Anda di halaman 1dari 20

SENI PERTUNJUKAN

KETOPRAK

Oleh Kelompok 1:

o Riski Putri Utami 121311433011

o Wahyuni Suryaningsih 121311433012

o Putra Syaiful Pratama 121311433015

o Faridatun Ni;mah 121311433016

o Eka Laila 121311433019

o Khafidz Al-Assad 121311433020

o Ilham Rachmanda 1213114330

o Ikhfan Nuris Baihaqi 1213114330

o Bintang Arunda Sakti 1213114330

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah yang telah


memberikan Rahmat-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Seni Pertunjukkan Ketoprak dalam mata kuliah
Seni Pertunjukkan semester gasal. Makalah ini disusun secara berkelompok
dan dengan didukung dari berbagai sumber mulai dari internet maupun
buku-buku penunjang mata kuliah Seni Pertunjukkan Sebagai insan manusia
biasa, kami tidak luput dari kesalahan, termasuk dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen maupun
pembaca yang bersifat membangun sebagai bekal kami membuat makalah-
makalah lainnya.

Kami berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 28 Oktober 2015


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................
i

Daftar Isi......................................................................................................
ii

Bab 1 Pendahuluan.......................................................................................
1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................


1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................


4

1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................


4

Bab 2 Pembahasan.......................................................................................
5

2.1 Sejarah Seni Pertunjukkan Ketoprak.....................................................


5

2.2 Eksistensi Seni Pertunjukkan Ketoprak.................................................


10

2.3 Pelestarian Seni Pertunjukkan Ketoprak ...............................................


24

Bab 3 Penutup..............................................................................................
24

Kesimpulan..................................................................................................
24
Daftar Pustaka..............................................................................................
25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mempunyai berbagai kebudayaan dan kesenian.


Kebudayaan maupun kesenian sudah menjadi identitas bagi suatu bangsa
ataupun negara. Kebudayaan tidak hanya tentang kesenian saja, tetapi juga
mencakup unsur bahasa, adat istiadat, masyarakat, mata pencaharian dll.
Jadi, kebudayaan mempunyai arti atau definisi yang sangat luas sekali dan
juga bisa diartikan bersifat universal. Namun, kebudayaan juga bisa saja
berubah, berkembang dan mengalami pembaharuan seiring berjalannya
waktu dan perkembangan zaman dengan menyesuaikan kondisi, tempat dan
waktu.

Kesenian merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Di dalamnya


kesenian juga terdapat adat istiadat, agama, bahasa, mata pencaharian dll.
Hasil karya atau buah tangan dari manusia itu adalah yang disebut Seni.
Indonesia yang mempunyai sejarah yang begitu panjang dan disinggahi
berbagai bangsa dan negara lain. Hal ini kebudayaan dari bangsa dan negara
lain turut masuk ke Indonesia. Menurut Soedarsono (1977), salah seorang
budayawan dan peneliti seni pertunjukkan Indonesia menjelaskan “secara
garis besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional sangat
dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya besar dari bangsa atau
negara lain (asing)1. Sehingga kesenian Indonesia banyak yang terdapat dari
pengaruh-pengaruh asing. Kedatangan berbagai bangsa dan negara lain
tidak menimbulkan perkembangan budaya namun seperti bekesinambungan.

Seni Pertunjukan adalah seni ekspresinya dilakukan dengan cara


dipertunjukkan atau ditunjukkan. Oleh karena itu seni ini bergerak dalam
waktu dan ruang2. Seni pertunjukkan terdapat berbagai aspek seperti tari,
1
Masunah, Juju dan Tati Narawati, Seni dan Pendidikan Seni (Bandung: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Seni dan Tradisional (P4ST) UPI, 2003), hlm. 35
2
Tim Peneliti Universitas Udayana, Peranan Kesenian dan Kebudayaan : Sebagai
Media Diplomasi dan Komunikasi Antarbangsa, (Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Luar Negeri, 1988), hlm. 17
site, drama, dan resitasi. Di Indonesia, seni pertunjukkan yang ditampilkan
atau ditunjukkan adalah keempat aspek tersebut. Music, drama, tarian selalu
ditunjukkan. Seni pertnjukkan terdapat berbagai seni seperti seni tari, seni
music seni drama dan sebagainya.

