Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS PADA KELUARGA Ny.

Sa DENGAN HIPERTENSI
DI DESA RAMBIPUJI KECAMATAN RAMBIPUJI
KABUPATEN JEMBER TAHUN 2019

(Case Studies on Families Ny.Sa With Hypertension In Rambipuji Village Rambipuji District Jember
District In 2019)
Tantut Susanto.*, Fairuz In’amil Arsyad*
Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp/Fax. (0333) 323450
E-mail: fairuzarsyad87@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK


Article History:
Received Latar Belakang: Seorang wanita menjadi narapidana merupakan
Revised form kondisi yang buruk dan dipandang negatif oleh masyarakat.
Accepted January Kehidupan dalam penjara secara umum dapat mengganggu kondisi
Published online psikologis maupun mental seorang narapidana wanita. Narapidana
wanita memiliki resiko tinggi terhadap stres karena penahanan dari
Kata Kunci: kehidupan sosial, lingkungan, dan perilaku Mantan tahanan wanita
kata kunci 1; mantan narapidana memiliki harapan untuk kembali ke masyarakat. Mantan tahanan,
wanita secara umum, secara otomatis mendapat tekanan dari lingkungan dan
kata kunci 2; konsep diri cenderung menghadapi kesulitan. Tujuan: Penelitian ini
kata kunci 3; fenomenologi dimaksudkan untuk mengetahui gambaran konsep diri seorang
kata kunci 4; kesehatan mental mantan narapidana wanita. Metode: . Penelitian ini menggunakan
metode penelitian fenomenologis dengan pendekatan deskriptif.
Keywords:
keyword 1: former female prisoners
Pemilihan partisipan dalam penelitian ini dilakukan dengan
keyword 2: self-concept menggunakan purposive sampling, dimana peneliti memilih sampel
keyword 3: phenomenology sesuai kriteria. Partisipan dalam penelitian ini adalah empat
keyword 4: mental helath partisipan. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan wawancara
semi terstruktur, dan dilakukan di rumah partisipan. Para peserta
dipilih dengan kasus pasal 127 tentang penggunaan obat-obatan
terlarang dan artikel 196 tentang penjualan obat-obatan terlarang.
Hasil: Hasil penelitian ini, peneliti memperoleh enam tema.
Penelitian ini menemukan bahwa konsep diri positif dari mantan
narapidana wanita, walaupun dalam penelitian ini peneliti tidak
menemukan gambaran citra tubuh pada mantan narapidana wanita.
Kesimpulan: Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk
pembelajaran bagi mahasiswa dalam program layanan di masyarakat,
dan pelayanan kesehatan diharapkan dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada mantan napi tentang kesehatan mental.
2 of 9 Wardhatul Asfuah, at al

ABSTRACT
Background: Female prisoner is a bad condition and very viewed
negatively by community. Life in prison can generally interfere with
the psychological and mental conditions of female prisoner. Female
prisoners have a high risk of stress because of detention from social,
environmental and behavioral life. Former female prisoners have
hopes of returning to the society. Former prisoners, in general,
automatically get pressure from the environment and tend to face
difficulties. Purpose: This research is intended to find out the self-
concept of a former female prisoner. Methods: This research used a
phenomenological research method with a descriptive approach. The
selection of participants in this research was conducted by using
purposive sampling, which researchers chose samples according to
the criteria. Researchers in this study used semi-structured
interviews, and were conducted in participants homes. The
participants in this research were four participants. Those
participants were selected with the case of article 127 about the use
of illegal drugs and article 196 about the sales of illegal drugs.
Results: The results of this study, researchers obtained six themes.
This study found that self-concept positive of former female
prisoners, although in this study the researchers did not find a
description of body image in former female prisoners. Conclusion:
This research can be a reference for student learning and service
programs in the community, and health services are expected to
provide health education to former prisoners about mental health.

PENDAHULUAN
Tinggal dalam lembaga pemasyarakatan
membuat narapidana kehilangan kebebasan,
terisolasi dari masyarakat dan harus menjalani
peraturan yang telah ditetapkan oleh lembaga
pemasyarakatan (Windistiar, 2016). Seorang
wanita menjadi narapidana merupakan kondisi
yang buruk dan dipandang negatif oleh
masyarakat. Kehidupan dalam penjara secara
umum dapat mengganggu kondisi psikologis
maupun mental seorang narapidana wanita.
Narapidana wanita memiliki resiko tinggi terhadap
stres karena penahanan dari kehidupan sosial,
lingkungan, dan perilaku (Ilmi, Dewi, dan Rasni
2017). Collier & Friedmen (2016) menyatakan
bahwa sepertiga narapidana wanita di Selandia
Baru dibawa ke layanan psikiatri karena
mengalami gangguan psikotik, dan mengalami
Post Trauma Stress Disorder (PTSD).
3 of 9 WArdhatul Asfiah, et al

