S4) = 0,20 m x 23,536 kN/m3 = 4,707 kN/m2
e. Pelat Ketebalan 25 cm (S5) = 0,25 m x 23,536 kN/m3 = 5,884 kN/m2
2 Beban mati tambahan Pelat
Pasir = 0,04 m x 0,18 kN/m3 = 0,628 kN/m2
Spesi = 0,025 m x 16,671 kN/m3= 0,417 kN/m2
Keramik = 0,172 kN/m2
Plafon & penggantung = 0,180 kN/m2
MEP = 0,392 kN/m2
1. Beban mati tambahan Atap
Spesi = 0,025 m x 16,671 kN/m3= 0,417 kN/m2
Kedap Air = 0,025 kN/m2
MEP = 0,392 kN/m2
3 Beban mati Dinding
Pada penelitian ini, pembebanan dinding terdiri dari 3 material yaitu dinding
pasangan bata merah, dinding partisi, dan dinding kaca.
a. Dinding Pasangan Batu Merah
Perhitungan pembebanan dinding pasangan batu merah dapat dilihat pada
Tabel 5.1 berikut ini.
53
nilai beban hidup yang digunakan pada masing-masing fungsi lantai dapat dilihat
pada Tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Beban Hidup pada Lantai berdasarkan SNI 1727:2013
AT KL Lo L
Fungsi Ruangan Perlu Reduksi
(m2) L (kN/m2) (kN/ m2)
Ruang tidur/Ruang
pribadi 32 1 Tidak perlu 1,92 1,92
Koridor 16 1 Tidak perlu 4,79 4,79
Ruang Pertemuan 32 1 Tidak perlu 4,79 4,79
Kolam Renang 32 1 Tidak perlu 3,59 3,59
Lobby 32 1 Tidak perlu 4,79 4,79
Keterangan :
AT = Luas Ruangan (m2 ),
Kll = Faktor elemen beban hidup,
L0 = Besar beban hidup sebelum direduksi, dan
L = Besar beban hidup setelah direduksi,
(a) (b)
Gambar 5.2 (a)Pemodelan Bresing Penempatan Alternatif 1 (Model 2) dan
(b)Pemodelan Bresing Penempatan Alternatif 2 (Model 3)
2) Cek profil
𝒃 𝟐𝟎𝟑
λsayap =𝟐𝒕𝒇 = 𝟐𝒙𝟏𝟏,𝟎𝟒𝟗 =9,186
𝑬 𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
λc = 0,56√𝒇𝒚 = 𝟎, 𝟓𝟔√ = 𝟏𝟔, 𝟏𝟔𝟓
𝟐𝟒𝟎
𝐸 200.000
λc =1,49√𝑓𝑦 = 1,49√ = 43,012
240
3) Cek kelangsingan
𝐾.𝐿 1,0 𝑥 6708
= =130,735 < 200 OK
𝑟𝑚𝑖𝑛 51,31
4) Perhitungan Fe
a) Flexural Buckling
𝜋2𝐸 3,14 𝑥 200000
𝐹𝑒 = 2 = = 115,905 𝑀𝑃𝑎
𝐾. 𝐿 130,7352
( 𝑟 )
b) Torsional Buckling
𝜋 2 𝐸. 𝐶𝑤 1
𝐹𝑒 = [ + 𝐺𝐽]
𝐾𝑧 𝐿 𝐼𝑥 + 𝐼𝑦
𝜋 2 . 200.000.142324 𝑥 106
𝐹𝑒 = [ + 77,200 .223100 ] 𝑥
(0,8 . 6708) 2
60
1
45785457 + 15442186
𝐹𝑒 = 570,039 Mpa
𝐸 200000
4,71√ = 4,71 √ 135,96
𝐹𝑦 240
𝐾.𝐿 𝐸
< 4,71√𝐹𝑦 130,735 < 135,96
𝑟𝑚𝑖𝑛
𝑓𝑦 240
Jadi, Fcr= [0,658 𝑓𝑒 ] 𝑥𝑓𝑦 = [0,658115,905 ] 𝑥240= 100,883 kN/mm2
Karena ΦPn > Pu, 533,948 kN > 415,244 kN maka komponen kuat tekan
bresing AMAN.
2 Perhitungan kapasitas tarik profil bresing
Untuk leleh tarik pada penampang bruto
ΦTn = Fy x Ag
0,9x 240 x 5883,86
= 1000
= 1270,914 kN
Untuk keruntuhan tarik pada penampang netto
ΦTn = Fu x Ae
Ae = Anetto x U
𝑆2
An = 𝐴𝑔 − 𝑛𝑑𝑡 + ∑ 4𝑔 𝑡
61
66 66 66
A
60
60
B C
D
Gambar 5.4 Pola Keruntuhan Tarik
Pola A-D
An = Ag – n.dt.t
= 5883,86 – 2x24 x 7,239
= 5536,388 mm2
Pola A-B-C-D
𝑆2
An = Ag – n.dt.t + ∑ 4𝑔 𝑡
662 662
= 5883,86 – 3𝑥24𝑥7,239 + 4𝑥60 𝑥7,239 +4𝑥60 𝑥7,239
= 5625,428 mm2
Periksa luas netto efektif
Ae = luas netto efektif seperti di dalam Pasal D3 SNI 1729:2015 untuk
pelat sambungan baut, Ae = An ≤ 0,85 Ag.
0,85 Ag = 0,85 x 5883, 86 mm2
= 5001,281 mm2
= 0,944 mm
Setelah didapatkan nilai U= 0,944 mm, kemudian menghitung luas netto
efektif (Ae) sebagai berikut ini.
Ae = Anetto x U
= 5001,281 mm2 x 0,944 mm
= 4721,209 mm2
𝟎,𝟕𝟓𝐱 𝟑𝟕𝟎 𝐱 𝟒𝟕𝟐𝟏,𝟐𝟎𝟗
ΦTn = 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 1310,135 kN
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai kapasitas tarik profil diambil yang
terendah adalah 1270,914 kN.
Penyelesaian =
Berdasarkan perhitungan sebelumnya, nilai kapasitas tarik profil
diperoleh sebesar 1270,914 kN.
Diameter baut (db) = 24 mm
Luasan baut (Ab) = 0,25 x π x 242= 452,389 mm2
𝟎,𝟕𝟓𝐱 𝟒𝟓𝟕 𝐱 𝟒𝟓𝟐,𝟑𝟖𝟗
Kapasitas nominal geser 1 baut = = 155,046 kN
𝟏𝟎𝟎𝟎
= 3,418 buah
Jumlah baut yang digunakan adalah 4 buah.
64
Rekapitulasi profil bresing dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini.
Tabel 5.6 Rekapitulasi Profil Bresing
Story Profil Story Profil
Story 27 W8 x 31 Story 16 W8 x 31
Story 26 W8 x 31 Story 15 W8 x 31
Story 25 W8 x 31 Story 14 W8 x 31
Story 24 W8 x 31 Story 13 W8 x 31
Story 23 W8 x 31 Story 12 W8 x 31
Story 22 W8 x 31 Story 11 W8 x 31
Story 21 W8 x 31 Story 10 W8 x 31
Story 20 W8 x 31 Story 9 W8 x 31
Story 19 W8 x 31 Story 8 W8 x 31
Story 18 W8 x 31 Story 7 W8 x 31
Story 17 W8 x 31 Story 6 W8 x 31
Detail posisi bresing dapat dilihat pada Gambar 5.6 berikut ini.
8m 6m 8 6
8m 8
8m 8
8m 8
8m ` 8
8m 8
8m 8
(a)
(b)
Gambar 5.6 Detail Posisi Bresing Pada Lantai 5 (a) Model 2 (b) Model 3
65
= 0,602g
2
SD1 = 3 × 𝑆𝑀1
2
= 3 × 0,554𝑔
= 0,374 g
6. Penentuan nilai CRS dan CR1
Nilai terpetakan koefisien risiko spesifik situs untuk periode pendek (CRS) dan
nilai terpetakan koefisien risiko spesifik situs untuk periode 1 detik (CR1)
bergantung pada lokasi bangunan. Kedua nilai tersebut didapatkan dari
mengamati Gambar 12 dan 13 pada peraturan SNI 1726:2012. Nilai CRS
diambil sebesar 1,02 dan nilai CR1 diambil sebesar 0,87.
7. Perhitungan nilai SDSR dan SD1R
Nilai SDSR dan SD1R didapatkan dengan cara mengalikan nilai SDS dan SD1
dengan nilai CRS dan CR1 seperti uraian berikut ini.
SDSR = SDS x CRS
67
= 0,602 g x 1,02
= 0,6 g
SD1R = SD1 x CR1
= 0,374g x 0,87
= 0,323 g
8. Desain respons spektrum
Desain respons spektrum menggunakan peraturan SNI1726:2012 sesuai pada
pasal 6.4. Desain respons spektrum nantinya digunakan sebagai input data
gempa pada program ETABS v.16.2.1. Uraian perhitungan seperti di bawah
ini.
a. Perhitungan nilai T0 dan TS.
𝑆
TS = 𝑆𝐷1𝑅
𝐷𝑆𝑅
0,323
TS = 0,600
TS = 0,528 detik
𝑆
T0 = 𝑆𝐷1𝑅 × 0,2
𝐷𝑆𝑅
0,323
T0= 0,600 𝑥 0,2
T0 = 0,106 detik
b. Nilai Sa yang berada dalam periode yang lebih kecil dari T0 diambil
dengan persamaan berikut ini.
𝑇
Sa = 𝑆𝐷𝑆 (0,4 + 0,6 𝑇 )
0
Dari persamaan di atas, grafik hubungan antara T dan Sa dapat dilihat seperti
Gambar 5.7 berikut ini.
”
68
0,7
0,6
0,5
0,3
0,2
0,1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Periode (detik)
Jenis struktur yang digunakan adalah rangka beton bertulang momen khusus,
maka nilai Ct dan x berdasarkan Tabel 15 SNI 1726:2012 adalah 0,0466 dan
= 0,9. Nilai periode minimum struktur dapat ditentukan dengan persamaan
berikut ini.
Ta = Ct hnx
= 0,0466 x 79,650,9
= 2,396 detik
Ta (maks) = Cu . Ta
= 1,4 x 2,396
=3,354 detik
Hasil rekapitulasi periode bangunan dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini.
𝑆𝐷1𝑅
𝐶𝑆2 =
𝑅
𝑇 (𝐼 )
𝑒
0,32
= = 0,016
7
2,856 (1)
= 0,044x 0,6 x 1
= 0,0268
d. Nilai Cs pakai adalah sebesar 0,0268
SNI 03-1726-2012 tentang berat efektif bangunan diambil 1 kali beban mati
ditambah minimum 25% beban hidup. Perbandingan berat total bangunan
dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 5.8 berikut ini.
150450
150400
150350
Berat Bangunan, kN
150300
150250
150200
150150
150100
150050
0 1 2 3
Model
= 1,4648
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vy = 0,85 x𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
= 1,4267
Model 2
Vstatik = 4020,592 kN
0,85Vstatik = 3417,503 kN
Vdinamik arah X = 2566,139 kN
Vdinamik arah Y = 2340,854 kN
Gaya geser dasar arah x dan arah y kurang dari 0,85 Vstatik, maka perlu skala
ulang dalam analisis.
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vx = 0,85 x𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
73
= 1,332
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vy = 0,85 x𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
= 1,460
Model 3
Vstatik = 4024,78 kN
0,85Vstatik = 3421,064kN
Vdinamik arah X = 2615,574 kN
Vdinamik arah Y = 2365,344 kN
Gaya geser dasar arah x dan arah y kurang dari 0,85Vstatik, maka perlu skala
ulang dalam analisis.
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vx = 0,85 x𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
= 1,308
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vy = 0,85 x
𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
= 1,446
dengan:
D = Beban mati,
L = Beban hidup,
Ex = Beban gempa arah X, dan
Ey = Beban gempa arah Y.
5.7 Kontrol Ketidakberaturan Struktur Horizontal
Pada penelitian ini, struktur bangunan setback dilakukan pengecekan
ketidakberaturan horizontal. Kontrol ketidakberaturan struktur horizontal yang
dibahas adalah ketidakberaturan torsional, karena ketidakberaturan sudut dalam,
diskontinuitas diafragma, dan pergeseran bidang tidak ditemukan pada struktur
bangunan yang dijadikan objek penelitian.
5.7.1 Ketidakberaturan Torsional
Bangunan setback yang dijadikan objek penelitian diperlukan kontrol
terkait dengan torsi yang terjadi akibat adanya perpindahan atau joint displacement.
Nilai ketidakberaturan diambil dengan bantuan analisis menggunakan ETABS
v16.2.1. Tinjauan data simpangan tersebut diambil dari ujung-ujung struktur yang
memiliki nilai tertinggi seperti pada Gambar 5.10. Persyaratan ketidakberaturan
struktur horizontal yaitu :
δmax < 1,2 δavg = Tanpa Ketidakberaturan torsi
1,2 δavg ≤δmax ≤ 1,4 δavg = Ketidakberaturan torsi 1a
δmax > 1,4 δavg = Ketidakberaturan torsi 1b
77
154
Keterangan =
1a = Kekakuan tingkat lunak persyaratan pertama,
1a’ = Kekakuan tingkat lunak persyaratan kedua,
1b = Kekakuan tingkat lunak berlebihan persyaratan pertama,
1b’ = Kekakuan tingkat lunak berlebihan persyaratan kedua,
Ki = Kekakuan pada lantai yang ditinjau,
K(i+1) = Kekakuan pada lantai di atasnya, dan
Krata = Kekakuan rata-rata pada 3 lantai di atasnya
Contoh uraian perhitungan ketidakberaturan tingkat lunak pada Model 1
dapat dilihat di bawah ini.
K1 = 2433183,15 kN/m
K2 = 2813206,68 kN/m
K3 = 1663255,9 kN/m
K4 = 997758,28 kN/m
Lantai 1
K1a = 0,7 x 2833183,15 kN/m
= 1983228,205 kN/m
2813206,68+1663255,9+997758,28
K1a’ = 0,8 x( 3
)
86
= 2189688,344 kN/m
K1b = 0,6 x 2833183,15 kN/m
= 1699909,89 kN/m
2813206,68+1663255,9+997758,28
K1b’ = 0,7 x ( )
3
= 1277318,201 kN/m
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai K1 > K1a dan K1 > K1a’ sehingga pada
lantai 1 tidak termasuk ketidakberaturan tingkat lunak. Nilai K1 > K1b dan K1 > K1b’
sehingga pada lantai 1 juga tidak termasuk ketidakberaturan tingkat lunak
berlebihan. Berdasarkan tabel di atas, perhitungan tingkat lunak menunjukkan
bahwa ketidakberaturan tingkat lunak terjadi hanya pada model 1 di lantai 6 karena
lantai tersebut merupakan letak setback. Penambahan bresing mampu
meningkatkan kekakuan pada struktur, sehingga dapat mempengaruhi
ketidakberaturan tingkat lunak.
5.8.2 Ketidakberaturan Berat (Massa)
Persyaratan ketidakberaturan berat adalah apabila berat efektif sebarang
tingkat lebih dari 150% berat efektif tingkat yang berdekatan. Rekapitulasi
ketidakberaturan vertikal dapat dilihat pada Tabel 5.17, Tabel 5.18, dan Tabel 5.19
berikut ini.
87
a
Gambar 5.11 Penjelasan Nilai a dan b
Lanjutan Tabel 20
Torsi Bawaan Torsi Amplfikasi Torsi Total
Story
eox eoy ex ey Etx Ety
19 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,24 2,33
18 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,24 2,33
17 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,24 2,33
16 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,23 2,33
15 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,23 2,33
14 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,22 2,33
13 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,21 2,33
12 -1,60 0,93 0,8 2,4 -0,78 3,33
11 -6,49 -0,20 0,8 2,4 -5,70 2,20
10 -2,44 1,05 0,8 2,4 -1,66 3,45
9 -4,73 -0,09 1,6 2,4 -3,18 2,31
8 -6,48 0,15 1,6 2,4 -4,93 2,55
7 -4,67 1,64 1,6 2,4 -3,12 4,04
6 -4,74 0,02 1,6 2,4 -3,18 2,42
ex = (0,05 × 𝑎) × 𝐴𝑥
= 0,8 m
etotal = 0,69 + 0,8
= 1,50 m
Tabel 5.21 Rekapitulasi Eksentrisitas Bangunan Model 2
Torsi Bawaan Torsi Amplfikasi Torsi Total
Story
eox eoy ex ey Etx Ety
Setelah mendapatkan nilai eksentrisitas tersebut, maka input data tersebut pada
program ETABS dapat dilihat seperti pada Gambar 5.12 berikut ini.
% Max 3% 4%
% Min 0% 1%
% Rata-rata 2% 3%
18 Model 1
15 Model 2
Model 3
12
Lantai
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Simpangan (mm)
21
18
15
12
Lantai
Model 1
9
Model 2
6 Model 3
0
0 20 40 60 80 100
Simpangan Horizontal (mm)
1. Arah X
Model 1
Tabel 5.25 Simpangan Antar Lantai Model 1 Arah X
Tinggi δei δei (mm) Δi (mm) Δa/ρ Kontrol
Lantai
Lantai (mm) Cd.δei/Ie (δei*Cd)/I (0,025hsx) Δi< Δa/ρ
21 3900 96,19 529,03 23,98 75,00 OK
20 3400 91,83 505,05 21,37 65,38 OK
19 3400 87,94 483,68 21,90 65,38 OK
18 3400 83,96 461,78 22,52 65,38 OK
17 3400 79,87 439,26 23,18 65,38 OK
16 3400 75,65 416,09 23,84 65,38 OK
15 3400 71,32 392,25 24,48 65,38 OK
14 3400 66,87 367,77 25,06 65,38 OK
13 3400 62,31 342,72 25,57 65,38 OK
12 3400 57,66 317,15 25,98 65,38 OK
11 3400 52,94 291,16 26,28 65,38 OK
10 3400 48,16 264,89 26,44 65,38 OK
9 3400 43,35 238,45 26,44 65,38 OK
8 3400 38,55 212,01 26,25 65,38 OK
7 3400 33,77 185,76 25,80 65,38 OK
6 6000 29,08 159,96 43,65 115,38 OK
5 5200 21,15 116,30 34,02 100,00 OK
4 4000 14,96 82,29 32,19 76,92 OK
3 3000 9,11 50,09 21,14 57,69 OK
2 3000 5,26 28,95 13,30 57,69 OK
1 5000 2,85 15,65 15,65 96,15 OK
0 3500 0,00 0,00 0,00 67,31 OK
100
Model 2
Tabel 5.26 Simpangan Antar Lantai Model 2 Arah X
Tinggi δei δei Kontrol
Lantai Δi Δa/ρ
Lantai (mm) Cd.δei/Ie Δi< Δa/ρ
21 3900 40,38 222,08 12,75 75,00 OK
20 3400 38,06 209,34 11,15 65,38 OK
19 3400 36,03 198,19 11,17 65,38 OK
18 3400 34,00 187,02 11,18 65,38 OK
17 3400 31,97 175,84 11,17 65,38 OK
16 3400 29,94 164,66 11,13 65,38 OK
15 3400 27,92 153,54 11,05 65,38 OK
14 3400 25,91 142,49 10,93 65,38 OK
13 3400 23,92 131,55 10,79 65,38 OK
12 3400 21,96 120,77 10,60 65,38 OK
11 3400 20,03 110,17 10,40 65,38 OK
10 3400 18,14 99,76 10,16 65,38 OK
9 3400 16,29 89,60 9,92 65,38 OK
8 3400 14,49 79,68 9,64 65,38 OK
7 3400 12,74 70,04 9,37 65,38 OK
6 6000 11,03 60,68 15,74 115,38 OK
5 5200 8,17 44,94 12,35 100,00 OK
4 4000 5,93 32,59 11,95 76,92 OK
3 3000 3,75 20,65 8,23 57,69 OK
2 3000 2,26 12,42 5,54 57,69 OK
1 5000 1,25 6,88 6,88 96,15 OK
0 3500 0,00 0,00 0,00 67,31
101
Model 3
Tabel 5.27 Simpangan Antar Lantai Model 3 Arah X
Tinggi δei δei Kontrol
Lantai Δi Δa/ρ
Lantai (mm) Cd.δei/Ie Δi< Δa/ρ
21 3900 39,56 217,60 12,52 75,00 OK
20 3400 37,29 205,08 10,96 65,38 OK
19 3400 35,30 194,12 10,98 65,38 OK
18 3400 33,30 183,14 11,01 65,38 OK
17 3400 31,30 172,13 11,01 65,38 OK
16 3400 29,30 161,13 10,97 65,38 OK
15 3400 27,30 150,16 10,92 65,38 OK
14 3400 25,32 139,23 10,83 65,38 OK
13 3400 23,35 128,40 10,70 65,38 OK
12 3400 21,40 117,70 10,54 65,38 OK
11 3400 19,48 107,16 10,33 65,38 OK
10 3400 17,61 96,83 10,10 65,38 OK
9 3400 15,77 86,73 9,83 65,38 OK
8 3400 13,98 76,90 9,53 65,38 OK
7 3400 12,25 67,38 9,21 65,38 OK
6 6000 10,58 58,16 15,36 115,38 OK
5 5200 7,78 42,81 11,94 100,00 OK
4 4000 5,61 30,87 11,45 76,92 OK
3 3000 3,53 19,42 7,79 57,69 OK
2 3000 2,11 11,62 5,20 57,69 OK
1 5000 1,17 6,42 6,42 96,15 OK
0 3500 0,00 0,00 0,00 67,31 OK
102
2. Arah Y
Model 1
Tabel 5.28 Simpangan Antar Lantai Model 1 Arah Y
δei δei (mm) Δi (mm) Δa/ρ Kontrol
Lantai h (mm)
(mm) Cd.δei/Ie (δei*Cd)/I (0,025hsx) Δi< Δa/ρ
21 3900 64,80 356,39 7,92 75,00 OK
20 3400 63,36 348,47 7,62 65,38 OK
19 3400 61,97 340,86 8,48 65,38 OK
18 3400 60,43 332,38 9,47 65,38 OK
17 3400 58,71 322,91 10,50 65,38 OK
16 3400 56,80 312,41 11,54 65,38 OK
15 3400 54,70 300,87 12,57 65,38 OK
14 3400 52,42 288,30 13,57 65,38 OK
13 3400 49,95 274,73 14,55 65,38 OK
12 3400 47,30 260,17 15,50 65,38 OK
11 3400 44,49 244,67 16,42 65,38 OK
10 3400 41,50 228,25 17,31 65,38 OK
9 3400 38,35 210,94 18,20 65,38 OK
8 3400 35,04 192,74 19,07 65,38 OK
7 3400 31,58 173,67 19,99 65,38 OK
6 6000 27,94 153,68 36,57 115,38 OK
5 5200 21,29 117,11 30,87 100,00 OK
4 4000 15,68 86,23 32,08 76,92 OK
3 3000 9,85 54,16 22,27 57,69 OK
2 3000 5,80 31,89 14,48 57,69 OK
1 5000 3,17 17,41 17,41 96,15 OK
0 3500 0,00 0,00 0,00 67,31 OK
103
Model 2
Tabel 5.29 Simpangan Antar Lantai Model 2 Arah Y
Tinggi δei δei Kontrol
Lantai Δi Δa/ρ
Lantai (mm) Cd.δei/Ie Δi< Δa/ρ
21 3900 63,29 348,07 8,84 75,00 OK
20 3400 61,68 339,23 8,34 65,38 OK
19 3400 60,16 330,89 9,07 65,38 OK
18 3400 58,51 321,82 9,85 65,38 OK
17 3400 56,72 311,97 10,64 65,38 OK
16 3400 54,79 301,32 11,41 65,38 OK
15 3400 52,71 289,92 12,16 65,38 OK
14 3400 50,50 277,76 12,86 65,38 OK
13 3400 48,16 264,90 13,52 65,38 OK
12 3400 45,71 251,38 14,16 65,38 OK
11 3400 43,13 237,22 14,78 65,38 OK
10 3400 40,44 222,44 15,43 65,38 OK
9 3400 37,64 207,00 16,12 65,38 OK
8 3400 34,71 190,88 16,93 65,38 OK
7 3400 31,63 173,95 18,00 65,38 OK
6 6000 28,36 155,95 34,48 115,38 OK
5 5200 22,09 121,47 31,08 100,00 OK
4 4000 16,44 90,40 33,30 76,92 OK
3 3000 10,38 57,10 23,42 57,69 OK
2 3000 6,12 33,68 15,28 57,69 OK
1 5000 3,34 18,39 18,39 96,15 OK
0 3500 0 0 0 67,30769 OK
104
Model 3
Tabel 5.30 Simpangan Antar Lantai Model 3 Arah Y
Tinggi δei δei Kontrol
Lantai Δi Δa/ρ
Lantai (mm) Cd.δei/Ie Δi< Δa/ρ
21 3900 63,20 347,60 8,87 75,00 OK
20 3400 61,59 338,73 8,44 65,38 OK
19 3400 60,05 330,29 9,16 65,38 OK
18 3400 58,39 321,12 9,93 65,38 OK
17 3400 56,58 311,19 10,71 65,38 OK
16 3400 54,63 300,48 11,48 65,38 OK
15 3400 52,55 289,00 12,22 65,38 OK
14 3400 50,32 276,78 12,91 65,38 OK
13 3400 47,98 263,87 13,56 65,38 OK
12 3400 45,51 250,31 14,21 65,38 OK
11 3400 42,93 236,10 14,82 65,38 OK
10 3400 40,23 221,28 15,45 65,38 OK
9 3400 37,42 205,83 16,09 65,38 OK
8 3400 34,50 189,74 16,97 65,38 OK
7 3400 31,41 172,77 17,97 65,38 OK
6 6000 28,15 154,80 34,35 115,38 OK
5 5200 21,90 120,45 30,91 100,00 OK
4 4000 16,28 89,54 33,05 76,92 OK
3 3000 10,27 56,49 23,21 57,69 OK
2 3000 6,05 33,28 16,23 57,69 OK
1 5000 3,10 17,05 13,50 96,15 OK
0 3500 0,65 3,55 3,55 67,31 OK
21
18
Simpangan Ijin
15
Model 1
12 Model 2
Lantai
Model 3
9
0
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Simpangan Antar Lantai, Δ (mm)
21
18
Model 1
15
Model 2
12
Lantai
Model 3
9 Simpangan Ijin
0
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00
Simpangan Antar Lantai,Δ (mm)
yang massa dan kekakuan berbeda. Penambahan bresing seperti Model 2 dan Model
3 mampu mengurangi simpangan antar lantai yang cukup ekstrim. Hal ini
dikarenakan bresing dapat menambah kekakuan struktur. Struktur yang lebih kaku
akan menghasilkan simpangan yang relatif kecil. Simpangan antar lantai yang
terjadi pada bangunan setback tanpa bresing (Model 1), bangunan setback dengan
bresing alternatif 1 (Model 2), bangunan setback dengan bresing alternatif 2
(Model 3) tidak melebihi batas ijin yang disyaratkan. Bangunan setback yang
dijadikan objek penelitian ini aman untuk digunakan.
5.12 Drift Ratio
Rasio simpangan antar lantai merupakan perbandingan antara defleksi
simpangan lantai tertentu terhadap tingginya. Perhitungan rekapitulasi drift ratio
dapat dilihat pada Tabel 5.31 berikut ini.
Tabel 5.31 Perbandingan Drift Ratio Arah X
Drift Ratio (%)
Beda persentase Beda persentase
Lantai Model Model Model Model 1& 2 Model 1&3
1 2 3
21 0,615% 0,327% 0,321% 47% 48%
20 0,629% 0,328% 0,322% 48% 49%
19 0,644% 0,329% 0,323% 49% 50%
18 0,662% 0,329% 0,324% 50% 51%
17 0,682% 0,329% 0,324% 52% 53%
16 0,701% 0,327% 0,323% 53% 54%
15 0,720% 0,325% 0,321% 55% 55%
14 0,737% 0,322% 0,319% 56% 57%
13 0,752% 0,317% 0,315% 58% 58%
12 0,764% 0,312% 0,310% 59% 59%
11 0,773% 0,306% 0,304% 60% 61%
10 0,778% 0,299% 0,297% 62% 62%
9 0,778% 0,292% 0,289% 62% 63%
8 0,772% 0,284% 0,280% 63% 64%
7 0,759% 0,275% 0,271% 64% 64%
6 0,728% 0,262% 0,256% 64% 65%
5 0,654% 0,237% 0,230% 64% 65%
4 0,805% 0,299% 0,286% 63% 64%
3 0,705% 0,274% 0,260% 61% 63%
2 0,443% 0,185% 0,173% 58% 61%
1 0,313% 0,138% 0,128% 56% 59%
107
18 Model 1
Model 2
15
Model 3
12
Lantai
0
0,000% 0,200% 0,400% 0,600% 0,800% 1,000%
Drift Ratio
terjadi, maka desain struktur tersebut tidak dapat digunakan karena termasuk dalam
kategori tidak aman dan perlu adanya usaha untuk meningkatkan kestabilan
struktur. Rekapitulasi perhitungan kestabilan struktur dapat dilihat pada Tabel 5.32,
Tabel 5.33, dan Tabel 5.34 berikut ini.
Tabel 5.32 Rekapitulasi Koefisien Stabilitas Model 1 Arah X
H P Vx Δi θmax Cek
Lt θ
(mm) (kN) (kN) (mm) 0,5/Cdxβ θ< θmax
21 3900 10698,69 685,238 23,98 0,0175 0,1 P-delta Abaikan
20 3400 21171 1342,262 21,37 0,0180 0,1 P-delta Abaikan
19 3400 31886,97 1816,305 21,90 0,0206 0,1 P-delta Abaikan
18 3400 41900,56 2117,851 22,52 0,0238 0,1 P-delta Abaikan
17 3400 52021,68 2306,993 23,18 0,0279 0,1 P-delta Abaikan
16 3400 62737,65 2418,93 23,84 0,0331 0,1 P-delta Abaikan
15 3400 73453,62 2473,474 24,48 0,0389 0,1 P-delta Abaikan
14 3400 84169,59 2491,848 25,06 0,0453 0,1 P-delta Abaikan
13 3400 94885,56 2492,663 25,57 0,0520 0,1 P-delta Abaikan
12 3400 105601,5 2496,437 25,98 0,0588 0,1 P-delta Abaikan
11 3400 116317,5 2521,419 26,28 0,0648 0,1 P-delta Abaikan
10 3400 127033,5 2580,618 26,44 0,0696 0,1 P-delta Abaikan
9 3400 137749,4 2682,819 26,44 0,0726 0,1 P-delta Abaikan
8 3400 148465,4 2829,906 26,25 0,0736 0,1 P-delta Abaikan
7 3400 159181,4 3015,334 25,80 0,0728 0,1 P-delta Abaikan
6 6000 174931,3 3298,883 43,65 0,0701 0,1 P-delta Abaikan
5 5200 198528,7 3877,561 34,02 0,0609 0,1 P-delta Abaikan
4 4000 213434,5 4214,534 32,19 0,0741 0,1 P-delta Abaikan
3 3000 233439,8 4635,061 21,14 0,0645 0,1 P-delta Abaikan
2 3000 253751,9 4963,604 13,30 0,0412 0,1 P-delta Abaikan
1 5000 269619,4 5089,157 15,65 0,0302 0,1 P-delta Abaikan
109
0,5
θmax =
5,5 𝑥 1
θmax = 0,1
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai koefisien stabilitas diperoleh sebesar
0,0175, maka efek P-delta pada titik tersebut diabaikan karena memiliki nilai
kurang dari 0,1. Nilai koefisien stabilitas tersebut juga kurang dari koefisien
stabilitas maksimum (θmax) yang artinya pada titik tersebut struktur termasuk
kategori aman/stabil. Berdasarkan Tabel di atas, ketiga model memiliki koefisien
stabilitas kurang dari 0,1 atau θmax sehingga efek P-delta tidak diperhitungkan.
Ketiga model tersebut dapat dikategorikan aman digunakan.
5.14 Kontrol Gaya Dalam
Pengecekan gaya-gaya dalam pada bangunan perlu dilakukan untuk
mengetahui aman atau tidak. Perancangan suatu bangunan tahan gempa harus
dirancang dengan menggunakan prinsip desain kapasitas (capasity design). Prinsip
desain kapasitas adalah pengendalian energi beban lateral gempa yang masuk pada
struktur agar kerusakan struktur akan terkendali. Gaya-gaya dalam yang dibahas
pada penelitian ini yaitu momen lentur balok dan gaya aksial kolom.
1 Momen Lentur Balok
Momen lentur balok diperoleh dari hasil analisis struktur dengan bantuan
software ETABS v16.2.1. Pada penelitian ini, kontrol momen lentur balok
diperlukan untuk mengetahui pengaruh antara bangunan sebelum ditambah
bresing seperti Model 1 dan sesudah ditambah bresing seperti Model 2 dan
Model 3. Balok yang ditinjau adalah balok B60. Rekapitulasi perbandingan
momen lentur balok dapat dilihat pada Tabel 5.35 berikut ini.
112
Grafik nilai momen lentur balok dapat dilihat pada Gambar 5.18 berikut ini.
113
21
18
Model 1
15
Model 2
Lantai
Model 3
12
0
-600 -450 -300 -150 0
Momen Balok Tepi (kNm)
Grafik gaya aksial kolom dapat dilihat pada Gambar 5.19 berikut ini.
115
21
18
Model 1 15
Model 2
Model 3 12
Lantai
9
0
-6000,00 -4000,00 -2000,00 0,00
Gaya Aksial Kolom (kN)
Jumlah Harga
No Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp)
(Rp)
A TENAGA OH
Pekerja 0,06 Rp 60.000 Rp 3.600
Tukang Las Konstruksi 0,06 Rp 75.000 Rp 4.500
Kepala Tukang 0,006 Rp 85.000 Rp 510
Mandor 0,003 Rp 90.000 Rp 270
JUMLAH TENAGA KERJA Rp 8.880
B BAHAN kg
Baja W8x31 1,15 Rp 15.000 Rp 17.250
D Jumlah Rp 121.860
E Overhead + Profit 15% X D Rp 18.279
F Harga Satuan Pekerjaan Rp 140.139
117
118
Pemasangan Bresing
1 Model 2 kg 41.959,0398 Rp 140.139 Rp 5.880.097.884
Pemasangan Bresing
2 Model 3 kg 55.977,0172 Rp 140.139 Rp 7.844.563.213
Selisih Rp 1.964.465.329