Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH AROMATHERAPY: PEPPERMINT DALAM

MENURUNKAN UREMIK PRURITUS PADA PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

PROPOSAL TESIS

Oleh
FRISKA Br SEMBIRING
177046020/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak dapat mengeluarkan limbah

metabolisme tubuh atau menjalankan fungsi pengaturannya, salah satu dari jenis

gagal ginjal yaitugagal ginjal kronik yang merupakan terjadinya kerusakan fungsi

ginjal yang terjadi bertahun-tahun, bersifat progresif dan irreversibel tanpa

memperhatikan penyebabnya (Smeltzer&Bare, 2010).Prevalensi kejadian gagal

ginjal kronik menurut National Kidney Disease Fact Sheet (2017) bahwa 30 juta

orang atau 15% orang dewasa di Amerika Serikat mengalami gagal ginjal kronis

bertumbuh paling cepat pada rentang usia 60 tahun keatas dan 10% penduduk di

dunia mengalami penyakit gagal ginjal kronik.

Menurut data Kemenkes (2017) bahwa penyebab gagal ginjal kronik

yang tertinggi di Indonesia adalah diabetik nepropathy (52%) dan pada tahun

2014 jumlah penduduk yang paling banyak menderita penyakit gagal ginjal kronik

adalah pada usia produktif yaitu sebanyak 52% (9th report of Indonesia renal

registry, 2016). Dari hasil data Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan

jumlah penderita gagal ginjal kronik sebanyak 643 orang pada tahun 2016 dan

meningkat di tahun 2017 mencapai 727 orang.

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan gagal ginjal kronik

salah satunya adalah uremik pruritus (UP) yang merupakan sensasi tidak nyaman

atau rasa gatal. Uremic pruritus dapat menyebabkan gangguan pada siang hari

maupun pada malam hari, depresi, gangguan tidur, ansietas dan komplikasi pada

1
kulit serta menurunkan kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisadan ditemukan

lebih dari 40% pasien yang menjalani terapi hemodialisa mengalami uremik pruritus (Nakhee,

2015), sedangkan menurut Yan et al (2015) sekitar 20-50% pasien dengan gagal ginjal kronik

akan mengalami uremik pruritus.

Uremicpruritus (UP) memiliki penyebab yang multifaktor. Intensitas dan distribusi

spasial oleh pruritus terjadi sangat signifikan dari waktu ke waktu dan pasien dengan tingkatan

yang lebih bervariasi dan dipengaruhi oleh lama terjadinya gangguan ginjal (Abdelghfar et al,

2017).

Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik harus menjalani terapi hemodialisa dan akan

menjalani terapi seumur hidup. Sebuah penelitian longitudinal menemukan bahwa UP umumnya

kecil terjadi pada pasien yang baru akan memulai hemodialisa dari pada pasien yang menjalani

dialisis sudah lebih dari 3 bulan dan yang mengalami pruritus sedang sampai skala berat terjadi

sebanyak 42% pada pasien hemodialisa. Pada beberapa penelitian di temukan faktor terjadinya

pruritus karena tidak konsistensinya antara uremic pruritus dengan tingkat serum fosfat dimana

semakin tinggi tingkat fosfat dalam tubuh maka akan meningkatkan kejadian UP (Tajbakhsh,

2013).

Menurut National Chronic Kidney Disease Fact Sheet (2017) di negara Amerika Serikat

pada tahun 2014 sebanyak 118.000 orang yang menjalani pengobatan gagal ginjal kronik baik

transplantasi maupun terapi dialisis dan 662.000 orang yang menjalani terapi hemodialisa,

sedangkan di Indonesia menurut Riskesdas (2017)sejak tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah

pasien yang menjalani terapi hemodialisa dengan prevalensi angka tahun 2016 di Indonesia

adalah 52.835 orang untuk pasien yang aktif menjalani terapi dan jumlah pasien baru menderita

sebanyak 25.446 orang. Dari data rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan di dapatkan
pasien menjalani terapi hemodialisa pada tahun 2016 sebanyak 275 orang dan tahun 2017

sebanyak 293 orang.

Ada banyak faktor metabolik telah terlibat dalam patogenesis gatal misalnya

hiperkalsemia, hiperfosfatemia, sekunder hiperparatiroidisme dan hipermagnesemia. Untuk

memperjelas faktor risiko untuk perkembangan yang parah uremic pruritus, peneliti melihat

hubungan antara data klinis dan laboratorium serta perkembangan yang parah dari pruritus

uremik pada sejumlah besar pasien yang menjalani hemodialisis kronis. Penelitian ini juga

menginvestigasi prognostik yang signifikan dari uremic pruritus untuk kelangsungan hidup

(Narita, 2006)

Beberapa manajemen pengobatan pada pasien dengan pruritus uremik termasuk terapi

farmakologi, psikologi dan complementary therapy. Menajemen medis termasuk modifikasi

teknik dialisis, pemberian antihistamin dan ultraviolet irradiation dan pengobatan herbal seperti

aromatherapy yang digunakan untuk mengurangi pruritus (Abdelghfar, 2017). Ada berbagai

macam minyak esensial yang digunakan dalam beberapa penelitian yang memberikan dampak

positif pada penurunanderajat pruritus seperti minyak esensial lavender, tea tree, minyak bunga

matahari, peppermint, jojoba oil dan berbagai macam minyak esensial lainnya.

