“KASUS TENGGELAM”
Oleh:
Periode : 30 Desember 2019 – 9 Februari 2020
1. Rifqi Rahadian 142011101095
2. Sri Weli Teguh Pujo S 142011101038
3. Brilliant Givya A 142011101013
4. Indah Amin Sugiharti 142011101002
5. Khana Nurfadhila 142011101034
6. Hilda Nur Achfidawati 142011101012
7. Ryan Ravi Is Syahputra 142011101045
Pembimbing :
dr. Nily Sulistyorini Sp.F
Hari :
Tanggal :
Tempat : Departemen/Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK
Unair RSUD dr. Soetomo Surabaya
Penyusun : DM Universitas Jember Kelompok I
(Periode 30 Desember 2019 – 9 Februari 2020)
1. Rifqi Rahadian 142011101095
2. Sri Weli Teguh Pujo S 142011101038
3. Brilliant Givya A 142011101013
4. Indah Amin Sugiharti 142011101002
5. Khana Nurfadhila 142011101034
6. Hilda Nur Achfidawati 142011101012
7. Ryan Ravi Is Syahputra 142011101045
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
4
3. Mengetahui bagaimana diagnosis pada korban tenggelam.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Memberikan pengembangan terhadap studi kedokteran tentang kasus
tenggelam. Sebagai dokter umum dapat menjadi tambahan pengetahuan forensik
mengenai kasus tenggelam, yang berguna dalam praktik sehari-hari.
5
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA
Busa pada lubang hidung dan mulut terdiri dari campuran cairan paru-paru
dan mukus di tingkat trakea dan bronkus. Busa ini muncul saat lubang pernapasan
diangkat dari permukaan air sehingga timbul gas dari fenomena pembusukan yang
menimbulkan diafragma mendorong gas tersebut ke atas. Hal ini merupakan tanda
dari adanya aktifitas respiratorik.4 Ditemukannya busa pada jalan nafas terkadang
dapat dipertimbangkan sebagai marker dari kasus tenggelam, namun busa pada
jalan nafas juga terdapat pada kasus cairan yang masuk ke paru-paru saat post
mortem.2
Pada tubuh yang tenggelam pada dasar akan menunjukkan pola post mortem
injury yakni abrasi pada bagian belakang kepala, bagian wajah yang menonjol,
bagian anterior tubuh, bagian punggung tangan dan bagian depan tungkai bawah.
Perbedaan luka post mortem dan antemortem pada korban tenggelam sulit
dibedakan mengingat tanda luka antemortem sulit diidentifikasi.5
6
A B
C D
E F
Gambar 3.1 (A) Washer woman hands. (B) gloves fashion. (C) keriput pada kaki.
(D) sloughing pada ujung jari kaki dan pelepasan kuku jari. (E) busa pada lubang
pernapasan. (F) abrasi pada bagian wajah yang menonjol.2
b. Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam dapat ditemukan efusi pleura, edem pulmo, dan
perdarahan pulmo, dilatasi atrium ventrikel kanan jantung, adanya cairan pada
7
sinus, perdarahan pada telinga tengah dan mastoid, cairan pada lambung,
splenomegali, perdarahan jaringan lunak pada leher.2
Drowning index merupakan rasio antara berat paru dibanding berat spleen.
Index ini bermakna apabila kejadian post mortem kasus tenggelam terjadi dalam 2
minggu.2 Nilai stadar drowning index adalah 14.1.4
8
b. Tes biologis
1) Diatom
2) Pemeriksaan mikrobiologis
3) Analisis biokimia
Jumlah strontium di darah dari ventrikel kanan dan kiri adalah analisis
biokimia yang harus disebutkan dari beberapa metode analisis. Perbedaan kadar
antara ventrikel kanan dan kiri adalah >75µg/L merupakan tipikal drowning, jika
konsentrasi <20 µg/L maka merupakan atipikal drowning.4
Analisis biokimia yang lain adalah kadar magnesium dan kalsium. Tingginya
rasio Mg/Ca pada cairan pericardiac menunjukkan tenggelam di air asin. Selain itu,
perbedaan konsentrasi natrium dan chlorine di cairan pleura juga dapat
membedakan tenggelam di air tawar atau air asin. Jika jumlah kadar Na, K, dan Cl
pada cairan pleura <195,9 mEq/L memberi kesan yang kuat bahwa tenggelam di air
tawar, jika >282,7 mEq/L maka memberi kesan bahwa tenggelam di air asin.6
9
Gambar 3.2 algoritma diagnosis kasus tenggelam.4
10
DAFTAR PUSTAKA
11