Pasca dilakukan pembinaan di lembaga dapat berupa derita atau kesakitan seperti,
pemasyarakatan, mantan narapidana memiliki kehilangan kepribadian diri, identitas diri, akibat
harapan untuk kembali kedalam masyarakat dan peraturan dan tata cara hidup di lapas, narapidana
melanjutkan hidup kearah yang lebih baik. Mantan juga telah kehilangan harga dirinya, akibat dari
narapidana, pada umumnya secara otomatis perampasan kemerdekaan juga membuat
mendapatkan tekanan dari lingkungan dan narapidana kepercayaan dirinya. Berdasarkan
cenderung menghadapi kesulitan untuk uraian diatas, peneliti melihat bahwa fenomena
bersosialisai kembali. Bentuk penolakan permasalahan yang dialami mantan narapidana
lingkungan juga tampak dalam pekerjaan. Mantan wanita menarik dan penting untuk diteliti. Oleh
narapidana kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan karena itu, peneliti ingin memahami konsep diri
karena kurangnya kepercayaan dan adanya syarat mantan narapidana setelah kembali ke masyarakat.
berkelakuan baik Stigma negatif yang melekat
ada label bekas narapidana juga menyebabkan
METODE
banyak perusahaan tidak mau menerima, “eks-
narapidana” sebagai pegawainya (Ndoen, 2009)
Penelitian sosiologi yang dilakukan oleh
Maulana & Imron (2014) juga menyatakan adanya
bentuk diskriminasi dan penolakan masyarakat
terhadap mantan narapidana, sehingga sebagian
besar mantan narapidana lebih memilih untuk
pindah ke lingkungan lain yang dianggap lebih
nyaman. Menurut Rohman (2015) mantan
narapidana seringkali diperlakukan tidak baik,
dicurigai, diasingkan atau dikucilkan, sehingga
seorang mantan narapidana tidak merasa nyaman
lagi tinggal dalam masyarakat dan merasa diri
mereka tidak bermanfaat serta lebih rendah dari
orang lain.
Mantan narapidana sesungguhnya
memiliki hak untuk dapat kembali ke lingkungan
mereka dan memulai hidup baru. Stigma negatif
menjadikan mereka merasa canggung untuk hidup
bermasyarakat. Masyarakat umumnya masih
banyak yang menganggap mereka sebagai
“pembuat kerusuhan” yang dapat menganggu
ketentraman warga sekitar (Ardilla, 2015).
Penilaian negatif yang diberikan oleh masyarakat
kepada mantan narapidana, dapat membuat mantan
narapidana terkucilkan. Penilaian negatif tersebut
dapat mempengaruhi konsep diri mantan
narapidana (Siviana, 2013).
Kecemasan narapidana wanita disebabkan
oleh kekhawatiran mengenai kemampuan
menyesuaikan diri di dunia luar nantinya, setelah
keluar dari Lapas, kekhawatiran akan peran
menjadi seorang ibu bagi anak-anak, peran
menjadi seorang istri terhadap suami, cemas
menanti untuk bisa berkumpul kembali bersama
keluarga, cemas untuk mendapatkan pekerjaan dan
cemas untuk kembali bergabung dengan
masyarakat (Salim, Komariah, Fitria, 2016).
Dampak psikologis yang dialami
narapidana dalam menjalani sanksi pidananya
4 of 9 Wardhatul Asfuah, at al

