Anda di halaman 1dari 5

1.

Penatalaksanaan dan terapi gizi pasien Ca


2. Komplikasi dan prognosis
3. Patogenesis kanker

Jawab :

1. TATALAKSANA
Terapi dapat mencakup radiasi, kemoterapi, kombinasi keduanya, dan didukung dengan terapi
simptomatik sesuai dengan gejala.
Radioterapi
Pemberian radioterapi dalam bentuk IMRT lebih terpilih dibandingkan dengan 3D-CRT.
Pedoman pemberian dosis dan perencanaan organ yang berisiko dapat dilihat pada lampiran.
Obat-obatan Simptomatik
Reaksi akut pada mukosa mulut, berupa nyeri untuk mengunyah dan menelan diberikan obat
kumur yang mengandung antiseptik dan astringent, (diberikan 3 – 4 sehari).
Tanda-tanda moniliasis  diberikan antimikotik.
Nyeri menelan  anestesi lokal
Nausea, anoreksia  terapi simptomatik.
Kemoterapi
Kombinasi kemoradiasi sebagai radiosensitizer terutama diberikan pada pasien dengan T2-T4
dan N1-N3. Kemoterapi sebagai radiosensitizer diberikan preparat platinum based 30-40 mg/m2
sebanyak 6 kali, setiap minggu sekali 2,5 sampai 3 jam sebelum dilakukan radiasi. Kemoterapi
kombinasi/dosis penuh dapat diberikan pada N3 > 6 cm sebagai neoadjuvan dan adjuvan setiap 3
minggu sekali, dan dapat juga diberikan pada kasus rekuren/metastatik.
Terapi sistemik pada Karsinoma Nasofaring adalah dengan kemoradiasi dilanjutkan dengan
kemoterapi adjuvant, yaitu Cisplatin + RT diikuti dengan Cisplatin/5-FU atau Carboplatin/5-FU.
Dosis preparat platinum based 30-40 mg/m2 sebanyak 6 kali, setiap seminggu sekali.

Dukungan Nutrisi
Pasien karsinoma nasofaring (KNF) sering mengalami malnutrisi (35%) dan malnutrisi berat
(6,7%). Prevalensi kaheksia pada kanker kepala-leher (termasuk KNF) dapat mencapai 67%.
Malnutrisi dan kaheksia dapat mempengaruhi respons terapi kualitas hidup, dan kesintasan
pasien. Pasien KNF juga sering mengalami efek samping terapi, berupa mukositis, xerostomia,
mual, muntah, diare, disgeusia, dan lain-lain. Berbagai kondisi tersebut dapat meningkatkan
meningkatkan stres metabolisme, sehingga pasien perlu mendapatkan tatalaksana nutrisi secara
optimal. Pada anak dengan karsinoma nasofaring, efek samping yang sering ditimbulkan ialah
kehilangan nafsu makan, perubahan indra perasa, penurunan sistim kekebalan, muntah, diare,
gangguan saluran cerna lainnya seringkali berakibat terhadap jumlah asupan makronutrien dan
mikronutrien yang diperlukan pada anak. Para penyintas perlu mendapatkan edukasi dan terapi
gizi untuk meningkatkan keluaran klinis dan kualitas hidup pasien.
Tatalaksana Nutrisi Umum
Penatalaksanaan nutrisi secara umum terdiri atas:
1. Pemberian nutrisi optimal
2. Pemberian farmakoterapi

Tatalaksana Nutrisi Khusus


Pasien kanker nasofaring dapat mengalami gangguan saluran cerna, berupa mukositis oral, diare,
konstipasi, atau mual-muntah akibat tindakan pembedahan serta kemo- dan /atau radio-terapi.
Tatalaksana khusus pada kondisi tersebut, diberikan sesuai dengan kondisi pasien.

Rekomendasi tingkat A
Penyintas kanker sebaiknya memiliki BB ideal dan menerapkan pola makan yang sehat, tinggi
buah, sayur dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging merah, dan alkohol.
Direkomendasikan untuk mempertahankan atau meningkatkan aktivitas fisik pada pasien
kanker selama dan setelah pengobatan untuk membantu pembentukan massa otot, fungsi fisik
dan metabolisme tubuh (Rekomendasi tingkat A).
Direkomendasikan bagi para penyintas kanker untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai
kemampuan secara teratur dan menghindari sedentary

Edukasi
Hal-hal yang perlu diedukasikan kepada pasien telah dibahas dalam subbab sebelumnya. Berikut
ini adalah rangkuman mengenai hal-hal yang penting untuk diedukasikan kepada pasien.

Topik Edukasi kepada Informasi dan Anjuran


Pasien Kondisi saat Edukasi
1. Radioterapi Efek samping
radiasi akut yang
dapat muncul
(xerostomia, gangguan menelan, nyeri saat
menelan), maupun lanjut (fibrosis, mulut kering,
dsb)
Anjuran untuk selalu menjaga kebersihan
mulut dan perawatan kulit (area radiasi) selama
terapi
2. Kemoterapi Efek samping
kemoterapi yang
mungkin
muncul (mual, muntah, dsb)
3. Nutrisi Edukasi
jumlah nutrisi ,
jenis dan cara
pemberian nutrisi sesuai dengan kebutuhan
4. Metastasis Kemungkinan
fraktur patologis
sehingga pada
pada tulang pasien yang berisiko
diedukasi untuk berhati-
hati saat aktivitas atau mobilisasi.

Sumber : Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 2014. Panduan Penatalaksanaan Kanker


Nasofaring. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

2. Komplikasi saraf kranial pada KNF terbagi menjadi 2. Pada keterlibatan sinus kavernosus,
dapat terjadi lesi nervus kranialis III, IV, V, atau VI.2 Sementara itu, penyebaran pada area
posterior di selubung karotid dapat menyebabkan lesi pada nervus IX, X, dan XI. Lesi nervus
kranialis ditemukan pada 9,4% pasien KNF. Komplikasi neurologis terjadi akibat massa tumor
keluar lewat celah tempat keluar saraf kranial perifer (neural foramina) atau lewat celah lain di
basis kranii. Selain itu, tumor dapat merusak struktur tulang hingga menembus rongga
intrakranial atau orbita.2Erosi tulang dan neural foramina sering ditemukan pada KNF.
Penekanan massa KNF dan KGB kesekitarnya dapat menimbulkan nyeri radikular. KNF memicu
hiperkoagulasi yang dapat menyebabkan stroke-like syndrome berupa defisit neurologis
mendadak; berbeda dengan perjalanan klinis KNF yang umumnya sub-akut atau kronik.
Komplikasi neurologis dapat menjadi penanda perjalanan tumor dan menentukan prognosis.
Prognosis pada pasien keganasan paling sering dinyatakan sebagai kesintasan 5 tahun. Menurut
AJCC tahun 2010, kesintasan relatif 5-tahun pada pasien dengan KNF StadiumI hingga IV
secara berturutan sebesar 72%, 64%, 62%, dan 38%.

Sumber : Anindhita, T., dkk. 2018. Komplikasi Neurologis Pada Karsinoma Nasofaring. eJKI.
Vol. 6(2) : 123-127. Viewed On 11 September 2019. From <http://googlescholar.com>

3. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan karsinoma yang muncul pada daerah nasofaring dan
sering muncul pada fossa rossenmuller. Sel asalnya adalah sel skuamosa epitel nasofaring,
sehingga memiliki gejala klinis seperti epistaksis, sumbatan hidung, tinitus dan lesi nervus
cranial III, IV dan VI. Di Indonesia, KNF terdapat dalam peringkat ke empat angka kematian
tertinggi. KNF dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi EBV karena terdapat molekul antigen
yang membuat transformasi sel epitel sehingga sel berubah menjadi karsinogenesis. Molekul
molekul antigen yang berperan adalah EBNA-1, EBNA-2, LMP-1, LMP-2 dan miRNA.
Berdasarkan patologisnya KNF dibagi menjadi tiga tipe yaitu tipe A, tipe B dan tipe C.
Epstein-Barr Virus adalah penyebab karsinoma nasofaring karena antigen EBNA-1 dan
EBNA-2 membuat sel menjadi tidak mengalami apoptosis dan memodulasi replikasi DNA EBV.
Sedangkan LMP-1 memiliki peran yang lebih kompleks mulai dari menstimulasi proliferasi dan
transformasi sel dengan cara menyerupai sel CD40 dan mengganggu proses sinyal NF-κB pada
sel, lalu memicu migrasi dan invasi. LMP-1 juga berperan dalam modulasi metabolisme sel yang
terinfeksi karena mengubah glut-1 dan juga menstimulasi degradasi HIF1α, sehingga proses
angiogenesis dapat terjadi tanpa ada yang menghambatnya. Sedangkan peran dari LMP-2 dalam
proses pertumbuhan KNF adalah memicu perubahan EBV ke fase laten dan perbanyakan sel
punca tumor. Selain LMP-1 dan LMP-2 terdapat pula varian dari microRNA seperti miR-
BART1 dan miR-BART11 yang memiliki peran dalam memediasi proliferasi sel sehingga
menjadi karsinogenik yang mampu bermetastasis dan juga untuk menimbulkan reaksi inflamasi
pada tumor dan lingkungan sekitarnya.

Sumber : Mukhlis, M., Imanto, M. 2017. Peran Latent Membrane Protein (LMP) dan MicroRNA
dalam Patogenesis Karsinoma Nasofaring yang disebabkan oleh Virus Epstein-Barr. Majority.
Vol. 7(1) : 147-51. Viewed On 11 September 2019. From <http://googlescholar.com>
LEARNING OBJECTIVE
“Bukan Benjolan Leher Biasa”

ANNISA ISTIQAMAH AHMAD


N 101 16 038
KELOMPOK 3

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

Anda mungkin juga menyukai