Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
RESTRAIN

Oleh:
ARDHIA WINDA PRASTIA
1501460038

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MALANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
RESTRAIN

A. Definisi Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien. Alat tersebut meliputi penggunaaan manset untuk
pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat. Restrain harus dilakukan pada kondisi
khusus, hal ini merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat
diatasi atau di control dengan strategi perilaku atau modifikasi lingkungan (Direja AHS,
2011).
Restrain adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada indivisu untuk membatasi
geraknya. Kekuatan fisik ini dapat menggunakan tenaga manusia, ketika anggota staf secara
fisik mengendalikan klien dan memindahkan ke ruang seklusi. Restrain mekanis adalah
peralatan, biasanya pada pergelangan kaki dan pergelangan tangan yang diikat ketempat tidur
untuk mengurangi 2 agresi fisik klien seperti memukul, menendang dan menjambak rambut
(Videbeck SL, 2008).

B. Indikasi Restrain
Indikasi restrain yaitu (Direja AHS, 2011) :
a Perilaku kekerasan yang dapat membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
b Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
c Klien yang mengalami gangguan kesadaran.
d Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan pengendalian
diri
e Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien untuk
istirahat, makan dan minum.
Prinsip intervensi restrain ini melindungi klien dari cedera fisik dan
memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain dapat menyebabkan klien merasa
tidak dihargai hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah perasaan tersebut harus
mengidentifikasi faktor pencetus apakah sesuai dengan indikasi terapi dan terapi ini
hanya untuk intervensi yang paling akhir jika intervensi yang lain gagal mengatasi
perilaku agatsi klien. Kemungkinan mencederai klien dalam proses restrain sangat
besar, sehingga perlu disiapkan jumlah staf yang cukup dan harus terlatih untuk
mengendalikan perilaku klien. Penggunaan restrain yang aman dan lingkungan
restrain harus bebas dari benda-benda berbahaya (Direja AHS, 2011).
C. Jenis-Jenis Restrain
a. Sheet and ties
Penggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya tidak bergerak
dengan cara melingkarkan selimut keseluruh tubuh pasien dan menahan selimutnya
dengan perekat atau mengikatnya dengan tali.
b. Restrain Jaket (Camisol)
Digunakan pada pasien dengan tali diikat dibelakang tempat tidur sehingga
pasien tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan kebagian bawah tempat tidur,
menjaga pasien tetap didalam tempat tidur. Restrain jaket berguna sebagai alat
mempertahankan pasien pada posisi horizontal yang diinginkan.
c. Papoose board
Merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak pasien saat
melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah pasien ditidurkan dalam
posisi telentang di atas papan datar dan bagian atas tubuh, tengah tubuh dan kaki
pasien diikat dengan menggunakan tali kain yang besar. Pengendalian dengan
menggunakan papoose board dapat diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah
pasien berontak dan menolak perawatan. Tujuan utama dari penggunaan alau ini
adalah untuk menjaga supaya pasien tidak terluka saat mendapatkan perawatan.
d. Restrain Mumi (bedong)
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya
dilipat tengah. Pasien diletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada
dilipatan dan kaki kearah sudut yang berlawanan. Lengan kanan pasien lurus kebawah
rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut ditarik ke tengah melintasi bahu kanan pasien
dan dada diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri. Lengan kiri pasien diletakkan
lurus rapat dengan tubuh pasien, dan sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu
dan dada dikunci dibawah pasien bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan
ditarik kearah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan pengaman.

D. Klien
Karakteristik Klien
a. Klien dengan perilaku kekerasan yang dapat membahayakan diri sendiri dan
lingkungannya.
b. Klien dengan perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
c. Klien yang mengalami gangguan kesadaran.
d. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan pengendalian
diri
e. Klien dengan ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan
klien untuk istirahat, makan dan minum.

E. Hal-hal yang Diperhatikan


a. Pada kondisi gawat darurat, restraint/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter
b. Sesegera mungkin ( < 1 jam ) setelah melakukan restraint/seklusi, perawat
melaporkan pada dokter untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal
maupun tertulis
c. Intervensi restraint/seklusi dibatasi waktu : 4 jam untuk klien berusia > 18 th, 2 jam
untuk usia 9-17 th, dan 1 jam untuk umur < 9 tahun
d. Evaluasi dilakukan 4 jam I untuk klien > 18 th, 2 jam I untuk anak-anak dan usia 9-17
tahun
e. Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia > 18 th dan 4 jam
untuk usia < 17 tahun
f. Selama restraint/seklusi klien diobservasi tiap 10-15 menit, focus obsevasi :

F. Media
Media atau alat yang digunakan dalam terapi somatic restrain antara lain:
1) Tali
2) Rompi
3) Restrain jaket (camisole)
4) Kursi roda
5) Manset tangan
6) Manset kaki

G. Cara Kerja
1. Perawat cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Gunakan bantalan pada ekstremitas klien sebelum dipasang restrain
4. Ikatkan restrain pada ekstremitas yang dimaksud
5. Longgarkan restrain setiap 4 jam selama 30 menit
6. Kaji kemungkinan adanya luka setiap 4 jam (observasi warna kulit dan denyut nadi
pada ekstremitas)
7. Catat keadaan klien sebelum dan sesudah pemasangan restrain.

Anda mungkin juga menyukai