Penelitian ini menggunakan metode Karakteristik partisipan


penelitian fenomenologi dengan pendekatan 1. Partisipan pertama (P1)
deskriptif. Menurut Moleong (2012) penelitian P1 adalah Ny. N, 32 tahun, pendidikan terakhir
kualitatif merupakan penelitian yang strata I atau sarjana I, pekerjaan ibu rumah tangga,
mengeksplorasi suatu masalah dan memahami beragama Islam dan partisipan tinggal bersama
makna tentang sesuatu yang dialami oleh subjek mertua, saudara ipar, keponakan, dan tante. Ny. N
penelitian secara holistik dengan cara mempunyai satu anak laki-laki berumur 6 tahun.
mendeskripsikan ke dalam bentuk kata-kata dan Partisipan pertama (P1) melakukan kesalahan
bahasa, dengan memanfaatkan berbagai konteks yaitu pasal 127 menyalahgunakan obat-obatan
dan metode alamiah. terlarang (narkotika) seperti sabu-sabu an tinex,
Pemilihan partisipan penelitian ini dan dilakukan pembinaan di Lembaga
dilakukan mengunakan purposive sampling. Pemasyarakatan kelas II A Jember selama delapan
Purposive sampling yaitu teknik pengambilan data bulan.
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). 2. Partisipan kedua (P2)
Salah satu teknik pengambilan data dengan
P2 adalah Ny. S, 32 tahun seorang janda
purposive sampling adalah peneliti memilih
karena suami meninggal, pendidikan terakhir
sampel sesuai kriteria. Jumlah partisipan
sekolah dasar (SD), beragama Islam, pekerjaan
ditetapkan sampai tercapai saturasi. Saturasi yaitu
sebagai penjual perlengkapan sekolah, dan
terdapatnya kejenuhan jawaban dari partisipan
laundry, dan partisipan tinggal bersama orang tua
(Polit & Beck, 2003). Jumlah partisipan dalam
(ibu) dan ketiga anaknya, anak pertama kelas 3
penelitian sebanyak empat orang. Jumlah
smp, anak kedua kelas 3 sd, anak ketiga kelas 1
partisipan dalam penelitian sebanyak empat orang.
sd . Partisipan kedua (P2) melakukan kesalahan
Penelitian ini dilakukan di rumah partisipan.
yaitu pasal 196 menjual obat-obatan (narkopil),
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai
dan dilakukan pembinaan di Lembaga
bulan Desember 2018. Pengambilan data
Pemasyarakatan kelas II A Jember selama enam
dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan
bulan. Hasil berisi keluaran penelitian dengan
Oktober 2018. Analisis hasil penelitian dilakukan
memaparkan temuan-temuan yang otentik dan
pada bulan Oktober sampai bulan Desember. 2018.
valid serta sesuai dengan tujuan dan metode
Waktu wawancara antara 15 menit hingga 1 jam
penelitian.
dengan sekali bertatap muka dengan partisipan.
Peneliti merupakan alat pengumpul data atau juga 3. Partisipan ketiga (P3)
sebagai instrumen peneitian. P3 Nn. V, belum menikah, usia 23 tahun,
Menurut Sugiyono (2015) peran peneliti pendidikan terakhir sekolah menengah atas
sebagai instrumen penelitian adalah untuk (SMA), pekerjaan pelayan di salah satu cafe,
menetapkan fokus penelitian kuailitatif yang akan beragama Islam dan partisipan tinggal bersama
dilakukan, memilih partisipan penelitian, orang tua (ayah dan ibu). Partisipan ketiga (P3)
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas melakukan kesalahan pasal 196 menggunakan dan
data, menafsirkan dan membuat kesimpulan atas menjual obat-obatan (narkopil), dan dilakukan
penelitian yang dilakukan. Instrumen pelengkap pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
dalam penelitian ini adalah informed consent, kelas II A Jember selama enam bulan.
pedoman wawancara, alat perekam, dan catatan 4. Partisipan keempat (P4)
lapangan. Peneliti mengambil data dari sumber P4 adalah Ny. L, sudah menikah, usia 28
primer yaitu peneliti mengumpulkan data dari tahun, beragama Islam, dan pendidikan terakhir
partisipan. Peneliti memilih menggunakan jenis sekolah menengah atas (SMA), pekerjaan ibu
wawancara yang menggunakan petunjuk umum rumah tangga, partisipan tinggal bersama mertua
wawancara. (ibu) dan suami. Partisipan keempat (P4)
Penelitian ini telah dilakukan uji etik melakukan kesalahan yaitu pasal 196 menjual
dengan nomor uji etik obat-obatan (narkopil), dan dilakukan pembinaan
094/UN25.8/KEPK/DL/2018. Uji etik penelitian di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember
ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi, selama tujuh bulan.
Universitas Jember pada tanggal 24 Juli 2018. Hasil dari wawancara mendalam dengan
empat partisipan penelitian mantan narapidana
HASIL wanita di Kabupaten Jember terbagi dalam enam
tema.
5 of 9 WArdhatul Asfiah, et al

