Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


World Health Organization (WHO), United Nations Children’s Fund
(UNICEF) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes
No.450/Menkes./SK/IV/2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI
eksklusif selama 0 sampai 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan
bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang
optimal, bayi usia 0 sampai 6 bulan pertama harus diberi ASI eksklusif.
Selanjutnya demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu akan mulai memberikan
makanan pendamping ASI dan ASI dapat dilanjutkan hingga bayi berusia
sampai 2 tahun.1
Penelitian Giri et al. menyebutkan bahwa ada kecenderungan ibu yang
memberikan ASI eksklusif, mempunyai balita dengan status gizi lebih baik
daripada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif.2 ASI eksklusif akan
memberikan perlindungan pada bayi dan memperkecil risiko terhadap berbagai
penyakit antara lain diare, ISPA, dan penyakit alergi. ASI eksklusif menjadikan
perkembangan fisik, mental, dan emosional bayi akan lebih optimal. Pemberian
ASI eksklusif pada masa bayi juga terbukti memiliki dampak jangka panjang,
misalnya pada penurunan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung pada
masa dewasa.3
Penelitian Nurmiati menyebutkan bahwa durasi pemberian ASI sangat
mempengaruhi ketahanan hidup bayi di Indonesia. Bayi yang disusui dengan
durasi 6 bulan atau lebih memiliki ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada
bayi yang disusui kurang dari 4 bulan. Bayi yang disusui dengan durasi 4-5
bulan memiliki ketahanan hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang disusui
kurang dari 4 bulan.4
Berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2015 menunjukkan
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan di Indonesia walau sudah
memenuhi target namun masih terhitung rendah yaitu 55,7% dari target 39%.
Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan

1
2

pemberian ASI eksklusif masih relatif rendah.5 Menurut Data SDKI tahun 2012,
persentase bayi yang mendapat ASI ekslusif (untuk umur bayi dibawah 6 bulan)
sebesar 41%, ASI ekslusif pada bayi umur 4 - 5 bulan sebesar 27%, dan yang
melanjutkan menyusui sampai anak umur 2 tahun sebesar 55%.6
Dari hasil kegiatan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS – PK) di RT 26 Kelurahan Rawasari didapatkan bayi berusia 7 – 24 bulan
yang mendapatkan asi eksklusif sebanyak 16 bayi (61,53%) dari 26 bayi,
sedangkan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 10 bayi
(38,46%).. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis mini project berjudul
“Analisis Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) tentang
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di RT 26 Kelurahan Rawasari Kota
Jambi Periode 2018”.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, didapat data cakupan pemberian ASI
eksklusif masih kurang dari 100%, sehingga didapatkan rumusan masalah yang
muncul yaitu apakah penyebab dari rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif di rt 26, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Alam Barajo sehingga
belum memenuhi target yang diinginkan dan bagaimana cara pemecahan
masalahnya?

I.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis serta mengevaluasi penyebab
rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di rt 26 Rawasari sehingga
tidak memenuhi target.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui faktor input, proses, dan lingkungan yang menjadi
penyebab masalah rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di rt 26
Rawasari.
2. Mencari alternatif pemecahan masalah rendahnya cakupan kunjungan
pemberian ASI eksklusif di rt 26 Rawasari.
3

3. Menentukan prioritas pemecahan masalah rendahnya cakupan


pemberian ASI eksklusif di RT 26 Rawasari.

I.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan penulis mengenai pemberian ASI eksklusif.
2. Menambah pengetahuan penulis tentang penyebab dan pemecahan masalah
rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif.
3. Mengevaluasi kinerja petugas Puskesmas maupun petugas kesehatan di rt
26 Rawasari sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan
meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di RT 26 Rawasari
4. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemberian ASI
eksklusif sehingga dapat meningkatkan kesadaran ibu menyusui untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Anda mungkin juga menyukai