Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH DISORGANISASI KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN

MENTAL REMAJA.

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

ALIFYA SHIFWAH RIZONE


XI MIPA 5
PENGARUH DISORGANISASI KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN
MENTAL REMAJA.
Disorganisasi keluarga adalah bentuk lain dari ketidakharmonisan keluarga sebagai
suatu kelompok masyarakat terkecil yang disebabkan oleh adanya kegagalan tiap tiap
individu dalam keluarga untuk melaksanakan tugas juga kewajiban sesuai dengan status dan
perannya. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh adanya beberapa faktor lain yaitu,
seperti buruknya komunikasi yang terjadi antar keluarga, perceraian kedua orang tua,
meninggalkan keluarga seperti perah atau dihukum, dan terganggu jiwanya (gila) yang terjadi
pada salah satu dari pihak anggota keluarga.
Permasalahan sosial ini memiliki dampak yang sangat tinggi bagi tiap tiap anggota
keluarga yang terdapat didalamnya, terutama bagi seorang anak yang usianya masih belia
atau dapat dikatakan sebagai seorang remaja. Bagi seorang remaja adanya disorganisasi
keluarga dapat menyebabkan terpramen anak terpengaruh menjadi pemurung, mudah emosi,
agresif untuk mendapatkan perhatian dari sekitar beberapa hal tersebut dilakukannya untuk
mencari jati diri setelah runtuhnya bangunan keluarga tersebut. selain itu, seorang remaja
yang dalam kata lain mengalami broken home biasanya cenderung akan merasakan dirinya
tidak diharapkan sehingga ia akan menarik diri dari dunia pergaulan.

Seorang remaja yang menjadi korban disorganisasi keluarga akan mengalami tekanan
mental yang cukup berat dalam lingkungan hidup, sebagai percontohan ia akan merasa malu
dan tidak percaya diri terhadap orang di sekitarnya karena kondisi orang tuanya yang sedang
dalam keadaan tidak baik – baik saja. Di lingkungan belajar pun ia akan cenderung menjadi
bahan pembicaraan bagi kawan disekitarnya sehingga pikiran menjadi tidak terkonsentrasi
dalam pelajaran kemudian remaja tersebut akan menjadi pendiam serta cenderung menjadi
anak yang menyendiri juga suka melamun.

Jika seorang remaja telah dalam fase terendahnya menghadapi disorganisasi keluarga,
ia akan mencari pelampiasan diri yang bisa diekspresikan dalam berbagai bentuk seperti
contoh: Merokok, menggunakan obat terlarang, pergaulan bebas yang menyesatkan. Serta
bukan suatu hal yang tidak mungkin ia akan memilih mengakhiri hidupnya.
Namun seorang remaja juga memiliki berbagai cara yang positif untuk menghadapi
sebuah disorganisasi keluarga yaitu dengan cara mendekatkan diri pada tuhan, bergaul
dengan orang yang positif dan mendukungnya, atau bahkan ia dapat pergi pada seorang
psikolog untuk menceritakan masalahnya dan mendapat saran untuk menuju jalan keluar dari
permasalahan yang tengah ia hadapi.

Anda mungkin juga menyukai