Tema Kategori Tema 1: Memaknai Pengalaman


Memaknai pengalaman Dasar keinginan 5. Kategori dasar keinginan berperilaku lebih
berperilaku lebih baik baik.
Keluarga adalah hal Pasca dilakukan pembinaaan di lapas partisipan
yang berharga dalam penelitian ini mengungkapkan adanya
Perbuatan yang harus keinginan untuk berperilaku lebih baik untuk masa
disesali depan.
Respon terhadap Merasa galau “...ya saya harus menjadi pribadi yang
labeling “mantan napi” Menyalahkan lebih baik kedepannya...”(P.02, P.04)
Kompromi dengan “...nggak mau jualan kayak gitu lagi..”
labeling dengan orang (P.01, P.02, P.03, P.04)
lain “...setelah keluar..saya sama suami jalan
Ikhlas berdua...itu menjadi lambangnya kita
Respon emosi pasca Merasa senang untuk memulai dari nol mulai dari bawah
pembebasan Merasa khawatir lagi...” (tertawa) (P.01)
Merasakan dukungan Dukungan keluarga “..karena saya mendapatkan hikmahnya
sosial Dukungan tetangga mendapatkan hal psotifnya...” (P.01)
Dukungan teman 6. Kategori keluarga adalah hal yang
Penyesuaian diri Bertahap menyesuaikan berharaga.
terhadap lingkungan diri dengan orang lain Pasca dilakukan pembinaan di lapas, mantan
Bertahap menyesuaikan narapidana wanita mengungkapkan bahwa
diri terhadap penilaian keluarga adalah hal yang berharga.
pada diri sendiri “...seneng yang jelas ya...ternyata
Berperan kembali di Mengurus anggota keluarga peduli sama saya....” (P.02, P.04)
lingkungan sosial keluarga
“...saya dateng ke rumah pertama kali
Mencari nafkah
makanan yang saya suka sudah ada di
keluarga
meja makan...ada acara syukuran di
Mengikuti kegiatan
rumah...pengajian itu...” (P.03)
masyarakat
“...akhirnya bisa berkumpul lagi dengan
Tabel 1. Tabel Analisis Data keluarga...” (P.01)
7. Kategori perbuatan yang harus disesali.
Pasca dilakukan pembinaan di lapas, mantan
narapidana wanita merasakan perbuatan
kriminalitas yang harus disesali.
“...jangan sampai kesalahan yang
kemarin terulang lagi, saya sangat
menyesal mbak....” (P.02)
“...saya berjanji pada diri saya sendiri
saya nggak mau melakukan hal-hal itu
lagi, apalagi sudah tahu bagaimana
rasanya di lapas....” (P.03)
“...keluar dari lapas...liat jalan udah
asing...bener-bener kayak diasingkan
nggak tahu jalan, denger aja nggak....”
(P.03)
Tema 2: Respon Terhadap Labeling “Mantan
Napi”
1. Kategori merasa galau.
Pasca melakukan pembinaan di lapas mantan
narapidana wanita mengungkapakan perasaannya
yang galau.
“...ya awalnya sedih....” (P.04)
6 of 9 Wardhatul Asfuah, at al

“...bingung gitu rasanya...sempet punya juga...”oh ternyata mereka masih peduli”


rencana ke Bali” (P.03) (P.03)
2. Kategori menyalahkan. “...pas sudah keluar dari lapas saya
Mantan narapidana setelah dilakukan pembinaan lumayan gemuk, soalnya kan makan ya
di lapas, sering menyalahkan institusi, dan orang- dijaga, sudah nggak kepikiran lagi ...”
orang sekitar. (P.04)
“...penginnya pemerintah menghapuskan 2. Kategori merasa khawatir
adanya peraturan SKCK, soalnya itu Pasca pembinaan di lapas selesai, mantan
rasanya kayak membeda-bedakan narapidana wanita merasa khawatir akan masa
begitu...” (P.03) depannya.
“...terus nggak ada lagi lapor-lapor “...harus berjuang lagi berbaur sama
nggak jelas, nggak pengin ada polisipolisi orang-orang yang mungkin memandang
kesini lagi...” (P.03) sebelah mata saya....” (P.04)
“...keluarga dan lingkungan disini “...selama keluar dari lapas cari kerja itu
mungkin masih belum menerima jadi kita susah yang diminta kan SKCK...baru bisa
dibawa keluar kota...mau kerja dimana- bikin SKCK itu mungkin ya keluar dari
mana susah karena kita kesusahannya di lapas paling nggak itu ya 2 tahun katanya
SKCK...” (P.01) orang-orang sih...belum nyoba” (P.03)
3. Kategori kompromi dengan labeling dari Tema 4: Merasakan Dukungan Sosial
orang lain. 1. Kategori dukungan keluarga.
Pasca pembinaan di lapas, mantan narapidana Hasil dari wawancara pada penelitian ini mantan
wanita sudah mulai menerima labeling dari orang narapidana wanita mengungkapkan adanya
lain. dukungan keluarga.
“...ya wis biasa gimana sih mantan napi “...karena support dari suami saya, orang
dicap-nya ya gitu wis...wis orang mau tua saya membuat saya berpikir “saya
ngomong apa ya saya cuek...” (P.01, P.02, harus tetep bangkit...” (P.04)
P.03) “...nasihat-nasihat seperti itu...”jangan
“...gak ada yang perlu saya kesalkan jual-jual seperti itu lagi, kalau nggak tahu
dengan mereka yang bereaksi tidak baik tanya...” (P.02)
atau menghujat saya...karena saya positif “...ya dari lapas kan diajari laundry,
kok...karena itu sudah diatur sama punya modal sedikit saya buka laundy-an
Allah...” (P.01) kecil-kecilan buat sampingan rumah..”
4. Kategori Ikhlas (P.02)
Pasca pembinaan di lapas, mantan narapidana “...pas ultah itu aja ibu cuma
wanita sudah mualai ikhlas menerima keadaan bilang...”dihapus ya jangan diulangi
dirinya. lagi” (P.03)
“...saya menerima legowo..” (P.04) “....mama sama papa sudah ada di depan
“...ya harus bersabar...yaitu butuh waktu rumah sudah menyambut kita...”(P.01)
saja” (P.01)
“...papa berusaha keras..untuk
Tema 3: Respon Emosi Pembebasan
mensupport kita berkorban tenaga dan
1. Kategori merasa senang waktu..dari materi dan moral untuk kita
Pasca pembinaan di lapas selesai, mantan mau berkerja lagi...” (P.01)
narapidana wanita mengungkapkan bahwa merasa
2. Kategori dukungan tetangga.
senang.
Hasil dari wawancara peneliti pada partisipan,
“...udah nggak stress lagi, udah lega partisipan mengungkapan adanya dukungan dari
(tertawa)....” (P.04, P.03) tetangga.
“...seneng” (P.01) “...terus dipeluk sama tetangga sambil
“...Masuk rumah teman-teman juga udah nangis-nangis...” (P.03)
pada nangis akhirnya ikut nangis
7 of 9 WArdhatul Asfiah, et al

