Anda di halaman 1dari 3

1. Nyeri akut Ny.

S berhubungan dengan agen cidera biologis (Asam Urat/ Gout) (00132)


2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan : pada keluarga Tn. S khususnya Ny. S
berhubungan dengan perilaku berisiko (konsumsi makanan yang tidak dianjurkan, tidak
rutin olahraga dan ketidakpatuhan minum obat) dan kurang informasi program terapeutik
(00078)
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan : pada keluarga Tn.R khususnya Tn. R
berhubungan dengan Perilaku berisiko (konsumsi makanan yang tidak dianjurkan, tidak
rutin olahraga, ketidakpatuhan minum obat) (00078)

DIAGNOSA 1
- Ny.S berkata : “Ya mungkin gara-gara asam urat Mbak. Kaki kiri rasanya sakit saat melakukan
aktivitas yang berlebihan atau pas kecapean. Selain kaki kiri, yang sering kerasa sakit tangan kanan
Mbak. Sakitnya senut-senut sampai ndak bisa buat aktivitas saking griminggingnya Mbak, Kalau skala
pas senut-senut sekitar 4, sakitnya nggak tentu kadang nyeri kadang nggak, biasanya saya bawa duduk
beberapa saat gitu mbak lumayan ilang kalau nggak ilang tak minumin obat Mbak.”
- Ny.S berkata : “Ya belum tahu Mbak mengurangi rasa sakit saat asam urat sedang kambuh.”
- Ny.S berkata : “Biasanya sendi lutut kiri bengkak. Warnanya kemerahan mengkilap Mbak. Lutut kiri
juga kalau suruh nekuk kebelakng sudah ndak sebisa yang lutut kanan, agak terbatas mbak kalau
gerakan melipat ke belakang.”
- Ny.S berkata : “Kalau abis makan makanan tertentu kadang langsung terasa nyeri, paling sering
kerasa kalau makan tempe.”
- Ny.S berkata : “Senut-senutnya itu kerasa ya Mbak, pas cuaca dingin atau pas bangun tidur dipagi
hari.”
- Ny. S berkata, “Kalau asam urat pertama kali tahu ya 3 tahun yang lalu, 2017.
Setahunan udah ndak pernah cek Mbak, lah ibu merasa sudah normal. Minum obat juga
ndak ada perubahan-perubahan Mbak, tetepi kadang masih senat senut. Ini pas mulai
tahun barunan kerasa nyerine mbak di kaki kiri sama tangan yang sebelah kanan.”

DIAGNOSA 2
- Ny. S berkata, “…. Kalau makanan ya dimakan aja, kecuali memang saran dokter.
Itupun kalau saran dokter masih sering melanggar Mbak.”
- Ny. S berkata : “Saya dari dulu, mulai umur 30 an tahun tensi nya tuh 160 an keatas
mbak, pernah nyampe 200 kemarin Bulan Agustus 2019. Keluarga pada punya riwayat
darah tinggi. Kalau pas kumat ya pusing, lehernya tegang, capek sedikit rasanya pusing.
Itupun kalau diatas 200 Mbak baru ngrasain.”
- Ny. S berkata : “Buat darah tingginya ini minum obat Amlodipin 10 mg mbak tiap sore 1
tablet itu. Tapi ibu kadang ndak minum, sering lupa….. Sebenernya disuruh ngurangi
asin sama makanan berlemak mbak tapi kalau ibu makan ndak asin itu ndak enak,
kurang mantep rasane mbak.”
- Ny. S berkata : “….Minum obatnya ya kadang masih lupa Mbak, apalagi kalau kecapean
gitu sering kebabablasen tidur.”
- Ny. S berkata : “ Ibu saya meninggal tahun 2009 ya karena di rawat dirumah sakit. Kata
Dokternya ya hipertensi, gula, sama stroke juga.
- Ny.S berkata : “Ibu darahnya tinggi, jadinya sudah mencoba ngurangi garam mbak kalo
masak tapi kalau bener-bener hambar ya ndak suka. Dokter ya sudah ngasih tahu buat
ngurangin makanan tinggi garam sama ngresepin obat. tapi ibu kadang ndak minum,
sering lupa. Kadang minum obat juga hawane males banget mbak. Dokter juga nyaranin
banyak minum air putih, Ibu kadang ya males minum. Jadi minum dikit.”
- Ny.S berkata berkata: “Ibu ndak pernah olahraga mbak paling pas kerja kan sama beres
beres rumah.”
- Ny. S berkata : “Ibu jarang olahraga karena kadang udah bantu bantu bapak kerja
jadinya ya malas olahraga. Ibu belum tau caranya merubah lingkungan untuk darah
tinggi mbak. Bapak juga ndak merokok, Alhamdulilah. ”
- Ny.S berkata : “Pakai BPJS, gratis periksa di puskesmas. Kalau posyandu lansia saya
jarang ikut, sibuk aktivitas dirumah Mbak. Ya karena jarang ada keluhan juga, makanya
males aja kalau ke posyandu lansia.”
- Ny. S berkata : “Ya kalau makanan masih mencoba membiasakan sesuai anjuran dokter,
tapi yang inget aja mbak. Kalau abis makan makanan tertentu kadang langsung terasa
nyeri, paling sering kerasa kalau makan tempe sama jeroan. Ibu suka makanan itu, suka
nda tahan Mbak. Kalau makanan lain yang ndak boleh dikonsumsi belum paham semua,
Lupa sama saran-saran dokter.”

