Tak Gerontik
Tak Gerontik
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada lansia.
1.4 Manfaat
Lansia dapat mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada dirinya.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan pendekatan medik – psikososial –
edukasional – vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional yang optimal.
2) Program Okupasiterapi
Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan memberikan
latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada aktiviats yang diinginkan.
Misalnya latihan jongkok-berdiri di WC yang dipunyai adalah harus jongkok, namun bila tidak
memungkinkan maka dibuat modifikasi.
3) Program Ortotik-prostetik
Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka seorang ortotis-
prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti bagian tubuh yang memerlukan sesuai
dengan kondisi penderita. Dan untuk lansia hal ini perlu pertimbangan lebih khusus, misalnya
pembuatan alat diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yang lebih sederhana sehingga
mudah dipakai, dll.
5) Program Sosial-Medik
Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal bersama
lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang berkaitan dengan aktivitas yang
dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sangat penting sebagai masukan untuk
mendukung program lain yang ahrus dilaksanakan, misalnya seorang lansia yang tinggal
dirumahnya banyak trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang
datar dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll
6) Program Psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan emosionalnya, yang
mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah seorang yang tipe agresif, atau
konstruktif, dll. Juga untuk memberikan motivasi agar lansia mau melakukan latihan, mau
berkomunikasi, sosialisasi dan sebgainya. Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan program
lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.
2.3 Peran Tim Medis
1) Fase Perawatan Intensif (Intensive Care)
Yang menonjol peran perawat, baru kemudian fisioterapis dan mungkin petugas sosial
medik sudah mulai berperan.
Tujuan
a. Mengisi waktu luang bagi lansia
b. Meningkatkan kesehatan lansia
c. Meningkatkan produktifitas lansia
d. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
Jenis Kegiatan :
a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan
masalah lansia.
c. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah hidup dan dapat
mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan
d. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dll
f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas,
membuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat
(pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit dari kain, merajut dari benang,
kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll)
g. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas cermat, mengisi
TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll
i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan
melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi
ke kebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dll.
j. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti menggadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
k. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit
penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan
fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi;
tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali.
Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah
yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk
kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau
mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan
fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya,
isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau
fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola
interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual
anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama
ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses
yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul.
Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
2) Teknik
a. Mencegah Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu sindroma penurunan densitas tulang (matrix dan mineral
berkurang), terapi rasio matrik dan mineral tetap normal. Osteoporosis terjadi karena
ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Densitas mineral tulang
berkurang sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah walaupun dengan trauma minimal.
d. Perlindungan sendi
Usaha perlindungan sendi dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian sendi secara
berlebihan, menghindari trauma, mengurangi pembebanan, berusaha menggunakan sendi yang
lebih kuat atau lebih besar, dan istirahat sejenak disela-sela aktivitas.
e. Konservasi Energi
Konservasi energy adalah suatu cara melakukan aktivitas dengan energy yang relative
minimal, namun dapat memperoleh hasil aktivitas yang baik. Teknik konservasi energy dapat
dicapai apabila dalam setiap aktivitas memperhatikan hal-hal berikut :
1) Rencanakan aktivitas yang akan dilakukan sehingga tidak ada gerakan kejut yang akan
meningkatkan strees fisik atau emosional.
2) Atur lingkungan aktivitas sedemikian rupa sehingga pada waktu melaksanakan aktivitas,
energy dapat digunakan secra efisien
3) Jika mungkin, aktivitas dilakukan dalam posisi duduk
4) Jangan menjinjing atau mengangkat barang jika dapat didorong atau digeser.
5) Gunakan alat aktivitas yang relatife ringan
6) Lakukan aktivitas dengan cara yang sama karena akan membuat lebih efisien.
7) Dalam setiap aktivitas, harus sering diselingi istirahat. Salah satu pedoman adalah sepuluh
menit istirahat untuk setiap satu jam bekerja.
8) Bagi aktivitas menjadi beberapa bagian kemudian kerjakan pada waktu yang berbeda.
