Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Proses pembangunan industri menggunakan strategi pembangunan yang

diarahkan untuk membantu proses transformasi dari sektor agraris ke sektor

industri melalui pendekatan pusat pertumbuhan (growth centre), serta

menempatkan industri sebagai leading sector. Dan industri kecil dipandang

mampu menjadi salah satu bagian dari industri yang potensial untuk

dikembangkan menuju sasaran dari strategi pembangunan tersebut. Industri kecil

memiliki peran yang strategis untuk meningkatkan pendapatan,perluasan

kesempatan kerja,peluang kesempatan berusaha dan mengatasi kemiskinan.

Home industri atau rumah produksi merupakan salah satu wujud dari

pembangunan ekonomi masyarakat. Home industri adalah rumah usaha produk

barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena

jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah(Sunardi, 2012). Home industri

memerlukan masyarakat sekitar dalam mengembangkan dan membangun hal

tersebut. Begitu juga sebaliknya masyarakat tidak bisa lengkap tanpa kegiatan

Home Industri, supaya nantinya menjadi masyarakat unggul dalam pembangunan

ekonomi.

Home industri ini pada umumnya memusatkan kegiatan disebuah rumah

keluarga tertentu dan biasanya para karyawan berdomisili di tempat yang tak jauh

dari rumah produksi tersebut, karena secara geografis dan psikologis hubungan

1
2

mereka sangat dekat (pemilik usaha dan karyawan), memungkinkan untuk

menjalin komunikasi dengan mudah. Dalam kemudahan dalam berkomunikasi ini

diharapkan dapat memicu etos kerja yang tinggi.Karena masing-masing merasa

bahwa kegiatan ekonomi ini adalah milik keluarga, kerabat dan juga waega

sekitar.Merupakan tanggung jawab bersama dalam upaya meningkatkan

perusahaan mereka.

Umumnya home industri tergolong sektor informal yang berproduksi

secara unik, terkait dengan kearifan lokal, sumber daya setempat dan

mengedepankan buatan tangan. Home industri bergerak dalam skala kecil, dari

tenaga kerja yang bukan professional, modal yang kecil, dan produksi hanya

secara musiman. (Ananda, 2016).

Salah satu desa yang di dalamnya terdapat banyak home industry

ranginang ialah di Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Di

Desa tersebut home industry ranginang dijadikan sebagai matapencaharian sehari-

hari masyarakat setempat.Home industry rangiang yang dijadikan

tempatpenelitian yakni home industry ranginang “Al-Barokah”.Kegiatan home

industry ini dimiliki oleh perorangan dengan masyarakat sekitar sebagai

karyawannya.Produk ranginang home industry di Desa Cikoneng ini sudah dijual

di pasaran mulai dari luar kota ada pula yang sampai ke luar negeri.

Masalah aktual daerah seperti kemiskinan, keterbelakangan pendidikan

dan kependudukan. Permasalahan daerah tersebut umumnya banyak ditemukan di

pedesaan, karena sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan.


3

Meskipun telah ada home industry ranginang di Desa Cikoneng

Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, namun kesejahteraan dalam sektor

ekonomi dan pendidikan di Desa Cikoneng masih terbilang rendah. Dalam sektor

ekonomi, pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai karyawan di home

industry ranginang masih rendah.

Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam

meningkatkan pendapatan atau pembangunan ekonomi ialah dengan membuat

rumah produksi atau yang disebut juga sebagai home industry, yakni dengan cara

membuat home industry ranginan miliknya sendiri. Dengan kata lain, mereka

ingin menaikkan pendapatannya dengan cara membuka usahanya sendiri.

Meskipun masyarakat di Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten

Bandung telah memiliki home industry ranginang miliknya sendiri, namun

pendapatan mereka tetap terbilang rendah karena penjualan ranginang dari home

industry lain tidak setinggi penjualan home industry ranginang “Al-Barokah”.

Oleh karena berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengkaji kembali tentang kontribusi home industry ranginang dalam

meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat di Desa Cikoneng Kecamatan

Ciparay Kabuapten Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,

maka identifikasi masalah dalam proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya pembangunan baik dalam sektor sosial maupun ekonomi

demi kesejahteraan masyarakat desa.


4

2. Proses pembangunan ekonomi melalui home industry tidak terlalu

berpengaruh.

3. Kurangnya bantuan dari pemerintah dalam meningkatkan pembangunan

masyarakat.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang akan dibahas

adalah bagaimana kontribusi home industry ranginang dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, maka rumusan masalah dapat disusun sebagai berikut:

1. Bagaimana kegiatan home industry rangginang di Desa Cikoneng

Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung?

2. Apa saja faktor pendorong dan penghambat home Industri rangginang di

Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana hasil yang dicapai home industry rangginang dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Cikoneng Kecamatan

Ciparay Kabupaten Bandung

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

kontribusi home industry ranginang dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Adapun tujuan khususnya dapat disusun sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kegiatan home industry ranginang di Desa Cikoneng

Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat home industri

rangginang di Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung.


5

3. Untuk mengetahui hasil yang dicapai home industry ranginang dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Cikoneng Kecamatan

Ciparay Kabupaten Bandung.

1.5. Kegunaan Penelitian

Adapun beberapa hal dapat dipandang bermanfaat baik secara akademis

maupun praktis, dengan mangangkat penelitian ini, diantaranya:

1. Kegunaan Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi akademik untuk

menambah wawasan bagi pembaca mengenai bagaimana membangun

ekonomi masyarakat supaya meningkat.Dan dapat menjadi tolak ukur bagi

penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memeberi informasi kepada semua

masyarakat desa supaya terinspirasi untuk membuat Industri kecil lain

dalam meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat.

1.6. Kerangka Pemikiran

Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu

masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen merupakan suatu proses

yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti perubahan

struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor

pertanian dan peningkatan peranan sektor industri saja.

Menurut Rostow, proses pembancunan ekonomi bisa dibedakan ke dalam

5 tahap:
6

a. Masyarakat tradisional (the traditional society),

b. Prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off),

c. Tinggal landas (the take-off),

d. Menuju kekedewasaan (the drive to maturity), dan

e. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption)

Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut

adalah:

a. Karakteristik perubahan keadaan ekonomi,

b. Sosial, dan

c. Politik, yang terjadi.

Menurut Rostow, disamping perubahan seperti itu, pembangunan ekonomi

berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan antara lain:

1. Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada

mulanya

2. Berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke luar.

3. Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga,

yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.

4. Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan investasi

yang

5. Tidak produktif (menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya) menjadi

6. Investasi yang produktif.

7. Perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang merangsang
7

8. Pembangunan ekonomi (misalnya penghargaan terhadap waktu, penghargaan

terhadap pertasi perorangan dan sebagainya).

1) Masyakarat Tradisional

Masyarakat yang fungsi produksinya terbatas yang ditandai oleh cara

produksi yang relatif masih primitif (yang didasarkan pada ilmu dan teknologi

pra-Newton) dan carahidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-

nilai yang kurang rasional,tetapi kebiasaan tersebut telah turun temurun. Tingkat

produktivitas per pekerjamasih rendah, oleh karena itu sebagian besar sumberdaya

masyarakat digunakanuntuk kegiatan sektor pertanian.Dalam sektor pertanian ini,

struktur sosialnyabersifat hirarkhis yaitu mobilitas vertikal anggota masyarakat

dalam struktur sosialkemungkinannya sangat kecil. Maksudnya adalah bahwa

kedudukan seseorang dalammasyarakat tidak akan berbeda dengan nenek

moyangnya.

