Sa DENGAN HIPERTENSI
DI DESA RAMBIPUJI KECAMATAN RAMBIPUJI
KABUPATEN JEMBER TAHUN 2019
(Case Studies on Families Ny.Sa With Hypertension In Rambipuji Village Rambipuji District Jember
District In 2019)
Tantut Susanto.*, Fairuz In’amil Arsyad*
Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp/Fax. (0333) 323450
E-mail: fairuzarsyad87@gmail.com
ABSTRACT
Background: Female prisoner is a bad condition and very viewed
negatively by community. Life in prison can generally interfere with
the psychological and mental conditions of female prisoner. Female
prisoners have a high risk of stress because of detention from social,
environmental and behavioral life. Former female prisoners have
hopes of returning to the society. Former prisoners, in general,
automatically get pressure from the environment and tend to face
difficulties. Purpose: This research is intended to find out the self-
concept of a former female prisoner. Methods: This research used a
phenomenological research method with a descriptive approach. The
selection of participants in this research was conducted by using
purposive sampling, which researchers chose samples according to
the criteria. Researchers in this study used semi-structured
interviews, and were conducted in participants homes. The
participants in this research were four participants. Those
participants were selected with the case of article 127 about the use
of illegal drugs and article 196 about the sales of illegal drugs.
Results: The results of this study, researchers obtained six themes.
This study found that self-concept positive of former female
prisoners, although in this study the researchers did not find a
description of body image in former female prisoners. Conclusion:
This research can be a reference for student learning and service
programs in the community, and health services are expected to
provide health education to former prisoners about mental health.
PENDAHULUAN
Tinggal dalam lembaga pemasyarakatan
membuat narapidana kehilangan kebebasan,
terisolasi dari masyarakat dan harus menjalani
peraturan yang telah ditetapkan oleh lembaga
pemasyarakatan (Windistiar, 2016). Seorang
wanita menjadi narapidana merupakan kondisi
yang buruk dan dipandang negatif oleh
masyarakat. Kehidupan dalam penjara secara
umum dapat mengganggu kondisi psikologis
maupun mental seorang narapidana wanita.
Narapidana wanita memiliki resiko tinggi terhadap
stres karena penahanan dari kehidupan sosial,
lingkungan, dan perilaku (Ilmi, Dewi, dan Rasni
2017). Collier & Friedmen (2016) menyatakan
bahwa sepertiga narapidana wanita di Selandia
Baru dibawa ke layanan psikiatri karena
mengalami gangguan psikotik, dan mengalami
Post Trauma Stress Disorder (PTSD).
3 of 9 WArdhatul Asfiah, et al
Pasca dilakukan pembinaan di lembaga dapat berupa derita atau kesakitan seperti,
pemasyarakatan, mantan narapidana memiliki kehilangan kepribadian diri, identitas diri, akibat
harapan untuk kembali kedalam masyarakat dan peraturan dan tata cara hidup di lapas, narapidana
melanjutkan hidup kearah yang lebih baik. Mantan juga telah kehilangan harga dirinya, akibat dari
narapidana, pada umumnya secara otomatis perampasan kemerdekaan juga membuat
mendapatkan tekanan dari lingkungan dan narapidana kepercayaan dirinya. Berdasarkan
cenderung menghadapi kesulitan untuk uraian diatas, peneliti melihat bahwa fenomena
bersosialisai kembali. Bentuk penolakan permasalahan yang dialami mantan narapidana
lingkungan juga tampak dalam pekerjaan. Mantan wanita menarik dan penting untuk diteliti. Oleh
narapidana kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan karena itu, peneliti ingin memahami konsep diri
karena kurangnya kepercayaan dan adanya syarat mantan narapidana setelah kembali ke masyarakat.
