Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memahami asuhan keperawatan secara teoritis dan secara aplikatif pada
pasien dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke
infark.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar, etiologi, patofisiologi disertai
pathway, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, serta
penatalaksanaan dengan masalah keperawatan mobilitas fisik pada kasus stroke
infark
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke
infark
C. MANFAAT
a. Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan acuan yang diperlukan dalam meningkatkan
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada pasien dengan stroke
non hemoragik.
1. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi
diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya
penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total tetapi juga mengalami penurunan
aktivitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008). Mobilisasi adalah kemampuan
seseorang untuk dapat bergerak dengan bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
sehat menuju kemandirian. Mobilisasi mempunyai banyak tujuan seperti
mengekspresikan emosi dengan gerakan non verbal, pertahanan diri, pemenuhan
kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Untuk
mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka sistem saraf, otot, dan skeletal
harus tetap utuh dan berfungsi baik (Potter & Perry, 2005).
Menurut NANDA, hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan
fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
2. Etiologi
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya hambatan mobilitas
fisik(Tarwoto & wartonah, 2007) :
a. Gangguan sendi dan tulang, penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau
patah tulang tertentu akan menghambat pergerakan (mobilisasi)
b. Penyakit syaraf. Adanya strok, penyakit parkinson, dan gangguan syaraf tepi juga
menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi.
c. Penyakit jantung atau pernapasan. Penyakit jantung ataupernapasan akan
menimbulkan kelelahan dan sesak napas ketgika beraktivitas. Akibatnya, pasien
dengan gangguan pada organ-organ tersebut akan mengurangi mobilitasnya. Ia
cenderung lebih banyak duduk atau berbaring.
d. Gangguan penglihatan. Rasa percaya diri untuk bergerak akan terganggu bila ada
gangguan penglihatan karena ada kekhawatiran terpeleset,terbentur, atau
tersandung.
e. Masa penyembuhan. Pasien yang masih lemah setelah menjalani operasi atau
penyakit berat tertentu memerlukan bantuan untuk berjalan.
4. Patofisiologis
6. Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam mpbilisasi dan imobilisasi
antara lain :
1. Jenis Mobilisasi
a. Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari.
b. Mobilisasi sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada tubuhnya. Hal ini
dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Mobilisasi sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Dapat disebabkan oleh
trauma reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.
8. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat dilakukan antara lain menurut Saputra (2013) yaitu:
a. Kesejajaran Tubuh
Dalam mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat
mengangangkat klien dengan benar, menggunakan teknik posisi yang tepat, dan
memindahkan klien dengan posisi yang aman dari tempat tidur ke kursi atau
brankar.
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi.
Posisi-posisi tersebut, yaitu : posisi fowler (setengah duduk), posisi litotomi, posisi
dorsal recumbent, posisi supinasi (terlentang), posisi pronasi (tengkurap), posisi
lateral (miring), posisi sim, posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
b. Mobilisasi Sendi
Untuk menjamin keadekuatan mobilisasi sendi maka perawat dapat
mengajarkan klien latihan ROM (Range Of Motion). Apabila klien tidak
mempunyai control motorik volunteer maka perawat melakukan latihan rentang
gerak pasif. Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan berjalan. Latihan ini baik
ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi
kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu, yaitu : Fleksi dan
ekstensi pergelangan tangan, fleksi dan ekstensi siku, pronasi dan supinasi lengan
bawah, pronasi fleksi bahu, abduksi dan adduksi, rotasi bahu, fleksi dan ekstensi
jari-jari, infersi dan efersi kaki fleksi dan ekstensi pergelangan kaki, fleksi dan
ekstensi lutut, rotasi pangkal paha.
9. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilitas
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau
tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
d. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilisasi dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah anpa
bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat Aktivitas/Mobilisasi Kategori
Daftar Pustaka
Alimul H., A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi Konsep dan
Ghani, L., Mihardja, L.K., & Delima. 2015. Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke di
Indonesia. Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id.
Junaidi, I. 2011. Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta: PT.Andi
Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kemenkes RI
Mubarak, Wahit & Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik,Ed.4. Vol.2. Jakarta : EGC.
Proses Keperawatan. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.
Saputra, L., 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang: Binarupa Aksara.
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, gangguan sistem persarafan. Jakarta: CV.Sagung
Seto.
Yudha, Fajar. 2014. Pengaruh range of motion (rom) terhadap kekuatan otot dan rentang gerak
pasien pasca perawatan stroke.