Sementara itu kegiatan politik dan pemerintah pada masa ini digambarkan

Rostowdengan adanya kenyataan bahwa walaupun kadang-kadang terdapat

sentralisasi dalampemerintahan, tetapi pusat kekuasaan politik di daerah-daerah

berada di tangan paratuan tanah yang ada di daerah tersebut. Kebijaksanaan

pemerintah pusat selaludipengaruhi oleh pandangan para tuan tanah di daerah

tersebut.

2) Tahap Prasyarat Tinggal Landas

Tahap prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu

masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai


8

pertumbuhan ataskekuatan sendiri (selfsustained growth). Menurut Rostow, pada

tahap ini dansesudahnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis.

Tahap prasyarat tinggal landas ini mempunyai 2 corak: Pertama adalah

tahap prasyarat lepas landas yang dialami oleh negara-negaraEropa, Asia, Timur

Tengah, dan Afrika, di mana tahap ini dicapai denganperombakan masyarakat

tradisional yang sudah lama ada.

Kedua adalah tahap prasyarat tinggal landas yang dicapai oleh negara-

negara yangborn free (menurut Rostow) seperti Amerika Serikat, Kanada,

Australia, SelandiaBaru, di mana negara¬negara tersebut mencapai tahap tinggal

landas tanpa harusmerombak sistem masyarakat yang tradisional. Hal ini

disebabkan oleh sifat darimasyarakat negara-negara tersebut yang terdiri dari

imigran yang telahmempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat

untuk tahapprasyarat tinggal landas.

Seperti telah diungkapkan di muka, Rostow sangat menekankan perlunya

perubahan-perubahanyang multidimensional, karena ia tak yakin akan kebenaran

pandanganyang menyatakan bahwa pembangunan akan dapat dengan mudah

diciptakan hanyajika jumlah tabungan ditingkatkan. Menurut pendapat tersebut

tingkat tabungan yangtinggi akan mengakibatkan tiangkat investasi tinggi pula

sehingga mempercepatpertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh kenaikan

pendapatan nasional.

Namunmenurut Rostow pertumbuhan ekonomi hanya akan tercapai jika

diikuti olehperubahan-perubahan lain dalam masyarakat. Perubahan-perubahan


9

itulah yang akanmemungkinkan terjadinya kenaikan tabungan can penggunaan

tabungan itu sebaik-baiknya.

Perubahan-perubahan yang dimaksudkan Rostow misalnya kemampuan

masyarakatuntuk menggunakan ilmu pengetahuan moderen dan membuat

penemuan-penemuanbaru yang bisa menurunkan biaya produksi. Disamping itu

harus ada pula orang-orangyang menggunakan penemuan baru tersebut untuk

memodernisir cara produksi danharus didukung pula dengan adanya kelompok

masyarakat yang menciptakantabungan dan meminjamkannya kepada wiraswasta

(entrepreneurs) yang inovatifuntuk meningkatkan produksi dan menaikkan

produktivitas. Singkatnya, kenaikaninvestasi yang akan menciptakan

pembangunan ekonomi yang lebih cepat darisebelumnya bukan semata-mata

tergantung kepada kenaikan tingkat tabungan, tetapijuga kepada perubahan

radikal dalam sikap masyarakat terhadap ilmu pengetahuan,perubahan teknik

produksi, pengambilan resiko, dan sebagainya.

Selain hal-hal di atas, Rostow menekankan pula bahwa kenaikan tingkat

investasihanya mungkin tercipta jika terjadi perubahan dalam struktur ekonomi.

Kemajuan disektor pertanian, pertambangan, dan prasarana harus terjadi bersama-

sama denganproses peningkatan investasi. Pembangunan ekonomi hanya

dimungkinkan olehadanya kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan

perkembangan di sektorpertambangan.

Menurut Rostow, kemajuan sektor pertanian mempunyai peranan penting

dalam masaperalihan sebelum mencapai tahap tinggal landas. Sementara itu


10

pembangunanprasarana, menurut Rostow, bisa menghabiskan sebagian besar dari

dana investasi.

Investasi di bidang prasarana ini mempunyai 3 ciri yaitu tenggang waktu

antarapembangunannya dan pemetikan hasilnya (gestation period) sangat lama,

pembangunannya harus dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan

biayayang banyak, dan manfaat pembangunannya dirasakan oleh masyarakat

banyak.Berdasarkan sifatnya ini, maka pembangunan prasarana terutama sekali

harusdilakukan pemerintah.

Selain hal-hal yang diungkapkan di atas, Rostow juga menunjukkan

bentuk perubahandalam kepemimpinan pemerintahan dari masyarakat yang

mengalami transisi.Untukmenjamin terciptanya pembangunan yang teratur, suatu

kepemimpinan baru haruslahmempunyai sifat nasionalisme yang reaktif (reactive

nationalism) yaitu bereaksisecara positif atas tekanan¬tekanan dari negara

maju.Rostow yakin bahwa tanpaadanya tekanan atau hinaan dari negara¬negara

maju, modernisasi yang terjadi TahapTinggal Landas.

3) Tahap tinggal landas,

Pada awal tahap ini terjadi perubahan yangdrastis dalam masyarakat

seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesatdalam inovasi, atau

berupa terbukanya pasar-pasar baru. Sebagai akibat dariperubahan¬perubahan

tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi danpeningkatan investasi.

Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat lajupertumbuhan pendapatan

nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.Dengan demikian tingkat

pendapatan per kapita semakin besar.


11

Menurut taksiran Rostow, masa tinggal landas di beberapa negara bisa

disimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar negara Barat mencapai masa tinggal landas pada abad yang

lalu, kecuali Inggris, yang sudah mencapainya seabad sebelumnya.

2. Masa tinggal landas itu berkisar antara 20 - 30 tahun.

Rostow mengemukakan 3 ciri utama dan negara-negara yang sudah

mencapai masatinggal landas yaitu:

1. Terjadinya kenaikan investasi produktif dari 5 persen atau kurang menjadi

10persen dari Produk Nasional Bersih (Net National Product= NNP).

2. Terjadinya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan

tingkatpertumbuhan yang sangat tinggi (leading sectors).

3. Terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang

bias menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi

yang bias menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi.

Di sini juga termasuk kemampuan negara tersebut untuk mengerahkan

sumbersumbermodal dalam negeri, karena kenaikan tabungan dalam negeri

peranannyabesar sekali dalam menciptakan tahap lepas landas. Inggris dan

Jepang, misalnyamencapai masa tinggal landas tanpa mengimpor modal (bantuan

luar negeri) samasekali.

Menurut Rostow perkembangan sektor pemimpin (leading sector)

berbeda-bedauntuk setiap negara. Di Inggris, tekstil katun merupakan sektor

pemimpin pada masatinggal landasnya, sedangkan perkembangan jaringan jalan

kereta api memegangperanan yang sama di Amerika Serikat, Perancis, Jerman,


12

Kanada, dan Rusia. DiSwedia, sektor pemimpin adalah industri kayu, di Jepang

sutera, dan Argentina adalahindustri substitusi impor barang-barang konsumsi.

Berdasarkan pada kenyataan tersebut, Rostow mengambil kesimpulan

bahwa untukmencapai tahap tinggal landas tidak satu sektor ekonomipun yang

baku untuk semuanegara yang bisa menciptakan pembangunan ekonomi. Oleh

karena itu, suatu Negara tertentu tidak bisa hanya sekadar mencontoh pola

perkembangan sektor pemimpinnegara-negara lain. Namun demikian, ada 4 faktor

penting yang harus diperhatikandalam menciptakan sektor pemimpin yaitu:

1. Harus ada kemungkinan untuk perluasan pasar bagi barang-barang

yangdiproduksi yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang dengan

cepat.

