Pengaruh Aromatherapy
Pengaruh Aromatherapy
PROPOSAL TESIS
Oleh
FRISKA Br SEMBIRING
177046020/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
metabolisme tubuh atau menjalankan fungsi pengaturannya, salah satu dari jenis
gagal ginjal yaitugagal ginjal kronik yang merupakan terjadinya kerusakan fungsi
ginjal kronik menurut National Kidney Disease Fact Sheet (2017) bahwa 30 juta
orang atau 15% orang dewasa di Amerika Serikat mengalami gagal ginjal kronis
bertumbuh paling cepat pada rentang usia 60 tahun keatas dan 10% penduduk di
yang tertinggi di Indonesia adalah diabetik nepropathy (52%) dan pada tahun
2014 jumlah penduduk yang paling banyak menderita penyakit gagal ginjal kronik
adalah pada usia produktif yaitu sebanyak 52% (9th report of Indonesia renal
registry, 2016). Dari hasil data Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan
jumlah penderita gagal ginjal kronik sebanyak 643 orang pada tahun 2016 dan
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan gagal ginjal kronik
salah satunya adalah uremik pruritus (UP) yang merupakan sensasi tidak nyaman
atau rasa gatal. Uremic pruritus dapat menyebabkan gangguan pada siang hari
maupun pada malam hari, depresi, gangguan tidur, ansietas dan komplikasi pada
1
kulit serta menurunkan kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisadan ditemukan
lebih dari 40% pasien yang menjalani terapi hemodialisa mengalami uremik pruritus (Nakhee,
2015), sedangkan menurut Yan et al (2015) sekitar 20-50% pasien dengan gagal ginjal kronik
spasial oleh pruritus terjadi sangat signifikan dari waktu ke waktu dan pasien dengan tingkatan
yang lebih bervariasi dan dipengaruhi oleh lama terjadinya gangguan ginjal (Abdelghfar et al,
2017).
Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik harus menjalani terapi hemodialisa dan akan
menjalani terapi seumur hidup. Sebuah penelitian longitudinal menemukan bahwa UP umumnya
kecil terjadi pada pasien yang baru akan memulai hemodialisa dari pada pasien yang menjalani
dialisis sudah lebih dari 3 bulan dan yang mengalami pruritus sedang sampai skala berat terjadi
sebanyak 42% pada pasien hemodialisa. Pada beberapa penelitian di temukan faktor terjadinya
pruritus karena tidak konsistensinya antara uremic pruritus dengan tingkat serum fosfat dimana
semakin tinggi tingkat fosfat dalam tubuh maka akan meningkatkan kejadian UP (Tajbakhsh,
2013).
Menurut National Chronic Kidney Disease Fact Sheet (2017) di negara Amerika Serikat
pada tahun 2014 sebanyak 118.000 orang yang menjalani pengobatan gagal ginjal kronik baik
transplantasi maupun terapi dialisis dan 662.000 orang yang menjalani terapi hemodialisa,
sedangkan di Indonesia menurut Riskesdas (2017)sejak tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah
pasien yang menjalani terapi hemodialisa dengan prevalensi angka tahun 2016 di Indonesia
adalah 52.835 orang untuk pasien yang aktif menjalani terapi dan jumlah pasien baru menderita
sebanyak 25.446 orang. Dari data rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan di dapatkan
pasien menjalani terapi hemodialisa pada tahun 2016 sebanyak 275 orang dan tahun 2017
Ada banyak faktor metabolik telah terlibat dalam patogenesis gatal misalnya
memperjelas faktor risiko untuk perkembangan yang parah uremic pruritus, peneliti melihat
hubungan antara data klinis dan laboratorium serta perkembangan yang parah dari pruritus
uremik pada sejumlah besar pasien yang menjalani hemodialisis kronis. Penelitian ini juga
menginvestigasi prognostik yang signifikan dari uremic pruritus untuk kelangsungan hidup
(Narita, 2006)
Beberapa manajemen pengobatan pada pasien dengan pruritus uremik termasuk terapi
teknik dialisis, pemberian antihistamin dan ultraviolet irradiation dan pengobatan herbal seperti
aromatherapy yang digunakan untuk mengurangi pruritus (Abdelghfar, 2017). Ada berbagai
macam minyak esensial yang digunakan dalam beberapa penelitian yang memberikan dampak
positif pada penurunanderajat pruritus seperti minyak esensial lavender, tea tree, minyak bunga
matahari, peppermint, jojoba oil dan berbagai macam minyak esensial lainnya.
Banyak efek dari minyak esensial yang digunakan dalam aromaterapi telah dilaporkan
dalam percobaan hewan, termasuk relaksasi anti-inflamasi, analgesia, desinfeksi, antioksidan dan
menurunkan tingkat urea darah. Meski ada kecenderungan yang meningkat terhadap penggunaan
aromaterapi, efek nyata aromaterapi pada pasien yang mengalami pruritus uremik dengan gagal
mampu memberikan efek positif, mudah untuk digunakan, aman, murah, memiliki bau yang
Peppermint (Mentha piperita) merupakan salah satu minyak aromatherapy berasal dari
keluarga/family mint, tanaman ini mengandung minyak esensial yang memiliki komponen utama yaitu
menthol (50-60%) yang dapat memberikan sensasi dingin di kulit, menthol mampu menurunkan rasa gatal
yang di sebabkan oleh hysytamine. Mekanisme dari efek mentol yang dapat menyembuhkan gatal belum
jelas diketahui, peneliti hanya menunjukkan bahwa menthol dapat menghambat rasa gatal dengan
Menurut penelitian Amjadi et al (2011) bahwa peppermint juga memberikan efek positif
dimana dapat menurunkan pruritus pada ibu yang sedang hamil dengan menunjukkan hasil yang
signifikan dan penelitian menurut Abdelgafar, et al (2017) juga menemukan adanya efek dari
peppermint untuk penurunan pruritus uremik tetapi dengan penggabungan minyak esensial lain
yang di aplikasikan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa.
Peppermint memiliki banyak manfaat untuk menurunkan pruritus baik yang disebabkan
oleh penyakit hepar, renal dan akibat diabetes mellitus yang di buktikan dengan penelitian
dengan minyak esensial lainnya yang memberikan manfaat untuk masalah pruritus meskipun
masalahkesehatan tetapi dapat bermanfaat juga mengatasi mual muntah, dyspepsia, nyeri kepala,
gangguan renal akut dan sebagai terapi psikologis (Kligler &Chaudhary, 2007). .
Melihat salah satu komplikasi yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa yaitu pruritus uremic yang berdampak pada status kesehatan, maka
Penurunan Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa.
Rumusan Masalah
Pruritus uremik merupakan sensasi yang tidak nyaman dan rasa seperti gatal pada tubuh
dan salah satu dampak yang paling sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronik yang dapat
memberikan dampak seperti gangguan tidur, gangguan fisik sehingga dapat menurunkan kualitas
Perawatan sangat di perlukan pada pasien uremik pruritus khususnya perawatan non
farmakologi karena dianggap lebih aman dari pada pemberian obat-obatan salah satu terapi
komplementer yang diberikan yaitu minyak essensial peppermint yang mampu memberikan efek
postif pada pasien pruritus uremik karena dimana peppermint memiliki kandungan menthol yang
mampu menghambat rasa gatal dengan mengaktifkan serabut A-deltha dan reseptor k-opioid.
Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa?”
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Peppermint Dalam Menurunkan Uremik Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk:
terapi hemodialisa
b. Mengidentifikasi skala pruritus setelah di berikan intervensi pada pasien yang menjalani
terapi hemodialisa
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh aromatherapy: peppermint dalam
mencegah uremik pruritus pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
Manfaat Penelitian
a. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa dengan pemberian aromatherapy
dapat memberikan manfaat dalam menurunkan uremik pruritus pasien yang menjalani
terapi hemodialisa
peppermint dalam menurunkan uremik pruritus pada pasien yang menjalani terapi
hemodialisa, serta menjadi acuan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam memantau skala
pruritus dan memberikan aromatherapy sebagai terapi komplementer pada pasien yang
hidup pasien, menurunkan tingkat stress dan memperbaiki kualitas tidur pasien.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dan acuan dalam meneliti
pasien hemodialisa lainnya pada penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.