BAB II Desa Siaga
BAB II Desa Siaga
TINJAUAN PUSTAKA
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-rnasalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti
kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian
Luar Biasa ( KLB) , kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan
potensi setempat secara
gotong royong.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti Kelurahan atau negeri atau istilah-istilah lain
bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-
usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya. Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya
untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa,
menyiap siagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan,
memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Untuk mengubah desa menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah
ada berbagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, serta peduli dan tanggap terhadap per-masalahan kesehatan di wilayah
desanya.
Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut,
seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama; tokoh perempuan dan pemuda;
kader; serta petugas kesehatan
Adapun kriteria dari sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah
memiliki sekurang - kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
a. Penyakit/nama penyakit
j. Apa yang bisa dilakukan oleh tiap keluarga agar terhindar dari penyakit
k. Apa yang bisa dilakukan oleh pemuka masyarakat agar wilayahnya terhindar dari
penyakit.
l. Dan lain-lain
a. Tujuan PTD :
1) Dikenalnya konsep desa siaga sebagai salah satu upaya penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat dan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
b. Tempat pertemuan
c. Peserta pertemuan
a) Camat
b) TP-PKK kecamatan
c) Kepala Puskesmas
d) Staf Puskesmas
e) Diknas
f) Departemen Agama
i) TP-PKK Desa
j) Sekdes
k) BPD
l) Tokoh Agama
m) Tokoh masyarakat/Guru
d. Waktu
f. Pelaksanaan
tingkat desa.
a. Tujuan SMD :
b. Sasaran
Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/kelurahan atau menetapkan
sampel rumah dilokasi tertentu (± 450 rumah) yang dapatmenggambarkan kondisi
masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku padaumumnya di desa/kelurahan.
c. Lokasi
d. Pelaksana
e. Waktu
f. Cara Pelaksanaan
2) Pelaksana SMD
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjukmelaksanakan SMD
dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa mengumpulkan informasi
masalah kesehatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3) Pengolahan Data
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk mengolah data SMD
dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa, sehingga dapat diperoleh
perumusan masalah kesehatan untuk selanjutnya merumuskan perioritas masalah
kesehatan, lingkungan dan perilaku di desa/kelurahan yang bersangkutan.
MMD adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang
mewakili semua komponen masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei
mawas diri dan merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan
dan perilaku yang diperoleh dari hasil survei mawas diri.
a. Tujuan MMD :
b. Tempat pertemuan
c. Peserta pertemuan
1) Peserta tingkat kecamatan : Camat, TP-PKK kecamatan, Kepala Puskesmas, Staf
Puskesmas, Diknas, Departemen Agama, Lintas sektor terkait
2) Peserta tingkat desa: Kepala Desa, TP-PKK Desa, Sekdes, BPD, Tokoh Agama,
Tokoh masyarakat/Guru
d. Waktu
Waktu pertemuan segera setelah SMD atau disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi
desa/kelurahan yang bersangkutan, agar memungkinkan semua yang diundang dapat
hadir serta cukup memberikan ksesempatan
e. Pelaksanaan
2) MMD dibuka oleh kepala Desa/Kelurahan dengan menguraikan maksud dan tujuan
musyawarah.
7) Penutup.
1. Tahap Bina
Pada tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, namun telah ada
forum/lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja, misalnya
kelompok rembug desa, kelompok yasinan atau persekutuan doa, dsb. Demikian juga
Posyandu dan Polindesnya mungkin masih pada tahap pratama. Pembinaan intensif
dari petugas kesehatan dan petugas sektor lainnya sangat diperlukan, misalnya dalam
bentuk pendampingan saat ada pertemuan forum desa untuk meningkatkan kinerja
forum dengan pendekatan PKMD.
2. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif dari anggota forum untuk
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu , Demikian
juga Polindes dan Posyandu sedikitnya sudah pada tahap madya. Pendampingan dari
tim Kecamatan atau petugas dari sektor/LSM masih sangat diperlukan untuk
pengembangan kualitas Posyandu atau pengembangan UKBM lainnya. Hal penting lain
yang diperhatikan adalah pembinaan dari Puskesmas PONED sehingga semua hamil
bersalin nifas serta bayi baru lahir yang risiko tinggi dan mengalami komplikasi dapat
ditangani dengan baik. Disamping itu sistem surveilans berbasis masyarakat juga
sudah sudah dapat berjalan, artinya masyarakat mampu mengamati penyakit ( menular
dan tidak menular ) serta faktor risiko di lingkungannya secara terus menerus dan
melaporkan serta memberikan informasi pada petugas kesehatan / yang terkait.
3. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan mampu
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat dengan biaya berbasis
masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat menghadapi bencana dan kejadian
luar biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan sistem pembiyaan
kesehatan berbasis masyarakat. Jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh
masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap sistem
jaminan ,masyrakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari
sistem yang sederhana dan jelas dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya tabulin.
Pembinaan masih diperlukan meskipun tidak terlalu intensif.
4. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah terpenuhi. Masyarakat
sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga tidak hanya terhadap masalah kesehatan yang
mengancam , namun juga terhadap kemungkinan musibah / bencana non kesehatan. .
Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.
Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dan empat kelompok
indikatornya, yaitu:
1. Indikator Masukan
Indikator masukan adaiah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah
dibenikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-
hal berikut:
2. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses
terdiri atas hal-hal berikut:
b. Berfungsi/tidaknya Poskesdes.
3. Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang
dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. lndikator keluaran
terdiri atas hal-hal berikut:
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan
PHBS
4. Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan hasil
kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri
atas hal-hal berikut:
Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dan empat kelompok
indikatornya, yaitu: (1) indikator masukan, (2) indikator proses, (3) indi-kator keluaran,
dan (4) indikator dampak.
1. Indikator Masukan
Indikator masukan adaiah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah
dibenikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-
hal berikut.
1. Ada/ tidaknya Forum Masyarakat Desa.
2. Ada/ tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan s
Terbitkan Entri
erta perlengkapannya.
3. Ada/ tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
4. Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan).
2. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses
terdiri atas hal-hal berikut.
a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
b. Berfungsi/tidaknya Poskesdes.
c. Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada.
d. Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kega¬wat
daruratan dan Bencana.
e. Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
3. Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang
dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. lndikator keluaran
terdiri atas hal-hal berikut.
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
b. Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain.
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
4. Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan hasil
kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri
atas hal-hal berikut.
a. Jumlah penduduk yang mendenita sakit.
b. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.
c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
e. Jumlah balita dengan gizi buruk.
Desa Siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki
kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan,
bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud disini
dapat berarti kelurahan atau istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam arti lain, program desa siaga ini ditujukan untuk menciptakan masyarakat yang
mampu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap
risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik langsung
maupun tidak langsung.
Kedua, mampu menanggulangi penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, seperti penyakit Diare, Antrax, DBD, flu burung, dll.
pihak-pihak yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan perilaku individu atau
keluarga di desa tersebut,
Sebuah desa telah dikatakan menjadi desa siaga bila sekurang-kurangnya telah
memiliki sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau tenaga profesional kesehatan
yang siap melaksanakan:
pemberdayaan masyarakat,
Keberhasilan upaya pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok
indikatornya, yaitu:
1.Indikator Input
Indikator Input adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah
diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator ini terdiri atas:
7) Ada/ tidaknya alat komunikasi yang lazim digunakan di masyarakat, seperti bedug,
microphone dari masjid, bedug, dll.
Akhirnya, untuk menjalankan fungsi desa siaga secara maksimal, maka Poskesdes ini
harus bekerjasama dengan tenaga kesehatan Puskesmas setempat, terutama terkait
dengan akses pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Sehingga melalui
bimbingan dari tenaga kesehatan yang ada, masyarakat diharapkan mampu
mengindentifikasi masalah, mencari penyebab masalah, dan menentukan sumber daya
yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan secara lebih cepat,
terorganisir dan terselesaikan. Anda berminat membentuk desa siaga? Inilah cara sehat
dan murah dalam menghadapi berbagai penyakit yang muncul dewasa ini.
Mari kita mejadikan lebih banyak desa siaga, dengan harapan mampu meningkatkan
taraf kesehatan masyarakat.