3) Farmakoterapi
Pada lansia terjadi penurunan proses farmakokinetik dan farmakodinamik, yaitu :
a. Dengan pemberian dosis yang lazim KOP (Kadar Obat Plasma) akan lebih tinggi oleh karena
sistem eliminasi obat dalam hepar dan ginjal menurun.
b. Denga KOP yang sama dapat terjadi FOB (Fraksi Obat Bebas) lebih tinggi dari yang lazim
sebab kadar albumin pada lansia telah menurun terlebih-lebih pada waktu sakit atau oleh karena
pengangsuran tempat (Silent Reseptor) dari ikatan albumin oleh obat lain (Polifarmasi).
c. Perubahan efek farmakodinamik obat bersamaan dengan penurunan mekanisme regulasi
homeostatik dapat menyebabkan bias besar dalam efek farmakoterapi.
Oleh karena itu, semua pemberian obat harus dimulai dengan dosis yang lebih kecil,
misalnya ½ dosis standart dan dinaikkan perlahan-lahan dengan pemantauan yang ketat. Dalam
banyak hal diperlukan pengukuran KOP dalam darah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi organ tubuh dan
bukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan penderita harus berbaring lama
sedapat mungkin dihindarkan. Pemberian terapi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
pemulihan kesehatan pada lansia. Seperti pemberian modalilitas alamiah ataupun dengan
menggunakan peralatan khusus biasanya hanya menggurangi keluhan yang bersifat sementara,
akan tetapi latihan-latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk
mempertahankan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu agar mobilitas tetap terjaga
sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga pencegahan disabilitas primer
diminimalkan dan disabilitas sekunder bisa dicegah, dan pada akhirnya tidak terjadi handicap.
3.2 Saran
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan pada lansia
dalam taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan.
Dengan demikian, lansia masih dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Oleh karena itu
perkembangan ilmu dan praktika dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi kualitas
sumber daya yang dibutuhkan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1) Martono, Hadi dan Kris Pranarka.2010.Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut).Edisi IV.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
2) Mubarak, Wahid Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.Jakarta :
Salemba Medika
3) Maryam, R.Siti.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta : Salemba Medika
4) Stockslager, Jaime L.2007.Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik.Edisi II.Jakarta : EGC
5) Watson, Roger.2003.Perawatan Pada Lansia.Jakarta : EGC
6) Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo.2003.Fisioterapi Pada Lansia.Jakarta : EGC
TERAPI MODALITAS LANSIA (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)
A. PENGERTIAN
Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
C. TUJUAN
1. Mengisi waktu luang bagi lansia
2. Meningkatkan kesehatan lansia
3. Meningkatkan produktifitas lansia
4. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
D. JENIS KEGIATAN
a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan mas
alah lansia.
b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-
10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan
mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-
Leader, dan fasilitator. Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
c. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat me
ngenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan.
d. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang. Misal
nya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dan lain-lain
e. Terapi dengan Binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-
hari sepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam,
dan lain-lain.
f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan me
mbuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, me
mbuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pel
epah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dan lain-
lain), menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihk
an lingkungan sekitar, menjemur kasur, dan lain-lain).
g. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi Te
ka-Teki Silang (TTS), tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain.
h. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengala
man hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya.
i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan mel
ihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke k
ebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dan lain-lain.
j. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa ny
aman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
k. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai un
it penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanaka
n fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi, t
idak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontrib
usi dari masing-
masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih
dahulu masing-
masing anggota keluarga mawas diri, apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masin
g-
masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keu
tuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan f
ase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya,
isu-
isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fas
e kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola int
eraksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-
masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-
peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri difase terminasi di mana keluarga akan
melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-
cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yan
g berkesinambungan.
BAB III
PEMBAHASAN
Tugasnya:
c. Sebagai fasilitator
Tugasnya :
Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
d. Sebagai observer
Tugasnya :
Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan, proses dan penutup.
Mencari serta mengarahkan respon klien
Mencatat semua proses yang terjadi
Memberi umpan balik pada kelompok
Melakukan evaluasi pada terapi aktifitas kelompok
Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
Membacakan kontrak waktu
e. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaa
H. CONTOH KEGIATAN
a. Definisi terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sos
ialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
b. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri.
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
c. Aktivitas dan Indikasi
1. Tujuan
a. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:
Menyebutkan jati diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
Menanyakan jati diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
2. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
3. Alat
a. Tape recorder/laptop
b. Kaset lagu
c. Bola
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
4. Metode
Dinamika kelompok
5. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
salam dari terapis
Peserta dan terapis memakai name tag
2. Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah pernah memperkenalkan diri pada orang lain.
3. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan
Menjelaskan aturan main yaitu:
Berkenalan dengan anggota kelompok
Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada pemimpin TAK.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap Kerja
1. Hidupkan lagu dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
2. Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola, mendapat giliran untuk berken
alan dengan anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara :
memberi salam
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
dimulai oleh terapis sebagai contoh
3. Ulangi nomor 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
4. Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat lagu dimatikan, minta anggota kelompok ya
ng memegang bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada
kelompok yaitu nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
5. Ulangi nomor 4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
6. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan
d. Tahap terminasi.
1. Evaluasi.
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidup
an sehari-hari
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
3. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok
Menyepakati waktu dan tempat.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untu
k menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien se
suai dengan tujuan TAK. Evaluasi kemapuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonv
erbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut:
KEMANPUAN MEMPERKANALKAN DIRI
A. Kemampuan Verbal
Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda jika ditemukan pada klien atau ta
nda X jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0, 1, atau 2
klien belum mampu.
BAB IV
PENUTUP
Dari pembahasan di atas disimpulkan bahwa, Terapi Aktifitas Kelompok sangat dibutuhkan
bagi lansia karena dapat mempertahankan kemampuan stimulasi persepsi lansia, mempertahank
an kemampuan stimulasi sensori lansia, mempertahankan kemampuan orientasi realitas lansia da
n mempertahankan kemampuan sosialisasi lansia.
Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok bagi lansia yaitu agar anggota kelompok merasa dimili
ki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain, membantu anggota kelo
mpok berhubungan dengan yang lain, serta merubah perilaku yang destruktif dan mal adaptif dan
Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain untuk menemuk
an cara menyelesaikan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8
Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Sagung seto
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK LANSIA
DISUSUN OLEH:
A.GIGIH PRAYOGA
AGNES NOVIA NINGRUM
AGUS WAHYUDI
DONATILA DINAR ARIZONA
EKA SRIWAHYUNI
ELIA CONTESA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau
ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan
umur harapan hidup manusia. Akibatnya penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah
cenderung lebih cepat. Sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi “ledakan
penduduk usia lanjut” (Nugroho:2000).
Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa populasi penduduk lansia di Indonesia pada
tahun 2008 sebesar 8,55 % dari keseluruhan jumlah penduduk. Sedangkan jumlah penduduk
lansia di propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 telah mencapai 484.344 orang atau ada
sekitar 6,89% dari jumlah penduduk sumatera selatan. Perbandingan persentase lansia Sumsel
tahun 2009 antara laki-laki dan perempuan adalah 48,84 berbanding 51,16.
Sumatera Selatan termasuk propinsi yang memasuki era penduduk berstruktur tua (aging
population), yaitu suatu propinsi dengan proporsi penduduk lansianya telah berada pada patokan
penduduk berstruktur tua (yakni 7 % atau lebih penduduk usia tua). Di Sumatera Selatan
didirikan beberapa Panti Werdha mengingat banyaknya jumlah lansia yang ada. Salah satunya
yaitu Panti Werdha Darma Bakti yang terletak di KM 7 Kecamatan Sukarami Palembang.
Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal tersebut
dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama di negara-negara maju umur
harapan hidup telah bertambah panjang sehingga warga-warga yang berusia lebih dari 65 tahun
juga bertambah. Adanya peningkatan jumlah penduduk usia lanjut tersebut menyebabkan
perlunya perhatian pada para lansia agar lansia tidak hanya berumur panjang tetapi juga dapat
menikmati masa tuanya dengan bahagia serta meningkatkan kualitas hidup mereka.
Tanda-tanda masa tua disertai dengan adanya kemunduran-kemunduran kemampuan
kerja panca indera, gangguan fungsi alat-alat tubuh, perubahan psikologi serta adanya berbagai
penyakit. Dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia banyak pula masalah kesehatan
yang dihadapi.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada 30 April – 01 Mei 2012 diketahui bahwa
jumlah lansia di Panti Werdha Darma Bakti bagian atas sebanyak 29 orang. Dari jumlah lansia
tersebut, terdapat sebanyak 34,5 % lansia yang menderita hipertensi. Untuk mempertahankan
kesehatan lansia-lansia tersebut perlu adanya upaya-upaya baik besifat perawatan, pengobatan,
pola hidup sehat dan juga upaya lain seperti senam lansia.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk mengajarkan dan
mendemonstrasikan senam lansia dengan hipertensi untuk mencegah peningkatan tekanan darah.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan latihan senam lansia dengan hipertensi, klien dapat mempraktekkan secara
mandiri untuk mencegah peningkatan tekanan darah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan latihan senam lansia dengan hipertensi selama 15 menit di Panti Werdha
Darma Bakti bagian atas, maka klien mampu :
a. Mamahami tentang penyakit hipertensi
b. Mampu mempraktekkan latihan senam lansia dengan hipertensi secara mandiri.
BAB II
SISTEMATIKA KEGIATAN
A. Kriteria Klien
Semua lansia di Panti Werdha Dharma Bakti yang menderita hipertensi.
B. Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Rabu, 2 Mei 2012
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Panti Werdha Dharma Bakti Bagian Atas
C. Rencana Kegiatan
1. Kegiatan : latihan senam untuk lansia dengan hipertensi
2. Materi : teknik senam lansia dengan hipertensi; pengertian, tujuan, indikasi, dan kontra
indikasi.
3. Media :
a. Laptop
b. LCD
c. Video senam lansia
d. kursi
4. Denah Ruang pertemuan
Keteran
gan:
:
:
:notulen
: observer + dokumentasi
: penyaji + instruktur
: pasien
5. Fasilitator
Mengarahkan dan membantu passien dalam melakukan senam
6. Dokumentasi
Mendokumentasi jalannya kegiatan
E. Susunan Acara
NO Langkah- Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Sasaran
. Langkah
1 pembukaan 5 menit1. Memberi salam 1. Memperhatikan dengan
2. Memperkenalkan diri seksama
3. Menjelaskan maksud 2. Menjawab salam
dan tujuan
2 penjelasan 5 menit Penyajian materi Mengikuti kegiatan
penyuluhan sampai selesai
3 Demontrasi 15 Mendemonstrasikan Peserta ikut berperan aktif
latihan menit latihan senam hipertensi dalam memperagakan
senam latihan senam hipertensi
4 evaluasi 5 menit Moderator meminta Memberikan pertanyaan
peserta latihan senam seputar film yang
untuk ditayangkan dan materi
mendemonstrasikan telah disajikan
kembali langkah-langkah
senam hipertensi ( yang
mampu diingat)
5 Penutup 5 menit Memberi salam Menjawab salam
F. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Peserta sudah diberitahu satu hari sebelumnya
b. Media sudah disiapkan
c. Materi sudah siap
d. Satuan acara sudah disiapkan
2. Evaluasi proses
a. Klien mampu memahami penyakit hipertensi
b. Klien mampu mendemonstrasikan latihan senam hipertensi secara mandiri
BAB III
MATERI PENYULUHAN
1. PENGERTIAN
Menurut Hidayat (2002) senam didefinisikan sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih dan
dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis
dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan
menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Penelitian lain dikemukakan oleh Werner (2000) yang
menyebutkan bahwa senam adalah bentuk latihan tubuh pada lantai dan pada alat yang dirancang
untuk melungkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi serta kontrol
tubuh.
Lansia atau usia tua adalah periode dimana organisme telah mancapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu (Ahmadi, 2009).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap
segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.
Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999; 157) antara :
a) Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
b) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (Adaptasi)
c) Funsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalnya sakit. Sebagai rehabilitas pada lanjut usia terjadi penurunan
masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobic
dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat
mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian
menunjukkan bahwa latihan/ olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko
penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan (Darmojo
1999; 81).
6. KONTRAINDIKASI
- Klien dengan fraktur ekstremitas bawah atau bawah
- Klien dengan bedrest total
f. Letakkan tangan diperut tangan kanan ayunkan kesamping kanan dan kanan ayunkan ke
kanan. Lakukan secara bersamaan 8 kali. Lakukan 2x
g. Letakkan tangan kanan diperut tangan kiri ayunkan ke samping kiri dan kaki kiri ayunkan ke
kiri. Lakukan secara bersamaan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
h. Letakkan tangan diperut ayunkan kedua tangan kesamping dan kedua kaki kesamping
sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
l. Pada hitungan satu, ujung jari kaki menyentuh tanah pada hitungan ke dua tumit menyentuh
tanah, lakukan pada kaki kiri dan kanan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
m. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan turunkan.
Lakukan sebanyak 3x
DAFTAR PUSTAKA
http://sembilannam.wordpress.com/2011/04/13/senam-untuk-hipertensi/
http://artikelpenjas.blogspot.com/2011/12/pengertian-senam.html
http://intan.staff.fkip.uns.ac.id/files/2010/05/Olahraga-penyakit-hipertensi-DM.pdf
http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/12/senam-lansia.html
A. PENGERTIAN
Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
C. TUJUAN
1. Mengisi waktu luang bagi lansia
2. Meningkatkan kesehatan lansia
3. Meningkatkan produktifitas lansia
4. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
D. JENIS KEGIATAN
a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan mas
alah lansia.
b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-
10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan
mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-
Leader, dan fasilitator. Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
c. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat me
ngenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan.
d. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang. Misal
nya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dan lain-lain
e. Terapi dengan Binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-
hari sepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam,
dan lain-lain.
f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan me
mbuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, me
mbuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pel
epah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dan lain-
lain), menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihk
an lingkungan sekitar, menjemur kasur, dan lain-lain).
g. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi Te
ka-Teki Silang (TTS), tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain.
h. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengala
man hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya.
i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan mel
ihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke k
ebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dan lain-lain.
j. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa ny
aman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
k. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai un
it penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanaka
n fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi, t
idak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontrib
usi dari masing-
masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih
dahulu masing-
masing anggota keluarga mawas diri, apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masin
g-
masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keu
tuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan f
ase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya,
isu-
isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fas
e kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola int
eraksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-
masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-
peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri difase terminasi di mana keluarga akan
melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-
cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yan
g berkesinambungan.
BAB III
PEMBAHASAN
Tugasnya:
c. Sebagai fasilitator
Tugasnya :
Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
d. Sebagai observer
Tugasnya :
Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan, proses dan penutup.
Mencari serta mengarahkan respon klien
Mencatat semua proses yang terjadi
Memberi umpan balik pada kelompok
Melakukan evaluasi pada terapi aktifitas kelompok
Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
Membacakan kontrak waktu
e. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaa
H. CONTOH KEGIATAN
a. Definisi terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sos
ialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
b. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri.
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
c. Aktivitas dan Indikasi
1. Tujuan
a. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:
Menyebutkan jati diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
Menanyakan jati diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
2. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
3. Alat
a. Tape recorder/laptop
b. Kaset lagu
c. Bola
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
4. Metode
Dinamika kelompok
5. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
salam dari terapis
Peserta dan terapis memakai name tag
2. Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah pernah memperkenalkan diri pada orang lain.
3. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan
Menjelaskan aturan main yaitu:
Berkenalan dengan anggota kelompok
Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada pemimpin TAK.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap Kerja
1. Hidupkan lagu dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
2. Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola, mendapat giliran untuk berken
alan dengan anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara :
memberi salam
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
dimulai oleh terapis sebagai contoh
3. Ulangi nomor 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
4. Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat lagu dimatikan, minta anggota kelompok ya
ng memegang bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada
kelompok yaitu nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
5. Ulangi nomor 4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
6. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan
d. Tahap terminasi.
1. Evaluasi.
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidup
an sehari-hari
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
3. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok
Menyepakati waktu dan tempat.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untu
k menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien se
suai dengan tujuan TAK. Evaluasi kemapuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonv
erbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut:
KEMANPUAN MEMPERKANALKAN DIRI
A. Kemampuan Verbal
Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda jika ditemukan pada klien atau ta
nda X jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0, 1, atau 2
klien belum mampu.
BAB IV
PENUTUP
Dari pembahasan di atas disimpulkan bahwa, Terapi Aktifitas Kelompok sangat dibutuhkan
bagi lansia karena dapat mempertahankan kemampuan stimulasi persepsi lansia, mempertahank
an kemampuan stimulasi sensori lansia, mempertahankan kemampuan orientasi realitas lansia da
n mempertahankan kemampuan sosialisasi lansia.
Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok bagi lansia yaitu agar anggota kelompok merasa dimili
ki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain, membantu anggota kelo
mpok berhubungan dengan yang lain, serta merubah perilaku yang destruktif dan mal adaptif dan
Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain untuk menemuk
an cara menyelesaikan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8
Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Sagung seto