berkelakuan baik Stigma negatif yang melekat
ada label bekas narapidana juga menyebabkan
METODE
banyak perusahaan tidak mau menerima, “eks-
narapidana” sebagai pegawainya (Ndoen, 2009)
Penelitian sosiologi yang dilakukan oleh
Maulana & Imron (2014) juga menyatakan adanya
bentuk diskriminasi dan penolakan masyarakat
terhadap mantan narapidana, sehingga sebagian
besar mantan narapidana lebih memilih untuk
pindah ke lingkungan lain yang dianggap lebih
nyaman. Menurut Rohman (2015) mantan
narapidana seringkali diperlakukan tidak baik,
dicurigai, diasingkan atau dikucilkan, sehingga
seorang mantan narapidana tidak merasa nyaman
lagi tinggal dalam masyarakat dan merasa diri
mereka tidak bermanfaat serta lebih rendah dari
orang lain.
Mantan narapidana sesungguhnya
memiliki hak untuk dapat kembali ke lingkungan
mereka dan memulai hidup baru. Stigma negatif
menjadikan mereka merasa canggung untuk hidup
bermasyarakat. Masyarakat umumnya masih
banyak yang menganggap mereka sebagai
“pembuat kerusuhan” yang dapat menganggu
ketentraman warga sekitar (Ardilla, 2015).
Penilaian negatif yang diberikan oleh masyarakat
kepada mantan narapidana, dapat membuat mantan
narapidana terkucilkan. Penilaian negatif tersebut
dapat mempengaruhi konsep diri mantan
narapidana (Siviana, 2013).
Kecemasan narapidana wanita disebabkan
oleh kekhawatiran mengenai kemampuan
menyesuaikan diri di dunia luar nantinya, setelah
keluar dari Lapas, kekhawatiran akan peran
menjadi seorang ibu bagi anak-anak, peran
menjadi seorang istri terhadap suami, cemas
menanti untuk bisa berkumpul kembali bersama
keluarga, cemas untuk mendapatkan pekerjaan dan
cemas untuk kembali bergabung dengan
masyarakat (Salim, Komariah, Fitria, 2016).
Dampak psikologis yang dialami
narapidana dalam menjalani sanksi pidananya
4 of 9 Wardhatul Asfuah, at al
mantan narapidana dengan tema memiliki harapan Penelitian ini mengungkapkan tentang gambaran
untuk diri sendiri dan orang lain. Mantan harga diri mantan narapidana. Harga diri pada
narapidana memiliki harapan untuk dapat kembali mantan narapidana wanita terdiri dari dua tema
di tengah-tengah masyarakat dan menjalani yaitu respon emosi pasca pembebasan dan
kehidupan yang lebih baik. Kemampuan untuk merasakan dukungan sosial. Respon emosi yang
membentuk masa depan dimiliki oleh semua dirasakan partisipan yaitu merasa senang dan
orang. Setiap orang pasti menginginkan suatu merasa khawatir. Pasca melakukan pembinaan di
perubahan di masa depannya yang lebih baik. lapas respon partisipan merasa senang sudah tidak
Penelitian ini selaras dengan Douglas daan merasakan stress. Tiga dari empat partisipan dalam
Vincent (dalam Sari, 2019) harapan erat kaitannya penelitian ini mengungkapkan perasaan senang
dalam banyak hal, seperti kebahagiaan, setelah melakukan pembinaan di lapas.
kepercayaan diri dan energi untuk bertindak Partisipan pada penelitian ini merasa
positif. Narapidana juga mempunyai harapan dan khawatir karena mantan narapidana menganggap
optimisme dalam mengurangi perilaku kejahatan masyarakat dan orang-orang disekitarnya
dimasa yang akan datang. Ardilla dan Herdiana memandang sebelah mata dan merasa keseulitan
(2013) juga mengatakan bahwa narapidana wanita untuk mendapatkan pekerjaan. Kesulitan
mempunyai pengharapan yang realistis. partisipan untuk mendapatkan pekerjaan karena
Pengaharapan yang realistis menyebabkan adanya surat keterangan catatan kelakuan baik
individu lebih mudah menerima keadan dirinya (SKCK). Partisipan menganggap adanya
dan mampu menghadapi kenyataan daripada hanya ketidakadilan yang dialami, dalam konteks ini
menyerah pada pengunduran diri atau tidak adanya peraturan negara secara jelas sudah membatasi
harapan. setiap mantan narapidana untuk bekerja di sektor
Ideal diri adalah persepsi seseorang formal. Partisipan juga mengungkapakan adanya
tentang bagaimana berperilaku berdasarkan suatu cap atau labelling yang dilakukan
standar pribadi tertentu, standar ini masyarakat oleh mantan narapidana.
