Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum untuk sekarang ini masih memegang peran penting dalam
suatu pendidikan sebab sebagai penentuan arah isi dan proses pendidikan yang
menentukan kualitas lulusan kelak. Dari taun ketahun kurikulum mengalami
perubahan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bukan karena pergantian menteri yang selama ini
difikirkan oleh masyarakat. Perkembangan kurikulum dipengaruhi juga oleh
perkembangan teori dan praktek pendidikan serta variasi aliran-aliran atau teori
pendidikan yang dianut pada masanya.
Belakangan ini santer terdengar mengenai kurikulum 2013. Respon
berupa perubahan kurikulum merupakan langkah strategis yang dapat
ditempuh pemerintah sebagai pengemban amanat undang-undang.
Perubahan kurikulum 2013 yang sempat menimbulkan polemik pro dan kontra
membuat bingung guru-guru sekolah karena wacana perubahan kurikulum
tersebut belum terealisasikan secara jelas. Apalagi dalam perubahan kurikulum
tersebut, ada perampingan atau penggabungan beberapa mata pelajaran dalam
satu tema yang sering kita sebut sebagai model pembelajaran Tematik.
Mutu pendidikan merupakan masalah klasik yang senantiasa
diupayakan peningkatannya oleh pemerintah. Pengendalian mutu pendidikan
pada hakikatnya adalah pengendalian mutu sumber daya manusia yang berada
dalam sistem tersebut. Untuk mengetahui pengendalian ini dibutuhkan
informasi tentang keadaan peserta didik apakah ada perubahan, apakah guru
berfungsi, apakah sekolah mendukung pelaksanaan program-program
pendidikan sehingga hasilnya dapat dicapai secara optimal. Salah satu teknik
pengendalian mutu tersebut dapat diperoleh melalui evaluasi (evaluation),
penilaian (assesment), pengujian (testing), dan pengukura (measureement)
pendidikan yang valid, kredibel, komparabel, dan dilakukan secara profesional
serta independen.

1
Penilaian seperti ini diharapkan sebagai instrumen penjaminan mutu,
pengendalian mtu, dan perbaikan. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan untuk memeroleh data dan informasi
tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian juga digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi tentang kekuatan dan kelemahan dalam
proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan
keputusan dan perbaikan proses pembelajaran.
Untuk itu makalah ini kami sajikan dengan berbagai pengertian dan
penjelasan mengenai hal tersebut agar dapat mengatasi masalah-masalah yang
dialami para pendidik pada periode saat ini.
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana yang dimaksud dengan pembelajaran Tematik dan penilaian
pembelajaran tematik?
2 Bagaimana konsep pembelajaran Tematik?
3 Bagaimana karakteristik pembelajaran Tematik?
4 Apa Langkah-langkah pengembangan instrument penilaian dalam
pembelajaran tematik?
C. Tujuan
1 Mengetahui maksud dari pembelajaran Tematik dan penilaian
pembelajaran tematik.
2 Mengetahui konsep pembelajaran Tematik.
3 Mengetahui karakteristik pembelajaran Tematik.
4 Mengetahui Langkah-langkah pengembangan instrument penilaian dalam
pembelajaran tematik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Tematik dan Penilaian Tematik
Pembelajaran tematik terpadu dijadikan sebagai pendekatan kurikulum
2013 SD/MI. Pembelajaran tematik terpadu digunakan dari kelas I sampai
kelas VI. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran
yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran
kedalam berbagai tema.
Kata pembelajaran sendiri memiliki makna sebagai proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Untuk kata tematik berasal dari kata tema yang bermakna gagasan
pokok yang menjadi pembicaraan. Sedangkan terpadu memiliki arti
penyatuaan beberapa hal sehingga menjadikan satu kesatuan yang bermakna
khususnya dalam hal ini ialah penyatuan mata pelajaran. Sehingga kegiatan
pembelajaran tematik terpadu manyatukan materi dari dilakukannya
pengemasan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian,
pelaksanaan belajar mengajarnya dengan cara pemberian materi dari beberapa
mata pelajaran sekaligus.
Dalam pembelajaran tematik terpadu, tema yang dipilih berkenaan
dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya
merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn,
Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari IPA dan
IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting
sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya.
Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak
untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan
VI sudah mulai mampu berpikir abstrak.
Pengertian Penilaian Penilaian adalah proses yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam

3
proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
peserta didik.
1. Sedangkan menurut pengertian lain penilaian adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik. Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan data hasil
belajar peserta didik untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran
tercapai. Penilaian dalam pembelajaran terpadu menggunakan authentic
assessment. Karena pembelajaran tematik pada dasarnya adalah
pembelajaran terpadu maka evaluasinya juga menggunakan authentic
assessment. Penilaian otentik (authentic assesment) adalah suatu proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan
hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip- prinsip penilaian,
pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten
sebagai akuntabilitas publik.
2. Satuan pendidikan melaksanakan penilaian hasil belajar sesuai
perencanaan penilaian. Pelaksanaan penilaian oleh satuan pendidikan
meliputi kegiatan antara lain: penyiapan perangkat penilaian, sarana,
administrasi, tempat, sumber daya manusia, dan proses pelaksanaan
penilaian.
B. Konsep Pembelajaran Tematik
Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari dua tokoh
pendidikan yakni jacob (1989) dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan
fagory (1991) dengan konsep pembelajaran terpadu.
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik baik dalam intramata
pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta
didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.
Bermakna artinya bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan
dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman

4
langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra maupun
dalam mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional,
pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta
didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik aktif terlibat dalam
proses pembelajaran untuk pembutan keputusan.
BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik
menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk
itu, pendidik dituntut mampu merancang dan melaksanakan pengalaman
belajar dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan
kecakapan agar dapt hidup di masyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh
melalui pengalaman belajar disekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar
disekolah sedapat mungkin memberikan bekal pada peserta didik dalam
mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan
hidup yang cakupannya lebih luas dibandingkan dengan keterampilan.
Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik
integratif dari kelas I sampai kelas VI.
Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran kedalam
berbagi tema. Kata tema berasal dari kata yunani tithenai, yang berati
“menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami
perkembangan sehingga kata tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti
katanya ,tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah
ditempatkan” (Gorys keraf, 2001: 107).
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek
proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi
pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran.
Pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai berikut:

5
1 Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang
digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang
berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi
lainnya.
2 Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang
studi yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang
kemampuan dan perkembangan anak.
3 Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak
secara simultan.
4 Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda
dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.
Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai
contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, kimia, biologi, dan
matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain.
Seperti IPS, bahasa, agama, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan
keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan
yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam
proses pembelajaran.
Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaraan
yang memfasilitasi peserta didik untuk produktif menjawab pertanyaan yang
dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan
secara alamiah tentang dunia disekitar mereka.
C. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Suatu pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran tematik
terpadu apabila memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik
tersebut menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 91) adalah
(a) berpusat pada siswa.
(b) memberikan pengalaman langsung.
(c) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

6
(d) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.
(e) bersifat fleksibel.
(f) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan bahwa pembelajaran
tematik sebagai bagian dari pembelajaran terpadu memiliki beberapa
karakteristik atau ciri-ciri, yaitu:
a Berkesinambungan yaitu penilaian yang dilakukan secara terus menerus
dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil
belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
terus menerus dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian.
b holistic yaitu kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
c Otentik yaitu Memandang penilaian dan pembelajaran sebagai dua hal
yang saling berkaitan. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah
dunia nyata, bukan dunia sekolah.
d Belajar Tuntas yaitu tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan substansi dan
ketuntasan belajar dalam kurun waktu belajar.
D. Langkah-langkah Pengembangan Instrument Penilaian dalam
Pembelajaran Tematik.
1. Prosedur Penilaian
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan proses penilain hasil belajar, yaitu:
a. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.
b. Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan
silabus mata pelajaran.
c. Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun non tes, yang cocok
digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar
dalam tujuan pembelajaran.
d. Menggunakan hsil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilain
tersebut, yakni untuk kepentingan pendiskripsian kemampuan siswa-
siswi, kepentingan perbaikan pengajaran. Kepentingan bimbingan

7
belajar, maupun kepentingan laporan pertanggung jawaban
pendidikan ( Sudjana, 2008).
2. Pengembangan Tehnik Instrument Penilaian
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta
didik dapat dilakukan dengan beragam tehnik, baik berhubungan dengan
proses belajar maupun hasil belajar. Tehnik pengumpulan informasi
tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta
didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Penilaian suatu kompetensi belajar dilakukan berdasarkan indicator-
indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
a. Penilaian tes tertulis
Tes tertulis merupakan tes dimana soal da jawaban yang diberikan
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta
didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi
dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar dan lain sebagainya. Ada dua bentuk soal tes tertulis,
yaitu: (Sukarji, 2007).
1) Soal dengan memilih jawaban
 Pilihan ganda,
 Dua pilihan (benar-salah, ya/tidak)
 Menjodohkan
2) Soal dengan mensuplay jawaban
 Isian singkat atau melengkapi
 Uraian terbatas
 Uraian obyektif/non obyektif
 Uraian terstruktur/non terstruktur
b. Penilaian unjuk kerja
Merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut

8
peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di
laboratorium, praktek sholat, praktek olah raga, bermain peran,
memainkan alat music, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, dan lai-
lain.
Ada beberapa cara dalam pengembangan alat penilaian unjuk kerja,
antara lain:
a Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul
atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub
indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau
tindakan. Caranya dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak)
atau penggunaan tanda centang (v). (Sukarji,2007).
b Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative
records). Digunakan dengan cara guru menulis
laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-
masing peserta didik selama
melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat mene
ntukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang
ditetapkan.
c Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan
menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya:
5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 =
kurang sekali.
d Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh g
uru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan
sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan
informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta
didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada
manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata pembelajaran sendiri memiliki makna sebagai proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Untuk kata tematik berasal dari kata tema yang bermakna gagasan
pokok yang menjadi pembicaraan. Sedangkan terpadu memiliki arti
penyatuaan beberapa hal sehingga menjadikan satu kesatuan yang bermakna
khususnya dalam hal ini ialah penyatuan mata pelajaran. Sehingga kegiatan
pembelajaran tematik terpadu manyatukan materi dari dilakukannya
pengemasan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian,
pelaksanaan belajar mengajarnya dengan cara pemberian materi dari beberapa
mata pelajaran sekaligus.
Sedangkan menurut pengertian lain penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik.
Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari dua tokoh
pendidikan yakni jacob (1989) dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan
fagory (1991) dengan konsep pembelajaran terpadu.
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik baik dalam intramata
pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta
didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.
Suatu pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran tematik
terpadu apabila memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik
tersebut menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 91) adalah
(a) berpusat pada siswa.
(b) memberikan pengalaman langsung.
(c) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
(d) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

10
(e) bersifat fleksibel.
(f) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan proses penilain hasil belajar, yaitu:
a. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.
b. Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus
mata pelajaran.
c. Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun non tes, yang cocok
digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam
tujuan pembelajaran.
d. Menggunakan hsil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilain tersebut,
yakni untuk kepentingan pendiskripsian kemampuan siswa-siswi,
kepentingan perbaikan pengajaran. Kepentingan bimbingan belajar,
maupun kepentingan laporan pertanggung jawaban pendidikan ( Sudjana,
2008).

11
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. 2009. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya
Muslich, Masnur. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual.
2009. Jakarta. Bumi Aksara
Sukarji. Buku Ajar: Perencanaan Pembelajaran. 2007. Tulungagung. Sekolah
Tinggi Agama Islam Tulungagung
Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT
Prestasi Pustakaraya.

12

Anda mungkin juga menyukai