2. Dalam sektor tersebut harus dikembangkan teknik produksi yang modern

dankapasitas produksi harus bisa diperluas.

3. Harus tercipta tabungan dalam masyarakat dan para pengusaha

harusmenanamkan kembali keuntungannya untuk membiayai

pembangunan sektorpemimpin.

4. Pembangunan dan transformasi teknologi sektor pemimpin haruslah bias

menciptakan kebutuhan akan adanya perluasan kapasitas dan modernisasi

sektor-sektorlain.

4) Tahap Menuju Kekedewasaan

Tahap menuju kedewasaan ini diartikan Rostow sebagai masa di mana

masyarakatsudah secara efektif menggunakan teknologi moderen pada hampir

semua kegiatanproduksi. Pada tahap ini sektor-sektor pemimpin baru akanmuncul


13

menggantikansektor-sektor pemimpin lama yang akan mengalami kemunduran.

Sektor-sektorpemimpin baru ini coraknya ditentukan oleh perkembangan

teknologi, kekayaanalam, sifat-sifat dari tahap lepas landas yang terjadi, dan juga

oleh kebijaksanaanpemerintah.

Dalam menganalisis karakteristik tahap menuju ke kedewasaan, Rostow

menekankananalisisnya kepada corak perubahan sektor-sektor pemimpin di

beberapa negara yangsekarang sudah maju.la juga menunjukkan bahwa di tiap-

tiap Negara tersebutjenis-jenis sektor pemimpin pada tahap sesudah tinggal landas

adalahberbeda dengan yang ada pada tahap tinggal landas. Di Inggris, misalnya,

industry tekstil yang telah mempelopori pembangunan pada tahap tinggal landas

telahdigantikan oleh industri besi, batu bara dan peralatan teknik berat. Sedangkan

diAmerika Serikat, Perancis, dan Jerman di mana pembangunanjaringanjalan

kereta apimemegang peranan penting pada tahap tinggal landas, telah digantikan

oleh industry baja dan industri peralatan berat pada tahap menuju ke kedewasaan.

Selanjutnya Rostow mengemukakan pula karakteristik non-ekonomis dari

masyarakatyang teiah mencapai tahap menuju ke kedewasaan sebagai berikut:

1. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor

industry semakin penting, sedangkan sektor pertanian menurun.

2. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan

manajerprofessional semakin penting dan menggantikan kedudukan

pengusaha-pemilik.

3. Kritik-kritik terhadap industrialisasi mulai muncul sebagai akibat

dariketidakpuasan terhadap dampak industrialisasi.


14

5) Tahap Konsumsi Tinggi

Tahap konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dari teori

pembangunan ekonomiRostow.Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih

menekankan pada masalah-masalahyang berkaitan dengan konsumsi dan

kesejahteraan masyarakat bukan lagikepada masalah produksi.

Pada tahap ini ada 3 macam tujuan masyarakat (negara) yaitu:

1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan

ini bias berakhir pada penjajahan terhadap bangsa lain.

2. Menciptakan negara kesejahteraan (welfare state) dengan cara

mengusahakanterciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata

melalui sistem pajak yang progresif.

3. Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang,

pangan,dan papan) menjadi meliputi pula barang-barang konsumsi tahan

lama danbarang-barang mewah.

Menurut Mubyarto Industri kecil dan industri pedesaan biasanya tidak

dapat dipisahkan karena keduanya menunjukkan beberapa persamaan.Industri

pedesaan biasanya adalah industri kecil yang tujuan utamanya adalah menambah

pendapatan keluarga.

Menurut Badan Pusat Statistik industri kecil adalah industri yang

mempekerjakan 5-19 orang yang terdiri dari pekerja kasar yang dibayar, pekerja

pemilik dan pekerja keluarga yang tidak dibayar.Perusahaan industri yang

mempunyai tenaga kerja 1-4 orang disebut sebagai industri rumah tangga.
15

Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung

pengertian dari bahasa Sansekerta “Catera” yang berarti payung. Dalam konteks

ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti “Catera” (payung) adalah orang

yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan,

kebodohan, ketakutan atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik

lahir maupun bathin.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejahtera adalah aman, sentosa,

damai, makmur, dan selamat (terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaan

dan sebagainya. Kemananan merupakan suatu keadaaan terjaminnya jiwa maupun

raga seseorang baik individu maupun golongan. Adapun keselamatan merupakan

merupakan keadaan meliputi terlindungi dari masalah fisik, sosial, keuangan,

politik perasaan, pekerjaan, psikologis, perkara-perkara lain yang membuat

kerusakan dan kejadian yang tidak diiginkan. Keselamatan biasanya dijamin oleh

jaminan atas asuransi jiwa. Sedangkan kemakmuran merupakan keadaan seserang

ketika terpenuhinya atau tercukupinya kebutuhan-kebutuhan seseorang baik lahir

maupun batin.

Kesejahteraan dapat diartikan perasaan hidup yang setingkat lebih tinggi

dari kebahagiaan. Orang merasakan hidupnya sejahtera apabila ia merasa senang,

tidak kurang dalam satu apapun dalam batas yang mungkin dicapainya, jiwa nya

tentram lahir dan batin terpelihara, ia merasakan keadilan dalam hidupnya, ia

terlepas dari kemiskinan yang menyiksa dan bahaya kemiskinan yang

mengaancam.
16

Menurut Undang-Undang No. 11 tahun 2009, kesejahteraan adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat

hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan

fungsi sosialnya.
17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak

menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.

Namun, penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam

memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.Berikut merupakan penelitian

terdahulu berupa beberapa jurnal maupun skripsi yang terkait dengan penelitian

yang dilakukan penulis.

Penelitian terdahulu yang pertama adalah skripsi yang berjudul

“Pembangunan ekonomi masyarakat melalui Objek Wisata Jayanti” dengan studi

kasus di Kabupaten Cianjur, skripsi ini dibuat oleh Depi Pramana, dari

Universitas Islam Negeri Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif

dengan tujuan mendeskripsikan, menganalisis dan menginterpretasikan proses

dari Pembangunan ekonomi masyarakat melalui Objek wisata. Penelitian ini

dilakukan di Kota Cianjur. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan

dengan menggunakan pendekatan linear dan hierarkis dari atas kebawah. Hasil

penelitian menunjukkan proses dan mekanisme masyarakat dalam pembangunan

17
18

ekonomi di Desa, tepatnya di Desa Cidamar Kecamatan Cidaun Kabupaten

Cianjur.

Penelitian terdahulu kedua adalah dari skripsi berjudul “Peran Home

Industri Batik Trusmi Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat” dengan

studi kasus berada di Daerah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Kecamatan Plered

Desa Trusmi, skripsi ini di buat oleh Muhammad Noufaldi dari Universitas Islam

Negeri Bandung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politi. Penelitian ini merupakan

penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek

penelitian ditentukan dengan cara purposive. Data diperoleh dengan wawancara,

dokumentasi dan pengamatan. Untuk memeriksa keabsahan data digunakan teknik

triangulasi. Teknis analisis data digunakan teknik induktif. Pada penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan bagaiman peran Home industri batik dalam

membangun ekonomi masyarkat Desa Trusmi.