menggambarkan tipe seseorang yang diinginkan, Penelitian ini selaras dengan penelitian
tujuan, atau nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal yang dilakukan oleh Muyassaroh (2014) yang
diri biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor, menyatakan bahwa setelah pemerintah membuat
seseorang cenderung menetapkan tujuan dalam peraturan tersebut banyak perusahaan yang
rentang yang ditentukan oleh kemampuan pribadi. akhirnya mengikuti syarat tersebut. Perusahaan
Ideal diri juga dipengaruhi oleh faktor budaya, swasta banyak juga yang meminta adanya SKCK
dengan membandingkan standart diri sendiri sebagai salah satu syarat untuk calon
dengan standart orang lain. Faktor-faktor lain yang karyawannya, menyebabkan semakin berkurang
juga dapat mempengaruhi yaitu ambisi dan kesempatan bagi mantan narapidana untuk
keinginan untuk menjadi nomer satu dan sukses, mendapatkan pekerjaan yang layak. Adanya
kebutuhan untuk bersikap realistis, keinginan SKCK membuat bahwa label atau cap yang
untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan diberikan pemerintah kepada pelaku kejahatan
rendah hati (Stuart, 2013). atau mantan napi cenderung tidak layak untuk
Setiap orang pada dasarnya mempunyai berada di pemerintahan dan tidak dapat dipercaya
harapan-harapan tentang perkembangannya untuk bertanggung jawab dalam melakukan
dimasa depan, begitu juga dengan mantan pekerjaan di instansi tertentu.
narapidana. Masa lalu yang kelam telah menjadi Pasca pembinaan di lapas mantan
sejarah. Masa lalu memberikan banyak pelajaran narapidana mendapatkan beberbagai dukungan
tentang suatu hal, sedangkan masa depan masih dari lingkungan sekitar. Dukungan sosial yang di
belum bisa dipastikan. Masa lalu adalah peta bagi dapatkan oleh mantan narapidana banyak didapat
seseorang dari mana individu tersebut dan masa dari keluarga. Empat partisipan dalam penelitian
depan merupakan wilayah tentang akan kemana ini mengungkapkan adanya dukungan keluarga.
individu tersebut. Pada penelelitian ini mantan Dukungan sosial mantan narapidana
narapidana mengungkapkan harapan dan ternyata tidak hanya di dapatkan dari keluarga,
tujuannya masing-masing. partisipan ketiga pada penelitian ini menyebutkan
Gambaran Harga Diri Mantan Narapidana bahwa dukungan tidak hanya berasal dari keluarga
Wanita tetapi dukungan yang didapat juga berasal dari
teman dan tetangganya. Dukungan tersebut berupa
9 of 9 WArdhatul Asfiah, et al
diterimanya kembali mantan narapidana ditengah- ketiga tidak mengungkapkan perannya dalam
tengah masyarakat. Sambutan yang diberikan oleh keluarga.
tetangga dan teman-teman partisipan pada saat Partisipan kedua mengungkapkan tidak
setelah dilakukan pembinaan di lapas. banyak berubah dari perannya dalam masyarakat
Amelia (2010) mengatakan bahwa pada saat sebelum dilakukan pembinaan di lapas
narapidana sangat perlu mendapatkan dukungan dan sesudah pembinaan di lapas. Partisipan kedua
sosial dalam bentuk perhatian emosional, bantuan masih berperan aktif dalam kegiatan
instrumental, mendapatkan informasi, dan bermasyarakat yaitu masih menjadi pembina
memperoleh penilaian positif, sehingga pada saat dalam karang taruna, dan masih aktif menjadi
keluar dari lapas narapidana tidak mengalami panitia dalam acara 17 agustus. Pada partisipan
kesulitan saat berinteraksi kembali dengan keempat juga tidak berbeda jauh dengan partisipan
masyarakat. Harga diri merupakan penilaian kedua, partisipan keempat juga mengungkapkan
pribadi seseorang, berdasarkan seberapa baik masih aktif dalam kegiatan bermasyarakat yaitu
perilaku yang cocok dengan ideal diri. Harga diri mengikuti pengajian dan arisan pkk. Partisipan
merupakan fungsi pertama dari rasa dicintai dan pertama mengungkapkan bahwa, partisipan tidak
mendapatkan rasa hormat dari orang lain (Stuart, suka berkumpul dengan masyarakat dan kegiatan-
2013). Menurut Santrock (dalam Sovitriana & kegiatan yang ada di masyarakat. Partisipan
Sari, 2012) harga diri merupakan evaluasi individu pertama hanya bertegur sapa dengan warga sekitar.
terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Penelitian ini didukung oleh penelitian
Evaluasi menilai dirinya sendiri dan diakui atau yang dilakukan Lestari, Budimansyah, Wilodati
tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang (2016) memiliki kehidupan harmonis dan
diperolehnya. Penilaian tersebut terlihat dari berhubungan baik dengan masyarakat adalah
penghargaan mereka terhap keberadaan dan dambaan bagi setiap orang terutama mantan
keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga narapidana. Menjalankan peran erat kaitannya
diri positif akan menerima dan menghargai dengan interaksi sosial. Interaksi sosial yang baik
dirinya sendiri apa adanya. akan membentuk konsep diri yang positif bagi
Dukungan keluarga bagi narapidana individu.
adalah hal yang sangat penting, hal tersebut sejalan Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa
dengan kodratnya sebagai makhluk sosial peran mencangkup harapan atau standar yang
Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan
membuat partisipan merasa dicintai dan diterima budaya. Perilaku didasarkan pada pola yang
kembali setelah dilakukan pembinaan di lapas. ditetapkan melalui sosialisasi. Peran dan identitas
Proses stigma suatu ketidakadilan yang dialami mantan narapidana wanita pada penelitian ini
oleh partisipan tidak hanya pada saat dilakukan tergolong positif. Peran dan identitas mantan
pembinaan di lapas tetapi juga pada saat sudah narapidana wanita yang dijalankan oleh partisipan
dilakukan pembinaan di lapas. Kondisi pada penelitian ini tidak banyak berubah sebelum
ketidakadilan tersebut muncul karena efek dari maupun setelah melakukan pembinaan di lapas.
tindak kriminal yang dilakukan oleh partisipan.
Gambaran Identitas dan Peran pada Mantan
Narapidana Wanita SIMPULAN
Empat partisipan dalam penelitian ini
mengungkapkan perannya dalam keluarga tidak Gambaran konsep diri mantan narapidana
banyak berubah. Partisipan pertama dan keempat wanita di wilayah Kabupaten Jember adalah
mengungkapan bahwa sebelum dan sesudah sebagai berikut:
melakukan pembinaan di lapas perannya tetap
merawat keluarga, seperti menjemput anak sekolah
merawat suami dan orang tua dirumah. Partisipan
kedua dan ketiga menungkapkan bahwa sebelum
dan sesudah melakukan pembinaan di lapas tidak
ada yang berubah dari perannya sebagai pencari
nafkah keluarga. Partisipan kedua bercerita
semenjak suaminya sakit, partisipan kedua sudah
menjadi tulang punggung keluarga. Partisipan
10 of 9 Wardhatul Asfuah, at al