Anda di halaman 1dari 15

Energi Nuklir

Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah
Termodinamika
Yang dibina oleh Dr. Sukarni, M.T.

oleh
Bagus Ardiansyah Dharmawan
NIM 180514627529
Hamas Asaduddin
NIM 180514627534

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
Maret 2019
1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Era modern saat ini, kebutuhan akan energi terus meningkat sebanding
dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Indonesia menempati urutan
nomor 7 dunia dalam negara dengan jumlah penggunaan energi per tahun
(Enerdata, 2018). Namun energi yang digunakan mayoritas masih menggunakan
energi fosil, yaitu batubara dan minyak bumi. Mengingat ketersediaan kedua
bahan bakar energi tersebut terbatas, energi alternatif lain perlu untuk
dikembangkan. Sumber energi fosil yang terbatas dan dampak yang ditimbulkan
terhadap lingkungan menjadi faktor utamanya. Berbagai energi alternatif mulai
ditemukan untuk menggantikan energi fosil. Energi nuklir merupakan salah satu
energi alternatif atas masalah keterbatasan sumber energi fosil dan masalah
lingkungan yang ditimbulkannya, seperti polusi dan limbah yang dihasilkan
energi fosil.

Beberapa negara maju di dunia seperti Amerika Serikat, Rusia, Cina dan
Korea Utara telah mengembangkan sumber energi ini. Energi nuklir dinilai lebih
efisien dan bersih daripada energi fosil apabila dikelola dengan prosedur yang
tepat, energi nuklir juga memiliki potensi besar dalam penggunaannya, khususnya
sebagai energi pembangkit listrik. Konsumsi sumber daya nuklir yang sedikit
terbukti mampu membangkitkan sumber daya yang besar dalam jangka waktu
yang relatif lama jika dibandingkan dengan sumber energi fosil. Namun
penggunaan energi nuklir perlu pertimbangan lebih lanjut. Hal ini disebabkan
bahaya yang ditimbulkan apabila terjadi kecelakaan. Ilmu pengetahuan tentang
energi nuklir menjadi peranan yang sangat penting dalam pengembangannya.

Urgensi serta manfaat penggunaan energi nuklir tampaknya perlu mendapat


perhatian lebih lanjut oleh peneliti serta seluruh lapisan masyarakat. Regulasi
yang tepat dan proporsional tanpa membatasi pengembangan potensi tenaga
nuklir, pemanfaatan yang sesuai dengan prosedur serta diiringi oleh tindakan-
tindakan aktif guna mengantisipasi resiko kecelakaan serta potensi bahaya yang
dapat ditimbulkan, dapat membawa Indonesia menuju tahap baru dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya energi nuklir.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini dijabarkan sebagai berikut.

a. Bagaimana konsep energi nuklir?


b. Bagaimana bahan bakar reaktor nuklir?
c. Bagaimana cara kerja reaktor nuklir?
d. Bagaimana dampak energi nuklir?
2 Tinjauan Pustaka

2.1 Energi Nuklir

Atom merupakan hal mendasar yang berhubungan dengan reaksi nuklir.


Konsep atom yang dipakai sekarang telah mengalami banyak perubahan sejak
pertama kali ditemukan. Atom terdiri atas inti atom yang dikelilingi oleh elektron
yang bermuatan negatif mengorbit mengelilingi inti. Inti atom terdiri atas neutron
bermuatan netral dan proton bermuatan positif, yang sering disebut nukleon. Pada
notasi penulisan atom N menunjukkan jumlah neutron, Z menunjukkan jumlah
proton, dan X menunjukkan nama atom. Nilai A atau (N+Z) mewakili nilai nomor
massa, sedangkan nilai Z mewakili nilai nomor atom yang mempengaruhi sifat
kimia atom (Alatas, 2015).

Z
X
Gambar 1 Notasi atom
Sumber : Alatas (2015,16)

Atom-atom dengan jumlah proton sama tetapi jumlah neutron berbeda disebut
isotop. Contohnya 6C12, 6C13, dan 6C14.