Penelitian terdahulu ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Hendra

Permana Putra (2011). Tujuaan penelitiannya adalah mengetahui strategi bauran

promosi yang diterapkan oleh home industri detergen curah birdie dalam

meningkatkan pangsa pasar. Serta untuk mengetahui implikasi strategi bauran

promosi yang diterapkan oleh home industri detergen curah birdie dalam

meningkatkan pangsa pasar. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode

penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa home industri detergen

curah birdie dalam membangun strategi bauran promosi melalui media periklanan,

personal selling dan direct online markrting. Namun, kedepannya home industri

detergen curah birdie akan menggunakan kesemua elemen promosi agar hasil
19

yang didapatkan lebih maksimal melakukan perluasan daerah pemasaran yang

mana melalui pendekatan strategi bauran promosi kepada konsumen agar tujuan

perusahaan dapat tercapai. Meskipun saat ini home industri detergen curah birdie

hanya menggunakan tiga elemen promosi namun yang lebih diutamakan adalah

melalui media personal selling atau penjualan langsung kepada calon konsumen

baru agar menjadi konsumen tetap dan layak.

Penelitian terdahulu keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Erwin

Adi Winata (2010) dalam Skripsinya yang berjudul “Strategi Komunikasi

Pemasaran Terpadu dalam Memasarkan Produk Cat Duta Paint”. Bertujuan untuk

menganalisi strategi komunikasi pemasaran terpadu yang diterapkan CV Dharma

Utama Batu terhadap volume penjualan. Data dalam penelitian didapatkan melalui

wawancara mendalam pimpinan perusahaan, manajer pemasaran, dan seluruh staf

karyawan, serta melakukan observasi pendahuluan, pengamatan langsung

mengenai kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan strategi komunikasi

pemasaran pada CV Dharma Utama Batu. Metode penelitian yang digunakan

yaitu metode penelitian kualitatif.

Penelitian terdahulu kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Moh.

Nizarudin Zakky judul penelitian “Pelaksanaan Proses Produksi Produk Bordir

Busana Musim “Baju Taqwa” dalam meningkatkan volume penjualan (Studi Pada

Home Industrii Zein Bordir pogar bangil paruruan)” dilatarbelakangi oleh

kendala yang dihadapi oleh home industri bordir dalam hal produksi yang

dilakukan yaitu mengenai proses produksi yang masih kurang efektif, sehingga

kualitas dari produk bordir yang mereka buat menjadi menurun dan berdampak
20

pada volume penjualan produk bordir mereka. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan jenis penelitian metode kualitatif.

Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut, perbedaannya dengan yang

penulis kaji atau teliti adalah mengenai fokus penelitiannya.Penulis meneliti di

dua fokus di Pembanguna ekonomi masyarakat dan Peran Home Industri di

sebuah Desa.

2.2. Konsep Pembangunan Berbasis Masyarakat

Pembangunan yang berbasis masyarakat yang menempatkan posisi


masyarakat sebagai aktor/manajer pembangunan dan hanya sedikit melibatkan
intervensi pihak lain seperti LSM maupun pemerintah. Sumbangan pembangunan
berbasis masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan diantaranya:

1) Meningkatkan kapasitas lokal, program pelatihan/transfer tekonologi.

2) Program pemeliharaan fasilitas umum termasuk pemeliharaan prasarana


jaringan air minum pedesaan.

3) Masyarakat dapat menyampaikan aspirasi kepada pemerintah mengenai


program‐program apa yang dibutuhkan dan bersifat krusial bagi
masyarakat lokal.

Karakteristik prasarana merupakan kondisi dan kinerja prasarana untuk


dapat mendukung aktifitas masyarakat. Prasarana yang secara teknis sederhana
misalnya pasca pembangunan jaringan perpipaan air minum pedesaan yang dapat
dikelola dan dibiayai oleh komunitas masyarakat sendiri. Masyarakat akan
berperan serta untuk memelihara dan mengelola prasarana yang telah dibangun
bila mereka mendapat mamfaat langsung dari prasarana tersebut atau
berhubungan dengan kinerja prasarana. (Ndraha, 1990:105) Prasarana lingkungan
yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat akan memberikan
pengaruh positip pada manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Hal ini
dapat merangsang tumbuhnya rasa ikut memiliki yang pada akhirnya akan tumbuh
21

kesadaran untuk memelihara, mengelola dan mengembangkan hasil‐hasil


pembangunan berupa perbaikan/ pemeliharaan (Yudhohusodo dkk, 1991:148).

Menurut Chouguill, 1996 memberikan pendekatan berupa prinsip‐prinsip


yang harus diperhatikan dalampengelolaan prasarana, yang disarikan dari kajian
teoritis dan pengalaman beberapa negara. Dalam perdekatannya adanya
keterkaitan antara peran atau intervensi pemerintah, khususnya pemerintah lokal
dengan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan prasarana. Hal ini menguatkan
konsep keberlanjutan yang tidak bisa melepaskan pendekatan partisipasi
masyarakat di dalamnya dengan bantuan pemerintah dan pihak ketiga (fasilitator).
Adapun prinsip‐prinsip yang diutarakan oleh Chougill ada sepuluh yaitu :

1. Harus disadari bahwa dalam pengelolaan prasarana terdapat dua sektor


yakni formal dan non formal.

2. Bahwa dalam pengelolaan prasarana memerlukan teknologi yang mampu


dioperasionalisasikan oleh pengelolanya sendiri (masyarakat) dan
menggunakan prinsip cost recovery.

3. Status tanah menjadi masalah yang harus bisa diselesaikan dengan


supaya tidak memberikan dampak yang merugikan terhadap sistem
perkotaan.

4. Prasarana informal harus didesain dan dibangun dengan bantuan teknis


dari luar sehingga dapat disatukan dalam sistem perkotaan, yang harus
disadari memerlukan waktu yang lama.

5. Pengelolaan prasarana dan sarana harus melibatkan seluruh lapisan


masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan mulai dari perencanaan,
pembangunan, operasional serta pemeliharaan. Keterlibatan pemerintah
dan pihak ketiga (fasilitator) hanya sebagai supporter bukan lagi sebagai
pemilik dan manager dari suatu kegiatan pembangunan.

6. Teknologi yang dipilih harus mampu dioperasionalkan dan dipelihara


sendiri oleh masyarakat.
22

7. Prasarana harus mampu melayani pengguna dengan tingkatan pendapatan


yang rendah (miskin).

8. Prasarana yang dibangun harus diterima secara sosial oleh masyarakat


lokal/setempat.

9. Peningkatan peran pemerintah sebagai enabler dan fasilitator dalam


pembangunan prasarana diperlukan untuk mencapai cakupan layanan
prasarana yang lebih luas.

10. Organisasi non pemerintah (LSM) dapat lebih berperan/terlibat dalam


membantu pemberdayaan masyarakat sehingga implementasi
pembangunan berbasis partisipasi lebih diterima sebagai pendekatan
pembangunan terkini.

Keberhasilan pelaksanaan program pembangunan, khususnya


pembangunan prasarana dasar dengan pendekatan partisipatif ditentukan oleh
beberapa faktor. Faktor yang utama tentu saja adalah faktor komponen masyarakat
sendiri, faktor lain yang berpengaruh adalah keterlibatan pihak ketiga sebagai
fasilitator (pendamping). Untuk itu diperlukan peran fasilitator dalam upaya
pemberdayaan sehingga masyarakat mampu merumuskan masalah, membuat
rencana, serta mengorganisasikan komunitasnya untuk memperbaiki kondisi
sosial, ekonomi, dan kebudayaan dengan mengintegrasikan segenap sumber daya
yang dimilikinya. Selain faktor tersebut mekanisme pelaksanaan program juga
sangat menentukan keberhasilan dan keberlanjutan dari program pembangunan
yang dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Sesuai dengan pengertian
pengelolaan oleh masyarakat sebagai bagian siklus pembangunan partisipatif,
maka masyarakat harus mampu memberikan pengaruh yang kuat serta mengontrol
dalam mekanisme pelaksanaan pembangunan. Untuk itu adanya pilihan teknologi
dan tingkat layanan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat
menjadi prasyarat utama dalam keberlanjutannya. Hal ini bisa diterjemahkan juga
sebagai faktor karakteristik program/proyek yang dilaksanakan. Prasarana yang
bersifat sederhana dalam hal teknis perencanaan dan penanganannnya serta dalam
23

skala kecil dapat dikembangkan oleh organisasi masyarakat lokal (Lanti dalam
Sigh,et.al, 1997:100).