DIAGNOSA 3
- Ny. S berkata, “…. Kalau makanan ya dimakan aja, kecuali memang saran dokter.
Itupun kalau saran dokter masih sering melanggar Mbak.”
- Tn. R berkata : “Bapak itu awalnya ndak tau kalau ada gula, lah wong keluarga nda ada
yang meninggal karena gula juga. Pertama kali ketahuan sekitar 2 tahunan yang lalu.
Pas cek awal di puskesmas nyampe 300 an mbak, persisnya lupa.”
- Tn. R berkata : “Bapak itu awalnya ndak tau kalau ada gula, lah wong keluarga nda ada
yang meninggal karena gula juga. Pertama kali ketahuan sekitar 2 tahunan yang lalu.
Pas cek awal di puskesmas nyampe 300 an mbak, persisnya lupa.”
- Tn.R berkata : “Saya dari dua tahunan yang lalu, gulanya sering tinggi Mbak, diatas
200. Kalau keluhan yang tak rasakan sering pipis, gampang laper, sama ngantukan. Tapi
kalau sekarang yang parah sering ngantuk. Kalau ngrasa gulane tinggi bapak biasanya
langsung istirahat, minum obat, sama langsung berhenti makan yang manis-manis.
- Tn.R berkata : “….Buat gula kan ada obat rutin ya mbak, sesuai resep dokter itu ada
Glimepirid 4 mg sehari sekali, Metformin 500 sehari dua kali. Cuma kadang bapak lupa
konsumsi yang Glimepirid karena minumnya pas makan malam, kadang makan males
rasanya jadi bablas ndak keminum sampai pagi.”
- Tn.R berkata : “….Tapi bapak sekali makan kan porsinya banyak, bisa 3-4 centong nasi.
Sebenere disuruh dokter ya ngurangin makanan manis-manis, cuma makanannya apa
aja itu kan belum paham semua mbak. Sama dulu dokter nyaranin jumlah porsinya, tapi
lupa.”
- Tn.R berkata : “….Bapak juga belum tau alesan dan merasakan sendiri jadi masih
penasaran bener apa nda anjuran-anjuran itu makane bapak sering melanggar
pantangan-pantangan. Jadi biasane bapak tetep konsumsi makanan manis kaya teh
manis dan roti. Bapak seneng ngeteh manis, sehari sampai 3 x Mbak.
- Ny. S berkata : “Kalau bapak kan sifatnya eman-eman Mbak, Makanya kalau ada
makanan apapun takut terbuang jadinya dimakan, padahal itu makanan manis. Sudah
diingatkan mbak sama anggota keluarga.”
- Ny. S berkata : “Ya sebisa mungkin ya saya rawat sendiri Bapak, nasihat dari dokter
juga kenceng tak diterapin ke bapak. Cuma bapak itu kan kalau ndak tahu alesan sama
kalau belum kejadian ndak mau patuh dan membiasakan. Kalau saya suruh mantau
bapak dirumah terus ya lama lama capek juga mba.”
- Ny. S berkata : “Kalau makanan ya kadang imbangi yang ndak manis-manis. Kalau aku
buatin teh gulanya dikit banget, cuma bapak sering ngeluh kurang manis. Biasane bapak
nambahin sendiri gulanya, makanya konsumsi manisnya jalan terus. Lah wong sehari
ngeteh paling nda 3 x.”
- Tn. R berkata “Bapak jarang olahraga, ya kerja Mbak, jadi ndak ada waktu buat
olahraga.”

Anda mungkin juga menyukai