“...masih aktif...seperti kayak pengajian, mulai berusaha percaya lagi, mereka


kalau arisan di kampung itu juga ada menganggap yang berlalu biarlah
namanya PKK kayak gitu..” (P.04) berlalu..” (P.01)
“...pas ultah...”dihapus ya jangan Tema 6: Berperan kembali di lingkungan sosial.
diulangi lagi” rata-rata tetangga juga 1. Kategori merngurus anggota kelurga
bilang begitu” (P.03) Hasil dari wawancara pada partisipan. Partisipan
3. Kategori dukungan teman. mengungkapkan identitasnya mengurus anggota
Hasil dari wawancara, pasca melakukan keluarga.
pembinaan di lapas mantan narapidana tetap “...ya saya tetep jadi ibu rumah
mendapatkan dukungan dari teman. tangga...mengurus suami dan orang
“...teman yang awalnya kerja di cafe itu tua...terus ya melakukan kegiatan seperti
sudah lama kenal...jadi disuruh kerja biasa sebelum saya dilakukan pembinaan
disana juga soalnya....” (P.02) di lapas...” (P.04)
“..nggak pernah ada yang mengungkit- “...fokusnya sekarang cuma ke anak,
ungkit kesalahan yang kemarin...nggak suami, dan orang tua” (P.01)
ada yang bikin tersinggung....” (P.02) 2. Kategori mencari nafkah keluarga.
Tema 5: Menyesuaikan diri terhadap Hasil dari wawancara pada partisipan. Partisipan
lingkungan. mengungkapkan kembali mencari nafkah untuk
1. Kategori bertahap menyesesuaikan diri keluarga.
dengan orang lain di sekitar. “...karena memang saya tulang punggung
Pasca melakukan pembinaan di lapas, mantan keluarga...jadi mau nggak mau saya harus
narapidana wanita mengungkapkan adanya bekerja sendiri...” (P.02)
tahapan untuk menyesuaikan diri dengan orang “...Bekerja di ...kafe...” (P.03)
lain.
“ya dari lapas kan diajari laundry, punya
“...awalnya (keluar dari lapas)...merasa modal sedikit saya buka laundyan kecil-
kurang PD (percaya diri), merasa malu, kecilan buat sampingan rumah...” (P.04)
merasa minder...” (P.04)
3. Kategori mengikuti kegiatan di
“...pikiranku salah selama ini, ...punya masyarakat.
pikiran diasingkan lah dikucilkan tapi Mantan narapidana wanita setelah dilakukan
ternyata nggak...” (P.03) pembinaan di lapas, tetap mengikuti kegiatan di
“...tapi namanya mengembalikan masyarakat.
kepercayaan itu kan sulit ya..mereka “...masih aktif...seperti kayak pengajian,
mulai berusaha percaya lagi, mereka kalau arisan di kampung itu juga ada
menganggap yang berlalu biarlah namanya PKK kayak gitu...” (P.04)
berlalu..” (P.01)
“...cuma saya gak hobi kumpul-kumpul
2. Kategori bertahap menyesuaikan diri jadi kalo sosialisasi ya sekedar
terhadap penilaian pada diri sendiri. bersosialisasi aja....” (P.01)
Pasca melakukan pembinaan di lapas, mantan
narapidana wanita mengungkapkan adanya “....kegiatan karang taruna, saya
tahapan untuk menyesuaikan diri terhadap pembinanya...kayak kegiatan-kegiatan 17
penilaian diri agustusan itu saya aktif dijadikan
panitianya....” (P.02)
sendiri.
“...awalnya (keluar dari lapas)...merasa
kurang PD (percaya diri), merasa malu, PEMBAHASAN
merasa minder...” (P.04)
“...pikiranku salah selama ini, ..punya Gmbaran Ideal Diri Mantan Narapidana
pikiran diasingkan lah dikucilkan tapi Wanita.
ternyata nggak…” (P.03) Ideal diri mantan narapidana wanita pada
“...tapi namanya mengembalikan penelitian ini diungkapkan sebagai suatu harapan
kepercayaan itu kan sulit ya..mereka yang ingin dicapai. Penelitian ini ideal diri pada
8 of 9 Wardhatul Asfuah, at al