Berdasarkan hukum Coulomb inti yang terdiri atas neutron dan proton akan
terpecah karena gaya tolak menolak antar proton satu dengan yang lain. Tetapi,
hal ini tidak terjadi karena ada gaya lain yang mengimbangi gaya tolak menolak
tersebut. Gaya ini disebut gaya nuklir. Kestabilan inti atom sangat dipengaruhi
oleh komposisi jumlah neutron dan jumlah protonnya. Kestabilan inti inilah yang
mempengaruhi sifat radioaktif suatu atom. Inti-inti atom yag tidak stabil baik
karena komposisi jumlah neutron dan proton maupun karena tingkat energinya
yang tidak berapada pada keadaan dasar, cenderung akan berubah menjadi stabil.
Apabila ketidakstabilan disebabkan oleh komposisi jumlah neutron dan proton,
inti akan berubah menjadi stabil dengan memancarkan radiasi alpha (α) dan
radiasi beta (β). Apabila ketidakstabilan disebabkan oleh tingkat energi yang tidak
pada keadaan dasar, inti akan berubah menjadi stabil dengan memancarkan radiasi
gamma (γ).

Radioaktivitas didefinisikan sebagai jumlah peluruhan per detik. Aktivitas


radiasi suatu zat radioaktif bergantung kepada jumlah inti radioaktif yang
dikandungnya (N) dan konstanta peluruhan dari zat radioaktif tersebut (λ).
Besarnya nilai (λ) berbeda-beda antar setiap zat radioaktif.

𝚫𝐍
𝐀= = λN (1.1)
𝚫𝐭

Satuan λ adalah s-1, sedangkan satuan A adalah Becquerel (Bq) dan Curie
(Ci) dengan nilai sebagai berikut.

1 Bq = 1 peluruhan per detik

1 Ci = 3,7 x 1010 peluruhan per detik (1.2)

Mempermudah penggambaran kecepatan peluruhan suatu zat radioaktif,


digunakan parameter waktu paruh (T1/2). Waktu paruh didefinisikan sebagai
waktu yang ditempuh suatu zat radioaktif untuk meluruh menjadi setengah dari
jumlah semula. Nilai waktu paruh berbanding terbalik dengan konstanta
peluruhan sehingga mempunyai satuan detik. Waktu paruh zat radioaktif
bermacam-macam, mulai detik hingga ratusan tahun.

𝟎,𝟔𝟗𝟑
T1/2 = (1.3)
𝛌

Persamaan reaksi nuklir dituliskan sebagai berikut.

A+B → C+D (1.4)

Misalkan contoh reaksi nuklir berikut.

(1.5)
Dalam contoh reaksi diketahui bahwa kekekalan muatan yaitu jumlah proton
dan jumlah nukleon. Jumlah kedua ruas harus sama baik sebelum reaksi maupun
setelah reaksi.

Reaksi nuklir adalah reaksi yang berasal dari interaksi dua inti atom dan
menghasilkan energi. Energi ini yang disebut energi nuklir. Terdapat dua reaksi
nuklir, yaitu reaksi fusi dan reaksi fisi.

2.1.1 Reaksi Fusi

Reaksi penggabungan antara inti bermuatan ringan menjadi inti bermuatan


lebih berat dan menghasilkan energi. Contoh reaksi fusi sebagai berikut.

(1.6)

Disebut reaksi antara inti bermuatan, karena pada sisi kiri kedua inti atom
memiliki nomor atom yang lebih besar dari 0. Reaksi seperti ini sulit untuk
direalisasikan karena terdapat muatan positif pada kedua muatan, sehingga
muncul gaya tolak menolak antar kedua proton sesuai gaya Coulomb. Oleh karena
itu, untuk merealisasikan reaksi nuklir seperti itu membutuhkan energi yang lebih
besar daripada gaya Coulomb yang terjadi. Contoh penulisan isotop hidrogen
yaitu Hidrogen (1H1), Deuterium (1H2), dan Tritium (1H3).

Metode yang digunakan yaitu menambahkan partikel pemercepat untuk


menambah energi kinetik salah satu inti atom tersebut. Selain itu, metode kedua
yang digunakan yaitu menaikkan temperatur kedua inti atom agar dapat berubah
menjadi plasma dan mengatasi gaya Coulomb. Namun, kedua metode tersebut
tidak efektif karena untuk mereaksikan inti atom membutuhkan energi awal yang
besar.
2.1.2 Reaksi Fisi

Reaksi fisi adalah proses reaksi nuklir yang terjadi karena inti atom
terbelah menjadi partikel-partikel inti yang lebih ringan karena tertumbuk oleh
partikel inti lain (Alatas, 2015). Contoh reaksi fisi sebagai berikut.

Gambar 2 Reaksi Fisi pada Uranium-235


Sumber : Yusuf (2017,11)

Reaksi pembelahan inti karena adanya tumbukan dari partikel lain menjadi inti
yang lebih ringan tersebut menghasilkan energi. Berdasarkan gambar tersebut,
Uranium235 ditumbuk dengan 1 neutron akan menghasilkan Kripton96, Barium141,
3 neutron, radiasi gamma dan energi ~200 MeV. Neutron generasi pertama hasil
dari reaksi pertama menumbuk U235 lainnya untuk kembali bereaksi. Kemudian
neutron generasi kedua menumbuk U235 lain, begitu seterusnya. Reaksi fisi yang
masih dapat bereaksi secara kontinyu disebut reaksi fisi berantai. Reaksi fisi
berantai U235 ini yang mendasari beroperasinya reaktor nuklir. Reaksi fisi berantai
sangat pernting diwujudkan dalam pengoperasian reaktor nuklir. Akibat reaksi
berjalan kotinyu maka energi yang dihasilkan juga kontinyu (Alatas, 2015).
Reaksi fusi tidak ada gaya Coulomb karena partikel yang ditumbukkan berupa
neutron yang bersifat netral. Tetapi, reaksi fisi U235 tidak terjadi begitu saja,
prasyarat terjadinya bukan karena melawan gaya Coulumb, tetapi kecepatan atau
energi kinetik neutron yang menumbuk. Neutron dengan energi kinetik rendah
mempunyai probabilitas yang lebih tinggi untuk bereaksi dengan U235.
Permasalahannya, pada neutron generasi dua dan seterusnya memiliki energi
kinetik yang tinggi. Pada reaksi fisi berantai diperlukan neutron dengan energi
kinetik rendah. Hal ini diperlukan moderator yaitu medium yang bertugas
memperlambat kecepatan neutron. Dalam hal ini moderator berupa air (H2O),
berfungsi menghambat laju neutron generasi kedua untuk tetap dapat digunakan
bereaksi dengan U235 sehingga reaksi tetap terjaga kontinuitasnya. Syarat bahan
moderator yaitu atom dengan nomor massa kecil, memiliki tampang lintang
serapan neutron yang kecil, memiliki tampang lintang hamburan yang besar,
sesuai dengan jenis reaktor yang didesain, dan memiliki daya hantar panas yang
baik serta tidak korosif misalnya H, D, He, Be, U, H2O, grafit dan air berat (D2O)
(Fachruddin, 2010).

Reaksi fisi berantai berlangsung dalam rentang waktu yang sangat cepat
dengan pelipatan jumlah energi yang dihasilkan sangat tinggi. Hasilnya yaitu
berupa ledakan nuklir yang besar. Mewujudkan ledakan U235 tidak mudah begitu
saja. Ketersediaan jumlah neutron dengan energi kinetik yang sesuai dalam
jumlah yang besar dalam waktu sesingkat-singkatnya menjadi kontrol utama.

2.2 Bahan Bakar Reaktor Nuklir

Bahan bakar reaktor nuklir juga merupakan sumber energi nuklir. Terdapat 2
macam bahan bakar yang digunakan pada reaktor nuklir, yaitu bahan fisil dan
bahan fertil. Bahan fisil adalah unsur atau atom yang dapat langsung membelah
apabila ditumbuk oleh sebuah partikel neutron, contohnya U235. Sedangkan bahan
fertil adalah unsur atau atom yang tidak dapat langsung membelah apabila
ditumbuk oleh sebuah partikel neutron, tetapi akan membentuk bahan fisil,
contohnya U238. U235 satu-satunya bahan fisil yang tersedia di alam secara alami.
Kandungan dalam uranium alam hanya 0,7%, sedangkan sisa kandungan uranium
alam mayoritas adalah U238 sekitar 99,3% (Alatas, 2015). Dalam reaktor nuklir,
bahan fertil sendiri tidak dapat digunakan untuk bereaksi, diperlukan bahan fisil
untuk mempertahankan reaksi fisi berantai. Dengan menangkap 1 neutron, U238
akan bertransformasi menjadi Plutonium-239 (Pu239) yang bersifat bahan fisil.
Berikut ini persamaan reaksi yang terjadi pada U238.

(1.7)
Apabila Pu239 ditumbuk oleh 1 neutron, maka menjadi Pu240 yang bersifat
bahan fertil. Apabila Pu240 ditumbuk 1 neutron kembali, maka akan menjadi Pu241
yang bersifat bahan fisil.

Selain U238, bahan fertil yang tersedia di alam adalah Thorium-2232 (Th232).
Thorium-232 akan menjadi Uranium-233 apabila ditumbuk 1 neutron. Dalam hal
ini Uranium-232 bersifat bahan fisil. Thorium-232 dapat digunakan menjadi
bahan bakar alternatif reaktor nuklir.

Bahan fisil dapat dihasilkan dari reaktor nuklir melalui bahan fertil yang
kemudian bertransformasi menjadi bahan fisil. Dalam reaksi U235 pertama,
neutron yang dihasilkan berjumlah 3. Ketiga neutron memegang fungsi yang
penting. Neutron pertama menumbuk U238 yang bersifat fertil menjadi Pu239
sehingga bersifat bahan fisil. Kemudian neutron kedua menjaga agar reaksi fisi
berantai tetap terjadi. Pada satu sisi reaktor nuklir menghabiskan 1 bahan fisil,
pada sisi lain juga menghasilkan 1 bahan fisil. Kemudian neutron ketiga
menumbuk Pu238 hasil tumbukan neutron pertama dan bereaksi menjadi Pu240. Hal
ini terjadi berlangsungan. Apabila bahan fisil yang dihasilkan lebih banyak dari
bahan fisil yang digunakan, maka reaktor nuklir tersebut mampu menghasilkan
bahan bakarnya sendiri.

Gambar 3 Reaksi Fisi Berantai


Sumber : Alatas (2015,83)
Dalam hal ini desain reaktor nuklir harus mampu menahan neutron ketiga
keluar dari reaktor nuklir maupun terabsorpsi menuju bahan fisil. Desain reaktor
nuklir harus sesuai dengan konsep kontrol massa pada termodinamika.
Permasalahannya, reaktor nuklir saat ini masih lebih banyak mereaksikan bahan
fisil menuju fertil daripada mereaksikan bahan fertil menuju bahan fisil sebagai
bahan bakar. Proses absorbsi bahan fisil terhadap neutron cenderung lebih tinggi
daripada bahan fertil. Hal ini menjadi tantangan kedepan bagi pengembangan
reaktor nuklir.

Neutron pertama yang digunakan untuk memicu reaksi fisi berantai berasal
dari hasil sinar kosmik berenergi tinggi yang menumbuk inti atom, yang
menyebabkan neutron pada inti atom tereksitasi keluar. Terdapat metode lain
yang digunakan untuk memperoleh neutron pertama. Bersumber dari radium
berilium dengan isotop alami menggunakan peluruhan sinar alpha. Sumber ini
paling banyak digunakan pada reaktor nuklir. Persamaan reaksi untuk
memperoleh neutron pertama sebagai berikut (Nesvizhevsky, 2017).

(1.8)

Kemudian partikel alpha yang dihasilkan Ra226 digunakan untuk menumbuk


Be9.

(1.9)

Kemudian neutron yang dihasilkan digunakan untuk memulai reaksi fisi


pertama kali pada reaktor nuklir.

2.3 Cara Kerja Reaktor Nuklir

Prinsip kerja reaktor nuklir mirip dengan pembangkit listrik konvensional.


Perbedaannya hanya pada sumber energi dan bahan bakarnya. Apabila
pembangkit listrik menggunakan reaksi kimia pembakaran bahan bakar fosil,
sedangkan reaktor nuklir menggunakan reaksi nuklir bahan-bahan fisil. Energi
yang dihasilkan berupa energi panas. Energi panas ini digunakan untuk
menguapkan air, kemudian memutar turbin dan menghasilkan energi listrik. Hal
ini sesuai dengan hukum termodinamika tentang kekekalan energi. Energi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan, hanya berubah menjadi bentuk energi lain
(Motsanos, 2017).

Terdapat 2 macam reaktor nuklir berdasarkan energi yang digunakan untuk


mempertahankan reaksi fisi berantai.

1. Reaktor nuklir lambat

Reaktor dengan mayoritas neutron berkecepatan rendah ditandai dengan


adanya medium penghambat energi kinetik neutron. Neutron cepat yang
dihasilkan dari reaksi fisi diperlambat ketika memantulkan cahaya pada hidrogen
atau karbon (Douglas Lightfoot, 2014).

2. Reaktor nuklir cepat

Reaktor dengan mayoritas neutron berkecepatan tinggi. Hal ini tidak berarti
tidak adanya medium penghambat neutron pada reaktor. Tetapi reaktor cepat
berisi material penghambat yang minim (Douglas Lightfoot, 2014).

Gambar 3 Reaktor Nuklir


Sumber : Sajajar (2018,1)

Komponen utama reaktor nuklir berjumlah 4 yang memiliki peranan penting


masing-masing.
1. Bahan bakar

Bahan bakar reaktor merupakan sumber dari energi nuklir tersebut. Bahan
bakar yang biasanya digunakan yaitu U233, U235, Pu239, dan Th232 (Benedict et al.,
1981).

2. Moderator

Moderator merupakan lapisan kedua komponen luar yang berhubungan


langsung dengan bahan bakar. Moderator berfungsi untuk menurunkan energi
neutron cepat (200 MeV) menjadi energi neutron lambat (0,02 – 0,04 eV).
Sehingga neutron dapat menyebabkan reaksi fisi berikutnya.

3. Batang kendali

Batang kendali merupakan komponen reaktor nuklir yang digunakan untuk


mengontrol daya keluaran dengan mengendalikan neutron yang dihasilkan pada
reaksi.

4. Perisai

Perisai merupakan komponen yang digunakan untuk menahan radiasi inti-inti


atom keluar menuju lingkungan luar sistem reaktor. Pada umumnya perisai yang
digunakan adalah lapisan beton berat dan struktur baja (Lewis, 2008).

2.4 Dampak Energi Nuklir

2.4.1 Dampak Positif dari Energi Nuklir

1. Penghematan bahan bakar fosil


Penggunaan energi nuklir sebagai sumber energi memiliki pengaruh
signifikan terhadap ketergantungan akan sumber energi berbahan bakar fosil.
Nilai efisiensi yang tinggi daripada sumber energi fosil menjadi pilihan utama
pengganti sumber energi fosil.
2. Kebutuhan energi listrik dunia terpenuhi
Dibandingkan dengan energi fosil, energi nuklir lebih mampu mengatasi
kebutuhan akan listrik dunia. Hal ini dikarenakan sumber energi yang dihasilkan
bersifat kontinyu oleh reaksi fisi berantai.

3. Ramah lingkungan
Reaksi nuklir pada reaktor nuklir tidak mengeluarkan emisi. Hal ini
mengurangi potensi efek rumah kaca dan hujan asam.

4. Aplikasi pada berbagai bidang kehidupan


Energi nuklir tidak hanya beroperasi pada bidang sumber energi, namun
juga pada bidang-bidang kehidupan lainnya. Seperti bidang industri, hidrologi,
kesehatan, dan pangan (Alatas, 2015).

2.4.2 Dampak Negatif dari Energi Nuklir

1. Bahaya kesehatan, keselamatan, dan keamanan


Meskipun energi nuklir tidak menghasilkan emisi. Namun, menghasilkan
radiasi yang lebih berbahaya bagi kesehatan, keselamatan, dan keamanan, apabila
terjadi kebocoran pada sistem reaktor nuklir (Greenpeace International, 2008).

2. Resiko kecelakaan besar


Ilmu pengetahuan tentang energi nuklir dan reaksi-reaksinya perlu
diperhatikan. Energi nuklir merupakan energi dari reaksi yang berlangsung dalam
waktu singkat. Resiko kecelakaan energi nuklir lebih besar daripada energi fosil
karena sumber energi nuklir mencapai tingkatan inti atom.
3 Penutup

3.1 Kesimpulan

1. Reaksi nuklir adalah reaksi yang berasal dari interaksi dua inti atom dan
menghasilkan energi. Energi ini yang disebut energi nuklir. Terdapat dua reaksi
nuklir, yaitu reaksi fusi dan reaksi fisi.

2. Bahan bakar reaktor nuklir juga merupakan sumber energi nuklir. Terdapat 2
macam bahan bakar yang digunakan pada reaktor nuklir, yaitu bahan fisil dan
bahan fertil.

3. Cara kerja reaktor nuklir adalah reaksi fisi berantai yang terjadi menghasilkan
energi, berupa energi panas. Energi panas ini digunakan untuk menguapkan air,
kemudian memutar generator dan menghasilkan energi listrik.

4. Dampak dari penggunaan sumber energi nuklir terdiri atas dampak positif dan
dampak negatif. Dampak positif antara lain, penghematan bahan bakar fosil,
kebutuhan energi listrik dunia terpenuhi, ramah lingkungan dan aplikasi pada
berbagai bidang kehidupan. Dampak negatif antara lain, berbahaya bagi kesehatan
manusia dan resiko kecelakaan besar.
Daftar Rujukan

Alatas, Zubaidah, dkk. 2015. Buku Pintar Nuklir. Jakarta : Batanpress

Fachruddin, Imam. 2010. Mengenal Fisika Nuklir : Jurnal Departemen Fisika UI,
140 ͞ 149.

Krane, Kenneth S. 1988. Introductory Nuclear Physics. United States of America


: John Wiley & Sons, Inc.

Lubis, Abubakar. 2007. Energi Terbarukan dalam Pembangunan Berkelanjutan :


Jurnal Teknik Lingkungan 8(2), 155 ͞ 162.

Motsanos, Giottis. 2017. The Law of Conservation of Energy. Fluids Mechanics:


OMICS International Journal 4(4), DOI: 10.4172/2476-2296.1000172.

Mulyati. 2014. Energi Nuklir sebagai Energi Alternatif pada Pembangkit Tenaga
Listrik : Jurnal UKW 12(1), 1 ͞ 17.

Nesvizhevsky, Valery & Jacques Villain. 2017. The Discovery of The Neutron
and Its Consequences (1930–1940). Comptes Rendus Physique: Elsevier
Journal, 18, 592 ͞ 600. https://doi.org/10.1016/j.crhy.2017.11.001.

Novalianda, Sari. 2016. Studi Awal Perhitungan Sel Bahan Bakar Berbasis
Uranium Oksida (UO2) pada Reaktor Cepat Berpendingin Helium : Jurnal
Lingkungan dan Pembangunan 2(1), 281 ͞ 390.

Sunardi, dkk. 2012. Center for Nuclear Energy Development : Energi Nuklir
sebagai Sumber Energi Panas Alternatif pada Kilang Minyak: Batan 2(1), 85 ͞
94.

Tadeus, Dista Yoel. 2010. Simulasi Kendali Daya Reaktor Nuklir dengan Teknik
Kontrol Optimal : Jurnal Transmisi 12(1), 8 ͞ 13.

Anda mungkin juga menyukai