Banyak efek dari minyak esensial yang digunakan dalam aromaterapi telah dilaporkan

dalam percobaan hewan, termasuk relaksasi anti-inflamasi, analgesia, desinfeksi, antioksidan dan

menurunkan tingkat urea darah. Meski ada kecenderungan yang meningkat terhadap penggunaan

aromaterapi, efek nyata aromaterapi pada pasien yang mengalami pruritus uremik dengan gagal

ginjal kronis belum diketahui dengan baik (Curcani, 2014).


Dari beberapa minyak esential tersebut peppermint merupakan salah satu minyak yang

mampu memberikan efek positif, mudah untuk digunakan, aman, murah, memiliki bau yang

sejuk, lebih diterima dengan penggunaan topikal (Mohsen et al, 2014).

Peppermint (Mentha piperita) merupakan salah satu minyak aromatherapy berasal dari

keluarga/family mint, tanaman ini mengandung minyak esensial yang memiliki komponen utama yaitu

menthol (50-60%) yang dapat memberikan sensasi dingin di kulit, menthol mampu menurunkan rasa gatal

yang di sebabkan oleh hysytamine. Mekanisme dari efek mentol yang dapat menyembuhkan gatal belum

jelas diketahui, peneliti hanya menunjukkan bahwa menthol dapat menghambat rasa gatal dengan

mengaktifkan serabut A-deltha dan reseptor k-opioid (Abdelghfar, 2017).

Menurut penelitian Amjadi et al (2011) bahwa peppermint juga memberikan efek positif

dimana dapat menurunkan pruritus pada ibu yang sedang hamil dengan menunjukkan hasil yang

signifikan dan penelitian menurut Abdelgafar, et al (2017) juga menemukan adanya efek dari

peppermint untuk penurunan pruritus uremik tetapi dengan penggabungan minyak esensial lain

yang di aplikasikan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa.

Peppermint memiliki banyak manfaat untuk menurunkan pruritus baik yang disebabkan

oleh penyakit hepar, renal dan akibat diabetes mellitus yang di buktikan dengan penelitian

Elsaie, et al (2015) dengan hasil yang signifikan.

Berbagai macamaromatherapy yang aplikasikan, peppermint dapat juga di kombinasikan

dengan minyak esensial lainnya yang memberikan manfaat untuk masalah pruritus meskipun

pada awalnya peppermint digunakan untuk mengobati gangguan irritable bowel

syndromeataugangguansaluranpencernaandan peppermint di teliti bukan hanya untuk satu

masalahkesehatan tetapi dapat bermanfaat juga mengatasi mual muntah, dyspepsia, nyeri kepala,

gangguan renal akut dan sebagai terapi psikologis (Kligler &Chaudhary, 2007). .
Melihat salah satu komplikasi yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani terapi hemodialisa yaitu pruritus uremic yang berdampak pada status kesehatan, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Aromatherapy Terhadap

Penurunan Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa.

Rumusan Masalah

Pruritus uremik merupakan sensasi yang tidak nyaman dan rasa seperti gatal pada tubuh

dan salah satu dampak yang paling sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronik yang dapat

memberikan dampak seperti gangguan tidur, gangguan fisik sehingga dapat menurunkan kualitas

hidup bahkan dapat meningkatkan angka kematian.

Perawatan sangat di perlukan pada pasien uremik pruritus khususnya perawatan non

farmakologi karena dianggap lebih aman dari pada pemberian obat-obatan salah satu terapi

komplementer yang diberikan yaitu minyak essensial peppermint yang mampu memberikan efek

postif pada pasien pruritus uremik karena dimana peppermint memiliki kandungan menthol yang

mampu menghambat rasa gatal dengan mengaktifkan serabut A-deltha dan reseptor k-opioid.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka dapat di rumuskan dengan pertanyaan

penelitian “Apakah Ada Pengaruh Aromatherapy: Peppermint Dalam Menurunkan Uremik

Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa?”

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi Pengaruh Aromatherapy:

Peppermint Dalam Menurunkan Uremik Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang

Menjalani Terapi Hemodialisa.

Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi skala pruritus sebelum di berikan intervensi pada pasien menjalani

terapi hemodialisa

b. Mengidentifikasi skala pruritus setelah di berikan intervensi pada pasien yang menjalani

terapi hemodialisa

c. Mengidentifikasi perbedaan skala pruritus pasien sebelum dan setelah di berikan

intervensi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh aromatherapy: peppermint dalam

mencegah uremik pruritus pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa

Manfaat Penelitian

a. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa dengan pemberian aromatherapy

dapat memberikan manfaat dalam menurunkan uremik pruritus pasien yang menjalani

terapi hemodialisa

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh aromatherapy:

peppermint dalam menurunkan uremik pruritus pada pasien yang menjalani terapi

hemodialisa, serta menjadi acuan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam memantau skala

pruritus dan memberikan aromatherapy sebagai terapi komplementer pada pasien yang

menjalani terapi hemodialisa

b. Bagi Perawat Hemodialisa


Dari hasil penelitian ini diharapkan perawat memberikan aromatherapy pada pasien yang

menjalani terapi hemodialisa untuk menurunkan uremik pruritus, meningkatkan kualitas

hidup pasien, menurunkan tingkat stress dan memperbaiki kualitas tidur pasien.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dan acuan dalam meneliti

pasien hemodialisa lainnya pada penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.

Anda mungkin juga menyukai