mantan narapidana dengan tema memiliki harapan Penelitian ini mengungkapkan tentang gambaran
untuk diri sendiri dan orang lain. Mantan harga diri mantan narapidana. Harga diri pada
narapidana memiliki harapan untuk dapat kembali mantan narapidana wanita terdiri dari dua tema
di tengah-tengah masyarakat dan menjalani yaitu respon emosi pasca pembebasan dan
kehidupan yang lebih baik. Kemampuan untuk merasakan dukungan sosial. Respon emosi yang
membentuk masa depan dimiliki oleh semua dirasakan partisipan yaitu merasa senang dan
orang. Setiap orang pasti menginginkan suatu merasa khawatir. Pasca melakukan pembinaan di
perubahan di masa depannya yang lebih baik. lapas respon partisipan merasa senang sudah tidak
Penelitian ini selaras dengan Douglas daan merasakan stress. Tiga dari empat partisipan dalam
Vincent (dalam Sari, 2019) harapan erat kaitannya penelitian ini mengungkapkan perasaan senang
dalam banyak hal, seperti kebahagiaan, setelah melakukan pembinaan di lapas.
kepercayaan diri dan energi untuk bertindak Partisipan pada penelitian ini merasa
positif. Narapidana juga mempunyai harapan dan khawatir karena mantan narapidana menganggap
optimisme dalam mengurangi perilaku kejahatan masyarakat dan orang-orang disekitarnya
dimasa yang akan datang. Ardilla dan Herdiana memandang sebelah mata dan merasa keseulitan
(2013) juga mengatakan bahwa narapidana wanita untuk mendapatkan pekerjaan. Kesulitan
mempunyai pengharapan yang realistis. partisipan untuk mendapatkan pekerjaan karena
Pengaharapan yang realistis menyebabkan adanya surat keterangan catatan kelakuan baik
individu lebih mudah menerima keadan dirinya (SKCK). Partisipan menganggap adanya
dan mampu menghadapi kenyataan daripada hanya ketidakadilan yang dialami, dalam konteks ini
menyerah pada pengunduran diri atau tidak adanya peraturan negara secara jelas sudah membatasi
harapan. setiap mantan narapidana untuk bekerja di sektor
Ideal diri adalah persepsi seseorang formal. Partisipan juga mengungkapakan adanya
tentang bagaimana berperilaku berdasarkan suatu cap atau labelling yang dilakukan
standar pribadi tertentu, standar ini masyarakat oleh mantan narapidana.
menggambarkan tipe seseorang yang diinginkan, Penelitian ini selaras dengan penelitian
tujuan, atau nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal yang dilakukan oleh Muyassaroh (2014) yang
diri biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor, menyatakan bahwa setelah pemerintah membuat
seseorang cenderung menetapkan tujuan dalam peraturan tersebut banyak perusahaan yang
rentang yang ditentukan oleh kemampuan pribadi. akhirnya mengikuti syarat tersebut. Perusahaan
Ideal diri juga dipengaruhi oleh faktor budaya, swasta banyak juga yang meminta adanya SKCK
dengan membandingkan standart diri sendiri sebagai salah satu syarat untuk calon
dengan standart orang lain. Faktor-faktor lain yang karyawannya, menyebabkan semakin berkurang
juga dapat mempengaruhi yaitu ambisi dan kesempatan bagi mantan narapidana untuk
keinginan untuk menjadi nomer satu dan sukses, mendapatkan pekerjaan yang layak. Adanya
kebutuhan untuk bersikap realistis, keinginan SKCK membuat bahwa label atau cap yang
untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan diberikan pemerintah kepada pelaku kejahatan
rendah hati (Stuart, 2013). atau mantan napi cenderung tidak layak untuk
Setiap orang pada dasarnya mempunyai berada di pemerintahan dan tidak dapat dipercaya
harapan-harapan tentang perkembangannya untuk bertanggung jawab dalam melakukan
dimasa depan, begitu juga dengan mantan pekerjaan di instansi tertentu.
narapidana. Masa lalu yang kelam telah menjadi Pasca pembinaan di lapas mantan
sejarah. Masa lalu memberikan banyak pelajaran narapidana mendapatkan beberbagai dukungan
tentang suatu hal, sedangkan masa depan masih dari lingkungan sekitar. Dukungan sosial yang di
belum bisa dipastikan. Masa lalu adalah peta bagi dapatkan oleh mantan narapidana banyak didapat
seseorang dari mana individu tersebut dan masa dari keluarga. Empat partisipan dalam penelitian
depan merupakan wilayah tentang akan kemana ini mengungkapkan adanya dukungan keluarga.
individu tersebut. Pada penelelitian ini mantan Dukungan sosial mantan narapidana
narapidana mengungkapkan harapan dan ternyata tidak hanya di dapatkan dari keluarga,
tujuannya masing-masing. partisipan ketiga pada penelitian ini menyebutkan
Gambaran Harga Diri Mantan Narapidana bahwa dukungan tidak hanya berasal dari keluarga
Wanita tetapi dukungan yang didapat juga berasal dari
teman dan tetangganya. Dukungan tersebut berupa
9 of 9 WArdhatul Asfiah, et al

diterimanya kembali mantan narapidana ditengah- ketiga tidak mengungkapkan perannya dalam
tengah masyarakat. Sambutan yang diberikan oleh keluarga.
tetangga dan teman-teman partisipan pada saat Partisipan kedua mengungkapkan tidak
setelah dilakukan pembinaan di lapas. banyak berubah dari perannya dalam masyarakat
Amelia (2010) mengatakan bahwa pada saat sebelum dilakukan pembinaan di lapas
narapidana sangat perlu mendapatkan dukungan dan sesudah pembinaan di lapas. Partisipan kedua
sosial dalam bentuk perhatian emosional, bantuan masih berperan aktif dalam kegiatan
instrumental, mendapatkan informasi, dan bermasyarakat yaitu masih menjadi pembina
memperoleh penilaian positif, sehingga pada saat dalam karang taruna, dan masih aktif menjadi
keluar dari lapas narapidana tidak mengalami panitia dalam acara 17 agustus. Pada partisipan
kesulitan saat berinteraksi kembali dengan keempat juga tidak berbeda jauh dengan partisipan
masyarakat. Harga diri merupakan penilaian kedua, partisipan keempat juga mengungkapkan
pribadi seseorang, berdasarkan seberapa baik masih aktif dalam kegiatan bermasyarakat yaitu
perilaku yang cocok dengan ideal diri. Harga diri mengikuti pengajian dan arisan pkk. Partisipan
merupakan fungsi pertama dari rasa dicintai dan pertama mengungkapkan bahwa, partisipan tidak
mendapatkan rasa hormat dari orang lain (Stuart, suka berkumpul dengan masyarakat dan kegiatan-
2013). Menurut Santrock (dalam Sovitriana & kegiatan yang ada di masyarakat. Partisipan
Sari, 2012) harga diri merupakan evaluasi individu pertama hanya bertegur sapa dengan warga sekitar.
terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Penelitian ini didukung oleh penelitian
Evaluasi menilai dirinya sendiri dan diakui atau yang dilakukan Lestari, Budimansyah, Wilodati
tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang (2016) memiliki kehidupan harmonis dan
diperolehnya. Penilaian tersebut terlihat dari berhubungan baik dengan masyarakat adalah
penghargaan mereka terhap keberadaan dan dambaan bagi setiap orang terutama mantan
keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga narapidana. Menjalankan peran erat kaitannya
diri positif akan menerima dan menghargai dengan interaksi sosial. Interaksi sosial yang baik
dirinya sendiri apa adanya. akan membentuk konsep diri yang positif bagi
Dukungan keluarga bagi narapidana individu.
adalah hal yang sangat penting, hal tersebut sejalan Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa
dengan kodratnya sebagai makhluk sosial peran mencangkup harapan atau standar yang
Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan
membuat partisipan merasa dicintai dan diterima budaya. Perilaku didasarkan pada pola yang
kembali setelah dilakukan pembinaan di lapas. ditetapkan melalui sosialisasi. Peran dan identitas
Proses stigma suatu ketidakadilan yang dialami mantan narapidana wanita pada penelitian ini
oleh partisipan tidak hanya pada saat dilakukan tergolong positif. Peran dan identitas mantan
pembinaan di lapas tetapi juga pada saat sudah narapidana wanita yang dijalankan oleh partisipan
dilakukan pembinaan di lapas. Kondisi pada penelitian ini tidak banyak berubah sebelum
ketidakadilan tersebut muncul karena efek dari maupun setelah melakukan pembinaan di lapas.
tindak kriminal yang dilakukan oleh partisipan.
Gambaran Identitas dan Peran pada Mantan
Narapidana Wanita SIMPULAN
Empat partisipan dalam penelitian ini
mengungkapkan perannya dalam keluarga tidak Gambaran konsep diri mantan narapidana
banyak berubah. Partisipan pertama dan keempat wanita di wilayah Kabupaten Jember adalah
mengungkapan bahwa sebelum dan sesudah sebagai berikut:
melakukan pembinaan di lapas perannya tetap
merawat keluarga, seperti menjemput anak sekolah
merawat suami dan orang tua dirumah. Partisipan
kedua dan ketiga menungkapkan bahwa sebelum
dan sesudah melakukan pembinaan di lapas tidak
ada yang berubah dari perannya sebagai pencari
nafkah keluarga. Partisipan kedua bercerita
semenjak suaminya sakit, partisipan kedua sudah
menjadi tulang punggung keluarga. Partisipan
10 of 9 Wardhatul Asfuah, at al