Karakteristik prasarana menentukan kondisi dan kinerja prasarana untuk


mendukung aktifitas kehidupan masyarakat. Masyarakat pada akhirnya akan
berperan serta dalam memelihara dan mengelola prasarana yang telah dibangun
bila masyarakat tadi mendapat manfaat langsung dari prasarana dimaksud, yang
mana dalam hal ini berhubungan dengan kinerjanya (Ndara, 1990:105).

Untuk mengetahui sejauh mana peran partisipasi masyarakat dalam


mencapai tujuan bersama yang diinginkan diperlukan suatu tolok ukur/tingkatan
efektifitas dari partisipasi itu sendiri. Dengan mengetahui tingkatan partisipasi
masyrakat dalam pembangunan maka akan diketahui sejauh mana peran
masyarakat dalam melakukan kontrol dan seberapa besar pengaruh intervensi
pemerintah dalam pendekatan pembangunan yang dilaksanakan.

Menurut Loekman Soetrisno, 1995:26 Kanisius Menuju Masyarakat


Partisipatif, bahwa kecenderungan pembangunan nasional yang menjadikan salah
satu prasyarat utama yaitu dengan partisipasi masyarakat. Kemauan pemerintah
dalam memahami pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
merupakan suatu langkah maju, akan tetapi dalam aplikasi dilapangan masih
cukup banyak ditemukan permasalahan maupun hambatan yaitu:

1) Hambatan pertama, belum dipahaminya makna sebenarnya dari konsep


partisipasi oleh pihak perencana dan pelaksana pembangunan. Defenisi
partisipasi yang berlaku di kalangan pihak perencana dan pelaksana
pembangunan adalah kemauan rakyat untuk mendukung secara mutlak
program‐program pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya
oleh pemerintah. Kenyataannya para perencana dan pelaksana
menggunakan konsep hierarkis dalam menyeleksi proyek pembangunan di
pedesaan, sehingga proyek proyek pedesaan yang berasal dari pemerintah
diistilahkan sebagai proyek pembangunan yang dibutuhkan oleh rakyat,
sedangkan proyek yang diusulkan masyarakat desa dianggap sebagai
24

keinginan. Karena merupakan suatu kebutuhan maka proyek pemerintah


tersebut harus dilaksanakan, sedangkan proyek yang diusulkan oleh
masyarakat hanya berupa keinginan maka proyek itu pun memperoleh
prioritas yang rendah.

2) Hambatan kedua, reaksi balik yang datang dari masyarakat sebagai akibat
dari diperlakukannya pembangunan sebagai ideologi baru di negara kita.
Sebagai ideologi maka pembangunan harus diamankan dan dijaga dengan
ketat. Persepsi seperti ini mendukung asumsi bahwa subsistem adalah
suatu subordinate dari suprasistem dan membuat subsistem menjadi bagian
yang benar‐benar pasif. Pengamanan yang ketat terhadap pembangunan
menimbulkan reaksi balik dari masyarakat yang merugikan usaha
membangkitkan kemauan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

2.3. Konsep Home Industri

A. Pengertian Home Industri


Home berarti rumah, tempat tinggal ataupun kampung halaman.
Sedangkan Industri, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang
ataupun perusahaan. Home Industri (atau biasanya ditulis dengan “Home
Industri”) adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan
kecil.Dikatakan dengan perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini
dipusatkan dirumah. Departemen perdagangan lebih menitikberatkan pada aspek
permodalan, bahwa suatu usaha disebut usaha kecil apabila permodalannya
kurang dari Rp 25 juta.Departemen Perindustrian mendefinisikan industri kecil
sebagai industri yang mempunyai aset tidak lebih dari Rp 600 juta. Kadin
mendefinisikan industri kecil sebagai sektor usaha yang memiliki aset maksimal
Rp 250 juta, tenaga kerja paling banyak 300 orang dan nilai penjualan di bawah
Rp 100 juta (Saiman, 2006)

Definisi usaha kecil, menurut UU No.9/ 1995 tentang Usaha Kecil, adalah sebagai
berikut: Pertama, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, Kedua, memiliki hasil penjualan
25

tahunan paling banyak Rp 1 milyar. Ketiga, milik Warga Negara


Indonesia.Keempat, berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.Kelima, berbentuk badan
usaha orang perseorangan, tidak berbadan hukum, atau berbadan hukum,
termasuk koperasi (Kuncoro, 2000).

Kriteria lainnya dalam UU No 9 Tahun 1995 adalah milik WNI, berdiri


sendiri, berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau
besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun
tidak.Usaha kecil yang dimaksud disini, meliputi usaha kecil informal dan usaha
kecil tradisional.Usaha kecil informal merupakan usaha yang belum terdaftar,
belum tercatat, dan belum berbadan hukum. Pengusaha kecil yang termasuk
dalam kelompok ini antara lain petani penggarap, pedagang kaki lima, dan
pemulung. Sedangkan yang dimaksud usaha kecil tradisional adalah usaha yang
menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun-
menurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya (Susana, 2011).

Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-undang Republik


Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM yaitu usaha produktif yang
memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Usaha
Kecil (UK) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah (UM) atau usaha besar
(UB) yang memenuhi kriteria usaha kecil (UK) sebagaimana dimaksud dala UU
tersebut. Sedangkan usaha menengah (UM) adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UMI,
UK, atau UB yang memenuhi kriteria UM sebagaiman dimaksud dalam UU
tersebut (Tambunan, 2012).
26

Seperti di negara sedang berkembang lainnya, khususnya kelompok


negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah, usaha mikro (UMI) dan
usaha kecil (UK) di industri manufaktur, biasa disebut industri rumah tangga
(IRT) jumlahnya banyak.Bagi keluarga-keluarga miskin, IRT memang sangat
penting sebagai sumber pendapatan utama atau tambahan.Namun, sulit
mendapatkan bukti bahwa keberadaan IRT telah membuat banyak keluarga
miskin di Indonesia menjadi lebih sejahtera.Bahkan ada kecenderungan bahwa
IRT, seperti usaha-usaha rakyat skala kecil dan mikro lainnya merupakan pusat
kemiskinan, bukan sumber kesejahteraan bagi kelompok miskin (Tambunan,
2012, p. 190).

Pengertian pada industri kecil memiliki arti yang berbeda dalam berbagai
konteks dan lembaga yang menggunakannya, dan hal ini sering kali menimbulkan
kekeliruan interpretasi bagi yang mencoba mengadopsi kebijakan atau
pengalaman Negara lain dalam pengembangan industri kecil. Kriteria perusahaan
di Indonesia dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang sebagai industri kerajinan dan
rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil,
perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri sedang atau
menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai
industri besar (Pawe, 2007).

