Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kedudukan Komisi Yudisial dalam struktur
ketatanegaraan Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh Komisi Yudisial dalam membangun
sistem peradilan yang bersih?
3. Bagaimanakah tugas Komisi Yudisial dalam pengawasan
terhadap hakim?
BAB II PEMBAHASAN
2.Komisi Yudisial secara tegas dan tanpa keraguan merupakan bagian dari
kekuasaan kehakiman, karena pengaturan ada dalam Bab IX kekuasaan
kehakiman yang terdapat dalam Undang Undang Dasar 1945.
1
Pasal 24 B Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
1.Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
2.Anggota komisi yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman
di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
3.Anggota komisi yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
4.Susunan, kedudukan, dan keanggotaan komisi yudisial diatur dengan
undang - undang. Berdasarkan ketentuan Pasal 24 B ayat (4) UUD 1945, maka
dikeluarkanlah Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang
Komisi Yudisial. Menurut ketentuan Pasal 1 ditegaskan bahwa komisi
yudisial adalah lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Pasal 2 ditegaskan, bahwa Komisi
Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan
wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya.
Sebenarnya ide perlu adanya suatu komisi khusus untuk menjalankan fungsi-
fungsi tetrtentu yang berhubungan dengan kekuasaan kehakiman bukanlah hal
yang baru. Dalam pembahasan Rancangan Undang - Undang tentang ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sekitar tahun 1968, setempat diusulkan
pembentukan lembaga yang diberi nama Majelis Pertimbangan Penelitiaan
Hakim. Majelis ini berfungsi memberikan pertimbangan dan mengambil
keputusan terakhir mengenai saran-saran atau usul-usul yang berkenaan dengan
perangkat, promosi, kepindahan, pemberhentian, dan tindakan atau
hukumanjabatan para hakim, yang diajukan oleh Mahkamah Agung maupun
Menteri Kehakiman.
Kesimpulan
Kedudukan Komisi Yudisial disini sebagai lembaga Negara, yakni lembaga yang
kewenangannya ditentukan oleh Undang Undang Dasar, dimana Komisi Yudisial
itu sendiri dalam Pasal 24 B ayat 1 dan 2 dalam hubungannya dengan lembaga
Negara yang lain seperti Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Presisen,
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Permusyawaratan Rakyat itu sejajar.
Menurut Jimly Asshiddiqie, maksud dibentuknya Komisi Yudisial dalam struktur
kekuasaan Kehakiman Indonesia adalah agar warga masyarakat diluar struktur
resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian
kinerja, dan kemungkinan pemberhentian hakim. Dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya Komisi Yudisial
sebagai badan “Landing of the Last Resort” untuk menjadi kepercayaan
terakhir serta mewujudkan harapan warga negaranya dalam mencapai suatu
keadilan sangat terbatas.
B.Saran
Seharusnya Komisi Yudisial diberikan suatu kewenangan yang lebih luas dalam
hal memantau kinerja hakim agar hakim sebagai badan indepen dan impartial
judiciary benar-benar terjaga kualitasnya, dan dapat mendorong adanya suatu
pembangunan dalam sistem peradilan yang bebas dan bersih dari mafia hukum.