Anda di halaman 1dari 17

BPJS Ketenagakerjaan 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam upaya mewujudkan
pembangunan nasional Indonesia. Peran negara dalam mewujudkan upaya
pembangunan nasional adalah dengan menjamin dan mewujudkan kesejahteraan
tenaga kerja. Salah satu bentuk terwujudnya kesejahteraan tenaga kerja adalah
terpenuhinya jaminan kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari pembangunan nasional sehingga harus mempunyai acuan
yang jelas tentang arah pembangunan kesehatan yang dapat dipedomani oleh
seluruh komponen pelaku pembangunan. Jaminan kesehatan merupakan faktor
penting terciptanya sumber daya manusia unggul yang dapat membantu
terwujudnya pembangunan nasional sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
Terpenuhinya jaminan kesehatan dapat dicapai dengan penyediaan fasilitas dan
pelayanan kesehatan yang layak bagi tenaga kerja. “Pelayanan kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia” sebagaimana tertuang
dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Amandemen Kedua.
Dalam rangka menjamin terwujudnya hak asasi manusia dalam bidang
kesehatan yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, maka sesuai dengan
Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Keempat, “Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak, termasuk bagi tenaga kerja”. Penyediaan fasilitas
dan pelayanan kesehatan yang layak, akan mendukung program jaminan
kesehatan khususnya dalam pembangunan ketenagakerjaan. Dengan demikian
upaya untuk terus mengembangkan penyediaan dan pelayanan kesehatan dalam
sistem jaminan sosial nasional menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.
“Program jaminan sosial merupakan program perlindungan yang bersifat
dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan

1
BPJS Ketenagakerjaan 2018

kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi. Resiko sosial ekonomi yang


ditanggulangi oleh program tersebut terbatas pada saat terjadi peristiwa
kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal” (Asri Wjiayanti,
2009 :138-139).
Penyelenggara Program Jaminan Sosial diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang tertuang dalam pasal
28H ayat (3) yang menyatakan: “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat” dan pada Pasal 34 ayat (2) yang disebutkan bahwa: “Negara
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”
(Rudy Hendra Pakpahan dan Eka N.A.M Sihombing, Vol. 9 No.2.2012: 164).
Pada Tahun 2004 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 40 tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang SJSN
memberikan jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah
satu tindak lanjut dari lahirnya Undang-Undang SJSN adalah dengan membentuk
satu badan penyelenggara jaminan sosial yang akan melaksanakan jaminan sosial
sesuai dengan Undang-Undang SJSN.
Tindak lanjut dari amanat konstitusi Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, pada akhir 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang BPJS mengamanatkan transformasi badan penyelenggara yaitu PT Askes
bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan sedangkan PT Jamsostek
bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan
memberikan jaminan kesehatan sedangkan BPJS Ketenagakerjaan memberikan
jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan
kematian, pemutusan tenaga kerja.
PT. BPJS Ketenagakerjaan memiliki sebuah motto yakni sebagai jembatan
menuju kesejahteraan pekerja, hal ini juga diterapkan dalam visi dan misi yang
harus dijalankan oleh setiap pegawainya. Tentunya berbagai hal perlu dilakukan
oleh perusahaan ini untuk dapat bergerak meraih segala target pasar berupa

2
BPJS Ketenagakerjaan 2018

meningkatnya jumlah pengguna jasa produk BPJS dan juga kepuasan dari para
pelanggan yang menggunakan berbagai produk jasa tersebut. BPJS
Ketenagakerjaan ini dulunya lebih dikenal masyarakat luas dengan nama PT.
Jamsostek sebelum akhirnya berganti nama per tanggal 1 Januari 2014 lalu.
PT. BPJS Ketenagakerjaan dalam kiprahnya selama 30 tahun ini telah
membuktikan bahwa program jaminan sosial tenaga kerja merupakan salah satu
instrumen kebijaksanaan ketenagakerjaan yang tangguh, khususnya dalam
memberikan perlindungan dasar bagi tenaga kerja terhadap resiko sosial ekonomi
yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja, cacat, hamil, bersalin, hari tua dan
meninggal dunia. Pada hakekatnya BPJS Ketenagakerjaan merupakan bagian dari
pembangunan nasional khususnya dibidang ketenagakerjaan. Pembangunan
nasional yang telah menciptakan lapangan kerja dan memperluas kesempatan
kerja, juga memberikan perlindungan bagi tenaga kerja yang menjalankan
pekerjaannya. Dengan banyaknya pekerja yang jatuh sakit, cacat dan meninggal
dunia karena pekerjaannya sendiri dan tidak mendapatkan jaminan sama sekali
maka pada tahun 1992 Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja menjadi lebih mudah karena
memiliki dasar hukum yang kuat. Lahirnya undang-undang ini merupakan karya
monumental dalam sejarah ketenagakerjaan Indonesia. Jaminan sosial yang
memberikan perlindungan dasar kepada tenaga kerja ini merupakan amanah dalam
menjaga harkat dan martabat tenaga kerja sebagai manusia saat menghadapi resiko
sosial ekonomi. Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan ini menjamin setiap pekerja mendapatkan kebutuhan dasar yang
akan diterimanya dengan cara terhormat yang merupakan haknya dan bukan
berdasarkan belas kasihan.
PT. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dalam
penyelengaraan jaminan sosial tenaga kerja tersebut, terus berupaya memberikan
pelayanan terhadap peserta program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan sehingga perlindungan terhadap seluruh pekerja dapat terwujud

3
BPJS Ketenagakerjaan 2018

yang pada akhirnya pekerja merasa tenang dan nyaman untuk bekerja ditempat
kerjanya.
Produk dan layanan yang diberikan kepada seluruh pekerja oleh BPJS
Ketenagakerjaan adalah Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian
(JK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP), serta program lain dari
BPJS yaitu Program Jaminan Jasa Konstruksi dan Program Pekerja Bukan
Penerima Upah. Salah satu program BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan Hari
Tua (JHT) yang khusus menangani setiap peserta yang mencapai usia 56 tahun,
meninggal dunia, cacat total tetap, berhenti bekerja karena mengundurkan diri,
terkena PHK dan sedang tidak aktif bekerja dimanapun, atau peserta yang
meninggalkan wilayah Indonesia untuk selamanya. Dalam hal pendaftaran dan
pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) harus dilakukan secara bertahap dan sesuai
dengan tata cara yang ditetapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Menurut Pasal 1 angka 2 Perturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013
tentang Penahapan Kepesertaan “Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS
Ketenagakerjaan) adalah salah satu lembaga pemerintah yang memberikan
program jaminan sosial bagi tenaga kerja, yang wajib diikuti oleh setiap orang
yaitu pemberi kerja atau pengusaha dan tenaga kerja. Tenaga kerja yang dimaksud
yaitu tenaga asing yang berkerja di Indonesia kurang lebih 6 (enam) bulan, Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (POLRI), Pejabat
Negara, Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri, Prajurit Siswa Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan Peserta didik Polisi Republik Indonesia (POLRI).”
Pelaksanaan pendaftaran dan pencairan jaminan hari tua dibuat melalui
langkah-langkah yang mudah dan cukup sederhana. Akan tetapi harus memenuhi
syarat-syarat dan tata cara yang ditentukan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengamati lebih lanjut
mengenai sistem informasi pendaftaran dan pencairan jaminan hari tua secara
lebih spesifik.

4
BPJS Ketenagakerjaan 2018

B. TUJUAN
1. Tujuan Fungsional
Dapat menjadikan masukan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan agar bisa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan
kepada konsumen sehingga dapat membenahi kekurangan dan meningkatkan
pelayanan kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan.
2. Tujuan Individual
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Perubahan.

C. MANFAAT
Manfaat yang bisa diambil dari makalah ini adalah mampu melakukan analisis
mengenai perubahan dalam suatu organisasi, spesifik yang dibahas dalam makalah ini
adalah organisasi BPJS Ketenagakerjaan.

5
BPJS Ketenagakerjaan 2018

BAB II
BPJS KETENAGAKERJAAN

A. SEJARAH BPJS KETENAGAKERJAAN


Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab
dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada
masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti
halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan
masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang,
dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan
Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan
bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang
pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan
Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok
Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin
transparan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan
hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977
diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
(PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja
(ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN
untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan
wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995
ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga
Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian
atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

6
BPJS Ketenagakerjaan 2018

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor


40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu
berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2,
yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman
kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi
maupun produktivitas kerja.
Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan
dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4
(empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya hingga
berlakunya UU No 24 Tahun 2011.
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1
Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek
(Persero) yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial
tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun
mulai 1 Juli 2015.
Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS
Ketenagakerjaan pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil
mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh
pekerja dan keluarganya.
Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS
Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha
saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan
ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

7
BPJS Ketenagakerjaan 2018

B. VISI DAN MISI BPJS KETENAGAKERJAAN


Visi
Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya,
bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.
Misi
Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi
perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:
- Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga
- Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada
tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas
- Negara: Berperan serta dalam pembangunan
Tujuan
Meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dan menjadileader asuransi
tenaga kerja di Indonesia
Sasaran
Seluruh pekerja di Indonesia

C. ANALISIS VISI DAN MISI BPJS KETENAGAKERJAAN


Analisis Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran dengan Karakteristik SMART (Simpe,
Measurable, Apllicable, Reliable, Timeable)
Visi
Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya,
bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.
Analisis SMART :
Simple : visi mudah dimengerti oleh karyawan dan peserta
Measureable : dapat diukur dengan skala internasional
Apllicable : bisa diaplikasikan kapan saja
Reliable : saling terkait karena melibatkan karyawan dan peserta
Timeable : memerlukan waktu yang cukup lama karena menjadi berkelas dunia perlu
waktu

8
BPJS Ketenagakerjaan 2018

Misi
Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi
perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:
- Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga
- Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada
tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas
- Negara: Berperan serta dalam pembangunan
Analisis SMART :
Simple : misi mudah dimenegerti dan mudah dicapai
Measureable : belum measurable karena belum ada ukuran dalam misi
Apllicable : bisa segera di aplikasikan
Reliable : saling terkait sehingga mudah untuk di realisasikan
Timeable : tidak ada batas waktu

Tujuan
Meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dan menjadi leader asuransi
tenaga kerja di Indonesia
Analisis SMART :
Simple : sederhana dan bisa di capai berdasarkan misi yang telah di tetapkan
Measureable : dapat diukur dengan jumlah kepesertaan
Apllicable : bisa segera di aplikasikan
Reliable : saling terkait sehingga mudah untuk di realisasikan
Timeable : tidak ada batas waktu

Sasaran
Seluruh pekerja di Indonesia
Analisis SMART :
Simple : sasaran sederhana dan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan
Measureable : dapat diukur dengan jumlah pekerja di Indonesia
Apllicable : bisa segera di aplikasikan
Reliable : saling terkait sehingga mudah untuk di realisasikan
Timeable : tidak ada batas waktu

9
BPJS Ketenagakerjaan 2018

D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI BPJS KETENAGAKERJAAN


Berdasarkan Undang0undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, maka BPJS
Ketenagakerjaan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas tersebut BPJS Ketenagakerjaan mempunyai fungsi :
- BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja
- BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kematian
- BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan hari tua
- BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan pensiun
b. Tugas
Dalam melaksanakan fungsinya, maka BPJS Ketenagakerjaan mempunyai tugas :
- Melakukan dan menerima pendaftaran peserta
- Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja
- Menerima bantuan iuran dari Pemerintah
- Mengelola jaminan sosial untuk kepentingan peserta
- Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial
- Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat
Gambar 1. Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan

10
BPJS Ketenagakerjaan 2018

BAB III
PEMBAHASAN

A. PERUBAHAN ORGANISASI BPJS


BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi
tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya
menggunakan mekanisme asuransi sosial.
Sebagai Lembaga Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS
Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana
undang-undang jaminan sosial tenaga kerja.
BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga
kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun
2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak
tanggal 1 Januari2014.
BPJS Kesehatan dahulu bernama Askes bersama BPJS Ketenagakerjaan
merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai
beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai
beroperasi sejak 1 Juli 2015.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan 4 Program
yakni Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan
Pensiun (JP), dan Jaminan Kematian (JK). Sementara Program Jaminan Kesehatan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan mulai 1 Januari 2014. Menurut Undang-
Undang tersebut, Pemberi Kerja wajib mendaftarkan seluruh pekerjanya menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan secara bertahap menurut
ketentuan perundang-undangan. Pemberi Kerja (Perusahaan) dalam hal ini selain
mendaftarkan juga menarik iuran dari Pekerja dan membayarkan berdasarkan
pembagian kewajiban antara Pemberi Kerja dan Pekerja.

11
BPJS Ketenagakerjaan 2018

Tabel 1.1 Perubahan dan Dampak Organisasi

REGULASI KETERANGAN DAMPAK

Peraturan Pemerintah
Nomor 44 tahun 2015 PNS/TNI/Polri tidak termasuk Menurunkan jumlah
tentang penyelenggaraan Peserta BPJS Ketenagakerjaan. peserta aktif.
Program JKK dan JKM.
Peraturan Pemerintah Iuran Program Jaminan Pensiun
Nomor 45 Tahun 2015 dengan rate 3% dengan ceiling
Menurunkan jumlah iuran.
tentang penyelenggaraan upah Rp. 7.000.000,00,
Program Pensiun. yang awalnya ditargetkan 8%.
Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2015 Masa Kepesertaan Aktif 10 tahun, Menaikkan jumlah klaim dan
tentang penyelenggaraan dapat menarik JHT 10% dan 30%. menurunkan jumlah dana kelolaan.
Program JHT.
Peraturan Pemerintah
Peserta terkena PHK dan berhenti
Nomor 60 Tahun 2015 Menaikkan turnover peserta
bekerja dapat menarik seluruh JHT
tentang Revisi PP 46 dan jumlah dana kelolaan.
dengan masa tunggu 1 bulan.
Tahun 2015.

Peraturan Pemerintah Nomor 55


Rate dana pengelolaan program JHT
Tahun 2015 Tentang Perubahan PP Merubah besaran persentase
dan JP maksimal 10% dari iuran dan
99/2013 – Pengelolaan Aset BPJS Dana Operasional BPJS.
hasil pengembangan dana.
Ketenagakerjaan.

12
BPJS Ketenagakerjaan 2018

B. MODEL ORGANISASI BPJS KETENAGAKERJAAN

Model 7-S McKinsey merupakan kerangka yang banyak didiskusikan untuk melihat
saling keterkaitan antara formulasi dan implementasi strategi. Model ini membantu manajer
untuk memfokuskan perhatian pada pentingnya menghubungkan strategi yang dipilih pada
beragam kegiatan yang dapat mempengaruhi implementasi strategi tersebut. Awalnya model
ini dikembangkan sebagai cara pikir yang lebih luas tentang permasalahan
mengorganisasikan secara efektif, kerangka 7-S memberikan sebuah alat untuk menilai
“kemampuan” strategi.
Menurut salah satu pengembangnya, Robert H. Waterman Jr., kerangka ini
menyarankan bahwa tidak cukup untuk berpikir tentang implementasi strategi hanya sebagai
persoalan strategi dan struktur, seperti pandangan tradisional:
Pemahaman konvensional yang dulu digunakan bahwa jika anda pertama kali
mendapatkan strategi yang benar, organisasi yang benar akan mengikutinya. Dan ketika
hampir semua orang dalam budaya Barat berpikir tentang organisasi, mereka memikirkan
struktur. Namun, dalam prakteknya asumsi-asumsi ini terlalu membatasi.

KERANGKA 7’S MODEL


1. Strategi – rute yang telah dipilih oleh organisasi bagi pertumbuhannya di masa depan;
sebuah rencana yang diformulasi oleh organisasi untuk memperoleh keunggulan
kompetitif yang berkesinambungan. Sebuah rencana untuk mengalokasikan sumber
daya sepanjang waktu untuk mencapai tujuan-tujuan yang diidentifikasikan –
menentukan arah

13
BPJS Ketenagakerjaan 2018

2. Struktur – kerangka dimana kegiatan-kegiatan anggota-anggota organisasi


dikoordinasikan. Empat bentuk struktural dasar adalah bentuk fungsional, struktur
divisi, struktur matriks, dan struktur jaringan. Bagan organisasi dan menambah benda
yang menunjukkan siapa yang melaporkan kepada siapa dan bagaimana tugas-tugas
dibagi dan diintegrasikan
3. Sistem – prosedur formal dan informal, meliputi sistem inovasi, sistem kompensasi,
sistem informasi manajemen, dan sistem alokasi kapital, yang mengatur kegiatan
setiap hari. Proses dan prosedur melalui mana hal-hal diselesaikan dari hari ke hari (S
yang sangat kuat)
4. Style (Gaya) – pendekatan kepemimpinan dari manajemen puncak dan pendekatan
operasional keseluruhan organisasi; juga cara dimana pegawai-pegawai organisasi
menghadirkan diri mereka ke dunia luar, kepada pemasok dan pelanggan. Cara
manajer berperilaku secara kolektif dalam hal penggunaan waktu, perhatian dan
tindakan simbolik (S yang sangat kuat)
5. Skills (keterampilan) – apa yang dilakukan terbaik oleh organisasi; what the company
does best; kapabilitas dan kompetensi khusus yang ada di dalam organisasi.
Kapabilitas dimiliki oleh organisasi secara keseluruhan dan unik dari individu-
individu.
6. Staff – sumber daya manusia organisasi; mengacu pada
bagaaimanaa orang dikembangkkan, dilatih, disosialisasikan, diintegrasikan,
dimotivasi, dan bagaimana karis mereka dikelola. Orang-orang dalam organisasi –
demografi.
7. Shared values (nilai bersama) – awalnya disebut tujuan superordinat; konsep-konsep
dan prinsip-prinsip pedoman dari organisasi – nilai-nilai dan aspirasi, seringkali tidak
tertulis – yang melampaui pernyataan tujuan organisasi yang konvensional; ide-ide
fundamental disekitar bisnis yang dibangun; hal-hal yang mempengaruhi kelompok
bekerja sama untuk tujuan bersama.

14
BPJS Ketenagakerjaan 2018

Bagan Skema 7S

7’S Model dalam BPJS Ketenagakerjaan


1) Strategi
- Banyaknya aplikasi yang dibuat untuk mempermudah layanan pada peserta.
- Adanya prosedur pelayanan yang jelas
- Bekerja sama dengan instansi-instansi terkait (dinas tenaga kerja, kejaksaan, ptsp)
untuk memberikan wacana kewajiban mendaftarkan perusahaan dan karyawan
sesuai dengan amanat undang-undang.
2) Struktur
- Adanya struktur organisasi yang jelas dan pembagian pekerjaan yang jelas
3) Sistem
- BPJS Ketenagakerjaan berada dibawah naungan JKN yang di awasi oleh Presiden
dan di sahkan dalam Undang – undang.
4) Style
- Dengan memperbesar iuran dan kepesertaan, perusahaan bisa memiliki dana yang
besar sehingga dapat memberikan manfaat lebih besar dibandingkan pesaingnya
(penetrasi pasar).
5) Skills
- BPJS Ketenagakerjaan memiliki kemampuan pemasaran yang cukup kuat dan
tersebar, yakni dengan tersebarnya kantor cabang dan kantor cabang perintis di
seluruh Indonesia dibandingkan dengan para pesaingnya.

15
BPJS Ketenagakerjaan 2018

6) Staff
- Diadakannya berbagai macam pelatihan yang diberikan pada staff untuk
meningkatkan skill karyawan.
7) Shared Value
- Shared Values merupakan inti utama dari Kerangka McKinsey 7s karena berkaitan
dengan nilai-nilai inti perusahaan yang menjadi budayanya. Share Values pada
dasarnya adalah Standar ataupun norma-norma yang menjadi panduan perilaku
bagi semua karyawan dan manajemen perusahaan.

16
BPJS Ketenagakerjaan 2018

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Skema konsep 7S ini dikenalkan pertama kali oleh McKinsey, sebuah lembaga
konsultan manajemen yang menawarkan konsep 7S untuk diterapkan sebagai
alternatif strategi manajemen pada dunia bisnis. Meskipun konsep tersebut diciptakan
sekitar 30 tahun silam, namun masih memiliki relevansi yang kuat dengan dunia
bisnis sampai saat ini.
Konsep 7S pada dasarnya merupakan singkatan dari 7 dimensi/komponen yang
dianggap merupakan pilar bagi tegaknya sebuah kekokohan berdirinya
organisasi/perusahaan.

B. SARAN
Tujuh pilar kunci (7S McKinsey) tersebut harus dipelihara dengan prinsip
countinous improvement (peningkatan secara berkelanjutan pada setiap
pilar/komponen-nya) dan dijalankan oleh pelakunya dengan penuh keseriusan dan
diterima/diakui sebagai “ruh” organisasi. Sinergi seluruh pilar/komponen secara
optimal, dapat memberi peluang yang terbuka bagi kelancaran & kesuksesan BPJS
Ketenagakerjaan.
Terabaikannya 7 pilar/komponen tersebut menyebabkan kinerja organisasi
kurang optimal dan perlu effort bagi manajemen untuk menata dan mensinergiskan
setiap pilar/komponen tersebut.

17

Anda mungkin juga menyukai