B. Macam-macam Industri
Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari beberapa
sudut pandang.Pertama, pengelompokan industri yang dilakukan Departemen
Perindustrian (DP). Menurut DP, industri nasional Indonesia dikelompokkan
menjadi 3 kelompok besar yaitu:

1. Industri dasar yang meliputi kelompok industri mesin dan logam kimia
dasar. Yang termasuk dalam industri mesin dan logam dasar; industri
mesin pertanian, elektronika kereta api, pesawat terbang, kendaraan
bermotor, besi baja, aluminium, tembaga, dan sebagainya. Sedangkan
yang termasuk kelompok kimia dasar antara lain: industri pengolahan kayu
27

dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri batu bara,
industri silikat, dan sebagainya.
2. Industri kecil yang meliputi antara lain industri pangan (makanan,
minuman, tembakau) industri sandang dan kulit (tekstil pakaian jadi, serta
barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas,
percetakan, penerbitan, barang-barang karet, plastik, dan lain-lain.
Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan pemerataan.
Tekhnologi yang digunakan menengah atau sederhana, dan padat karya.
3. Industri hilir yaitu kelompok aneka industri yang meliputi antara lain
industri yang mengelola sumber daya hutan, industri yang mengelola hasil
pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara
luas,dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi
meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan, memperluas
kesempatan kerja, tidak padat modal, dan tekhnologi yang digunakan
adalah tekhnologi menengah atau teknologi maju.
Pengelompokan industri menurut jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan.
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pengelompokkan industri dengan cara ini
dibedakan menjadi 4 yaitu:

1. Perusahaan atau industri besar jika mempekerjakan 100 orang atau


lebih.
2. Perusahaan atau industri sedang jika mempekerjakan 20-99 orang.
3. Perusahaan atau industri kecil jika mempekerjakan 5- 19 orang.
4. Industri kerajinan Rumah Tangga jika mempekerjakan kurang dari 3
orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).
Dari segi kesempatan kerja diciptakan, maka
kerajinan rumah tangga adalah yang paling penting.Sedangkan dari segi
nilai tambah yang dihasilkan maka perusahaan industri besar/sedang yang
paling menonjol.
28

C. Ciri- ciri Industri Kecil


Ciri-ciri industri kecil menurut para ahli sama dengan sektor informal
adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Formal yang rendah.


2. Modal usaha sedikit.
3. Upah rendah.
4. Kegiatan dalam skala kecil.
Dengan melihat ciri-ciri diatas merupakan bukti bahwa industri kecil
memperoleh pembinaan-pembinaan demi meningkatkan produktivitas dan
kualitas sehingga mampu bersaing dengan industri besar (Pawe, 2007, p. 16).
Berikut ini uraian karakteristi tentang industri kecil yang sering ditemui
masyarakat:

a. Rendahnya pendidikan
Rendahnya pendidikan pengusaha akan mempengaruhi pada kualitasnya,
sebab sumber daya manusia dalam industri kecil memiliki dasar yang kuat maka
sumber daya manusia sangat perlu dibenahi lebih dahulu, baru kemudian
membenahi faktor yang lain misalnya modal dan lokasi usaha.

b. Keterbatasan modal
Keterbatasan modal usaha merupakan suatu masalah yang sering dihadapi
oleh para pengusaha kecil.Masalah permodalan telah menjadi suatu dilema yang
berkepanjangan.Keterbatasan akses bagi industri kecil pada dasarnya dapatlah
dikatakan sebagai iklim diskriminatif yang bersumber dari sektor swasta.

c. Lemahnya penggunaan tekhnologi


Penggunaan tekhnologi berkaitan erat dengan tinggi rendahnya tingkat
produktivitas usaha.Karakteristik yang dimiliki oleh industri kecil dalam bidang
tekhnologi pada umumnya masih sederhana dan tradisional (Pawe, 2007, p. 17).

Dalam dunia bisnis keuntungan adalah mesin utama guna menciptakan


akumulasi modal.Melalui keuntungan yang sudah diperoleh tersebut, maka setiap
produsen di dalam industri dapat meningkatkan dan memperbesar jumlah modal
29

usaha yang dimilikinya dari waktu ke waktu. Bila jumlah modal yang tersedia
bagi perusahaan relatif besar keadaan ini pada akhirnya akan memberikan
kemudian bagi perusahaan tersebut untuk melakukan ekspansi usaha. Selanjutnya,
sejalan dengan terjadinya perkembangan ekonomi, tujuan perusahaan-perusahaan
industri turut pula mengalami pergeseran.Tujuan perusahaan yang sebelumnya
hanya terpusat kepada berusaha mecapai kentungan pasar sebesar-besarnya,
namun dewasa ini telah meluas bertambah dengan tujuan ekonomi lainnya yang
berhubungan dengan bentuk organisasi perusahaan yang berkembang di dalam
perekonomian (Teguh, 2010).

2.4. Konsep Masyarakat Pedesaan

Masyarakat dan pedesaan atau desa, dua kata yang mempunya arti
tersendiri. Untuk mendapatkan pengertian dari dua kata ini harus diartikan terlebih
dahulu kata perkata. Misalnya, Masyarakat diartikan golongan besar atau kecil
yang terdiri dari beberapa manusia dengan atau karena sendirinya bertalian secara
golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1993).
Masyarakat dapat juga diartikan sebagai sekumpulan manusia yang saling
berinteraksi (Koentjaraningrat, 2002).

Dari pemaparan di atas sudah dijelaskan bahwasanya masyarakat pedesaan


adalah dua kata yang terpisah atau mempunyai arti tersendiri, untuk bisa
mendapatkan pengertian dari dua kata tersebut maka harus diartikan terlebih
dahulu dari kata perkata sehingga dari dua kata tersebut bisa di jadikan satu arti
yang seperti di harapkan.

Paul H. Landis seorang sarjana sosiologi perdesaan dari Amerika Serikat,


mengemukakan definisi tentang desa dengan cara membuat tiga pemilahan
berdasarkan pada tujuan analisis. Untuk tujuan analisis statistik, desa
didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500
orang. Untuk tujuan analisa sosial psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu
lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal
di antara sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi, desa di
30

definisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung kepada


pertanian (Rahardjo, 1999).

Pandangan tentang kedua kata diatas yaitu masyarakat pedesaan atau desa
dapat diartikan sebagai masyarakat yang memiliki hubungan yang lebih
mendalam dan erat dan sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar
kekeluargaan. Sebagian besar warga masyarakat hidup dari pertanian. Masyarakat
tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan
sebagainya. Dengan kata lain masyarakat pedesaan identik dengan istilah gotong
royong yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan kepentingan
mereka.

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat,


biasanya tanpak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi
tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan
masyarakat desa di daerah tertentu. Masyarakat desa juga ditandai dengan
pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan
setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat dan pada hakekatnya bahwa
seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
itu sendiri dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia
untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota
masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat yang saling
mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama
terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.

Yang menjadi ciri masyarakat pedesaan antara lain; pertama, di dalam


masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih
mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar
batas wilayahnya. Kedua, sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar
kekeluargaan. Ketiga, sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari
pertanian. Keempat, masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata
pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya. Tetapi Raharjdo (1999)
menambahkan bahwa sejumlah sosiolog dalam merumuskan karakteristik
31

masyarakat cenderung mengacu pada pola-pola pikiran yang bersifat teoritik,


seperti konsep dari Ferdinand Tonnies (1855-1936), Emile Durkheim (1858-1917)
dan Charles Horton Cooley (1864-1929) (Indra, 2014).

Menurut Ferdinand Tonnies (1855-1936) bahwa masyarakat adalah karya


ciptaan manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan oleh Tonniesdalam kata
pembukaan bukunya. Masyarakat bukan organisme yang dihasilkan
oleh proses-proses biologis. Juga bukan mekanisme yang terdiri dari bagian-
bagian individual yang masing-masing berdiri sendiri, sedang mereka didorong
oleh naluri-naluri spontan yang bersifat menentukan bagi manusia.
Melainkan masyarakat adalah usaha manusia untuk memelihara relasi-relasi
timbal balik yang mantap.

Ferdinand Tonnies (1855-1936) membagi ke dalam dua jenis kelompok,


yaitu gemeinschaft dan gesellschaft.

a. Gemeinschaft (Paguyuban).
Kelompok sosial ini digambarkan sebagai kehidupan bersama yang intim
dan pribadi, yang merupakan suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Ikatan
pernikahan dan keluarga digambarkan sebagai gemeinschaft of life. Contohnya
kehidupan rumah tangga, kekerabatan, dan sebagainya. Gemeinschaft dibagi atas
tiga tipe, yaitu gemeinscharft by blood, gemeinschaft of place, dan gemeinschaft
of mind. Gemeinschaft by blood adalah paguyuban yang mengacu pada
kekerabatan, atau di dasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya
keluarga. Gemeinschaft of place adalah paguyuban yang mengacu pada kedekatan
tempat, sehingga dapat saling bekerja sama dan tolong-menolong. Misalnya rukun
tetangga atau rukun warga. Gemeinschaft of mind adalah paguyuban yang
mengacu pada hubungan persahabatan karena persamaan minat, hobi, profesi,
atau keyakinan. Misalnya kelompok agama.

b. Gesellschaft (Patembayan)
Gesellschaft adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu
yang pendek, bersifat sebagai suatu Bentuk dalam pikiran belaka, dan strukturnya
32

bersifat mekanis. Bentuk memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok
luarnya. Masing – masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peranan
yang diperankan oleh anggota lain, pembagian kerja belum berkembang. Peranan
semua anggota sama sehingga ketidakhadiran seorang anggota kelompok tidak
mempengaruhi kelangsungan hidup kelompok karena peranan anggota tersebut
dapat dijalankan orang lain. Kohesi sosial yang terjadi berdasarkan
ketergantungan individu dalam masyarakat juga lebih maju terhadap satu sama
lain. Di kalangan masyarakat industri pembagian tenaga kerja pun meningkat.
Meskipun individu melakukan tugas yang berbeda dan sering memiliki nilai dan
kepentingan yang berbeda.

a. Solidaritas mekanis
Solidaritas mekanis adalah ciri yang menandai bagi masyarakat sederhana
yang hidup terpisah dalam kelompok-kelompok kecil. Pada masyarakat ini belum
ada pembagian kerja atau spesialisasi dalam hal pekerjaan karena pada dasarnya
setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Masyarakat
ini juga terikat oleh kesamaan dan kesadaran bersama yang kuat. Hubungan sosial
yang terjadi di antara anggota masyarakat cenderung akrab dan didasarkan pada
sistem nilai yang sama. Contoh masyarakat dengan solidaritas ini adalah
masyarakat pedesaan yang masih tradisional. Pada umumnya masyarakat tersebut
mempunyai pekerjaan yang sama, yaitu sebagai petani.

b. Solidaritas Organis
Solidaritas organis adalah bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat
kompleks atau beragam yang telah mengenal pembagian kerja secara rinci.
Dengan demikian muncul keahlian tertentu yang dimiliki oleh setiap anggota
masyarakat yang mengakibatkan setiap golongan dalam masyarakat saling
tergantung satu sama lain dan tidak dapat hidup secara sendiri tanpa melakukan
hubungan atau kerja sama dengan golongan lain dalam masyarakat. Namun
demikian kesadaran bersama di antara mereka lemah. Misalnya kehidupan pada
masyarakat kota. Ada banyak jenis pekerjaan pada masyarakat kota, seperti
karyawan swasta, pengusaha, buruh, guru, pegawai negeri, dan lain-lain, di mana
33

mereka saling membutuhkan atau berhubungan yang didasarkan pada pemenuhan


kebutuhan masing-masing, bukan atas ikatan moral (kebersamaan). Keadaan
demikian dapat disamakan dengan bagian-bagian suatu organism yang merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahpisahkan, karena apabila salah satu bagian
rusak maka organisme tersebut akan macet.

Bentuk hubungan antar sesame selalu dilandaskan pada hubungan sebab


akibat (kausalitas), bukan pada kesadaran akan nilai nilai kemanusiaan. Hubungan
yang terjalin lebih bersifat fungsional sehingga lebih temporer sifatnya. Pada
tataran lebih luas, bisa saja solidaritas yang terbangun di dalamnya didasarkan
pada kacamata niaga, yang berlaku hukum untung rugi. Solidaritas Organis
merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks, masyarakat
yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh
kesalingtergantungan antar bagian. Tiap anggota menjalankan peranan berbeda
dan diantara berbagai peranan yang ada terdapat kesalingtergantungan laksana
kesalingtergantungan antara bagian bagian suatu organisme biologis. Karena
adanya saling tergantungan ini maka ketidakhadiran pemegang peranan tertentu
akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup masyarakat.

Pembedaan antara individualitas dan sosialitas di lakukan oleh akal budi


manusia. Manusia membuat abstraksi dan menuangkan hasilnya ke dalam konsep-
konsep seperti individu dan masyarakat. Konsep-konsep abstrak itu hanya
mewakili salah satu aspek saja, yaitu aspek yang secara analistis, bukan secara
ontologis, di ceraikan dari suatu kesatuan yang tak terbagikan. Aspek mana di
tinjau oleh akal budi itu tergantung dari arang yang meninjau. tetapi di dalam
kenyataannya di luar kesadaran, hidup manusia tidak bersifat mendua, individu
dengan fikirannya, kemauannya, perasaannya, tutur katanya, dan masyarakat
dengan kebudaaannya saling bergantungan sedemikian rupa, hingga yang satu tak
mungkin ada tanpa yang lain. Mereka saling mengandalkan dan saling
menunjang. Dengan kata lain, di luar masyarakat individu tidak mempunyai
eksistensi sebagai manusia, sama di luar individu-individu tidak ada masyarakat.
34

Sosialitas bukan suatu ekstra yang di tambah pada hidup individual,


melainkan jiwanya. Individu tidak di lengkapi oleh masyarakat, melainkan di
jadikan manusia. Hidup pribadi manusia bercorak sosial, sama seperti kehidupan
sosial bercorak pribadi, yaitu terjalin lahir batin dengan pikiran, kemauan, dan
perbuatan pribadi-pribadi. Menurut Cooley, sifat dasar kesosialan manusia
mengandung arti yang lebih mendalam yaitu manusia adalah solider. Maksudnya
adalah bahwa nilai-nilai yang membentuk kemanusiaannya dan tujuan-tujuan
yang di usahakannya, tidak bersifat pribadi, melainkan milik bersama. Tiap-tiap
individu menimba dari suatu khazanah umum yang mengungguli
individualitasnya.

.
35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Hadari Nawawi (2003: 63-64) bahwa metode deskriptif adalah cirinya

seperti memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat

penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, serta menggambarkan

fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya serta diiringi

dengan interpretasi rasional yang adequat. Caranya dengan mengumpulkan dan

menganalisa data-data yang ada kaitannya dengan objek kajian. Metode ini sangat

cocok dengan masalah penelitian penulis yang hendak menggambarkan tentang

kontribusi home industry ranginang dalam meningkatkan pembangunan ekonomi

masyarakat (penelitian tentang pembangunan ekonomi di Desa Cikoneng

Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung).

Metode deskriptif analitik ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bodgan

dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati (Lexy J. Moleong, 2008: 4). Dengan metode ini, data

yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Pada

penulisan laporan, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut sejauh

mungkin dalam bentuk aslinya. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

30
36

subjek penelitian, misalnya peilaku persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain

secara holistik (utuh), dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah (Suharsimi Arikunto, 2006: 14).