Dalam era modern ini seni pertunjukan tradisional kian tenggelam


dan tergusur. Seni pertunjukan tradisional juga kurang diminati oleh
generasi muda sekarang. Generasi muda sekarang lebih memilih menonton
bioskop, konser music dan sebagainya. Adanya media massa elektronik
seperti televisi juga menjadi kemunduran seni pertunjukan tradisional.
Meskipun seni pertunjukan tradisional tayang di televisi namun, tetap saja
masyarakat lebih memilih drama ataupun sineteron yang lebih sering
ditayangkan dan banyak sekali di televisi. Sementara itu peminat seni
pertunjukan tradisional hanya beberapa seglintir orang, mungkin hanya
beberapa orang tua yang melihat seni pertunjukan tradisional hanya untuk
mengenang masa-masa mudanya. Meski seni pertunjukan melakukan
pengembangan agar terlihat modern agar menarik perhatian dan peminat
maupun generasi pemuda, tetap saja seni pertunjukan tradisional tergusur
oleh perkembangan zaman yang kian modern ini.

Menggali nilai-nilai tradisi di era modernisasi seperti saat ini sama


halnya memasuki dua ruang tak berpintu. Masing-masing memiliki dunia
sendiri-sendiri yang menutup kemungkinan terjadinya kompromi. Untuk
saat ini, keduanya tak mungkin bertemu karena tak ada jalan pada masing-
masing ruang untuk keluar maupun membuka diri. Keduanya mendiami
dunia yang berbeda dan bersikukuh dengan ideologi masing-masing yang
berbeda pula. Di Indonesia, hal inilah yang terjadi 3. Dalam kaitannya
dengan ketoprak sebagai salah satu produk kebudayaan nasional, penafsiran
kembali nilai-nilai konvensional dapat dilakukan dengan menelusuri sejarah
seni tradisi ini terbentuk. Catatan sejarah diperlukan dalam upaya

3
Chafit Ulya, “Kajian Historis Dan Pembinaan Teater Tradisional Ketoprak”
(Tesis) (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2011), hlm 14
mengembangkan dan mereka-reka kembali nilai-nilai tradisi untuk
disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pengkajian seperti ini penting
selain sebagai bentuk dokumentasi juga sebagai salah satu upaya untuk
mencari kebenaran yang sejati tentang hakikat seni tradisi ketoprak.
Apalagi, hal yang sama jarang sekali dilakukan oleh peneliti lain. Tidak
sekadar itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penerangan
kepada masyarakat bahwa bangsa ini memiliki satu seni tradisi yang luar
biasa, yaitu ketoprak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dari Seni Pertunjukkan Ketoprak?

2. Bagaimana eksistensi dari Seni Pertunjukkan Ketoprak?

3. Bagaimana pelestarian yang dilakukan terhadap Seni Pertunjukkan


Ketoprak?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejarah dari Seni Pertunjukkan Ketoprak

2. Mengetahui eksistensi dari Seni Pertunjukkan Ketoprak

3. Mengetahui pelestarian yang dilakukan terhadap Seni Pertunjukkan


Ketoprak
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Seni Pertunjukkan Ketoprak

Jawa sebagai suatu masyarakat budaya yang ditinjau dari segi


historisnya ternyata sangat tua, memiliki seni tradisional budaya yang
sangat banyak sekali macamnya, yang meliputi seni rupa, seni tari, seni
sastra dan seni teater (drama). Termasuk dalam kategori seni rupa antara lain
adalah seni ukir dan seni tatah. Wayang kulit, jatilan, reog termasuk dalam
kategori seni tari. Seni sastra berupa bentuk-bentuk puisi seperti khinanti,
pangkur, dan bentuk-bentuk prosa seperti babad dan cerita rakyat. Dalam
seni pertunjukan/teater Jawa ada ketoprak, wayang wong dan juga ludruk.
Ketoprak sendiri merupaka salah satu seni masyarakat tradisonal
yang pernah cukup popular di masyarakat Jawa pada tahun 1970-1980an.
Pada saat itu ketoprak yang pada awalnya merupakan kesenian yang
dipentaskan di jalanan (ngamen/ongkek) kemudian bisa berkembang
menjadi seni pertunjukan yang dipentaskan di panggung bahkan masuk
layar televisi.4 Dianggap sebagai salah satu seni ‘perlawanan’ terhadap seni
keraton, semisal wayang kulit, ataupun wayang wong. Ketoprak dapat
diartikan sebagai seni drama panggung tradisional atau sandiwara khas
masyarakat Jawa Tengah. Kesenian ini diperkirakan mulai ada kira-kira
tahun 1887 di suatu desa bagian selatan Yogyakarta, yang pada waktu itu
dimainkan oleh anak-anak pada saat terang bulan dengan iringan lesung dan
bunyi bunyian lainnya yang dapat diketemukan.5
Sebagai salah satu seni tradisional yang mungkin banyak
dianggapsebagai salah satu seni perlawanan terhadap seni keraton, sejarah
mencatat justru sebaliknya. Meskipun kesenian ketoprak merupakan tradisi
masyarakat agraris, sejarah lahirnya kesenian ketoprak modern tak bisa
4
Evie Nur Afifah, 2014, Seni Ketoprak Di Era Modernisasi (Studi Kasus Di
Lingkungan Balaikambang Kodya Surakarta), Jurnal FKIP UNS Surakarta.

5
Juli Christanto, 1992, Peluang Pengembangan Seni Tradisional Ketoprak
Sebagai Atraksi Wisata, Skripsi Universitas Kristen Petra, hlm. 2.
lepas dari peran Keraton Kasunanan Surakarta pada awal abad ke-20.
Karena salah satu bukti tertua justru mencatat bahwa Ketoprak pertaa kali di
pentaskan di keraton Surakarta. Kristian Haryanto, anggota Dewan
Kesenian Surakarta dan salah satu pemain gender terbaik di kota itu,
mengatakan bahwa seorang pejabat Kasunanan telah membina seniman-
seniman ketoprak lesung, kemudian mementaskan di kediamannya pada
1908. Pentas mereka masih menggunakan lesung, belum menggunukan
iringan gamelan. Baru pada periode 1925-26 M, pertunjukan ketoprak tak
hanya menggunakan iringan musik lesung, tetapi juga gamelan sederhana,
juga alat musik gesek dan petik dari Eropa. Tema cerita, tata kostum dan tata
pentas pun mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.6

Banyak sumber yang mengatakan bahwa pencipta dari kesenian

ketoprak tidak dapatdiketahui hingga kini. Hanya disebutkan bahwa


ketoprak lahir dari masyarakat Jawa Tengah pada awal abad 20. Namun, Juli
Christanto dalam skripsinya menyebutkan bahwa asal mula ketoprak lahir di
Surakarta pada tahun1908, diciptakan oleh almarhum Raden Mas
TumenggungWreksodiningrat. Pada tahun 1908 Raden Mas
6
Mahandis Y. Thamrin, “Ketoprak Jawa Sempat Dibunuh Dua Kali”, dalam
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/04/ketoprak-jawa-pernah-dibunuh-dua-kali.
diunduh pada 27 Oktober 2015 pukul 22.23 WIB
TurnenggungWreksodiningrat mengadakan latihan ketoprak. Dalamlatihan
itu menggunakan alat tetabuhan; sebuah lesung, sebuah. terbang (rebanal,
sebuah seruling. Lakon yangdibawakan menceritakan seorang petani sedang
mencangkuldi sawah disusul istrinya dengan membawa
makanan.Menampilkannya dengan menari, kadang-kadang menarinya
dilebih-lebihkan hingga lucu. Penonton menyebut sebagaitontonan
'badutan'. Dialog dalam permainan, sebagaiandalam bentuk nyanyian atau
tembang, tetapi berbentukdialog sehari-hari atau dalam bahasa Jawa
disebut'gancaran'. Pentas pertama pada tahun 1909 untuk meramaikan
perkawinan agung 'Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam VI I'
dengan putri 'Sri Susuhan Paku Buwana X' di Surakarta bernama 'Gusti
Bendara Raden Ajeng Retno Puwoso', bertempat di Kepatihan Surakarta.
Perkawinan tersebut terjadi pada 5 Januari 1909. Sesudah itu Ketoprak
sering dipertunjukkan di istana Surakarta.7
Kemudian mengenai nama ketoprak itu sendiri, salah satu versi
menyebutkan bahwa nama ketoprak sendiri diambil dari bunyi yang
dihasilkan dari alat musiknya. Pada waktu itu ketoprak menggunakan alat
musik lesung (alat untuk menumbuk padi), suling, terbang, kendang. Irama
yang dihasilkan “dung.. dung.. prak.. prak... .pating ketuprak”, sehinga
orang menyebutnya ketoprak. Lahirnya ketoprak di ilhami oleh permainan
gejogan dan kotekan, yaitu permainan oleh gadis-gadis desa di waktu bulan
purnama dengan menggunakan lesung dengan ritme yang teratur. Bunyi
lesung ini biasanya juga diiringi oleh nyanyian-nyanyian. Dari gejogan dan
kotekan inilah lahir ketoprak, yang peralatan musiknya ditambah dengan
menggunakan kendang dan seruling, serta dibubuhi cerita pendek di sekitar
tempat pertunjukan.8

7
Juli Christanto, op.cit., hlm. 3.
8
http://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/nasional/ketoprak/ diunduh pada 27
Oktober 2015 pukul 22.39 WIB
Pada mulanya ketoprak merupakan permainan orang-orang desa
yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung pada waktu bulan
purnama. Seiring dengan perkembangan zaman dalam perkembangannya
menjadi suatu bentuk teater rakyat yang lengkap dan waktu pelaksanaannya
pun mengalami perubahan. Ketoprak dikatakan tradisional karena drama ini
dipertunjukkan kepada penonton tanpa menggunakan teks sebagaimana
yang berlaku pada drama modern. Di sini para pemainnya tidak perlu
menghafalkan teks terlebih dahulu sebelum bermain. Para pemain
mengucapkan dialog-dialognya secara improvisasi atau memakai pola-pola
kalimat tertentu yang dikenal secara tradisi oleh masyarakat.9

9
Ibid.
2.2 Eksistensi Seni Pertunjukkan Ketoprak

Ketoprak adalah drama tari kerakyatan Jawa Tengah. Cerita yang


dipentaskan oleh kesenian ketoprak beraneka warna. Umumnya sendiri
terdiri dari cerita-cerita local. Dengan begitu cerita-cerita yang menyangkut
raja-raja Pajajaran sangat menarik bagi seniman kesenian Ketoprak. Lakon-
lakon tersebut umumnya dikembangkan begitu rupa sehingga menarik
penonton. Judulnya pun diubah-ubah oleh sang sutradara ketoprak. Cerita-
cerita yang ada dalam ketoprak juga dilakonkan oleh dalang wayang kulit
atau wayang krucil.10

Ketoprak merupakan kesenian tradisional yang berlahan-lahan mulai


kehilangan eksistensinya. Keberadaan ketoprak saat ini tidak setenar dulu,
jaman yang modern membuat ketoprak berlahan mengilang. Saat Ini
eksistensi ketoprak mulai disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Ketoprak saat ini dikemas lebih modern dengan berbagai variasi tambahan
yang dapat membuat ketoprak lebih menarik.

Sekarang ini ketoprak mengalami perkembangan dan perubahan


besar. Ketoprak dipentaskan di gedung dengan musik yang lengkap, tidak
hanya gamelan, tetapi dicampur dengan musik modern. Tata busana dan tata
rias juga sudah bagus. Tata tempat sudah lebih menakjubkan. Akan tetapi,
ketoprak merupakan salah satu seni tradisional yang kian tenggelam. Oleh
karena itu, pelestarian dan pengembangan kesenian ketoprak sangat perlu
dilakukan. 11

Seni Ketoprak yang berkembang saat ini merupakan jenis Ketoprak


Gamelan karena dalam pementasan lakon yang diceritakan berkisah babad
tentang kerajaan yang pernah ada terutama di daerah Jawa dengan iringan
alat music berupa gamelan. Seni Ketoprak yang ada di Balekambang
misalnya, seni Ketoprak ini tumbuh dan berkembang dari rakyat untuk

10
Suwardi Endraswara, Metodelogi Penelitian Foklor (Yogyakarta,
MediaPressIndo, 2009), hlm. 193-194
11
Margono, dkk, Seni Rupa dan Seni Teater (Jakarta: Yudhistira), hlm.58
rakyat karena seni ini merupakan sumber hiburan bagi masyarakat baik bagi
seniman maupun penonton. Melalui pementasan lakon dalam pertunjukan
Ketoprak banyak sekali pesan moral atau nasehat yang terkandung di
dalamnya. Nilai yang dipertahankan dalam seni Ketoprak tersebut adalah
nilai moral, nilai pendidikan, nilai sosial-kultural dan nilai estetika atau
keindahan.12

Di era modernisasi seperti sekarang ini ketoprak dikemas dengan


dagelan yang mana dagelan dan ketoprak tersebut menjadi populer
dikalangan masyarakat Indonesia. Dipandnag dari sudut paedagogis, maka
isi dan cerita dagelan serta ketoprak itu sering mengandung nilai-nilai
paedagogis yang baik bagi masyarakat. Bahkan kadang-kadang isi ceritanya
berupa kritikan-kritikan, sindiran-sindiran, dan teladan terhadap keadaan-
keadaan masyarakat pada jamannya. Baik tentang hal-hal yang buruk
maupun yang baik. Dari sudut seni maka dagelan dan ketoprak mempunyai
nilai hiburan yang sehati bagi masyarakat. Oleh karena itu dagelan dan
ketoprak perlu mendapatkan penghargaan yang layak. Selain itu Ketoprak
Mataraman juga terkenal di daerah Yogyakarta. Ketoprak Mataraman ini
berfungsi sebagai hiburan dan juga memberi pendidikan serta bimbingan
terutama dalam lapangan budi pekerti.13

Berbagai cara dilakukan untuk terus mempertahankan eksistensi


ketoprak, mulai dari music yang bukan sekedar menggunakan gamelan
tetapi diaransemen dengan music modern yang memberikan kesan menarik
terhapa pementasan ketoprak. Selain music dari segi kostum saat ini juga
lebih bervariasi dan menggunakan tat arias yang modern dan menarik tanpa
meninggalkan kesan penting yang ada pada Ketoprak. Saat ini ketoprak
dipentaskan oleh sanggar-sanggar atau teater. Selain itu ketoprak juga
dijadikan sebagai bahan pendidikan seni budaya di sekolah-sekolah baik
dari sekolah dasar hingga sekolah menengah keatas.

12
Evie Nur Afifah, op.cit., hlm. 8
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sejarah Daerah : Daerah Istimewa
Yogyakarta ( Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997), hlm.228
Pementasan ketoprak juga dipentaskan oleh anak-anak muda yang
bertujuan untuk terus menjaga eksistensi ketoprak agar tidak ketinggalan
jaman. Menambahkan kesan modern merupakan sebuah alat yang dapat
digunakan untuk terus melestarikan ketoprak. Meskipun begitu kemunduran
ketoprak memang tidak bisa dipungkiri. Keberadaan ketoprak yang dulu
begitu terkenal sekarang memang mengalami kemunduran karena kesenian-
kesenian modern yang lebih menarik,

Jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya kesenian


ketoprak menunjukkan peningkatan sebagai kesenian tradisional, maka di
era globalisasi ini ketoprak semakin meredup. Meredupnya ketoprak diera
sekarang tak bisa dilepaskan dari perkembangan hiburan yang populer dari
jaman ke jaman. Seperti era sekarang ini, keberadaan kesenian tradisional
sangat memprihatinkan. Yang menjadikan ironis adalah ketika kaum muda
lebih menyukai budaya populer daripada kesenian tradisional seperti
ketoprak yang menjadi kkebudayaan khas dari negara kita. banyak faktor
yang menyebabkan eksistensi kesenian tradisional semakin kehilangan
kepopulerannya diantaranya adalah:

1. Masuknya Budaya Populer

Budaya populer yang masuk di Indonesia di era modern ini


diindikasikan sebagai penyebab utama meredupnya keberadaan
ketoprak. Jika jaman dulu ketoprak menjadi satu-satunya hiburan yang
digemari oleh banyak kalangan, namun sekarang ini kondisi tersebut
menjadi berbanding terbalik. Globalisasi yang menjadikan segala
sesuatu secara instan juga berdampak kepada hiburan masyarakatnya.
Budaya populer telah memunculkan berbagai hiburan urban menjadi
hiburan yang juga dinikmati oleh kalangan bawah. Budaya populer telah
menjadikan semua kalangan masyarakat untuk tunduk terhadap
berbagai budaya termasuk juga selera hiburan yang nge-trend di jaman
sekarang ini.14 Hiburan yang disajikan oleh budaya populer semakin

14
Dominic Strinati, Populer Culture: Pengantar Menuju Budaya Populer
(Jakarta: Bentang Pustaka), 2002, hlm. 30.
menambah minat masyarakat untuk menikmatinya. Seperti kehadiran K-
pop, Drama Korea, serta hiburan khas budaya populer telah
memposisikan kesenian tradisional semakin tersudut. Akibatnya jika
anak mudanya saja sudah tidak mau menghargai kesenian tradisional
maka sudah pasti kesenian tersebut kehilangan popularitas.

2. Ketoprak dinilai sebagai Kesenian yang Kurang Mengikuti


Perkembangan Zaman

Salah satu alasan mengapa keberadaan ketoprak sering dianggap


kesenian kuno adalah ketoprak sudah tidak relevan lagi dengan keadaan
zaman. Hal ini menjadikan masyarakat cenderung untuk beralih obyek
hiburan dari hiburan tradisional menjadi hiburan modern. Sekarang ini
masyarakat lebih suka untuk menonton konser musik yang ia sukai atau
pergi ke bioskop demi menonton film kesukaan. Implikasi dari
meredupnya kesenian ketoprak sudah pasti akan berdampak pada para
penikmatnya. Kurangnya kesadaran mengenai kesenian tradisional akan
menjadi faktor utama dalam kehancuran sebuah kesenian yang sifatnya
tradisional. Kesenian ketoprak yang menampilkan cerita-cerita yang
kurang mengikuti trend yang sedang berkembang sesuai dengan
zamannya akan menyebabkan kehilangan pengikut khususnya
dikalangan para pemuda.
2.3 Pelestarian Terhadap Seni Pertunjukkan Ketoprak

Kesenian tradisional, khususnya seni pertunjukan ketoprak pada


masa lampau pernah mengalami kejayaannya, dan merupakan sebuah sarana
hiburan yang paling digemari oleh masyarakat. Tetapi seiring dengan
perkembangan zaman, kesenian tradisional tersebut kalah dengan sarana-
sarana hiburan modern. Maka dari itu saat ini kesenian ketoprak dianggap
sebagai sarana hiburan yang kurang populer dimata masyarakat saat ini,
kurang populer karena kesenian ini merupakan kesenian tradisional yang
dimata masyarakat dianggap kuno. Selain itu kesenian ketoprak jika dilihat
dari kacamata ekonomi, merupakan sebuah pemborosan, karena
menyelenggaraan latihan, dan pementasannya membutuhkan biaya, pikiran
dan tenaga yang cukup besar. Sehingga saat ini kesenian tersebut tidak
mempunyai daya jual yang memadai. Maka dari itu perlu adanya pemikiran
agar kesenian daerah ini dapat memiliki nilai jual yang tinggi, dan tidak
semakin dijauhi oleh masyarakat.

Ketoprak merupakan salah satu kesenian tradisional yang berjalan


melalui fase yang panjang, bergerak dari kesederhanaan bahkan cenderung
apa adanya, berkembang dalam penyempurnaan-penyempurnaan, dan
berakhirr menjadi sebuah seni tradisi yang utuh serta diterima sebagai
warisan budaya yang memperkaya khazanah kebudayaan bangsa.15
Kesenian tradisional adalah suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar
dari masyarakat, lingkungan serta telah dirasakan sebagai miliknya sendiri,
kesenian tradisional pada umumnya diterima sebagai warisan yang
dilimpahkan dari generasi tua kepada generasi muda.16

Pada mulanya kesenian ketoprak merupakan sebuah hiburan yang


dinikmati masyarakat pada waktu senggang, tetapi setelah era modernisasi
mulai merajai dan masuk dalam kehidupan masyarakat, banyak produk atau
budaya asing yang dapat dengan mudah memasuki negara kita. Masuknya
kebudayaan asing berhasil merubah pola berfikir masyarakat kita yang
15
Evie Nur Afifah, op.cit.,, hlm. 1
16
ibid
mulanya sangat meencintai budaya dan kesenian tradisional daerahnya
berubah menjadi masyarakat yang bangga menjadi penikmat budaya asing.
Kini para pemain ketoprak di berbagai daerah di Jawa harus berjuang untuk
melawan era modrnisasi, dengan berbagai cara supaya seni ketoprak
mempunyai daya jual yang tinggi untuk menghidupi keluarga mereka.
Karena negeri yang kaya akan kebudayaan ini tidak menjamin bahwa pelaku
seni di negeri tercinta ini memperoleh kemakmuran.

Menurut Koentjoroningrat, terdapat unsur universal kebudayaan


yang ada di seluruh dunia meliputi: (1) religi, (2) organisasi
kemasyarakatan, (3) pengetahuan, (4) bahasa, (5) mata pencaharian, (6)
kesenian, dan (7) teknologi dan peralatan. Namun, pengembangan
kebudayaan asli yang sebenarnya dapat dilakukan di Indonesia, hanya pada
satu unsur dari tujuh unsur kebudayaan tersebut, yaitu kesenian, karena
unsur yang lan mengalami akulturasi.17

Menurut Haley strategi pelestarian akan mendorong pembangunan


pariwisata berbasis kebudayaan masyarakat yang kuat dengan menciptakan
infrastruktur pembangunan berkelanjutan untuk menghadapi laju globalisasi
pertumbuhan indutstri kreatif, meningkatkan kualitas dan peluang akses
terhadap ruang, acara dan aktivitas serta mengatasi hambatan pasrtisipasi
komunitas kebudayaan. Strategi ini memberikan penekatan koheren dan
terpadu dalam aspek manajemen warisan budaya, agar masyarakat dan para
wisatawan masih melihatnya di masa yang akan datang, juga memberikan
pandangan kepada pemegang otoritas untuk dapat mengambil tindakan
mempertahankannya.18

Saat ini kita sebagai kaum intelektual harus dapat memikirkan agar
kesenian daerah yang kita banggakan tersebut tidak punah, sehingga dengan
gampangnya bangsa asing dapat merebut kesenian kita, seperti yang terjadi
beberapa tahun kebelakang. Generasi muda yang seharusnya melestarikan
17
Amiluhur Soeroso dan Y. Sri Susilo, “Strategi Konservasi Kebudayaan Lokal
Yogyakarta” dalam Jurnal Manajemen Teori dan Terapan I Tahun 1, No.2, Agustus, 2008,
hlm.144
18
ibid, hlm.145
kebudayaan nenek moyangnya kini telah terseret arus modernisasi yang
dianggap “keren” bagi kehidupan sosial mereka.

Pelestarian seni ketoprak yang disebabkan adanya rasa memiliki


kesenian tersebut, maka akan timbul rasa untuk menjaga dan melestarikan
kesenian tersebut. Para pelaku seni sudah berusaha untuk menghidupkan
kembali seni ketoprak dengan cara menyesuaikan pola-pola pemikiran
generasi muda.

Saran yang dapat digunakan untuk melestarikan kesenian ketoprak


agar generasi muda tetap menjunjung tinggi kebudayaan dan berpegang
teguh pada jati diri bangsa, dapat ditempuh melalui promosi terhadap
kesenian tersebut melalui berbagai cara, misal melalui iklan di media massa
baik cetak, maupun elektronik, pentas keliling dari kota ke kota. Melalui
promosi tersebut, melalui media massa maupun pementasan keliling ini
bertujuan untuk mengenalkan kembali kesenian ketoprak pada masyarakat
luas, sehingga masyarakat lebih mengenal kembali kesenian tradisional
bangsanya.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah tetap menjaga eksistensi


dari kesenian tradisional ini, ketoprak. Salah satu caranya adalah
menjadikan ketoprak sebagai kegiatan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah,
baik sekolah lanjutan, menengah dan bahkan perguruan tinggi. Pengadaan
ketoprak di tengah-tengah kegiatan golongan muda diharapkan dapat
membuat rasa memiliki dan cinta terhadap kesenian ketoprak selalu tumbuh,
sehingga semangat untuk melestarikannya tetap terjaga.
BAB III

PENUTUP

Ketoprak merupakan salah satu seni pertunjukkan yang dianggap


oleh sebagian besar sebagai kesenian kerajaan, namun justru sebaliknya.
Ketoprak awalnya merupaan hiburan bagi rakyat menengah ke bawah.
Namun seiring berjalannya waktu, kesenian ini juga digunakan untuk
menyambut tamu dan kemudian dinikmati pula oleh kalangan keraton.

Seni pertunjukkan ketoprak merupakan kesenian yang cukup eksis


sejak lama, bahjan sejak zaman kolonial Belanda. Namun keeksistensiannya
terkalahkan dengan adanya globalisasi yang masuk di Indonesia. Segala hal
yang bersifat modern mampu menggeser keberadaan ketoprak, terutama
oleh pada kalangan muda. Bahkan sekarang ia mendapat julukan sebagai
kesenian yang “ndeso”.

Oleh karena, ada beberapa cara yang dilakukan untuk dapat


mempertahankan seni pertunjukkan ketoprak ini. Misalnya dengan tetap
menjadikan meda sosial sebagai media promosi supaya banyak wisatawan
yang tertarik untuk dapat melihat pertunjukkan ketoprak ini. Selain itu,
menjadikan ketoprak sebagai kegiatan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah
juga dapat menjadi sarana pelestarian ketoprak ini. Namun pada dasarnya
yang lebih harus diutamakan adalah kesadaran terhadap kepemilikan
ketoprak tersebut, sehingga apabila sudah muncul rasa memiliki maka akan
memudahkan untuk melestarikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sejarah Daerah : Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, 1997.
Dominic Strinati, Populer Culture: Pengantar Menuju Budaya Populer
Jakarta: Bentang Pustaka, 2002.
Masunah, Juju dan Tati Narawati, Seni dan Pendidikan Seni, Bandung:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Seni dan Tradisional (P4ST)
UPI, 2003.
Suwardi Endraswara, Metodelogi Penelitian Foklor, Yogyakarta,
MediaPressIndo, 2009.
Tim Peneliti Universitas Udayana, Peranan Kesenian dan Kebudayaan :
Sebagai Media Diplomasi dan Komunikasi Antarbangsa, Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri,
1988.

Jurnal dan Artikel Ilmiah

Amiluhur Soeroso dan Y. Sri Susilo, “Strategi Konservasi Kebudayaan


Lokal Yogyakarta” dalam Jurnal Manajemen Teori dan Terapan I
Tahun 1, No.2, Agustus, 2008.
Chafit Ulya, “Kajian Historis Dan Pembinaan Teater Tradisional Ketoprak”
(Tesis), Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2011.
Evie Nur Afifah, “Seni Ketoprak di Era Modernisasi” (Skripsi), Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, 2014
http://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/nasional/ketoprak/ diunduh pada
27 Oktober 2015 pukul 22.39 WIB
Juli Christanto, Peluang Pengembangan Seni Tradisional Ketoprak Sebagai
Atraksi Wisata (Skripsi), Surabaya: Universitas Kristen Petra 1992.
Mahandis Y. Thamrin, “Ketoprak Jawa Sempat Dibunuh Dua Kali”, dalam
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/04/ketoprak-jawa-
pernah-dibunuh-dua-kali. diunduh pada 27 Oktobe 2015 pukul
22.23 WIB.

Anda mungkin juga menyukai