4. Mantan narapidana wanita dalam Moleong, L.J. (2012). Metodologi Penelitian


mengungkapkan ideal diri terdapat tema, memiliki Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT
harapan untuk masa depan. Remaja Rosdakarya Bandung.
5. Mantan narapidana wanita dalam Muyassaroh. (2013). Dampak Labelling pada
mengungkapkan harga diri tinggi Mantan Napi: Pengangguran atau
6. Mantan narapidana wanita dalam Pencuri. Surabaya
mengungkapkan identitas dan peran setelah Ndoen, L.F. (2009). Pengungkapan Diri pada
melakukan pembinaan di lapas. Mantan Narapidana. Universitas
Berdasarkan penelitian yang telah Gunadarma.
dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan
Polit, D. F. & C.T. Beck. 2003. Nursing Research
bahwa konsep diri mantan narapidana wanita
Principles and Methode. Edisi 7th.
tergolong positif, karena mantan narapidana
Philadelphia: Lippicott Wiliams &
wanita mengungkapkan ideal diri, harga diri,
Wilkins.
identitas dan peran yang positif setelah dilakukan
pembinaan di lapas walaupun pada penelitian ini Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental
peneliti tidak menemukan gambaran citra tubuh Keperawatan Kosep, Proses, dan Praktik.
mantan narapidana wanita. Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Rohman, F. (2015). Optimisme Masa Depan
Narapidana.Universitas Muhammadiyah
REFRENSI
Surakarta. Surakarta.
Salim, S.U., Komariah, M., & Fitria, N. (2016).
Amelia, K.R. (2010). Hubungan Dukungan Sosial Gambaran Faktoe yang Mempengaruhi
dengan Kecemasan Menghadapi Masa Kecemasan WBP Menjelang Bebas Di
Pembebasan pada Narapidana di LP Wanita Kelas IIA Bandung. Bandung.
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Universitas Padjajaran.
Pekanbaru. Riau.
Sari, L.L., Nuqul, F.L. 2019. Pengaruh Harapan
Ardila, D.W. (2015). Pola Interaksi Sosial Mantan Terhadap Kecenderungan Residivis pada
Narapidana dengan Lingkungan Narapidana. Malang. Universitas Islam
Masyrakat di Kelurahan Prawirodirjo, Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Kecamatan
Silviana, C.R. (2013). Gambaran Konsep Diri
Gondomanan.Yogyakarta.UIN Sunan
Narapidana Wanita Di Cabang Rumah
Kalijaga
Tahanan Lhoknga Aceh Besar. Banda
Ardilla, F., & Herdiana, I. (2013). Penerimaan Aceh. Universitas Syah Kuala.
Diri pada Narapidana Wanita. Surabaya.
Sovitriana, R & Sari, T.S. (2012). Studi Kasus
Universitas Airlangga Surabaya.
Kepercayaan Diri dan Harga Diri pada
Collier, S. & Friedmen, S.H. (2016). Mental Wanita Tuna Susila di Jakarta.
Illness Among Women Referred for Universitas Persada Indonesia. Jakarta.
Psychiatric Services in a New Zealand
Stuart, G.W. (2013). Prinsip dan Praktik
Women’s Prison. Behav. Sci. Law 34:
Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
539–55
Elsevier
Lestari, W., Budimansyah., & Wilodati. (2016).
Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kuaitatif.
Hubungan Antara Kecerdasan
Bandung: Alfabeta.
Emosional dengan Konsep Diri pada
Narapidana yang Terlibat Varcarolis, E., Halter, M., & Shoemaker, N. 2011.
Penyalahgunaan Napza di Lembaga Manual of psychiatric nursing care
Pemasyarakatan Pekanbaru. Pekanbaru. planning. United States of America:
Elsevier.
Maulana & Imron. (2014). Paradigma; Konstruksi
masyarakat Terhadap Mantan Windistiar, D.E. 2016. Hubungan Dukungan
Narapidana. Surabaya. Universitas Sosial Dengan Tingkat Stress Pada
Negeri Surabaya. Narapida Wanita. Malang. Universitas
Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai