Anda di halaman 1dari 11

.

PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSUD LAMANDAU
Jl. Trans Kalimantan Km.04 Nanga Bulik Kode Pos : 74662
Telepon :Line IGD (0532) 2067093 Line Loket Pendaftaran (0532) 2067382
E-Mail : rsud.lamandaukab@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR :

TENTANG

PENDELEGASIAN WEWENANG TINDAKAN MEDIS ANESTESI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAMANDAU

Menimbang : a. Bahwa penggunaan anestesi (Narkose umum/Regional Anestesi),


sedasi dan intervensi bedah adalah proses yang umum dan
merupakan prosedur yang kompleks di rumah sakit.
b. Bahwa pelayanan anestesi membawa risiko tinggi, sehingga
pemberiannya harus dilaksanakan dengan seksama.
c. Bahwa pelayanan anestesi dan sedasi adalah tindakan medis yang
harus dilakukan oleh tenaga medis. Namun, saat ini jumlah dokter
spesialis anestesiologi masih sangat terbatas tetapi pelayanan
anestesia sangat dibutuhkan di rumah sakit. Memperhatikan kondisi
tersebut, untuk dapat terselenggaranya kebutuhan pelayanan
anestesiologi, diperlukan pemberian wewenang dan tanggung jawab
medis anestesiologi kepada dokter PPDS atau dokter lain. Prosedur
pemberian kewenangan diatur dalam peraturan internal rumah sakit
dan mengikuti peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
d. Bahwa untuk mengurangi risiko yang terjadi akibat tindakan
anestesi, mewujudkan kesehatan yang optimal dan menjamin
keselamatan pasien, diperlukan suatu kebijakan pendelegasian
tindakan medis anestesi yang tertuang dalam Keputusan Direktur
RSUD LAMANDAU.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.


2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 290/MENKES/PER/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438/MENKES/PER/I/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 519/MENKES/PER/III/2011
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan
Terapi Intensif di Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No.18 tahun 2016 tentang izin dan
Penyelenggaraan Praktik Penata Anestesi

MEMUTUSKAN

Menetapkan
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
LAMANDAU TENTANG KEBIJAKAN PENDELEGASIAN
TINDAKAN MEDIS ANESTESI

Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah sakit dilaksanakan


KEDUA :
dengan pendekatan tim yang terdiri dari dokter spesialis anestesiologi
dan/atau dokter peserta program pendidikan dokter spesialis
anestesiologi dan/atau dokter lain, serta dapat dibantu oleh penata
anestesia/perawat.
KETIGA : Daftar nama penata anestesi RSUD LAMANDAU sebagaimana yang
tercantum dalam lampiran surat keputusan ini.

KEEMPAT : Tugas dan tanggung jawabnya diuraikan dalam buku pedoman pelayanan
anestesi terlampir.

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.


KELIMA :

Ditetapkan di Nanga Bulik


pada tanggal 1 November 2019
Direktur RSUD LAMANDAU

dr. NING AGUSTINA, M.M


NIP.19800805 200903 2 004

TEMBUSAN Yth :
1. Kepala Seksi
Pelayanan Medik
2. Kepala Pelayanan
Anestesi Terintegrasi
3. Kepala Ruang OK
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD LAMANDAU

Nomor :

TENTANG

PENDELEGASIAN TINDAKAN MEDIS ANESTESI

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAMANDAU

I. Daftar Nama Penata dan Perawat Anestesi Di Rumah Sakit Umum Daerah
Lamandau

N0 Nama Jabatan
01. MANGARIMPUN NABABAN Penata Anestesi
02. RENYKA HANDAYANI Penata Anestesi
03. NOVAN SETIAWAN Perawat Anestesi

II. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah


Sakit

A. Pendahuluan
Anestesiologi adalah ilmu kedokteran yang pada awalnya menghilangkan
nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Anestesiologi adalah juga suatu ilmu kedokteran yang melibatkan :
1. Evaluasi pasien Pre operatif
2. Rencana tindakan Anestesi
3. Perawatan intra dan pasca operatif
4. Manajemen sistem dan petugas yang termasuk didalamnya
5. Konsultasi perioperatif
6. Pencegahan dan penanganan kondisi perioperatif yang tak diinginkan
7. Tatalaksana nyeri akut dan kronis Perawatan pasien dengan sakit berat / kritis.
Kesemua pelayanan ini diberikan atau diintruksikan oleh dokter anestesi.
American Society of Anesthesiologist ( ASA ) mendukung konsep pelayanan rawat
jalan untuk pembedahan dan anestesi. Dokter anestesi diharapkan memegang
peranan sebagai dokter perioperatif di semua rumah sakit, fasilitas pembedahan
rawat jalan, dan berpartisipasi dalam akreditasi rumah sakit sebagai salah satu
sarana untuk menstandarisasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Namun peningkatan kebutuhan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif ini
tidak diimbangi dengan jumlah dan distribusi dokter spesialis anestesiologi secara
merata. Keadaan tersebut menyebabkan tindakan anestesiologi di rumah sakit
dilakukan oleh penata/perawat anestesia sehingga pemberian kewenangan dan
tanggung jawab terhadap pelayanan medis anestesiologi kepada dokter PPDS atau
dokter lain.
Tujuan utama Pelayanan Anestesi adalah keselamatan pasien (patient
safety).

B. Tujuan
1. Memberikan pelayanan anestesi, analgesi dan sedasi moderat dan dalam
yang aman, efektif, berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang
menjalani pembedahan, prosedur medis atau mendapat trauma yang
menyebabkan rasa nyeri, kecemasan dan stres psikis lain.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan,
kardiovaskular dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau
ancaman nyawa karena menjalani pembedahan, prosedur medis, trauma atau
penyakit lain.
3. Melakukan reanimasi / resusitasi (basic, advanced, prolonged life support)
pada kegawatan mengancam nyawa di manapun pasien berada (Ruang
Gawat Darurat, Kamar Bedah, Ruang Pulih, Ruang Terapi Intensif / ICU,
dan lain-lain).
4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh
pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani
pembedahan, trauma, maupun nyeri persalinan.
5. Menanggulangi masalah nyeri kronik
6. Memberikan bantuan terapi inhalasi

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Instruksi dan persiapan pre operatif.
2. Evaluasi dan pemeriksaan pre-anestesi yang memadai dokter anestesi,
sebelum dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan.
3. Studi dan konsultasi pre operatif sesuai indikasi medis.
4. Rencana anestesi dibuat oleh dokter anestesi dan didiskusikan dengan
pasien kemudian mendapat persetujuan pasien, dicatat diberkas rekam
medis pasien.
5. Tindakan anestesi dilakukan oleh dokter anestesi dengan pemilihan jenis
anestesi lokal, sedasi, regional anestesi dan anestesi umum.
D. Batasan Operasional
Jenis Anestesi
1. Anestesi lokal: tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu
bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan
tanpa menghilangkan kesadaran.
2. Anestesi regional: hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh untuk sementara
pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh
diblokir untuk sementara (reversibel) dengan fungsi motorik dapat
terpengaruh sebagian atau seluruhnya tetapi pasien tetap sadar.
3. Anestesi umum : hilangnya kesadaran dimana pasien tidak sadar, bahkan
dengan pemberian stimulus nyeri. Pasien sering membutuhkan bantuan
untuk mempertahankan potensi jalan napas, dan mungkin membutuhkan
ventilasi tekanan positif karena tidak adekuatnya ventilasi spontan / fungsi
kardiovaskuler dapat terganggu.
4. Jenis Sedasi
1. Sedasi Ringan / minimal : kondisi dimana pasien masih dapat
merespons dengan normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi
kognitif dan koordinasi dapat terganggu ventilasi dan fungsi
kardiovaskuler tidak terpengaruh.
2. Sedasi sedang (pasien sadar) : suatu kondisi depresi tingkat kesadaran
dimana pasien memberikan respon terhadap stimulus sentuhan. Tidak
diperlukan intervensi untuk mempertahankan patensi jalan napas, dan
ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskuler biasanya
terjaga dengan baik.
3. Sedasi berat / dalam : suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana
pasien memberikan respon terhadap stimulus berulang /nyeri. Fungsi
ventilasi spontan dapat terganggu/ tidak adekuat. Pasien mungkin
membutuhkan bantuan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Fungsi kardiovaskuler biasanya terjaga dengan baik.
5. Reanimasi adalah upaya untuk mengembalikan fungsi motorik dan sensorik
pasien paska anestesi.

III. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

a. Pengertian
Dalam pedoman ini dimaksud dengan :
1. Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah tindakan medis yang
dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi dalam kerja sama tim meliputi
penilaian pra operatif (pra anestesi), intra anestesia dan pasca anestesia serta
pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi antara lain terapi intensif, gawat
darurat dan penatalaksanaan nyeri.
2. Tim pengelola pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tim yang
dipimpin oleh dokter spesialis anestesiologi dengan anggota dokter peserta
program pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan/atau dokter lain dan
perawat anestesia dan atau perawat.
3. Dokter Spesialis Anestesi
Dokter spesialis anestesiologi yaitu dokter yang telah menyelesaikan
pendidikan program studi dokter spesialis anetesiologi di institusi pendidikan
yang diakui atau lulusan luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP).
4. Dokter peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS)
Dokter peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesiologi yaitu
dokter yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis anestesiologi yang telah
mendapatkan Surat Tanda Registrasi Pendidikan (STR-P) dan sertifikat
kompetensi setara dengan residen senior.
5. Dokter lain
Dokter lain yaitu dokter spesialis lain dan/atau dokter yang telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan di bidang anestesiologi dan atau yang telah bekerja di
pelayanan anestesiologi dan terapi intensif minimal 1 (satu) tahun.
6. Penata Anestesi
Penata anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dan pelatihan
anestesi. Penata anestesi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tugas Penata anestesi:
a. Membantu dalam hal menyiapkan alat dan obat, memberikan obat,
memantau pasien, melakukan RJP dan lain-lain bila diperlukan.
b. Tugas mandiri, melakukan asuhan keperawatan anestesi pada :
1.1 Pra Anestesi
2.1 Intra Anestesi
3.1 Pasca Anestesi.
c. Perawat Recovery Room
IV. Distribusi Ketenagaan
1. Ketua Tim Anestesiologi / Koordinator Pelayanan.
a. Tugas :
1. Mengkoordinasi kegiatan pelayanan Anestesiologi sesuai dengan
sumber daya manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia.
2. Melakukan koordinasi serta mengatasi permasalahan yang berkaitan
dengan bagian instalasi terkait.
3. Mengawasi pelaksanaan pelayanan anestesi setiap hari.
4. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan kegiatan
berkala.
b. Tanggung jawab :
1. Mengembangkan implementasi memelihara kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan untuk dilaksanakan.
2. Memelihara dan mempertahankan program pengendalian mutu
pelayanan anestesi.
3. Memantau dan menelaah seluruh pelayanan anestesi yang ditetapkan
dan dilaksanakan.
4. Menjamin terlaksananya program peningkatan mutu dan pengendalian
biaya.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi SDM pelayanan
Anestesiologi secara berkesinambungan.
c. Kualifikasi :
1. Memiliki SIP.
2. Menyelesaikan program studi spesialisasi di bidang anestesi yang
terakreditasi.

2. Penata Anestesi
a. Tugas :
1. Melakukan asuhan keperawatan pra anestesi, yang meliputi :
a) Pengkajian keperawatan pra anestesi
b) Pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien
c) Pemeriksaan tanda-tanda vital
d) Persiapan administrasi pasien
e) Analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien
f) Evaluasi tindakan keperawatan pra anestesi, mengevaluasi
secara mandiri maupun kolaboratif
g) Mendokumentasikan hasil anamnesis/pengkajian
h) Persiapan mesin anestesi secara menyeluruh setiap kali akan
digunakan dan memastikan bahwa mesin dan monitor dalam
keadaan baik dan siap pakai
i) Pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari
untuk memastikan bahwa semua obat-obatan baik obat anestesi
maupun obat emergensi tersedia sesuai standar rumah sakit
j) Memastikan tersedianya sarana dan prasarana anestesi
berdasarkan jadwal, waktu dan jenis operasi tersebut
2. Melakukan asuhan keperawatan Intra anestesi dengan
kolaborasi/supervisi oleh dokter spesialis anestesiologi yang meliputi :
a) Menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan
perencanaan teknik anestesi.
b) Membantu pelaksanaan anestesi sesuai dengan instruksi dokter
spesialis anestesiologi.
c) Membantu pemasangan alat monitoring non invasif.
d) Membantu dokter melakukan pemasangan alat monitoring
invasif.
e) Pemberian obat anestesi.
f) Mengatasi penyulit yang timbul.
g) Pemeliharaan jalan nafas.
h) Pemasangan alat ventilasi mekanik.
i) Pemasangan alat nebulasi.
j) Pengakhiran tindakan anestesi.
k) Pendokumentasian rekam medik; semua tindakan yang
dilakukan agar seluruh tindakan tercatat baik dan benar.
3. Melakukan asuhan keperawatan pasca anestesi yang meliputi :
a) Merencanakan tindakan keperawatan pasca tindakan anestesi
b) Pelaksanaan tindakan dalam manajemen nyeri
c) Pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural
dan pemberian obat anestetika regional
d) Evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan
anestesi regional
e) Pelaksanaan tindakan dalam mengawasi kondisi gawat
f) Pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan
yang dipakai
g) Pemeliharaan peralatan agar siap untuk dipakai pada tindakan
anestesi selanjutnya.

b. Tanggung Jawab
a) Penata bertanggung jawab langsung kepada dokter penanggung jawab
anestesi dan dokter DPJP (dokter PPDS atau dokter lainnya)
b) Menjamin terlaksananya pelayanan/ asuhan keperawatan anestesi di
Rumah Sakit
c) Pelaksanaan asuhan keperawatan anestesi sesuai standar.
d) Koordinator administrasi.

Anda mungkin juga menyukai