Metode penelitian Deskriptif analitik bertujuan untuk memberikan

gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau

gambaran tentang suatu gejala hubungan atau lebih.

. Peneliti ini menggunakan metode Deskriptif analitik karena penelitian ini

dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang kontribusi home industry

ranginang dalam meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat (penelitian

tentang pembangunan ekonomi di Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten

Bandung).

3.2. Sumber Data

Sumber data adalah tempat dimana ditemukan, diperoleh dan dikumpulkan

suatu informasi atau data tentang “Kontribusi home industry ranginang dalam

meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat (Penelitian tentang

pembangunan ekonomi di Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten

Bandung)”. Dilihat dari sumber data, maka pengumpulan data dapat

mengmenggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber Data Primer

Data primer berupa informasi dari pihak-pihak yang terkait dengan

permasalahan/objek penelitian mengenai “Kontribusi home industry rangginang

dalam meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat (Penelitian tentang


37

pembangunan ekonomi di Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten

Bandung)”. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Sumber primer adalah segala

sesuatu yang secara langsung berkaitan dengan objek material penelitian.

(Moleong, 2002) Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah:

1) Kepala Desa Cikoneng, sebagai yang berwewenang menempati wilayah

tersebut.

2) Pengusaha home industry rangginang, sebagai pemilik sekaligus pelaku

usaha home industry rangginang di Desa Cikoneng, yang jumlahnya

mencapai 107 orang yang kemudian diambil sampel sebanyak 5 orang.

3) Masyarakat desa Cikoneng, sebagai orang yang terkena dampak akan

adanya Home Industri di Desa Cikoneng.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari

sumber orisinil. Dilihat dari segi sumber data, sumber tertulis dibagi atas sumber

buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen

resmi.

Dalam rangka melengkapi data primer digunakan sumber data tambahan

mempelajari literatur-literatur, peraturan-peraturan dokumen, arsip-arsip, dan

catatan resmi, serta dengan membaca bahan bacaan yang ada yang dapat dijadikan

acuan tentang “Kontribusi home industry ranginang dalam meningkatkan

pembangunan ekonomi masyarakat (Penelitian tentang pembangunan ekonomi di

Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung)”.


38

3.3. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam penelitian

untuk mendapatkan data. (Moleong, 2002) Dilihat dari sumber data, maka

tekhnik pengumpulan data penelitian ini adalah :

1. Observasi

Metode ini biasanya diartikan sebagai bentuk pengamatan dan pencatatan

secara sistematis, tentang fenomena-fenomena lapangan yang diselidiki, baik

secara langsung maupun tidak langsung.Metode ini peneliti gunakan untuk data

tentang monografi, serta keadaan obyek yang diteliti.Observasi ini dilakukan

untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia, seperti terjadi dalam

kenyataan. Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas yang

sukar diperoleh dengan metode lain. Dengan teknik observasi partisipan seperti ini

memungkinkan bagi peneliti untuk mengamati gejala-gejala penelitian secara

lebih dekat.Ada beberapa jenis teknik observasi yang bisa digunakan tergantung

keadaan dan permasalahan yang ada. Teknik-teknik tersebut adalah:

a) Observasi partisipan, dalam hal ini peneliti terlibat langsung dan ikut serta

dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diamati.


39

b) Observasi non partisipan, pada teknik ini peneliti berada di luar subyek

yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka

lakukan(Sukandar, 2004: 71-72)

Observasi yang digunakan dalam penelitian iniadalah observasi partisipan.

Observasi partisipan dilakukanterhadap Masyarakat Desa Cikoneng yang

mendirikan Home Industri untuk pembangunan Ekonomi masyarakat menjadi

lebih baik.

2. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan

sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan. Wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur(Soebani, 2016). Langkah

wawancara terstruktur dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada

narasumber atau informan untuk dijawab berdasarkan realita yang dialaminya.

Wawancara dilakukan kepada informan guna menghimpun data mengenai

aktivitas yang dilakukan masyarakat Desa Cikoneng.

3. Dokumentasi/Pencatatan Arsip

Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

agenda serta foto-foto kegiatan (Arikunto).Dalam penelitian ini pencatatan

dokumen digunakan untuk memperoleh arsip mengenai posisi Desa Cikoneng dari

sebelum adanya Home Industri dan sesudah. Penelitian ini menggunakan

triangulasi sumber da teknik untuk mengetahui keabsahan datanya.


40

3.4 Tekhnik Analisis Data

Analisis data adalah proses merinci usaha secara formal untuk menentukan

tema dan merumuskan hipotesis atau ide seperti yang disarankan oleh data dan

sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu (Moleong,

2002: 135).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuibagaimana proses pembanguan

ekonomi di Desa Cikoneng melalui Home Industri. Sehingga digunakan analisis

interaktif fungsional yang berpangkal dari empat kegiatan, yaitu: pengumpulan

data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Tahap-tahap yang

dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Pengumpulan data diartikan sebagai suatu proses kegiatan pengumpulan

data melalui wawancara maupun dokumentasi untuk mendapatkan data

yang lengkap.

2. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi

data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikandata sedemikian rupa sehingga kesana pula finalnya

dapat ditarik dan diverifikasi.

3. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan untuk memeriksa, mengatur,

serta mengelompokkan data sehingga mengahasilkan data yang deskriptif.


41

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, kesimpulan adalah tujuan ulang

pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagaimana yang

timbul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan

kecocokannya merupakan validitasnya.

3.5 Tempat dan Jadwal Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka mempertanggung

jawabkan data yang diambil. Dalam lokasi penelitian ini ditetapkan berada di satu

tempat yaitu Desa Cikoneng. Penetapan lokasi penelitian ini dimaksudkan untuk

mempermudah atau memperlancar objek yang menjadi sasaran dalam penelitian,

sehingga penelitian tersebut akan terfokus pada pokok permasalahannya.

Sedangkan, jadwal penelitian yang berkaitan dengan tahapan penelitian serta

waktu pelaksanaannya. Misalnya, jadwal kegiatan penelitian seperti tabel di

bawah ini:
42

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian Tahun 2018

No Tahapan Desemberr Januari

Penelitian

1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.

1. Pengajuan

Judul

2. Pembuatan

Proposal

Penelitian

3. Bimbingan

Proposal

Penelitian

4. Seminar

Proposal

Penelitian
43

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Harry Hikmat. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora

Utama Press.

Jamaludin. Adon Nasrullah. (2015). Sosiologi Perdesaan. Bandung: Pustaka

Setia.

. (2015). Sosiologi Perkotaan (Memahami

Masyarakat Kota dan Problematikanya). Bandung: Pustaka Setia.

. (2016). Sosiologi Pembangunan. Bandung: Pustaka

Setia.

Kartasaputra, (1992). Sosiologi Industri. Jakarta: Melton Putra Offset.

Moleong, Lexy J. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Michael P. Todaro, Stephen C Smith. (2009). Pembangunan Ekonomi.

Jakarta:Gelora Aksara Pratama.

Nawawi, Hadari. (1998). Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi (Dari Sosiologi Klasik Sampai

Perkembangan Terakhir Postmodern).

38
44

Ritzer, George. (2013). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Saebani, Beni Ahmad. (2016). Perspektif Perubahan Sosial. Bandung: Pustaka Setia.

Suyanto, Bagong. (2013). Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Sukandar, Rumidi. (2004). Metodologi Penelitian Petunjuk praktik Untuk Peneliti

Pemula.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Suharto, Edi. (2014). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.

Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai