Anda di halaman 1dari 70

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Pendahuluan
Proses analisis dan hasil penelitian akan disajikan dalam bab ini. Proses
analisis meliputi perhitungan pembebanan, perencanaan bresing, perhitungan
respons spektrum, perhitungan simpangan antar lantai, kontrol gaya-gaya dalam,
kontrol ketidakberaturan bangunan. Analisis yang digunakan yaitu metode analisis
respons spektrum. Analisis tersebut mengacu pada standar kegempaan terbaru yaitu
SNI 1726:2012. Hasil penelitian dalam bab ini berupa tabel, grafik, dan gambar.

5.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
sekunder berupa gambar kerja (shop drawing). Data tersebut diperoleh dari proyek
Swiss-Bel Hotel di Jalan Ahmad Yani Solo. Data tersebut telah disetujui oleh pihak
proyek. Bangunan Swiss-Bell Hotel menggunakan jenis struktur beton bertulang.
Jumlah lantai pada bangunan tersebut adalah 20 lantai dan 5 lantai basement.
Perencanaan hotel tersebut, mutu bahan yang digunakan yaitu mutu beton f’c 30
Mpa untuk elemen balok, kolom, dan pelat. Mutu baja untuk ulir D13 yaitu fy 400
MPa, sedangkan untuk baja polos fy 240 MPa. Dari hasil mutu bahan tersebut
didapatkan modulus elastisitas beton 25742,96 MPa atau 262578,19 kg/cm3.
Pemodelan struktur menggunakan portal frame 3 dimensi. Pemodelan terdiri dari 3
model yaitu struktur tanpa bresing (Model 1), struktur dengan bresing alternatif 1
(Model 2), dan struktur dengan bresing alternatif 2 (Model 3). Struktur tanpa
bresing (Model 1) dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini.

50
51

Gambar 5.1 Pemodelan Tanpa Bresing (Model 1)

5.3 Analisis pembebanan


Analisis pembebanan meliputi beban mati bangunan dan beban hidup
bangunan. Pembebanan mati mengacu pada PPIUG 1983, pembebanan hidup
mengacu pada SNI 1727:2013, dan pembebanan gempa mengacu pada SNI
1726:2012.
5.3.1. Beban Mati Bangunan
Beban yang termasuk beban mati adalah material bangunan yang digunakan
dalam elemen struktur bangunan. Beban mati bangunan terdiri dari beban mati pada
elemen struktur bangunan dan beban mati tambahan. Beban mati tambahan yang
digunakan adalah beban penutup pada pelat dan beban dinding bangunan yang
terletak pada balok. Beban mati pada elemen struktur bangunan sudah terhitung
otomatis pada analisis struktur.
52

Perhitungan beban mati yang digunakan dapat dilihat pada uraian berikut ini.
1 Beban mati pelat
a. Pelat Ketebalan 12 cm (S1) = 0,12 m x 23,536 kN/m3 = 2,824 kN/m2
b. Pelat Ketebalan 15 cm (S2) = 0,15 m x 23,536 kN/m3 = 3,530 kN/m2
c. Pelat Ketebalan 17 cm (S3) = 0,17 m x 23,536 kN/m3 = 4,001 kN/m2
d. Pelat Ketebalan 20 cm (S4) = 0,20 m x 23,536 kN/m3 = 4,707 kN/m2
e. Pelat Ketebalan 25 cm (S5) = 0,25 m x 23,536 kN/m3 = 5,884 kN/m2
2 Beban mati tambahan Pelat
Pasir = 0,04 m x 0,18 kN/m3 = 0,628 kN/m2
Spesi = 0,025 m x 16,671 kN/m3= 0,417 kN/m2
Keramik = 0,172 kN/m2
Plafon & penggantung = 0,180 kN/m2
MEP = 0,392 kN/m2
1. Beban mati tambahan Atap
Spesi = 0,025 m x 16,671 kN/m3= 0,417 kN/m2
Kedap Air = 0,025 kN/m2
MEP = 0,392 kN/m2
3 Beban mati Dinding
Pada penelitian ini, pembebanan dinding terdiri dari 3 material yaitu dinding
pasangan bata merah, dinding partisi, dan dinding kaca.
a. Dinding Pasangan Batu Merah
Perhitungan pembebanan dinding pasangan batu merah dapat dilihat pada
Tabel 5.1 berikut ini.
53

Tabel 5.1 Perhitungan Beban Dinding pada Balok


Berat Berat
Tinggi Tinggi Tebal BJ
Tinggi Dinding Dinding
Lantai Balok Efektif Dinding Dinding
(m) Penuh Berlubang
(m) (m) (m) (kN/m2)
(kN/m) (kN/m)
0,65 4,35 0,15 2,452 1,600 0,960
Dasar 5
0,7 4,3 0,15 2,452 1,581 0,949
0,65 2,35 0,15 2,452 0,864 0,432
Mez 3
0,65 2,35 0,15 2,452 0,864 0,519
0,65 3,35 0,15 2,452 1,232 0,616
2 4 0,7 3,3 0,15 2,452 1,214 0,728
0,5 4,7 0,15 2,452 1,728
0,65 4,55 0,15 2,452 1,673 1,004
3 5,2 0,7 4,5 0,15 2,452 1,655 0,993
0,5 4,5 0,15 2,452 1,655
0,65 4,35 0,15 2,452 1,600
4 5
0,8 4,2 0,15 2,452 1,545
0,65 5,35 0,15 2,452 1,967
5 6 0,7 5,3 0,15 2,452 1,949
0,8 5,2 0,15 2,452 1,912
0,5 2,9 0,15 2,452 1,066
0,65 2,75 0,15 2,452 1,011
6-19 3,4
0,7 2,7 0,15 2,452 0,993
0,8 2,6 0,15 2,452 0,956
0,65 3,25 0,15 2,452 1,195
20 3,9
0,7 3,2 0,15 2,452 1,177

b. Dinding Partisi dan Dinding Kaca


Dinding Partisi = (3,4 - 0,65) m x 0,98 kN/m2 = 2,763 kN/m
Dinding Kaca = (3,4 - 0,65) m x 0,10 kN/m2 = 0,275 kN/m
5.3.2. Beban Hidup Bangunan
Menurut SNI 1727:2013, beban hidup yang digunakan pada pelat memiliki
besaran yang berbeda-beda berdasarkan fungsi lantai. Penggunaan hotel mengacu
pada rumah tinggal dalam Tabel 4.1 SNI 1727:2013. Nilai beban hidup perlu
dilakukan reduksi beban hidup apabila nilai perkalian antara faktor elemen beban
hidup (Kll) dengan luasan tributary (AT) dalam lebih dari 37,16 m2. Perhitungan
54

nilai beban hidup yang digunakan pada masing-masing fungsi lantai dapat dilihat
pada Tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Beban Hidup pada Lantai berdasarkan SNI 1727:2013
AT KL Lo L
Fungsi Ruangan Perlu Reduksi
(m2) L (kN/m2) (kN/ m2)
Ruang tidur/Ruang
pribadi 32 1 Tidak perlu 1,92 1,92
Koridor 16 1 Tidak perlu 4,79 4,79
Ruang Pertemuan 32 1 Tidak perlu 4,79 4,79
Kolam Renang 32 1 Tidak perlu 3,59 3,59
Lobby 32 1 Tidak perlu 4,79 4,79
Keterangan :
AT = Luas Ruangan (m2 ),
Kll = Faktor elemen beban hidup,
L0 = Besar beban hidup sebelum direduksi, dan
L = Besar beban hidup setelah direduksi,

Perhitungan nilai beban hidup pada atap seperti berikut ini.


Diketahui :
Lo = 0,96 kN/m2
AT = 32 m2

Faktor menentukan R1 dan R2 harus ditentukan sebagai berikut ini.


R1 = 1,2-0,001 AT, karena luasan pelat atap 32 m2 diantara 18,58 m2 dan 55,75 m2
F=1, karena atap yang digunakan berupa atap datar atau tidak memiliki kemiringan
sehingga nilai R2 adalah sebesar satu.
L = Lo . R1. R2
L = 0,96 (1,2-0,001 (32)). 1
L = 0,814 kN/m2
55

5.4 Dimensi Struktur


Data struktur bangunan yang digunakan adalah proyek Swiss Bel Hotel di
Solo. Mutu beton yang digunakan yaitu f’c 30 MPa untuk elemen balok, kolom, dan
pelat. Sedangkan mutu baja tulangan yang digunakan yaitu fy 400 MPa.
5.4.1 Dimensi Pelat, Balok, dan Kolom
Data dimensi balok, pelat, dan kolom sudah ditentukan dan dapat dilihat pada
Tabel 5.3, Tabel 5.4 dan Tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.3 Data Dimensi Pelat
No Kode Pelat Tebal Pelat Lantai
1 S.1 120 mm Dasar- Lantai Atap
2 S.2 150 mm Basement 2B-Semibasement A, Lt 5
3 S.3 170 mm 7 s/d 9, 20
4 S.4 200 mm 5
5 S.5 250 mm 5

Tabel 5.4 Data Dimensi Balok


No Kode Ukuran
B (mm) H (mm)
1 B.250X400 250 400
2 B.250X500 250 500
3 B.250X600 250 600
4 B.250x650 250 650
5 B.250X700 250 700
6 B.250X800 250 800
7 B.300X400 300 400
8 B.300X500 300 500
9 B.300X600 300 600
10 B.300X650 300 650
11 B.300X700 300 700
12 B.300X750 300 750
56

Lanjutan Tabel 5.4 Data Dimensi Balok


No Kode Ukuran
B (mm) H (mm)
13 B.300X800 300 800
14 B.400X800 400 800
15 B.500X500 500 500
16 B.500X1500 500 1500

Tabel 5.5 Data Dimensi Kolom


No Lantai Kode Dimensi
1 Basement 2-4 700 x 1500
2 4 s/d 6 600 x 1500
3 6 s/d 10 K.1 600 x 1200
4 10 s/d 15 500 x 1200
5 15 s/d Atap 400 x 1000
6 Basement 2-4 600 x 1200
K.2
7 4 s/d 8 500 x 1200
8 8 s/d 12 500 x 1000
9 12 s/d 14 K.2 400 x 1000
10 14 s/d Atap Lift 400 x 900
11 Basement 2-6 K.3 500 x 1000
12 6 s/d 8 400 x 1000
13 8 s/d 12 400 x 900
14 12 s/d 14 400 x 800
15 14 s/d Atap 400 x 800
16 Basement 2- Dasar K.4 400 x 900
57

Lanjutan Tabel 5.5 Data Dimensi Kolom


No Lantai Kode Dimensi
17 Dasar- 6 400 x 800
18 Basement 2 - Dasar K.5 500 x 900
19 Dasar- 5 500 x 800
20 Basement 2- Dasar K.5a 500 x 900
21 Dasar- 6 500 x 800
22 Basement 2- Dasar K.6 400 x 900
23 Dasar- 3 400 x 800
24 Basement 2- Dasar K.6a 400 x 800
25 Dasar- 5 400 x 900
26 Basement 2- Dasar K.7 400 x 400
27 Basement 2- Dasar K.8 350 x 700
28 Dasar- 4 300 x 700

5.4.2 Perencanaan Profil Bresing


Profil yang digunakan untuk bresing atau pengaku ditentukan dengan cara
trial and error pada program analisis ETABS v16.2.1. Percobaan dilakukan agar
didapat profil yang aman. Penambahan bresing pada bangunan menggunakan
bresing yang sama yaitu AISC W8X31. Pemodelan struktur dengan bresing dapat
dilihat pada Gambar 5.2 berikut ini.
58

(a) (b)
Gambar 5.2 (a)Pemodelan Bresing Penempatan Alternatif 1 (Model 2) dan
(b)Pemodelan Bresing Penempatan Alternatif 2 (Model 3)

1 Perhitungan kuat tekan profil bresing


1) Profil W8 X 31

Gambar 5.3 Detail Profil W8 X 31


(Sumber : https://www.primabesi.com/harga-besi-wf/)
59

Panjang batang 6,708 m


A = 5883,86 mm2 Ix = 45785457 mm4
H = 203 mm Iy = 15442186 mm4
B = 203 mm rx = 88,14 mm
tw = 7,239 mm ry = 51,31 mm
tf =11,049 mm Cw = 142324x106 mm6
Jw = 223100 mm4
Db = 24 mm

2) Cek profil
𝒃 𝟐𝟎𝟑
λsayap =𝟐𝒕𝒇 = 𝟐𝒙𝟏𝟏,𝟎𝟒𝟗 =9,186

𝑬 𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
λc = 0,56√𝒇𝒚 = 𝟎, 𝟓𝟔√ = 𝟏𝟔, 𝟏𝟔𝟓
𝟐𝟒𝟎

Kontrol λsayap < λc profil kompak


ℎ𝑤 𝐻−2𝑡𝑓 203−2𝑥11,049
λbadan = 𝑡𝑤 = = = 24,99
𝑡𝑤 7,239

𝐸 200.000
λc =1,49√𝑓𝑦 = 1,49√ = 43,012
240

Kontrol λbadan < λc badan kompak

3) Cek kelangsingan
𝐾.𝐿 1,0 𝑥 6708
= =130,735 < 200 OK
𝑟𝑚𝑖𝑛 51,31

4) Perhitungan Fe
a) Flexural Buckling
𝜋2𝐸 3,14 𝑥 200000
𝐹𝑒 = 2 = = 115,905 𝑀𝑃𝑎
𝐾. 𝐿 130,7352
( 𝑟 )

b) Torsional Buckling
𝜋 2 𝐸. 𝐶𝑤 1
𝐹𝑒 = [ + 𝐺𝐽]
𝐾𝑧 𝐿 𝐼𝑥 + 𝐼𝑦
𝜋 2 . 200.000.142324 𝑥 106
𝐹𝑒 = [ + 77,200 .223100 ] 𝑥
(0,8 . 6708) 2
60

1
45785457 + 15442186

𝐹𝑒 = 570,039 Mpa

Berdasarkan SNI 1729:2015, nilai Fe diambil yang paling terendah


adalah 115,905 Mpa (flexural buckling)
5) Fcr Calculation

𝐸 200000
4,71√ = 4,71 √ 135,96
𝐹𝑦 240

𝐾.𝐿 𝐸
< 4,71√𝐹𝑦 130,735 < 135,96
𝑟𝑚𝑖𝑛

𝑓𝑦 240
Jadi, Fcr= [0,658 𝑓𝑒 ] 𝑥𝑓𝑦 = [0,658115,905 ] 𝑥240= 100,883 kN/mm2

0,9 x 100,831 x 5883,86


ΦPn = = 533,948 kN
1000

Karena ΦPn > Pu, 533,948 kN > 415,244 kN maka komponen kuat tekan
bresing AMAN.
2 Perhitungan kapasitas tarik profil bresing
 Untuk leleh tarik pada penampang bruto
ΦTn = Fy x Ag
0,9x 240 x 5883,86
= 1000

= 1270,914 kN
 Untuk keruntuhan tarik pada penampang netto
ΦTn = Fu x Ae
Ae = Anetto x U
𝑆2
An = 𝐴𝑔 − 𝑛𝑑𝑡 + ∑ 4𝑔 𝑡
61

66 66 66

A
60

60
B C

D
Gambar 5.4 Pola Keruntuhan Tarik
Pola A-D
An = Ag – n.dt.t
= 5883,86 – 2x24 x 7,239
= 5536,388 mm2
Pola A-B-C-D
𝑆2
An = Ag – n.dt.t + ∑ 4𝑔 𝑡
662 662
= 5883,86 – 3𝑥24𝑥7,239 + 4𝑥60 𝑥7,239 +4𝑥60 𝑥7,239

= 5625,428 mm2
Periksa luas netto efektif
Ae = luas netto efektif seperti di dalam Pasal D3 SNI 1729:2015 untuk
pelat sambungan baut, Ae = An ≤ 0,85 Ag.
0,85 Ag = 0,85 x 5883, 86 mm2
= 5001,281 mm2

Menghitung nilai U ( Faktor shear-lag)


Nilai U, faktor shear-lag, dapat diperoleh pada Tabel D3.1 SNI
1729:2015. Gambar faktor shear lag dapat dilihat pada Gambar 5.5
berikut ini.
62

Gambar 5.5 Faktor Shear-Lag


Berdasarkan Tabel D3.1 SNI 1729:2015, nilai faktor shear lag untuk batang
tarik dengan baut atau las dihitung sebagai berikut ini.
𝑥
𝑼= 1−
𝑙
(0,5 𝑥 7,239+3)
=1−
60+60

= 0,944 mm
Setelah didapatkan nilai U= 0,944 mm, kemudian menghitung luas netto
efektif (Ae) sebagai berikut ini.
Ae = Anetto x U
= 5001,281 mm2 x 0,944 mm
= 4721,209 mm2
𝟎,𝟕𝟓𝐱 𝟑𝟕𝟎 𝐱 𝟒𝟕𝟐𝟏,𝟐𝟎𝟗
ΦTn = 𝟏𝟎𝟎𝟎

= 1310,135 kN
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai kapasitas tarik profil diambil yang
terendah adalah 1270,914 kN.

3 Perhitungan kebutuhan baut


Diketahui :
Berdasarkan Tabel J32.2 SNI 1729:2015
Mutu baut A490
Fnv = 457 Mpa
63

Penyelesaian =
 Berdasarkan perhitungan sebelumnya, nilai kapasitas tarik profil
diperoleh sebesar 1270,914 kN.
Diameter baut (db) = 24 mm
Luasan baut (Ab) = 0,25 x π x 242= 452,389 mm2
𝟎,𝟕𝟓𝐱 𝟒𝟓𝟕 𝐱 𝟒𝟓𝟐,𝟑𝟖𝟗
Kapasitas nominal geser 1 baut = = 155,046 kN
𝟏𝟎𝟎𝟎

Jumlah baut perlu = ΦPn/Φnv


= 1270,914/155,046
= 8,197 buah
Jumlah baut yang digunakan adalah 8 buah.

 Berdasarkan perhitungan sebelumnya, nilai kapasitas tekan profil


diperoleh sebesar 533,948 kN. Perhitungan kebutuhan baut perlu
sebagai berikut ini.
Diameter baut (db) = 24 mm
Luasan baut (Ab) = 0,25 x π x 242= 452,389 mm2
𝟎,𝟕𝟓𝐱 𝟒𝟓𝟕 𝐱 𝟒𝟓𝟐,𝟑𝟖𝟗
Kapasitas nominal geser 1 baut = = 155,046 kN
𝟏𝟎𝟎𝟎

Jumlah baut perlu = ΦPn/Φnv


= 532,948/155,046

= 3,418 buah
Jumlah baut yang digunakan adalah 4 buah.
64

Rekapitulasi profil bresing dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini.
Tabel 5.6 Rekapitulasi Profil Bresing
Story Profil Story Profil
Story 27 W8 x 31 Story 16 W8 x 31
Story 26 W8 x 31 Story 15 W8 x 31
Story 25 W8 x 31 Story 14 W8 x 31
Story 24 W8 x 31 Story 13 W8 x 31
Story 23 W8 x 31 Story 12 W8 x 31
Story 22 W8 x 31 Story 11 W8 x 31
Story 21 W8 x 31 Story 10 W8 x 31
Story 20 W8 x 31 Story 9 W8 x 31
Story 19 W8 x 31 Story 8 W8 x 31
Story 18 W8 x 31 Story 7 W8 x 31
Story 17 W8 x 31 Story 6 W8 x 31

Detail posisi bresing dapat dilihat pada Gambar 5.6 berikut ini.

8m 6m 8 6

8m 8

8m 8

8m 8

8m ` 8

8m 8

8m 8
(a)
(b)
Gambar 5.6 Detail Posisi Bresing Pada Lantai 5 (a) Model 2 (b) Model 3
65

5.5 Respons Spektrum Menurut SNI 1726:2012


Pada penelitian ini, perhitungan besaran nilai beban gempa menggunakan
peraturan SNI 1726:2012 tentang tata cara perencanaan ketahanan struktur akibat
gempa untuk jenis bangunan non gedung dan bangunan gedung. Langkah
perhitungan dapat dilihat pada uraian berikut ini.
1. Penentuan faktor keutamaan dan kategori risiko bangunan
Bangunan yang digunakan untuk analisis merupakan gedung dengan jenis
pemanfaatan sebagai gedung Hotel. Bangunan tersebut berada di Solo, Jawa
Tengah. Berdasarkan Tabel 1 SNI 1726:2012, bangunan yang diperuntukkan
sebagai gedung hotel termasuk kategori risiko II. Berdasarkan Tabel 3 SNI
1726:2012, jenis tanah di bawah bangunan berdiri adalah tanah sedang, maka
klasifikasi situs bangunan adalah SD. Berdasarkan Tabel 2 SNI 1726:2012,
faktor keutamaan bangunan (Ie) yang memiliki kategori risiko II sebesar satu
(1,0).
2. Penentuan nilai S1 dan Ss
Nilai percepatan batuan dasar pada periode pendek (Ss) dan percepatan batuan
dasar pada periode 1 detik (S1) bergantung pada letak dari suatu bangunan.
Penentuan nilai Ss dan S1 dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10 dalam
SNI 1726:2012. Rentang nilai Ss dan S1 tergantung warna pada daerah
bangunan berdiri. Nilai Ss diambil sebesar 0,745 g dan untuk nilai S1 diambil
sebesar 0,318 g.
3. Penentuan nilai Fv dan Fa
Nilai faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek
(Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode
1 detik (Fv) berhubungan dengan besaran nilai S s dan S1 bangunan. Nilai Fa
dan Fv dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 dalam SNI 1726:2012. Pada
bangunan yang dianalisis, nilai Fa diambil sebesar 1,2 dan untuk nilai Fv
diambil sebesar 1,76.”
66

4. Perhitungan nilai SMS dan SM1


Berdasarkan pasal 6.2 SNI 1726:2012, nilai respons spektrum percepatan pada
periode pendek (SMS) dan respons spektrum percepatan pada periode 1 detik
(SM1) dapat didapat dengan perumusan berikut ini.
SMS = Fa x Ss
= 1,2 x 0,745g
= 0,897 g
SM1 = Fv x S1
= 1,78 x 0,312
= 0,554 g
5. Perhitungan nilai SDS dan SD1
Nilai parameter percepatan respons spektral pada periode pendek (SDS) dan
parameter percepatan respons spektral pada periode 1 detik (SD1) ditentukan
dengan perumusan seperti berikut ini.
2
SDS = 3 × 𝑆𝑀𝑆
2
=3 × 0,897𝑔

= 0,602g
2
SD1 = 3 × 𝑆𝑀1
2
= 3 × 0,554𝑔

= 0,374 g
6. Penentuan nilai CRS dan CR1
Nilai terpetakan koefisien risiko spesifik situs untuk periode pendek (CRS) dan
nilai terpetakan koefisien risiko spesifik situs untuk periode 1 detik (CR1)
bergantung pada lokasi bangunan. Kedua nilai tersebut didapatkan dari
mengamati Gambar 12 dan 13 pada peraturan SNI 1726:2012. Nilai CRS
diambil sebesar 1,02 dan nilai CR1 diambil sebesar 0,87.
7. Perhitungan nilai SDSR dan SD1R
Nilai SDSR dan SD1R didapatkan dengan cara mengalikan nilai SDS dan SD1
dengan nilai CRS dan CR1 seperti uraian berikut ini.
SDSR = SDS x CRS
67

= 0,602 g x 1,02
= 0,6 g
SD1R = SD1 x CR1
= 0,374g x 0,87
= 0,323 g
8. Desain respons spektrum
Desain respons spektrum menggunakan peraturan SNI1726:2012 sesuai pada
pasal 6.4. Desain respons spektrum nantinya digunakan sebagai input data
gempa pada program ETABS v.16.2.1. Uraian perhitungan seperti di bawah
ini.
a. Perhitungan nilai T0 dan TS.
𝑆
TS = 𝑆𝐷1𝑅
𝐷𝑆𝑅

0,323
TS = 0,600

TS = 0,528 detik

𝑆
T0 = 𝑆𝐷1𝑅 × 0,2
𝐷𝑆𝑅

0,323
T0= 0,600 𝑥 0,2

T0 = 0,106 detik
b. Nilai Sa yang berada dalam periode yang lebih kecil dari T0 diambil
dengan persamaan berikut ini.
𝑇
Sa = 𝑆𝐷𝑆 (0,4 + 0,6 𝑇 )
0

c. Nilai Sa yang berada antara T0 dan Ts dapat diambil sebesar SSDSR.


d. Nilai Sa yang berada pada periode lebih dari nilai Ts maka dapat diambil
dengan persamaan berikut ini.
𝑆𝐷1
Sa = 𝑇

Dari persamaan di atas, grafik hubungan antara T dan Sa dapat dilihat seperti
Gambar 5.7 berikut ini.

68

0,7

0,6

0,5

Spektr Percepatan 0,4

0,3

0,2

0,1

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Periode (detik)

Gambar 5.7 Desain Respons Spektrum


9. Penentuan nilai R, Ω0, dan Cd
Nilai koefisien modifikasi respons (R), faktor kuat lebih sistem (Ω0), dan faktor
pembesaran defleksi (Cd) bergantung pada sistem penahan gaya seismik
bangunan. Nilai tersebut dapat ditentukan dari Tabel 9 SNI 1726:2012.
Struktur bangunan yang dianalisis mempunyai sistem penahan gaya seismik
yaitu sistem ganda dengan dinding geser beton bertulang khusus dan kategori
desain seismik bangunan tergolong kategori D. Sehingga didapatkan nilai
sebagai berikut ini.
R =7
Ω0 =3
Cd = 5,5
10. Waktu Getar Alami
Waktu getar alami atau periode bangunan dapat ditentukan dengan cara
membandingkan periode berdasarkan hasil analisis program dan periode
berdasarkan peraturan SNI 1726:2012. Periode bangunan yang digunakan
memenuhi persyaratan berikut ini.
Tc > CuTa → gunakan T = CuTa
Ta < Tc < CuTa, → gunakan T= Tc

Tc < Ta, → gunakan T= Tc


69

Jenis struktur yang digunakan adalah rangka beton bertulang momen khusus,
maka nilai Ct dan x berdasarkan Tabel 15 SNI 1726:2012 adalah 0,0466 dan
= 0,9. Nilai periode minimum struktur dapat ditentukan dengan persamaan
berikut ini.

Ta = Ct hnx

= 0,0466 x 79,650,9

= 2,396 detik

Periode maksimum strktur ditentukan berdasarkan nilai Cu. Nilai Cu dapat


diambil pada Tabel 14 SNI 1726:2012. Nilai Cu dapat diambil sebesar 0,4.
Perhitungan periode maksimum sebagai berikut ini.

Ta (maks) = Cu . Ta

= 1,4 x 2,396

=3,354 detik

Tc diperoleh dari analisis dengan bantuan ETABS v16.2.1 = 2,856, karena Tc


kurang dari CuTa maka Tpakai adalah 2,856 detik.

Hasil rekapitulasi periode bangunan dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini.

Tabel 5.7 Rekapitulasi Periode Tcomp dengan Bantuan ETABS v16.2.1


Periode (detik) % Penurunan % Penurunan
Mode Model 1 & Model 1 &
Model 1 Model 2 Model 3 Model 2 Model 3
1 2,851 2,745 2,675 4% 6%
2 2,496 2,152 2,122 14% 15%
3 2,183 1,741 1,648 20% 25%
4 0,907 0,895 0,83 1% 8%
5 0,667 0,543 0,536 19% 20%
6 0,529 0,488 0,475 8% 10%
7 0,478 0,45 0,407 6% 15%
8 0,313 0,299 0,278 4% 11%
9 0,292 0,25 0,245 14% 16%
10 0,221 0,211 0,206 5% 7%
70

Berdasarkan hasil di atas, bangunan setback dengan penambahan bresing


Model 3 memiliki periode getar yang lebih kecil daripada bangunan Setback tanpa
bresing (Model 1). Bangunan setback tanpa bresing memiliki waktu getar alami
yang lebih besar dibandingkan bangunan Setback dengan perkuatan bresing. Hal
ini menunjukkan penambahan bresing akan meningkatkan kekakuan dari
bangunan.

11. Koefisien Respons Seismik


Langkah-langkah perhitungan nilai koefisien respons seismik sebagai berikut
ini.
a. Nilai Cs dapat diambil dengan persamaan berikut ini.
𝑆𝐷𝑆𝑅
𝐶𝑆1 =
𝑅
(𝐼 )
𝑒
0,6
= = 0,0869
7
(1)

b. Nilai Cs tidak perlu melebihi nilai Cs dengan persamaan berikut ini.

𝑆𝐷1𝑅
𝐶𝑆2 =
𝑅
𝑇 (𝐼 )
𝑒
0,32
= = 0,016
7
2,856 (1)

c. Nilai Cs tidak boleh kurang nilai Cs dengan persamaan berikut ini.


𝐶𝑆3 = 0,044 × 𝑆𝐷𝑆𝑅 × 𝐼𝑒

= 0,044x 0,6 x 1

= 0,0268
d. Nilai Cs pakai adalah sebesar 0,0268

12. Berat Total Bangunan


Hasil berat bangunan diperoleh dengan bantuan program analisis ETABS
v16.2.1 yang telah disesuaikan dengan peraturan yang terbaru. Berdasarkan
71

SNI 03-1726-2012 tentang berat efektif bangunan diambil 1 kali beban mati
ditambah minimum 25% beban hidup. Perbandingan berat total bangunan
dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 5.8 berikut ini.
150450

150400

150350
Berat Bangunan, kN

150300

150250

150200

150150

150100

150050
0 1 2 3
Model

Gambar 5.8 Perbandingan Berat Total Bangunan

Berdasarkan grafik di atas, berat total bangunan mengalami peningkatan


antara struktur sebelum ditambah bresing dan sesudah ditambah bresing. Hal
ini disebabkan adanya penambahan bresing tipe V dan inverted V (X-2
Lantai). Berat total bangunan setback berturut-turut yaitu 150076 kN, 150254
kN, dan 150410 kN. Berat total bangunan dengan penambahan bresing
alternatif 2 (Model 3) memiliki nilai yang paling besar dibandingkan dengan
bangunan setback tanpa bresing dan penambahan bresing alternatif 1 (Model
2).
13. Gaya Geser Dasar dan Skala Gaya Respon Spektrum
Untuk menghasilkan pengaruh beban gempa yang paling kritis, maka arah
pembebanan diterapkan 100% arah ditinjau dan 30% arah orthogonal
horizontal dari arah ditinjau. Menurut pasal 7.9.4.1 SNI 1726:2012,
penentuan skala pembebanan gempa nominal akibat pengaruh beban rencana
(𝑉𝑡) harus di atas 85% beban gempa hasil respon ragam yang pertama (V).
72

Nilai V statik dapat dihitung dengan perkalian antara koefisien respons


seismik dengan berat total bangunan.
Hasil gaya geser statik bangunan untuk Model 1, Model 2, dan Model 3
berturut-turut yaitu 4015,80 kN; 4020,592 kN, dan 4024,78 kN. Hubungan
gaya geser dasar (V) dengan perkuatan bresing, semakin besar waktu getar
alami maka semakin kecil gaya geser dasar yang terjadi. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin kaku struktur bangunan akan menghasilkan gaya geser dasar
yang besar.
Perhitungan skala gaya respon spektrum sebagai berikut:
Model 1
Vstatik = 4015,80 kN
0,85Vstatik = 3409,98 kN
Vdinamik arah X = 2328,011 kN
Vdinamik arah Y = 2390,1776 kN
Gaya geser dasar arah x dan arah y kurang dari 0,85 Vstatik, maka perlu skala
ulang dalam analisis.
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vx = 0,85 x𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘

= 1,4648
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vy = 0,85 x𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘

= 1,4267

Model 2
Vstatik = 4020,592 kN
0,85Vstatik = 3417,503 kN
Vdinamik arah X = 2566,139 kN
Vdinamik arah Y = 2340,854 kN
Gaya geser dasar arah x dan arah y kurang dari 0,85 Vstatik, maka perlu skala
ulang dalam analisis.
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vx = 0,85 x𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
73

= 1,332
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vy = 0,85 x𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘

= 1,460

Model 3
Vstatik = 4024,78 kN
0,85Vstatik = 3421,064kN
Vdinamik arah X = 2615,574 kN
Vdinamik arah Y = 2365,344 kN
Gaya geser dasar arah x dan arah y kurang dari 0,85Vstatik, maka perlu skala
ulang dalam analisis.
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vx = 0,85 x𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘

= 1,308
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Skala Vy = 0,85 x
𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘

= 1,446

14. Peninjauan Hasil Analisis


Terdapat 3 macam peninjauan hasil analisis struktur dengan penjabaran sebagai
berikut ini.
1) Peninjauan Partisipasi Massa
Nilai partisipasi massa minimal 90 % di akhir mode yang digunakan dalam
analisa modal. Apabila nilainya belum mencapai 90 %, maka perlu
ditambahkan jumlah mode dalam analisis modal. Jumlah mode yang
digunakan dalam analisis bangunan ini adalah sebanyak 27 mode sesuai
dengan jumlah lantai yang ada dalam bangunan. Hasil Partisipasi massa
Model 1 dapat dilihat pada Gambar 5.9 berikut ini.
74

Gambar 5.9 Partisipasi Massa Model 1


2) Pengecekan kombinasi ragam
Pengecekan kondisi ragam dilakukan berdasarkan pasal 7.9.3 SNI 1726 :
2012. Pengecekan dilakukan untuk mengetahui apakah metode kombinasi
ragam yang dilakukan sudah benar sesuai dengan peraturan atau belum.
Terdapat dua macam metode kombinasi ragam yang bisa dilakukan yaitu
metode akar kuadrat jumlah kuadrat (SRSS) dan metode kombinasi
kuadrat lengkap (CQC). Perhitungan interval persentase periode
dijabarkan sebagaimana berikut ini.
𝑇1−𝑇2 2,851−2,496
T1- T2 = ( ) 𝑋100 = ( ) 𝑋100% =12,45%
𝑇1 𝑇12,851
𝑇1−𝑇2 2,183−0,907
T3- T4 = ( ) 𝑋100 = ( ) 𝑋100% =58,45%
𝑇1 2,183
𝑇1−𝑇2 0,907−0,667
T4- T5 = ( ) 𝑋100 = ( 2,1830,907 ) 𝑋100% =26,45%
𝑇1

Berdasarkan perhitungan di atas, selisih periode yang lebih dari 15 %


disarankan dalam analisis kombinasi ragam menggunakan metode akar
kuadrat jumlah kuadrat (SRSS). Metode yang awal digunakan adalah
metode SRSS, maka tidak diperlukan analisis ulang dan mengganti metode
kombinasi ragam.

5.6 Kombinasi Pembebanan


Bangunan setback yang dianalisis memiliki kategori desain seismik (KDS) D
dan nilai SDSR bangunan yaitu 0,6. Faktor redudansi ditentukan menggunakan pasal
7.3.4.2 SNI 1726:2012. Nilai faktor redudansi dapat diambil sebesar 1,3.
75

Kombinasi pembebanan untuk analisis dinamik respons spektrum dan perencanaan


bresing adalah sebagai berikut ini.
1 COMB 1 : 1,4 D
2 COMB 2 : 1,2 D +1,6 L
3 COMB 3 : 1,32 D + 1,3 Ex + 0,39 Ey
4 COMB 4 : 1,32 D + 1,3 Ex - 0,39 Ey
5 COMB 5 : 1,32 D - 1,3 Ex + 0,39 Ey
6 COMB 6 : 1,32 D - 1,3 Ex - 0,39 Ey
7 COMB 7 : 1,32 D + 0,39 Ex + 1,3 Ey
8 COMB 8 : 1,32 D + 0,39 Ex - 1,3 Ey
9 COMB 9 : 1,32 D - 0,39 Ex + 1,3 Ey
10 COMB 10 : 1,32 D - 0,39 Ex - 1,3 Ey
11 COMB 11 : 0,78 D + 1,3 Ex + 0,39 Ey
12 COMB 12 : 0,78 D + 1,3 Ex - 0,39 Ey
13 COMB 13 : 0,78 D - 1,3 Ex + 0,39 Ey
14 COMB 14 : 0,78 D - 1,3 Ex - 0,39 Ey
15 COMB 15 : 0,78 D + 0,39 Ex + 1,3 Ey
16 COMB 16 : 0,78 D + 0,39 Ex - 1,3 Ey
17 COMB 17 : 0,78 D - 0,39 Ex + 1,3 Ey
18 COMB 18 : 0,78 D - 0,39 Ex - 1,3 Ey
19 COMB BRE 1 : 1,2 D +1,6 L
20 COMB BRE 2 : 1,2 D + 1,0 Ex + 1,0 Ey + 1,0 L
21 COMB BRE 3 : 1,2 D + 1,0 Ex - 1,0 Ey + 1,0 L
22 COMB BRE 4 : 1,2 D - 1,0 Ex + 1,0 Ey + 1,0 L
23 COMB BRE 5 : 1,2 D - 1,0 Ex - 1,0 Ey + 1,0 L
24 COMB BRE 6 : 0,9 D + 1,0 Ex + 1,0 Ey
25 COMB BRE 7 : 0,9 D + 1,0 Ex - 1,0 Ey
26 COMB BRE 8 : 0,9 D - 1,0 Ex + 1,0 Ey
27 COMB BRE 9 : 0,9 D - 1,0 Ex - 1,0 Ey
76

dengan:
D = Beban mati,
L = Beban hidup,
Ex = Beban gempa arah X, dan
Ey = Beban gempa arah Y.
5.7 Kontrol Ketidakberaturan Struktur Horizontal
Pada penelitian ini, struktur bangunan setback dilakukan pengecekan
ketidakberaturan horizontal. Kontrol ketidakberaturan struktur horizontal yang
dibahas adalah ketidakberaturan torsional, karena ketidakberaturan sudut dalam,
diskontinuitas diafragma, dan pergeseran bidang tidak ditemukan pada struktur
bangunan yang dijadikan objek penelitian.
5.7.1 Ketidakberaturan Torsional
Bangunan setback yang dijadikan objek penelitian diperlukan kontrol
terkait dengan torsi yang terjadi akibat adanya perpindahan atau joint displacement.
Nilai ketidakberaturan diambil dengan bantuan analisis menggunakan ETABS
v16.2.1. Tinjauan data simpangan tersebut diambil dari ujung-ujung struktur yang
memiliki nilai tertinggi seperti pada Gambar 5.10. Persyaratan ketidakberaturan
struktur horizontal yaitu :
δmax < 1,2 δavg = Tanpa Ketidakberaturan torsi
1,2 δavg ≤δmax ≤ 1,4 δavg = Ketidakberaturan torsi 1a
δmax > 1,4 δavg = Ketidakberaturan torsi 1b
77

154

Gambar 5.10 Titik Tinjauan Bangunan


Contoh perhitungan torsi bangunan sebagai berikut ini.
δ154 = 178,39 mm
δ6 = 108,42 mm
δmax = 178,39 mm
δrata-rata = 143,40 mm
1,2 avg = 1,2 x 143,40 mm
= 172,08 mm
1,4 avg = 1,4 x 143,40 mm
= 200,706
1,2 δavg ≤ δmax ≤ 1,4 δavg
172,08 < 178,39 <200,706

Dari perhitungan di atas, perhitungan torsi bangunan menunjukkan bahwa nilai


1,2 δavg ≤δmax ≤ 1,4 δavg sehingga terjadi ketidakberaturan horizontal torsi 1a.
Bangunan tersebut masih aman digunakan karena tidak termasuk dalam
ketidakberaturan horizontal 1b. Rekapitulasi ketidakberaturan horizontal dapat
dilihat pada Tabel 5.8, Tabel 5.9, Tabel 5.10, Tabel 5.11, Tabel 5.12, dan Tabel
5.13 berikut ini.
78

Tabel 5.8 Rekapitulasi Ketidakberaturan Horizontal Model 1 Arah X


154 6 δrata-rata δ
Story 1,2 avg 1,4 avg Keterangan
(mm) (mm) (mm) max
27 178,39 108,42 143,40 178,39 172,08 200,76 Torsi1a
26 168,99 93,75 131,37 168,99 157,64 183,92 Torsi1a
25 160,68 91,48 126,08 160,68 151,30 176,52 Torsi1a
24 152,28 89,86 121,07 152,28 145,28 169,49 Torsi1a
23 143,75 86,27 115,01 143,75 138,02 161,02 Torsi1a
22 135,11 78,38 106,74 135,11 128,09 149,44 Torsi1a
21 126,35 72,80 99,57 126,35 119,49 139,40 Torsi1a
20 117,50 67,35 92,42 117,50 110,91 129,39 Torsi1a
19 108,57 62,03 85,30 108,57 102,36 119,42 Torsi1a
18 99,60 56,86 78,23 99,60 93,88 109,52 Torsi1a
17 90,63 51,84 71,23 90,63 85,48 99,73 Torsi1a
16 81,70 46,95 64,32 81,70 77,19 90,05 Torsi1a
15 72,86 42,19 57,52 72,86 69,03 80,53 Torsi1a
14 64,17 37,55 50,86 64,17 61,03 71,20 Torsi1a
13 55,69 33,01 44,35 55,69 53,22 62,09 Torsi1a
12 47,51 28,59 38,05 47,51 45,66 53,27 Torsi1a
11 34,03 21,06 27,54 34,03 33,05 38,56 Torsi1a
10 23,81 15,14 19,48 23,81 23,37 27,27 Torsi1a
9 14,36 9,42 11,89 14,36 14,26 16,64 Torsi1a
8 8,25 5,56 6,90 8,25 8,29 9,67 Tanpa Torsi 1a
7 4,44 3,05 3,75 4,44 4,50 5,24 Tanpa Torsi 1a
6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Tanpa Torsi 1a

Tabel 5.9 Rekapitulasi Ketidakberaturan Horizontal Model 2 Arah X


154 δrata- δ
Story 6 (mm) 1,2 avg 1,4 avg Keterangan
(mm) rata(mm) max
141,531 Tanpa Torsi 1a
27 107,974 124,7525 141,5310 149,7030 174,6535
133,767 Tanpa Torsi 1a
26 101,354 117,5605 133,7670 141,0726 164,5847
126,935 Tanpa Torsi 1a
25 95,58 111,2575 126,9350 133,5090 155,7605
120,044 Tanpa Torsi 1a
24 89,812 104,9280 120,0440 125,9136 146,8992
113,094 Tanpa Torsi 1a
23 84,06 98,5770 113,0940 118,2924 138,0078
106,094 Tanpa Torsi 1a
22 78,342 92,2180 106,0940 110,6616 129,1052
99,062 Tanpa Torsi 1a
21 72,671 85,8665 99,0620 103,0398 120,2131
92,017 Tanpa Torsi 1a
20 67,07 79,5435 92,0170 95,4522 111,3609
84,987 Tanpa Torsi 1a
19 61,552 73,2695 84,9870 87,9234 102,5773
77,99 Tanpa Torsi 1a
18 56,142 67,0660 77,9900 80,4792 93,8924
79

Lanjutan Tabel 5.9 Rekapitulasi Ketidakberaturan Horizontal Model 2 Arah


X
154 6 δrata-
Story δmax 1,2 avg 1,4 avg Keterangan
(mm) (mm) rata(mm)
17 71,059 50,849 60,9540 71,0590 73,1448 85,3356 Tanpa Torsi 1a
16 64,21 45,698 54,9540 64,2100 65,9448 76,9356 Tanpa Torsi 1a
15 57,477 40,695 49,0860 57,4770 58,9032 68,7204 Tanpa Torsi 1a
14 50,879 35,864 43,3715 50,8790 52,0458 60,7201 Tanpa Torsi 1a
13 44,454 31,206 37,8300 44,4540 45,3960 52,9620 Tanpa Torsi 1a
12 38,233 26,745 32,4890 38,2330 38,9868 45,4846 Tanpa Torsi 1a
11 27,835 19,344 23,5895 27,8350 28,3074 33,0253 Tanpa Torsi 1a
10 19,77 13,753 16,7615 19,7700 20,1138 23,4661 Tanpa Torsi 1a
9 12,172 8,495 10,3335 12,1720 12,4002 14,4669 Tanpa Torsi 1a
8 7,129 5,029 6,0790 7,1290 7,2948 8,5106 Tanpa Torsi 1a
7 3,917 2,757 3,3370 3,9170 4,0044 4,6718 Tanpa Torsi 1a
6 0 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Tanpa Torsi 1a

Tabel 5.10 Rekapitulasi Ketidakberaturan Horizontal Model 3 Arah X


δrata-
154 6
Story rata δmax 1,2 avg 1,4 avg Keterangan
(mm) (mm)
(mm)
27 137,359 113,376 125,3675 137,3590 150,4410 175,5145 Tanpa Torsi 1a
26 130,478 106,521 118,4995 130,4780 142,1994 165,8993 Tanpa Torsi 1a
25 123,896 100,538 112,2170 123,8960 134,6604 157,1038 Tanpa Torsi 1a
24 117,254 94,557 105,9055 117,2540 127,0866 148,2677 Tanpa Torsi 1a
23 110,55 88,587 99,5685 110,5500 119,4822 139,3959 Tanpa Torsi 1a
22 103,793 82,644 93,2185 103,7930 111,8622 130,5059 Tanpa Torsi 1a
21 97,001 76,742 86,8715 97,0010 104,2458 121,6201 Tanpa Torsi 1a
20 90,192 70,904 80,5480 90,1920 96,6576 112,7672 Tanpa Torsi 1a
19 83,393 65,144 74,2685 83,3930 89,1222 103,9759 Tanpa Torsi 1a
18 76,623 59,483 68,0530 76,6230 81,6636 95,2742 Tanpa Torsi 1a
17 69,912 53,936 61,9240 69,9120 74,3088 86,6936 Tanpa Torsi 1a
16 63,275 48,522 55,8985 63,2750 67,0782 78,2579 Tanpa Torsi 1a
15 56,743 43,253 49,9980 56,7430 59,9976 69,9972 Tanpa Torsi 1a
14 50,331 38,148 44,2395 50,3310 53,0874 61,9353 Tanpa Torsi 1a
13 44,073 33,213 38,6430 44,0730 46,3716 54,1002 Tanpa Torsi 1a
12 37,995 28,474 33,2345 37,9950 39,8814 46,5283 Tanpa Torsi 1a
11 27,765 20,588 24,1765 27,7650 29,0118 33,8471 Tanpa Torsi 1a
10 19,77 14,631 17,2005 19,7700 20,6406 24,0807 Tanpa Torsi 1a
9 12,207 9,044 10,6255 12,2070 12,7506 14,8757 Tanpa Torsi 1a
80

Lanjutan Tabel 5.10 Rekapitulasi Ketidakberaturan Horizontal Model 3 Arah


X
δrata-
154 6
Story rata δmax 1,2 avg 1,4 avg Keterangan
(mm) (mm)
(mm)
8 7,161 5,352 6,2565 7,1610 7,5078 8,7591 Tanpa Torsi 1a
7 3,937 2,931 3,4340 3,9370 4,1208 4,8076 Tanpa Torsi 1a
6 0 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Tanpa Torsi 1a

Tabel 5.11 Rekapitulasi Ketidakberaturan Horizontal Model 1 Arah Y


δrata-
Story 154 6 δmax 1,2 avg 1,4 avg Keterangan
(mm) (mm) (mm) rata
27 96,15 96,15 96,15 96,15 115,38 134,61 Tanpa Torsi 1a
26 93,75 93,75 93,75 93,75 112,50 131,25 Tanpa Torsi 1a
25 91,48 91,48 91,48 91,48 109,78 128,08 Tanpa Torsi 1a
24 88,99 88,99 88,99 88,99 106,79 124,59 Tanpa Torsi 1a
23 86,27 86,27 86,27 86,27 103,53 120,78 Tanpa Torsi 1a
22 82,31 82,31 82,31 82,31 98,77 115,24 Tanpa Torsi 1a
21 80,07 80,07 80,07 80,07 96,09 112,10 Tanpa Torsi 1a
20 76,59 76,59 76,59 76,59 91,91 107,23 Tanpa Torsi 1a
19 72,87 72,87 72,87 72,87 87,44 102,02 Tanpa Torsi 1a
18 68,90 68,90 68,90 68,90 82,68 96,46 Tanpa Torsi 1a
17 64,70 64,70 64,70 64,70 77,64 90,58 Tanpa Torsi 1a
16 60,27 60,27 60,27 60,27 72,32 84,37 Tanpa Torsi 1a
15 55,61 55,61 55,61 55,61 66,73 77,85 Tanpa Torsi 1a
14 50,73 50,73 50,73 50,73 60,88 71,03 Tanpa Torsi 1a
13 45,65 45,65 45,65 45,65 54,77 63,90 Tanpa Torsi 1a
12 40,33 40,33 40,33 40,33 48,40 56,47 Tanpa Torsi 1a
11 30,67 30,67 30,67 30,67 36,80 42,94 Tanpa Torsi 1a
10 22,54 22,54 22,54 22,54 27,05 31,56 Tanpa Torsi 1a
9 14,14 14,14 14,14 14,14 16,97 19,79 Tanpa Torsi 1a
8 8,31 8,31 8,31 8,31 9,97 11,64 Tanpa Torsi 1a
7 4,53 4,53 4,53 4,53 5,44 6,34 Tanpa Torsi 1a
6 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Tanpa Torsi 1a
81

Tabel 5.12 Rekapitulasi Ketidakberaturan Horizontal Model 2 Arah Y


154 6 δrata-
Story δmax 1,2 avg 1,4 avg Keterangan
(mm) (mm) rata(mm)
27 95,42 95,42 95,4200 95,4200 114,5040 133,5880 Tanpa Torsi 1a
26 93,011 93,011 93,0110 93,0110 111,6132 130,2154 Tanpa Torsi 1a
25 90,741 90,741 90,7410 90,7410 108,8892 127,0374 Tanpa Torsi 1a
24 88,262 88,262 88,2620 88,2620 105,9144 123,5668 Tanpa Torsi 1a
23 85,553 85,553 85,5530 85,5530 102,6636 119,7742 Tanpa Torsi 1a
22 82,604 82,604 82,6040 82,6040 99,1248 115,6456 Tanpa Torsi 1a
21 79,413 79,413 79,4130 79,4130 95,2956 111,1782 Tanpa Torsi 1a
20 75,981 75,981 75,9810 75,9810 91,1772 106,3734 Tanpa Torsi 1a
19 72,309 72,309 72,3090 72,3090 86,7708 101,2326 Tanpa Torsi 1a
18 68,397 68,397 68,3970 68,3970 82,0764 95,7558 Tanpa Torsi 1a
17 64,248 64,248 64,2480 64,2480 77,0976 89,9472 Tanpa Torsi 1a
16 59,868 59,868 59,8680 59,8680 71,8416 83,8152 Tanpa Torsi 1a
15 55,263 55,263 55,2630 55,2630 66,3156 77,3682 Tanpa Torsi 1a
14 50,442 50,442 50,4420 50,4420 60,5304 70,6188 Tanpa Torsi 1a
13 45,412 45,412 45,4120 45,4120 54,4944 63,5768 Tanpa Torsi 1a
12 40,165 40,165 40,1650 40,1650 48,1980 56,2310 Tanpa Torsi 1a
11 30,621 30,621 30,6210 30,6210 36,7452 42,8694 Tanpa Torsi 1a
10 22,572 22,572 22,5720 22,5720 27,0864 31,6008 Tanpa Torsi 1a
9 14,205 14,205 14,2050 14,2050 17,0460 19,8870 Tanpa Torsi 1a
8 8,373 8,373 8,3730 8,3730 10,0476 11,7222 Tanpa Torsi 1a
7 4,573 4,573 4,5730 4,5730 5,4876 6,4022 Tanpa Torsi 1a
6 0 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Tanpa Torsi 1a

Tabel 5.13 Rekapitulasi Ketidakberaturan Horizontal Model 3 Arah Y


154 6 δrata-
Story δmax 1,2 avg 1,4 avg Keterangan
(mm) (mm) rata(mm)
27 95,6 95,6 95,6000 95,6000 114,7200 133,8400 Tanpa Torsi 1a
26 92,863 92,863 92,8630 92,8630 111,4356 130,0082 Tanpa Torsi 1a
25 90,315 90,315 90,3150 90,3150 108,3780 126,4410 Tanpa Torsi 1a
24 87,588 87,588 87,5880 87,5880 105,1056 122,6232 Tanpa Torsi 1a
23 84,67 84,67 84,6700 84,6700 101,6040 118,5380 Tanpa Torsi 1a
22 81,564 81,564 81,5640 81,5640 97,8768 114,1896 Tanpa Torsi 1a
21 78,273 78,273 78,2730 78,2730 93,9276 109,5822 Tanpa Torsi 1a
20 74,807 74,807 74,8070 74,8070 89,7684 104,7298 Tanpa Torsi 1a
19 71,172 71,172 71,1720 71,1720 85,4064 99,6408 Tanpa Torsi 1a
18 67,376 67,376 67,3760 67,3760 80,8512 94,3264 Tanpa Torsi 1a
82

Lanjutan Tabel 5.13


δrata-
154 6
Story rata δmax 1,2 avg 1,4 avg Keterangan
(mm) (mm)
(mm)
17 63,423 63,423 63,4230 63,4230 76,1076 88,7922 Tanpa Torsi 1a
16 59,311 59,311 59,3110 59,3110 71,1732 83,0354 Tanpa Torsi 1a
15 55,04 55,04 55,0400 55,0400 66,0480 77,0560 Tanpa Torsi 1a
14 50,597 50,597 50,5970 50,5970 60,7164 70,8358 Tanpa Torsi 1a
13 45,962 45,962 45,9620 45,9620 55,1544 64,3468 Tanpa Torsi 1a
12 41,076 41,076 41,0760 41,0760 49,2912 57,5064 Tanpa Torsi 1a
11 31,848 31,848 31,8480 31,8480 38,2176 44,5872 Tanpa Torsi 1a
10 23,626 23,626 23,6260 23,6260 28,3512 33,0764 Tanpa Torsi 1a
9 14,895 14,895 14,8950 14,8950 17,8740 20,8530 Tanpa Torsi 1a
8 8,771 8,771 8,7710 8,7710 10,5252 12,2794 Tanpa Torsi 1a
7 4,784 4,784 4,7840 4,7840 5,7408 6,6976 Tanpa Torsi 1a
6 0 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Tanpa Torsi 1a

Berdasarkan hasil rekapitulasi di atas, ketiga jenis bangunan yang terdapat


ketidakberaturan torsi 1a hanya pada Model 1 atau bangunan setback tanpa
menggunakan bresing. Hal ini penambahan bresing dapat mengubah kondisi
ketidakberaturan pada bangunan dikarenakan simpangan yang dihasilkan lebih
kecil. Untuk ketidakberaturan torsi 1b, ketiga jenis bangunan dapat dikatakan aman
terhadap ketidakberaturan horizontal.
5.8 Kontrol Ketidakberaturan Struktur Vertikal
Pada penelitian ini, ketidakberaturan vertikal yang dibahas yaitu
ketidakberaturan tingkat lunak, ketidakberaturan berat, dan ketidakberaturan
geometri vertikal.
5.8.1 Ketidakberaturan Tingkat Lunak (Soft Story)
Bangunan setback memiliki distribusi massa dan kekakuan yang tidak merata.
Masalah akan timbul pada peralihan antara kekakuan yang relatif besar ke kekakuan
yang relatif kecil. Ketidakberaturan tingkat lunak dipengaruhi oleh nilai kekakuan
yang ada di tiap lantainya. Rekapitulasi kontrol ketidakberaturan tingkat lunak
dapat dilihat Tabel 5.14, Tabel 5.15, dan Tabel 5.16 berikut ini.
83

Tabel 5.14 Kontrol Ketidakberaturan Tingkat Lunak Model 1


Syarat
Kekakuan 1a 1a' 1b 1b'
Lantai
(kN/m)
Ki<0,7 Ki<0,8 Ki<0,6 Ki<0,7
K(i+1) Krata K(i+1) Krata
21 185105,765 - - - -
20 407464,76 TIDAK - TIDAK -
19 540484,194 TIDAK - TIDAK -
18 617346,954 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
17 659845,319 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
16 681178,452 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
15 688321,807 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
14 687865,026 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
13 685307,523 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
12 686242,984 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
11 695773,572 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
10 717707,499 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
9 755284,836 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
8 810337,811 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
7 884674,996 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
6 575724,399 YA YA TIDAK TIDAK
5 870954,895 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
4 997758,28 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
3 1663255,9 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
2 2813206,68 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
1 2433183,15 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
0 19661741,9 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK

Tabel 5.15 Kontrol Ketidakberaturan Tingkat Lunak Model 2


Syarat
Kekakuan 1a 1a' 1b 1b'
Lantai
(kN/m)
Ki<0,7 Ki<0,8 Ki<0,6 Ki<0,7
K(i+1) Krata K(i+1) Krata
21 194742,187 - - - -
20 425145,509 TIDAK - TIDAK -
19 574460,617 TIDAK - TIDAK -
18 680450,432 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
17 758565,549 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
16 818850,367 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
84

Lanjutan Tabel 5.15


Syarat
Kekakuan 1a 1a' 1b 1b'
Lantai
(kN/m) Ki<0,7 Ki<0,8 Ki<0,6 Ki<0,7
K(i+1) Krata K(i+1) Krata
15 869802,124 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
14 918481,387 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
13 963095,338 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
12 1006558,574 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
11 1056155,318 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
10 1115670,001 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
9 1183733,273 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
8 1263257,5 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
7 1357897,272 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
6 995486,413 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
5 1215333,61 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
4 1340266,501 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
3 2112810,239 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
2 3246755,631 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
1 2725774,272 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
0 23109610,65 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK

Tabel 5.16 Kontrol Ketidakberaturan Tingkat Lunak Model 3


Syarat
Kekakuan 1a 1a' 1b 1b'
Lantai
(kN/m)
Ki<0,7 Ki<0,8 Ki<0,6 Ki<0,7
K(i+1) Krata K(i+1) Krata
21 214288,047 - - - -
20 469749,549 TIDAK - TIDAK -
19 633526,547 TIDAK - TIDAK -
18 746359,319 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
17 826204,317 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
16 884497,595 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
15 930714,054 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
14 974057,722 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
13 1014302,523 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
12 1055648,214 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
11 1104773,965 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
10 1165511,863 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
85

Lanjutan Tabel 5.16


Syarat
Kekakuan 1a 1a' 1b 1b'
Lantai
(kN/m) Ki<0,7 Ki<0,8 Ki<0,6 Ki<0,7
K(i+1) Krata K(i+1) Krata
9 1236049,43 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
8 1318816,293 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
7 1417432,568 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
6 1091367,676 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
5 1268022,588 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
4 1393609,699 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
3 2198777,937 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
2 3377127,305 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
1 2830347,451 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
0 23276961,56 TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK

Keterangan =
1a = Kekakuan tingkat lunak persyaratan pertama,
1a’ = Kekakuan tingkat lunak persyaratan kedua,
1b = Kekakuan tingkat lunak berlebihan persyaratan pertama,
1b’ = Kekakuan tingkat lunak berlebihan persyaratan kedua,
Ki = Kekakuan pada lantai yang ditinjau,
K(i+1) = Kekakuan pada lantai di atasnya, dan
Krata = Kekakuan rata-rata pada 3 lantai di atasnya
Contoh uraian perhitungan ketidakberaturan tingkat lunak pada Model 1
dapat dilihat di bawah ini.
K1 = 2433183,15 kN/m
K2 = 2813206,68 kN/m
K3 = 1663255,9 kN/m
K4 = 997758,28 kN/m
Lantai 1
K1a = 0,7 x 2833183,15 kN/m
= 1983228,205 kN/m
2813206,68+1663255,9+997758,28
K1a’ = 0,8 x( 3
)
86

= 2189688,344 kN/m
K1b = 0,6 x 2833183,15 kN/m
= 1699909,89 kN/m
2813206,68+1663255,9+997758,28
K1b’ = 0,7 x ( )
3

= 1277318,201 kN/m
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai K1 > K1a dan K1 > K1a’ sehingga pada
lantai 1 tidak termasuk ketidakberaturan tingkat lunak. Nilai K1 > K1b dan K1 > K1b’
sehingga pada lantai 1 juga tidak termasuk ketidakberaturan tingkat lunak
berlebihan. Berdasarkan tabel di atas, perhitungan tingkat lunak menunjukkan
bahwa ketidakberaturan tingkat lunak terjadi hanya pada model 1 di lantai 6 karena
lantai tersebut merupakan letak setback. Penambahan bresing mampu
meningkatkan kekakuan pada struktur, sehingga dapat mempengaruhi
ketidakberaturan tingkat lunak.
5.8.2 Ketidakberaturan Berat (Massa)
Persyaratan ketidakberaturan berat adalah apabila berat efektif sebarang
tingkat lebih dari 150% berat efektif tingkat yang berdekatan. Rekapitulasi
ketidakberaturan vertikal dapat dilihat pada Tabel 5.17, Tabel 5.18, dan Tabel 5.19
berikut ini.
87

Tabel 5.17 Rekapitulasi Ketidaberaturan Berat Model 1


Persentase Berat Persentase
Berat Per berat tiap Per berat tiap
Lantai tingkat Lantai tingkat
lantai (kN) lantai
di di (kN) di di
atas bawah atas bawah
Atap 3123,54 9 5050,699
162% 62% 100% 100%
20 5075,29 8 5050,699

100% 100% 100% 100%


19 5050,70
7 5050,699
90% 111% 136% 73%
18 4549,01 6 6883,307
102% 98% 145% 69%
17 4625,81 5 9959,673
109% 92% 84% 119%
16 5050,70 4 8393,62
100% 100% 109% 92%
15 5050,70 3 9114,32
100% 100% 104% 97%
14 5050,70 2 9436,635
100% 100% 79% 127%
13 5050,70 Mezzanin 7435,834
100% 100% 114% 88%
12 5050,70 Dasar 8489,842
100% 100%
11 5050,70
100% 100%
10 5050,70
88

Tabel 5.18 Rekapitulasi Ketidaberaturan Berat Model 2

Berat Persentase Berat Persentase


Per berat tiap Per berat tiap
Lantai tingkat Lantai tingkat
lantai lantai
(kN) di di (kN) di di
atas bawah atas bawah
Atap 3141,71 9 5075,868
162% 62% 100% 100%
20 5088,35 8 5063,576

100% 100% 100% 100%


19 5075,87
7 5075,868
90% 111% 136% 74%
18 4561,71 6 6897,793
102% 98% 148% 63%
17 4650,83 5 10964,51
109% 92% 68% 148%
16 5063,58 4 7417,622
100% 100% 123% 81%
15 5075,87 3 9133,507
100% 100% 103% 97%
14 5063,58 2 9440,816
100% 100% 79% 127%
13 5075,87 Mezzanin 7438,366
100% 100% 115% 87%
12 5063,58 Dasar 8519,702
100% 100%
11 5075,87
100% 100%
10 5063,58
89

Tabel 5.19 Rekapitulasi Ketidaberaturan Berat Model 3

Berat Persentase Berat Persentase


Per berat tiap Per berat tiap
Lantai tingkat Lantai tingkat
lantai lantai
(kN) di di (kN) di di
atas bawah atas bawah
Atap 3146,776 9 5085,392
162% 62% 100% 100%
20 5098,179 8 5073,1

100% 100% 100% 100%


19 5085,392
7 5085,392
90% 111% 136% 74%
18 4571,236 6 6909,096
102% 98% 149% 63%
17 4660,352 5 10971,06
109% 92% 68% 148%
16 5073,1 4 7417,622
100% 100% 123% 81%
15 5085,392 3 9133,507
100% 100% 103% 97%
14 5073,1 2 9440,816
100% 100% 79% 127%
13 5085,392 Mezzanin 7438,366
100% 100% 115% 87%
12 5073,1 Dasar 8519,702
100% 100%
11 5085,392
100% 100%
10 5073,1

5.8.3 Ketidakberaturan Geometri Vertikal


Ketidakberaturan geometri vertikal adalah apabila dimensi horizontal pada
tingkat yang ditinjau lebih dari 130% dimensi horizontal tingkat di dekatnya.
Berdasarkan perhitungan di bawah ini, lantai 5 ke 6 memiliki perbedaan dimensi
lebih dari 130% dari tingkat yang berada di dekatnya.
D5 = 48 m
D6 = 15,06 m
𝐷5 𝐷548
cek = 𝑑6× 100% = 15,06× 100% = 319% > 130%
90

Berdasarkan perhitungan di atas, struktur masih dapat digunakan karena


berdasarkan SNI 1726:2012 Pasal 7.3.3 bangunan yang termasuk dalam
ketidakberaturan jenis ini dengan kategori desain seismik D masih dapat digunakan.
5.9 Eksentrisitas Bangunan
Eksentrisitas bangunan terdiri dari eksentrisitas bawaan (eo) dan
eksentrisitas akibat torsi tak terduga/amplifikasi. Eksentrisitas bawaan adalah jarak
antara titik berat sebelum dan sesudah pembebanan akibat gaya yang diterima oleh
struktur. Torsi tak terduga adalah torsi yang timbul adanya eksentrisitas tambahan
sebesar 5% dari lebar struktur. Nilai a dan b berturut-turut adalah 15,06 m dan 48
m. Penjelasan nilai a dan b dapat dilihat pada Gambar 5.11 berikut ini.

a
Gambar 5.11 Penjelasan Nilai a dan b

Rekapitulasi perhitungan eksentrisitas bangunan dapat dilihat pada Tabel 5.20


berikut ini.
Tabel 5.20 Rekapitulasi Eksentrisitas Bangunan Model 1
Torsi Bawaan Torsi Amplifikasi Torsi Total
Story
eox eoy ex ey Etx Ety

27 0,69 -0,38 0,8 2,4 1,50 2,02


26 0,55 -0,54 0,9 2,4 1,41 1,86
25 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,24 2,33
24 0,57 -0,09 0,8 2,4 1,39 2,31
23 0,62 -0,20 0,8 2,4 1,44 2,20
22 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,23 2,33
21 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,23 2,33
20 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,23 2,33
91

Lanjutan Tabel 20
Torsi Bawaan Torsi Amplfikasi Torsi Total
Story
eox eoy ex ey Etx Ety
19 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,24 2,33
18 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,24 2,33
17 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,24 2,33
16 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,23 2,33
15 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,23 2,33
14 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,22 2,33
13 0,39 -0,07 0,8 2,4 1,21 2,33
12 -1,60 0,93 0,8 2,4 -0,78 3,33
11 -6,49 -0,20 0,8 2,4 -5,70 2,20
10 -2,44 1,05 0,8 2,4 -1,66 3,45
9 -4,73 -0,09 1,6 2,4 -3,18 2,31
8 -6,48 0,15 1,6 2,4 -4,93 2,55
7 -4,67 1,64 1,6 2,4 -3,12 4,04
6 -4,74 0,02 1,6 2,4 -3,18 2,42

Perhitungan eksentrisitas titik berat bangunan adalah sebagai berikut ini.


eox = 0,69 m
δmax 178,39
𝐴𝑥 = (1,2 𝑥 δavg)2
= (1,2 𝑥 143,40)2 = 1,075

ex = (0,05 × 𝑎) × 𝐴𝑥
= 0,8 m
etotal = 0,69 + 0,8
= 1,50 m
Tabel 5.21 Rekapitulasi Eksentrisitas Bangunan Model 2
Torsi Bawaan Torsi Amplfikasi Torsi Total
Story
eox eoy ex ey Etx Ety

27 1,0883 -0,4079 0,6730 2,4 1,76 1,99


26 1,1925 -0,4065 0,6770 2,4 1,87 1,99
25 0,9516 0,1613 0,6807 2,4 1,63 2,56
24 1,2480 0,1611 0,6844 2,4 1,93 2,56
23 1,3042 0,0161 0,6883 2,4 1,99 2,42
92

Lanjutan Tabel 5.21 Rekapitulasi Eksentrisitas Bangunan Model 2


Torsi Bawaan Torsi Amplfikasi Torsi Total
Story
eox eoy ex ey Etx Ety
22 0,9516 0,1613 0,6921 2,4 1,64 2,56
21 0,8776 0,1465 0,6960 2,4 1,57 2,55
20 0,7954 0,1271 0,6998 2,4 1,50 2,53
19 0,7932 0,1238 0,7035 2,4 1,50 2,52
18 0,7905 0,1159 0,7071 2,4 1,50 2,52
17 0,7892 0,1078 0,7107 2,4 1,50 2,51
16 0,7477 0,0988 0,7139 2,4 1,46 2,50
15 0,7021 0,0894 0,7170 2,4 1,42 2,49
14 0,7003 0,0830 0,7196 2,4 1,42 2,48
13 0,6996 0,0753 0,7221 2,4 1,42 2,48
12 -1,5327 1,1374 0,7242 2,4 -0,81 3,54
11 -6,8153 -0,1729 0,7281 2,4 -6,09 2,23
10 -2,4100 1,2179 0,7275 2,4 -1,68 3,62
9 -4,8617 -0,0768 1,5530 2,4 -3,31 2,32
8 -6,6426 0,1703 1,5530 2,4 -5,09 2,57
7 -4,7940 1,7941 1,5530 2,4 -3,24 4,19
6 -4,9637 -0,0011 1,5530 2,4 -3,41 2,40

Tabel 5.22 Rekapitulasi Eksentrisitas Bangunan Model 3


Torsi Bawaan Torsi Amplfikasi Torsi Total
Story
eox eoy eox eoy Etx Ety
27 1,0883 -0,4079 0,6277 2,4 1,72 1,99
26 1,1925 -0,4065 0,6340 2,4 1,83 1,99
25 0,9516 0,1613 0,6374 2,4 1,59 2,56
24 1,2480 0,1611 0,6410 2,4 1,89 2,56
23 1,3042 0,0161 0,6446 2,4 1,95 2,42
22 0,9516 0,1613 0,6483 2,4 1,60 2,56
93

Lanjutan Tabel 5.22 Rekapitulasi Eksentrisitas Bangunan Model 3


Torsi Bawaan Torsi Amplfikasi Torsi Total
Story
eox eoy ex ey Etx Ety
21 0,8776 0,1465 0,6520 2,4 1,53 2,55
20 0,7954 0,1271 0,6556 2,4 1,45 2,53
19 0,7932 0,1238 0,6593 2,4 1,45 2,52
18 0,7905 0,1159 0,6629 2,4 1,45 2,52
17 0,7892 0,1078 0,6665 2,4 1,46 2,51
16 0,7477 0,0988 0,6700 2,4 1,42 2,50
15 0,7021 0,0894 0,6735 2,4 1,38 2,49
14 0,7003 0,0830 0,6768 2,4 1,38 2,48
13 0,6996 0,0753 0,6802 2,4 1,38 2,48
12 -1,5327 1,1374 0,6835 2,4 -0,85 3,54
11 -6,8153 -0,1729 0,6897 2,4 -6,13 2,23
10 -2,4100 1,2179 0,6908 2,4 -1,72 3,62
9 -4,8617 -0,0768 1,5530 2,4 -3,31 2,32
8 -6,6426 0,1703 1,5530 2,4 -5,09 2,57
7 -4,7940 1,7941 1,5530 2,4 -3,24 4,19
6 -4,9637 -0,0011 1,5530 2,4 -3,41 2,40
94

Setelah mendapatkan nilai eksentrisitas tersebut, maka input data tersebut pada
program ETABS dapat dilihat seperti pada Gambar 5.12 berikut ini.

Gambar 5.12 Input Data Eksentrisitas

5.10 Simpangan Horizontal (drift)


Hasil dari analisis dengan menggunakan software ETABS v16.2.1
menunjukkan adanya perubahan simpangan horizontal sebelum dipasang bresing
dengan sesudah dipasang bresing X-2 lantai. Perubahan nilai simpangan horizontal
dapat dilihat pada Tabel 5.23 dan Tabel 5.24 berikut ini.
95

Tabel 5.23 Perbandingan Perubahan Simpangan Horizontal Sebelum dan


Sesudah Pemasangan Variasi Penempatan Bresing X-2 lantai Arah
X
Simpangan Horizontal Arah X % % %
(mm) Pengurangan Pengurangan Pengurangan
Lantai Model 1 dan Model 1 dan Model 2 dan
Model 1 Model 2 Model 3 Model 2 Model 3 Model 3
21 189,118 141,551 137,363 25% 27% 3%
20 179,257 133,777 130,485 25% 27% 2%
19 170,537 126,943 123,91 26% 27% 2%
18 161,698 120,044 117,264 26% 27% 2%
17 152,724 113,104 110,573 26% 28% 2%
16 143,615 106,104 103,823 26% 28% 2%
15 134,379 99,082 97,012 26% 28% 2%
14 125,038 92,017 90,205 26% 28% 2%
13 111,616 84,997 83,401 24% 25% 2%
12 106,147 77,109 76,636 27% 28% 1%
11 96,669 71,079 69,912 26% 28% 2%
10 87,227 64,31 63,276 26% 27% 2%
9 77,871 57,497 56,754 26% 27% 1%
8 68,662 50,879 50,336 26% 27% 1%
7 59,663 44,454 44,083 25% 26% 1%
6 50,97 38,244 37,101 25% 27% 3%
5 36,601 27,848 27,772 24% 24% 0%
4 25,668 19,79 19,787 23% 23% 0%
3 15,51 12,182 12,218 21% 21% 0%
2 8,926 7,133 7,172 20% 20% -1%
1 4,813 3,919 3,921 19% 19% 0%

% Max 27% 28%


% Min 18,575% 18,533%
% Rata-rata 25% 26%
96

Tabel 5.24 Perbandingan Perubahan Simpangan Horizontal Sebelum dan


Sesudah Pemasangan Variasi Penempatan Bresing X-2 lantai Arah
Y
Simpangan Horizontal Arah Y % %
Lantai (mm) Pengurangan Pengurangan % Pengurangan
Model 1 dan Model 1 dan Model 2 dan
Model 1 Model 2 Model 3 Model 2 Model 3 Model 3
21 98,189 95,44 95,2 3% 3% 0,251%
20 95,701 93,018 92,863 3% 3% 0,167%
19 93,34 90,751 90,315 3% 3% 0,480%
18 90,764 88,262 87,588 3% 3% 0,764%
17 88,004 85,553 84,67 3% 4% 1,032%
16 84,947 82,615 81,564 3% 4% 1,272%
15 81,637 79,423 78,273 3% 4% 1,448%
14 78,075 75,991 74,807 3% 4% 1,558%
13 74,268 72,321 71,172 3% 4% 1,589%
12 70,218 68,408 67,376 3% 4% 1,509%
11 65,932 64,259 63,423 3% 4% 1,301%
10 61,414 59,878 59,311 3% 3% 0,947%
9 56,67 55,273 55,04 2% 3% 0,422%
8 51,706 50,452 50,34 2% 3% 0,222%
7 46,523 45,423 45,262 2% 3% 0,354%
6 41,111 40,175 39,976 2% 3% 0,495%
5 31,237 30,623 30,248 2% 3% 1,225%
4 22,928 22,584 22,226 2% 3% 1,585%
3 14,362 14,217 13,895 1% 3% 2,265%
2 8,432 8,373 8,3701 1% 1% 0,035%
1 4,592 4,574 4,526 0% 1% 1,049%

% Max 3% 4%
% Min 0% 1%
% Rata-rata 2% 3%

Hasil dari analisis dengan menggunakan software ETABS v16.2.1


menunjukkan bahwa adanya perubahan simpangan horizontal struktur sebelum
menggunakan bresing dan setelah menggunakan bresing X-2 lantai. Titik yang
ditinjau adalah joint 154. Titik tersebut merupakan simpangan terbesar pada
struktur. Berdasarkan Tabel 5.23 pada joint 154, perbandingan struktur tanpa
bresing (Model 1) dengan perkuatan bresing (Model 2) mengalami penurunan nilai
97

simpangan horizontal arah X terbesar 27 % pada lantai 12 dan arah Y terbesar 3 %


pada lantai 10 - lantai 21 (Atap). Secara rata-rata persentase penurunan simpangan
Model 2 dibandingkan dengan Model 1 adalah 25% untuk arah X dan 2 % untuk
arah Y. Sedangkan perbandingan Model 1 dengan perkuatan bresing (Model 3)
mengalami penurunan nilai simpangan horizontal arah X terbesar 28% pada lantai
11,12.14-17 dan arah Y terbesar 4% pada lantai 11-18. Secara rata-rata persentase
penurunan simpangan Model 3 dibandingkan dengan Model 1 adalah 26% untuk
arah X dan 3 % untuk arah Y. Sehingga dapat diketahui bahwa pengaruh
perkuatan/penambahan bresing dan dua penempatannya mempengaruhi besarnya
simpangan horizontalnya akibat adanya kombinasi pembebanan gempa. Dari hasil
tersebut, perkuatan dengan bresing menunjukkan bahwa terjadi penurunan
simpangan yang cukup besar dari bangunan setback tanpa bresing dibandingkan
bangunan dengan bresing. Hal ini dikarenakan bresing mampu menahan gaya
horizontal yang diakibatkan oleh beban gempa. Bresing akan berganti-ganti
menahan gaya desak dan tarik bergantung dengan arah beban gempa. Perbandingan
nilai simpangan horizontal arah X dan Y dapat dilihat di dalam grafik Gambar 5.13
dan Gambar 5.14 berikut ini.
21

18 Model 1

15 Model 2
Model 3
12
Lantai

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Simpangan (mm)

Gambar 5.13 Perbandingan Simpangan Horizontal Arah X


98

21

18

15

12
Lantai

Model 1
9
Model 2
6 Model 3

0
0 20 40 60 80 100
Simpangan Horizontal (mm)

Gambar 5.14 Perbandingan Simpangan Horizontal Arah Y

5.11 Simpangan Antar Lantai


Sesuai dengan BAB 3 Landasan Teori sebelumnya, simpangan antar lantai
bangunan tidak boleh melebihi dari nilai simpangan antar lantai yang diizinkan.
Kategori risiko dan jenis struktur merupakan parameter untuk menentukan
simpangan izin (Δa). Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.6, penentuan simpangan
antar lantai tingkat desain harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat
massa di tingkat (n) dan tingkat (n-1) yang ditinjau. Untuk menentukan defleksi
tersebut, simpangan antar lantai harus dihitung menggunakan gaya gempa. Struktur
yang memiliki kategori desain seismik C, D, E, atau F dan memiliki
ketidakberaturan horizontal tipe 1a atau 1b, simpangan antar lantai harus dihitung
sebagai selisih terbesar dari defleksi titik-titik di atas dan di bawah tingkat.
Penentuan titik tinjauan terletak di sepanjang salah satu bagian tepi struktur. Titik
tinjau yang digunakan untuk menentukan simpangan yaitu Joint 154. Nilai
simpangan antar lantai harus dikalikan dengan kuantitas (Cd/ Ie). Untuk struktur
kategoti desain seismik D, nilai simpangan ijin harus dibagi dengan nilai redudansi
(ρ) senilai 1,3.
Perhitungan simpangan antar lantai berdasarkan SNI 1726:2012 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
99

1. Arah X
Model 1
Tabel 5.25 Simpangan Antar Lantai Model 1 Arah X
Tinggi δei δei (mm) Δi (mm) Δa/ρ Kontrol
Lantai
Lantai (mm) Cd.δei/Ie (δei*Cd)/I (0,025hsx) Δi< Δa/ρ
21 3900 96,19 529,03 23,98 75,00 OK
20 3400 91,83 505,05 21,37 65,38 OK
19 3400 87,94 483,68 21,90 65,38 OK
18 3400 83,96 461,78 22,52 65,38 OK
17 3400 79,87 439,26 23,18 65,38 OK
16 3400 75,65 416,09 23,84 65,38 OK
15 3400 71,32 392,25 24,48 65,38 OK
14 3400 66,87 367,77 25,06 65,38 OK
13 3400 62,31 342,72 25,57 65,38 OK
12 3400 57,66 317,15 25,98 65,38 OK
11 3400 52,94 291,16 26,28 65,38 OK
10 3400 48,16 264,89 26,44 65,38 OK
9 3400 43,35 238,45 26,44 65,38 OK
8 3400 38,55 212,01 26,25 65,38 OK
7 3400 33,77 185,76 25,80 65,38 OK
6 6000 29,08 159,96 43,65 115,38 OK
5 5200 21,15 116,30 34,02 100,00 OK
4 4000 14,96 82,29 32,19 76,92 OK
3 3000 9,11 50,09 21,14 57,69 OK
2 3000 5,26 28,95 13,30 57,69 OK
1 5000 2,85 15,65 15,65 96,15 OK
0 3500 0,00 0,00 0,00 67,31 OK
100

Model 2
Tabel 5.26 Simpangan Antar Lantai Model 2 Arah X
Tinggi δei δei Kontrol
Lantai Δi Δa/ρ
Lantai (mm) Cd.δei/Ie Δi< Δa/ρ
21 3900 40,38 222,08 12,75 75,00 OK
20 3400 38,06 209,34 11,15 65,38 OK
19 3400 36,03 198,19 11,17 65,38 OK
18 3400 34,00 187,02 11,18 65,38 OK
17 3400 31,97 175,84 11,17 65,38 OK
16 3400 29,94 164,66 11,13 65,38 OK
15 3400 27,92 153,54 11,05 65,38 OK
14 3400 25,91 142,49 10,93 65,38 OK
13 3400 23,92 131,55 10,79 65,38 OK
12 3400 21,96 120,77 10,60 65,38 OK
11 3400 20,03 110,17 10,40 65,38 OK
10 3400 18,14 99,76 10,16 65,38 OK
9 3400 16,29 89,60 9,92 65,38 OK
8 3400 14,49 79,68 9,64 65,38 OK
7 3400 12,74 70,04 9,37 65,38 OK
6 6000 11,03 60,68 15,74 115,38 OK
5 5200 8,17 44,94 12,35 100,00 OK
4 4000 5,93 32,59 11,95 76,92 OK
3 3000 3,75 20,65 8,23 57,69 OK
2 3000 2,26 12,42 5,54 57,69 OK
1 5000 1,25 6,88 6,88 96,15 OK
0 3500 0,00 0,00 0,00 67,31
101

Model 3
Tabel 5.27 Simpangan Antar Lantai Model 3 Arah X
Tinggi δei δei Kontrol
Lantai Δi Δa/ρ
Lantai (mm) Cd.δei/Ie Δi< Δa/ρ
21 3900 39,56 217,60 12,52 75,00 OK
20 3400 37,29 205,08 10,96 65,38 OK
19 3400 35,30 194,12 10,98 65,38 OK
18 3400 33,30 183,14 11,01 65,38 OK
17 3400 31,30 172,13 11,01 65,38 OK
16 3400 29,30 161,13 10,97 65,38 OK
15 3400 27,30 150,16 10,92 65,38 OK
14 3400 25,32 139,23 10,83 65,38 OK
13 3400 23,35 128,40 10,70 65,38 OK
12 3400 21,40 117,70 10,54 65,38 OK
11 3400 19,48 107,16 10,33 65,38 OK
10 3400 17,61 96,83 10,10 65,38 OK
9 3400 15,77 86,73 9,83 65,38 OK
8 3400 13,98 76,90 9,53 65,38 OK
7 3400 12,25 67,38 9,21 65,38 OK
6 6000 10,58 58,16 15,36 115,38 OK
5 5200 7,78 42,81 11,94 100,00 OK
4 4000 5,61 30,87 11,45 76,92 OK
3 3000 3,53 19,42 7,79 57,69 OK
2 3000 2,11 11,62 5,20 57,69 OK
1 5000 1,17 6,42 6,42 96,15 OK
0 3500 0,00 0,00 0,00 67,31 OK
102

2. Arah Y
Model 1
Tabel 5.28 Simpangan Antar Lantai Model 1 Arah Y
δei δei (mm) Δi (mm) Δa/ρ Kontrol
Lantai h (mm)
(mm) Cd.δei/Ie (δei*Cd)/I (0,025hsx) Δi< Δa/ρ
21 3900 64,80 356,39 7,92 75,00 OK
20 3400 63,36 348,47 7,62 65,38 OK
19 3400 61,97 340,86 8,48 65,38 OK
18 3400 60,43 332,38 9,47 65,38 OK
17 3400 58,71 322,91 10,50 65,38 OK
16 3400 56,80 312,41 11,54 65,38 OK
15 3400 54,70 300,87 12,57 65,38 OK
14 3400 52,42 288,30 13,57 65,38 OK
13 3400 49,95 274,73 14,55 65,38 OK
12 3400 47,30 260,17 15,50 65,38 OK
11 3400 44,49 244,67 16,42 65,38 OK
10 3400 41,50 228,25 17,31 65,38 OK
9 3400 38,35 210,94 18,20 65,38 OK
8 3400 35,04 192,74 19,07 65,38 OK
7 3400 31,58 173,67 19,99 65,38 OK
6 6000 27,94 153,68 36,57 115,38 OK
5 5200 21,29 117,11 30,87 100,00 OK
4 4000 15,68 86,23 32,08 76,92 OK
3 3000 9,85 54,16 22,27 57,69 OK
2 3000 5,80 31,89 14,48 57,69 OK
1 5000 3,17 17,41 17,41 96,15 OK
0 3500 0,00 0,00 0,00 67,31 OK
103

Model 2
Tabel 5.29 Simpangan Antar Lantai Model 2 Arah Y
Tinggi δei δei Kontrol
Lantai Δi Δa/ρ
Lantai (mm) Cd.δei/Ie Δi< Δa/ρ
21 3900 63,29 348,07 8,84 75,00 OK
20 3400 61,68 339,23 8,34 65,38 OK
19 3400 60,16 330,89 9,07 65,38 OK
18 3400 58,51 321,82 9,85 65,38 OK
17 3400 56,72 311,97 10,64 65,38 OK
16 3400 54,79 301,32 11,41 65,38 OK
15 3400 52,71 289,92 12,16 65,38 OK
14 3400 50,50 277,76 12,86 65,38 OK
13 3400 48,16 264,90 13,52 65,38 OK
12 3400 45,71 251,38 14,16 65,38 OK
11 3400 43,13 237,22 14,78 65,38 OK
10 3400 40,44 222,44 15,43 65,38 OK
9 3400 37,64 207,00 16,12 65,38 OK
8 3400 34,71 190,88 16,93 65,38 OK
7 3400 31,63 173,95 18,00 65,38 OK
6 6000 28,36 155,95 34,48 115,38 OK
5 5200 22,09 121,47 31,08 100,00 OK
4 4000 16,44 90,40 33,30 76,92 OK
3 3000 10,38 57,10 23,42 57,69 OK
2 3000 6,12 33,68 15,28 57,69 OK
1 5000 3,34 18,39 18,39 96,15 OK
0 3500 0 0 0 67,30769 OK
104

Model 3
Tabel 5.30 Simpangan Antar Lantai Model 3 Arah Y
Tinggi δei δei Kontrol
Lantai Δi Δa/ρ
Lantai (mm) Cd.δei/Ie Δi< Δa/ρ
21 3900 63,20 347,60 8,87 75,00 OK
20 3400 61,59 338,73 8,44 65,38 OK
19 3400 60,05 330,29 9,16 65,38 OK
18 3400 58,39 321,12 9,93 65,38 OK
17 3400 56,58 311,19 10,71 65,38 OK
16 3400 54,63 300,48 11,48 65,38 OK
15 3400 52,55 289,00 12,22 65,38 OK
14 3400 50,32 276,78 12,91 65,38 OK
13 3400 47,98 263,87 13,56 65,38 OK
12 3400 45,51 250,31 14,21 65,38 OK
11 3400 42,93 236,10 14,82 65,38 OK
10 3400 40,23 221,28 15,45 65,38 OK
9 3400 37,42 205,83 16,09 65,38 OK
8 3400 34,50 189,74 16,97 65,38 OK
7 3400 31,41 172,77 17,97 65,38 OK
6 6000 28,15 154,80 34,35 115,38 OK
5 5200 21,90 120,45 30,91 100,00 OK
4 4000 16,28 89,54 33,05 76,92 OK
3 3000 10,27 56,49 23,21 57,69 OK
2 3000 6,05 33,28 16,23 57,69 OK
1 5000 3,10 17,05 13,50 96,15 OK
0 3500 0,65 3,55 3,55 67,31 OK

Perbandingan Simpangan antar lantai dapat dilihat dalam bentuk grafik


seperti pada Gambar 5.15 dan Gambar 5.16 berikut ini.
105

21

18
Simpangan Ijin
15
Model 1
12 Model 2
Lantai

Model 3
9

0
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Simpangan Antar Lantai, Δ (mm)

Gambar 5.15 Perbandingan Simpangan Antar Lantai Arah X

21

18
Model 1
15
Model 2
12
Lantai

Model 3

9 Simpangan Ijin

0
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00
Simpangan Antar Lantai,Δ (mm)

Gambar 5.16 Perbandingan Simpangan Antar Lantai Arah Y


Berdasarkan grafik di atas, simpangan antar lantai menunjukkan bahwa
semakin besar pada tingkat-tingkat bawah dan semakin kecil pada tingkat-tingkat
atas. Bangunan setback terjadi perbedaan simpangan yang cukup signifikan antar
lantai-lantai yang berbatasan dengan setback tersebut. Berdasarkan gambar di atas,
simpangan antar lantai yang besar pada lantai 4, 5, dan 6. Lantai tersebut merupakan
letak setback. Perbedaan simpangan antar lantai yang cukup ekstrim antara lantai
106

yang massa dan kekakuan berbeda. Penambahan bresing seperti Model 2 dan Model
3 mampu mengurangi simpangan antar lantai yang cukup ekstrim. Hal ini
dikarenakan bresing dapat menambah kekakuan struktur. Struktur yang lebih kaku
akan menghasilkan simpangan yang relatif kecil. Simpangan antar lantai yang
terjadi pada bangunan setback tanpa bresing (Model 1), bangunan setback dengan
bresing alternatif 1 (Model 2), bangunan setback dengan bresing alternatif 2
(Model 3) tidak melebihi batas ijin yang disyaratkan. Bangunan setback yang
dijadikan objek penelitian ini aman untuk digunakan.
5.12 Drift Ratio
Rasio simpangan antar lantai merupakan perbandingan antara defleksi
simpangan lantai tertentu terhadap tingginya. Perhitungan rekapitulasi drift ratio
dapat dilihat pada Tabel 5.31 berikut ini.
Tabel 5.31 Perbandingan Drift Ratio Arah X
Drift Ratio (%)
Beda persentase Beda persentase
Lantai Model Model Model Model 1& 2 Model 1&3
1 2 3
21 0,615% 0,327% 0,321% 47% 48%
20 0,629% 0,328% 0,322% 48% 49%
19 0,644% 0,329% 0,323% 49% 50%
18 0,662% 0,329% 0,324% 50% 51%
17 0,682% 0,329% 0,324% 52% 53%
16 0,701% 0,327% 0,323% 53% 54%
15 0,720% 0,325% 0,321% 55% 55%
14 0,737% 0,322% 0,319% 56% 57%
13 0,752% 0,317% 0,315% 58% 58%
12 0,764% 0,312% 0,310% 59% 59%
11 0,773% 0,306% 0,304% 60% 61%
10 0,778% 0,299% 0,297% 62% 62%
9 0,778% 0,292% 0,289% 62% 63%
8 0,772% 0,284% 0,280% 63% 64%
7 0,759% 0,275% 0,271% 64% 64%
6 0,728% 0,262% 0,256% 64% 65%
5 0,654% 0,237% 0,230% 64% 65%
4 0,805% 0,299% 0,286% 63% 64%
3 0,705% 0,274% 0,260% 61% 63%
2 0,443% 0,185% 0,173% 58% 61%
1 0,313% 0,138% 0,128% 56% 59%
107

Berdasarkan hasil rekapitulasi di atas, rasio simpangan antar lantai


mengalami penurunan dengan penambahan bresing X-2 lantai. Nilai drift ratio
semakin besar pada tingkat-tingkat bawah dan semakin kecil pada tingkat-tingkat
atas. Persentase penurunan struktur tanpa bresing (Model 1) dibandingkan struktur
dengan bresing (Model 2) sebesar 64% untuk arah X di letak setback. Sedangkan
persentase penurunan antara Model 1 dan Model 3 sebesar 65% untuk arah X di
letak setback. Dua penempatan bresing pada penelitian ini belum maksimal karena
selisih pengaruhnya tidak terlalu signifikan. Perbandingan rasio simpangan antar
lantai atau drift ratio dalam dilihat dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 5.17
berikut ini.
21

18 Model 1
Model 2
15
Model 3
12
Lantai

0
0,000% 0,200% 0,400% 0,600% 0,800% 1,000%
Drift Ratio

Gambar 5.17 Perbandingan Drift Ratio

5.13 Efek P-Delta


Apabila simpangan antar lantai terlalu besar, maka akan menimbulkan efek
P-delta. Efek P-delta pada umumnya akan membahayakan kestabilan struktur.
Koefisien stabilitas (θ) seperti dalam pasal 7.8.7 pada peraturan SNI 1726:2012,
suatu struktur apabila memiliki nilai koefisien stabilitas melebihi dari batas yang
diijinkan maka perlu adanya perhitungan efek P-delta atau koefisien stabilitas harus
kurang dari 0,1. Suatu struktur juga tidak boleh memiliki nilai koefisien stabilitas
pada suatu titik yang melebihi koefisien stabilitas maksimumnya. Apabila hal itu
108

terjadi, maka desain struktur tersebut tidak dapat digunakan karena termasuk dalam
kategori tidak aman dan perlu adanya usaha untuk meningkatkan kestabilan
struktur. Rekapitulasi perhitungan kestabilan struktur dapat dilihat pada Tabel 5.32,
Tabel 5.33, dan Tabel 5.34 berikut ini.
Tabel 5.32 Rekapitulasi Koefisien Stabilitas Model 1 Arah X
H P Vx Δi θmax Cek
Lt θ
(mm) (kN) (kN) (mm) 0,5/Cdxβ θ< θmax
21 3900 10698,69 685,238 23,98 0,0175 0,1 P-delta Abaikan
20 3400 21171 1342,262 21,37 0,0180 0,1 P-delta Abaikan
19 3400 31886,97 1816,305 21,90 0,0206 0,1 P-delta Abaikan
18 3400 41900,56 2117,851 22,52 0,0238 0,1 P-delta Abaikan
17 3400 52021,68 2306,993 23,18 0,0279 0,1 P-delta Abaikan
16 3400 62737,65 2418,93 23,84 0,0331 0,1 P-delta Abaikan
15 3400 73453,62 2473,474 24,48 0,0389 0,1 P-delta Abaikan
14 3400 84169,59 2491,848 25,06 0,0453 0,1 P-delta Abaikan
13 3400 94885,56 2492,663 25,57 0,0520 0,1 P-delta Abaikan
12 3400 105601,5 2496,437 25,98 0,0588 0,1 P-delta Abaikan
11 3400 116317,5 2521,419 26,28 0,0648 0,1 P-delta Abaikan
10 3400 127033,5 2580,618 26,44 0,0696 0,1 P-delta Abaikan
9 3400 137749,4 2682,819 26,44 0,0726 0,1 P-delta Abaikan
8 3400 148465,4 2829,906 26,25 0,0736 0,1 P-delta Abaikan
7 3400 159181,4 3015,334 25,80 0,0728 0,1 P-delta Abaikan
6 6000 174931,3 3298,883 43,65 0,0701 0,1 P-delta Abaikan
5 5200 198528,7 3877,561 34,02 0,0609 0,1 P-delta Abaikan
4 4000 213434,5 4214,534 32,19 0,0741 0,1 P-delta Abaikan
3 3000 233439,8 4635,061 21,14 0,0645 0,1 P-delta Abaikan
2 3000 253751,9 4963,604 13,30 0,0412 0,1 P-delta Abaikan
1 5000 269619,4 5089,157 15,65 0,0302 0,1 P-delta Abaikan
109

Tabel 5.33 Rekapitulasi Koefisien Stabilitas Model 2 Arah X


H P Vx Δi θmax Cek
Lt θ
(mm) (kN) (kN) (mm) 0,5/Cdxβ θ< θmax
21 3900 10725,37 558,5372 12,75 0,0114 0,1 P-delta Abaikan
20 3400 21222,51 1081,292 11,15 0,0117 0,1 P-delta Abaikan
19 3400 31963,33 1487,376 11,17 0,0128 0,1 P-delta Abaikan
18 3400 42001,77 1793,469 11,18 0,0140 0,1 P-delta Abaikan
17 3400 52147,73 2031,091 11,17 0,0153 0,1 P-delta Abaikan
16 3400 62888,54 2219,2 11,13 0,0169 0,1 P-delta Abaikan
15 3400 73629,35 2376,332 11,05 0,0183 0,1 P-delta Abaikan
14 3400 84370,16 2518,275 10,93 0,0196 0,1 P-delta Abaikan
13 3400 95110,97 2638,766 10,79 0,0208 0,1 P-delta Abaikan
12 3400 105851,8 2743,293 10,60 0,0219 0,1 P-delta Abaikan
11 3400 116592,6 2851,646 10,40 0,0227 0,1 P-delta Abaikan
10 3400 127333,4 2970,587 10,16 0,0233 0,1 P-delta Abaikan
9 3400 138074,2 3095,379 9,92 0,0237 0,1 P-delta Abaikan
8 3400 148815 3228,809 9,64 0,0238 0,1 P-delta Abaikan
7 3400 159555,8 3375,606 9,37 0,0237 0,1 P-delta Abaikan
6 6000 175227,2 3578,096 15,74 0,0234 0,1 P-delta Abaikan
5 5200 198975,1 3960,784 12,35 0,0217 0,1 P-delta Abaikan
4 4000 213912,9 4184,25 11,95 0,0278 0,1 P-delta Abaikan
3 3000 233945,3 4445,62 8,23 0,0262 0,1 P-delta Abaikan
2 3000 253156,8 4448,385 5,54 0,0191 0,1 P-delta Abaikan
1 5000 269031,7 4536,461 6,88 0,0148 0,1 P-delta Abaikan

Tabel 5.34 Rekapitulasi Koefisien Stabilitas Model 3 Arah X


H P Vx Δi θmax Cek
Lt θ
(mm) (kN) (kN) (mm) 0,5/Cdxβ θ< θmax
21 3900 10739,55 591,1951 12,52 0,0106 0,1 P-delta Abaikan
20 3400 21250,03 1150,266 10,96 0,0108 0,1 P-delta Abaikan
19 3400 32004,17 1581,723 10,98 0,0119 0,1 P-delta Abaikan
18 3400 42055,94 1900,298 11,01 0,0130 0,1 P-delta Abaikan
17 3400 52215,23 2140,85 11,01 0,0144 0,1 P-delta Abaikan
16 3400 62969,37 2323,641 10,97 0,0159 0,1 P-delta Abaikan
15 3400 73723,51 2468,826 10,92 0,0174 0,1 P-delta Abaikan
110

Lanjutan Tabel 5.35 Rekapitulasi Koefisien Stabilitas Model 3 Arah X


H P Vx Δi θmax
Lt θ Cek
(mm) (kN) (kN) (mm) 0,5/Cdxβ
14 3400 84477,65 2595,705 10,83 0,0188 0,1 P-delta Abaikan
13 3400 95231,79 2701,619 10,70 0,0202 0,1 P-delta Abaikan
12 3400 105985,9 2793,477 10,54 0,0214 0,1 P-delta Abaikan
11 3400 116740,1 2891,85 10,33 0,0223 0,1 P-delta Abaikan
10 3400 127494,2 3004,607 10,10 0,0229 0,1 P-delta Abaikan
9 3400 138248,4 3127,2 9,83 0,0232 0,1 P-delta Abaikan
8 3400 149002,5 3262,21 9,53 0,0233 0,1 P-delta Abaikan
7 3400 159756,6 3415,145 9,21 0,0230 0,1 P-delta Abaikan
6 6000 175442,8 3630,921 15,36 0,0225 0,1 P-delta Abaikan
5 5200 199194,2 4058,65 11,94 0,0205 0,1 P-delta Abaikan
4 4000 214132 4308,885 11,45 0,0259 0,1 P-delta Abaikan
3 3000 234164,4 4602,716 7,79 0,0240 0,1 P-delta Abaikan
2 3000 253356,3 4614,192 5,20 0,0173 0,1 P-delta Abaikan
1 5000 269231,2 4707,575 6,42 0,0133 0,1 P-delta Abaikan

Contoh perhitungan koefisien stabilitas Model 1 sebagai berikut ini.


Diketahui:
P = Beban vertikal = 10698,69 kN
Δ = Simpangan antar lantai = 23,98 mm
Ie = Keutamaan gempa =1
V = Gaya geser antar lantai = 685,238 kN
H = Tinggi lantai = 3900 mm
Cd = Faktor perbesar defleksi = 5,5
β = Rasio geser =1
Penyelesaian:
𝑃𝑥∆𝑥𝐼𝑒
θ=
𝑉𝑥𝐶𝑑 𝑥𝐻
10698,69 𝑥 23,98 𝑥 1
θ=
685,238 𝑥 5,5 𝑥 3900
θ = 0,0175
0,5
θmax =
𝐶𝑑 𝑥 𝛽
111

0,5
θmax =
5,5 𝑥 1
θmax = 0,1
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai koefisien stabilitas diperoleh sebesar
0,0175, maka efek P-delta pada titik tersebut diabaikan karena memiliki nilai
kurang dari 0,1. Nilai koefisien stabilitas tersebut juga kurang dari koefisien
stabilitas maksimum (θmax) yang artinya pada titik tersebut struktur termasuk
kategori aman/stabil. Berdasarkan Tabel di atas, ketiga model memiliki koefisien
stabilitas kurang dari 0,1 atau θmax sehingga efek P-delta tidak diperhitungkan.
Ketiga model tersebut dapat dikategorikan aman digunakan.
5.14 Kontrol Gaya Dalam
Pengecekan gaya-gaya dalam pada bangunan perlu dilakukan untuk
mengetahui aman atau tidak. Perancangan suatu bangunan tahan gempa harus
dirancang dengan menggunakan prinsip desain kapasitas (capasity design). Prinsip
desain kapasitas adalah pengendalian energi beban lateral gempa yang masuk pada
struktur agar kerusakan struktur akan terkendali. Gaya-gaya dalam yang dibahas
pada penelitian ini yaitu momen lentur balok dan gaya aksial kolom.
1 Momen Lentur Balok
Momen lentur balok diperoleh dari hasil analisis struktur dengan bantuan
software ETABS v16.2.1. Pada penelitian ini, kontrol momen lentur balok
diperlukan untuk mengetahui pengaruh antara bangunan sebelum ditambah
bresing seperti Model 1 dan sesudah ditambah bresing seperti Model 2 dan
Model 3. Balok yang ditinjau adalah balok B60. Rekapitulasi perbandingan
momen lentur balok dapat dilihat pada Tabel 5.35 berikut ini.
112

Tabel 5.35 Rekapitulasi Momen lentur Balok


Momen Lentur Balok Tepi (kNm)
Lantai
Model 1 Model 2 Model 3
21 -462,646 -164,076 -156,916
20 -512,157 -144,612 -136,61
19 -528,395 -214,6 -207,439
18 -537,795 -156,963 -148,993
17 -547,089 -227,754 -220,407
16 -555,846 -169,715 -161,408
15 -563,591 -239,175 -231,507
14 -569,865 -179,585 -171,049
13 -574,443 -247,055 -239,469
12 -577,113 -185,932 -177,795
11 -577,605 -252,164 -245,351
10 -575,621 -190,992 -183,821
9 -570,709 -256,988 -251,281
8 -562,412 -194,005 -188,343
7 -550,827 -258,255 -254,267
6 -538,737 -154,902 -149,514
5 -485,45 -249,564 -246,29
4 -356,029 -95,8548 -93,7
3 -286,029 -165,397 -163,328
2 -237,179 -72,7291 -71,489
1 -121,159 -106,631 -104,956

Grafik nilai momen lentur balok dapat dilihat pada Gambar 5.18 berikut ini.
113

21

18

Model 1
15
Model 2

Lantai
Model 3
12

0
-600 -450 -300 -150 0
Momen Balok Tepi (kNm)

Gambar 5.18 Momen Balok


Berdasarkan gambar di atas, nilai momen balok mengalami perubahan antara
sebelum ditambah bresing dan sesudah ditambah bresing. Model 1 memiliki
nilai momen lentur balok yang besar, sedangkan Model 2 dan Model 3
memiliki nilai momen lentur balok yang relatif lebih kecil. Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan bresing mempengaruhi nilai momen lentur
balok pada bangunan. Bangunan dengan penambahan bresing dapat
meningkatkan kekakuan struktur dan dapat menahan gaya horizontal yang
diakibatkan oleh beban gempa, sehingga dapat mengurangi momen lentur
balok. Nilai momen lentur balok akan mempengaruhi dimensi balok dan
kebutuhan jumlah tulangan.
2 Gaya Aksial Kolom
Gaya aksial kolom diperoleh dari hasil anallisis struktur dengan bantuan
software ETABS v16.2.1. Pada penelitian ini, kontrol gaya aksial kolom
diperlukan untuk mengetahui pengaruh antara bangunan sebelum ditambah
bresing seperti Model 1 dan sesudah ditambah bresing seperti Model 2 dan
114

Model 3. Kolom yang ditinjau adalah kolom tepi. Rekapitulasi perbandingan


momen lentur balok dapat dilihat pada Tabel 5.36 berikut ini.
Tabel 5.36 Rekapitulasi Gaya Aksial Kolom Tepi
Gaya Aksial Kolom (kN)
Lantai
Model 1 Model 2 Model 3
21 -210,95 -216,04 -222,94
20 -360,14 -381,20 -382,38
19 -632,21 -644,01 -662,51
18 -802,48 -807,93 -821,45
17 -1023,08 -1064,75 -1095,18
16 -1243,81 -1269,26 -1291,58
15 -1499,53 -1577,78 -1583,94
14 -1681,90 -1711,09 -1747,05
13 -1938,56 -1987,77 -2043,58
12 -2158,63 -2234,77 -2247,74
11 -2419,17 -2495,83 -2543,55
10 -2600,06 -2673,65 -2712,48
9 -2821,38 -3029,78 -3077,14
8 -3042,98 -3216,37 -3288,61
7 -3271,75 -3601,93 -3640,37
6 -3583,08 -3742,36 -3766,77
5 -3859,48 -4154,34 -4190,64
4 -4148,67 -4388,85 -4414,24
3 -4434,56 -4829,40 -4867,45
2 -4719,78 -5065,41 -5094,51
1 -4861,51 -5127,78 -5156,87
0 -5106,49 -5591,05 -5629,87

Grafik gaya aksial kolom dapat dilihat pada Gambar 5.19 berikut ini.
115

21

18

Model 1 15

Model 2
Model 3 12

Lantai
9

0
-6000,00 -4000,00 -2000,00 0,00
Gaya Aksial Kolom (kN)

Gambar 5.19 Gaya Aksial Kolom


Berdasarkan Gambar 5.19 di atas, nilai gaya aksial kolom mengalami
perubahan antara sebelum ditambah bresing dan sesudah ditambah bresing.
Kolom yang diitinjau adalah kolom C1 (tepi bangunan). Nilai gaya aksial
kolom diperoleh dengan bantuan software ETABS v16.2.1. Nilai gaya aksial
yang diambil berdasarkan kombinasi pembebanan. Kombinasi yang dipilih
mengacu pada kombinasi maksimum pada Model 1. Berdasarkan grafik di
atas, Model 3 memiliki gaya aksial kolom yang lebih besar daripada Model
1 (bangunan tanpa bresing). Hal ini dikarenakan tambahan gaya aksial kolom
yang berasal dari gaya aksial bresing.
5.15 Perhitungan RAB Bresing
Perencanaan struktur bertingkat banyak tahan gempa adalah meningkatkan
kekakuan struktur untuk menahan simpangan lateral (drift) akibat pengaruh dari
beban gempa. Salah satu usaha untuk meningkatkan kekakuan struktur adalah
dengan menambahkan bresing pada bangunan. Penambahan banyaknya bresing dan
116

penempatannya perlu diperhitungkan biaya konstruksi. Penentuan tipe bresing dan


lokasi penempatan bresing yang tepat dapat menentukan efisiensi biaya.
Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) konstruksi bresing pada bangunan dapat dilihat pada Tabel 5.37, Tabel 5.38, dan Tabel
5.39 berikut ini.
Tabel 5.37 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan 1kg Baja Profil

Jumlah Harga
No Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan (Rp)
(Rp)

A TENAGA OH
Pekerja 0,06 Rp 60.000 Rp 3.600
Tukang Las Konstruksi 0,06 Rp 75.000 Rp 4.500
Kepala Tukang 0,006 Rp 85.000 Rp 510
Mandor 0,003 Rp 90.000 Rp 270
JUMLAH TENAGA KERJA Rp 8.880
B BAHAN kg
Baja W8x31 1,15 Rp 15.000 Rp 17.250

JUMLAH HARGA BAHAN Rp 17.250


C PERALATAN Jam
Sewa Alat 0,8 Rp 87.000 Rp 69.600

D Jumlah Rp 121.860
E Overhead + Profit 15% X D Rp 18.279
F Harga Satuan Pekerjaan Rp 140.139

117
118

Tabel 5.38 Rekapitulasi Perhitungan Volume Pekerjan


No Model Volume (kg)
1. Model 2 41.959,04
2. Model 3 55.977,017

Tabel 5.39 Perhitungan RAB dengan AHSP

No Uraian Sat Volume Harga Satuan Jumlah Harga Total

Pemasangan Bresing
1 Model 2 kg 41.959,0398 Rp 140.139 Rp 5.880.097.884
Pemasangan Bresing
2 Model 3 kg 55.977,0172 Rp 140.139 Rp 7.844.563.213
Selisih Rp 1.964.465.329

Anda mungkin juga menyukai