Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari

sel epitel mukosa nasofaring. KNF merupakan keganasan yang kasusnya


banyak ditemukan di kawasan Asia dan insidensi di dunia tergolong

jarang yaitu kurang dari 1 kasus per 100.000 penduduk. Insidensi KNF
tertinggi didunia ditemukan di Provinsi Guangdong di Cina Selatan

dengan 20 sampai 40 kasus per 100.000 penduduk.Di Indonesia KNF


menempati urutan ke empat sebagai kanker yang sering terjadi setelah

kanker leher rahim, kanker payudara, dan kanker kulit. Penelitian


dibagian daerah kepala dan leher, KNF menduduki tempat pertama

dengan persentase hampir 60%. 2,3 Penelitian yang dilakukan di RSUP


Dr. Kariadi Semarang selama 5 tahun (2001-2005) ditemukan 448 kasus

kanker kepala leher, dengan insidensi tertinggi adalah kanker nasofaring


dengan 112 kasus.

Penyebab KNF secara umum berkaitan dengan infeksi virus

EpsteinBarr (EBV). Faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi adalah


faktor lingkungan dan genetik.3 Faktor lingkungan yang mempengaruhi

kejadian KNF adalah makanan yang diawetkan, formaldehid, paparan


debu kayu dan merokok.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Mampu mengetahui dasar teori dari KNF

2. Mengerahui pengertian KNF


3. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien, menganalisa data

dan menentukan diagnosa keperawatan serta menetapkan prioritas

masalah yang utama.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Nasofaring merupakan suatu ruangan yang berbentuk mirip


kubus yang terletak di belakang rongga hidung diatas tepi bebas

palatum molle yang berhubungan dengan rongga hidung dan ruang


telinga melalui koana dan tuba eustasius. Atap nasofaring terbentuk dari

dasar tengkorak dan tempat keluar dan masuknya syaraf otak dan
pembuluh darah. Nasofaring diperadarahi oleh cabang arteri karotis

eksterna, yaitu faringeal ascenden dan descenden serta cabang faringeal


arteri sfeno palatine. Darah vena dari pembuluh darah balikfaring pada

permukaanluar dinding muskulermenuju pleksus pterigoid dan vena


jugularis interna. Daerah nasofaring dipersyarafi oleh syaraf sensoris yang

terdiri darinervus glossofaringeus (N.IX) dan cabang maksila dari syaraf


trigeminus (N.V2) yang menuju ke anterior nasofaring.

Kanker nasofaring merupakan kanker yang berasal dari sel epitel


nasofaring di ringga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga

mulut yang tumbuh dari jaringan epitel yang meliputi jaringa limfoit
denga predileksi di fosa rossenmuller pada nasofaring yang merupakan

daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi skuamusa dan


atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor yang berasal

dari sel-sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring (Arima,2012).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari


faring, tepatnya di sebelah do sal dari cavum nasi dan dihubungkan

dengan cavum nasi oleh koane. Nasofaring tidak bergerak, berfungsi


dalam proses pernafasan dan ikut menentukan kualitas suara yang
dihasilkan oleh laring. Nasofaring merupakan rongga yang mempunyai

batas-batas sebagai berikut :


Atas : Basis kranii.

Bawah : Palatum mole


Belakang : Vertebra servikalis

Depan : Koane
Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler (resesus

faringeus).
Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau

tonsila faringika.

C. ETIOLOGI

1. Kontak dengan zat karsinogenik

Kontak denga zat karsinogenik yag terlalu sering dapat


mengakibatkan munculnya kanker, antara lain:gas kimia,

asap industry
2. Keturunan
Kejadian KNF mayoritas ditemukan pada kerturunan ras
mongoloid dibandimgkan dengan ras lainnya.

3. Radang kronis di daerah nasofaring


Terjadinya perdangan di daerah nasofering dapat membuat

mukosa nasofaring menjadi lebih rentan terhadap


mikroorganisme.

4. Faktor lingkungan
Aanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka

dapat memberikan efek mutagenic bagi masyarakat


5. Keadaan social ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk

Kedaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang


dapat tercermin dari ventilasi yang kurang baik, sehingga sirkulasi

udara menjadi terhambat.


6. Genetik

7. umur
lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ.

8. daya tahan tubuh pasien yang menurun


9. kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan asin

D. MANIFESTASI KLINIS KANKER NASOFARING

Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada penderita kanker


nasofaring, antaralain:

1. Gelaja telinga
a. Sumbatan pada tuba eustachius atau kataralis

Pasien sering mengeluh rasa penuh ditelinga, rasa kadang-


kadang berdengung disertai dengan gangguan pendengaran.

Gejala ini merupakan gejala awal.


b. Radang telinga tengahsampai perforasi membrane timpani
Keadaan ini merupakan kelainan lanjutan yang terjadi akibat
penyumbatan muara tuba dimana rongga telinga aka terisi

cairan yang semakin lama makin banyak, sehingga dapat


menyebabkan perforasi gendang telinga dengan akibat

gangguan pendengaran.
2. Gejala hidung

a. Epiktasis
Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan

sentuhan dapat terjadi perdarahan hidung yang ditunjukan


dengan keluarnya darah secara berulang-ulang dengan jumlah

yang sedikit dan kadang-kadang bercampur dengan ingus,


sehingga berwarna kemerahan

b. Sumbatan hidung
Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan

tumor ke dalam rongga hidung dan menutupi koana.gejala


menyerupai pilek kronis,kadang-kadang disertai dengan

ganggguan penciuman dan ingus kental.


3. Gejala lanjutan

a. Pemberasaran kelenjar limfe leher


Sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar

dan mengenai otot dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat


pada otot dan sulit untuk digerakan. Gejala ini dapat menjadi

gejala yag lebih lanjut.

b. Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar


Dikarenakan nasofaring berhubunga dengan rongga terngkorak

melalui beberapa lubang, maka gangguan syaraf dapat juga


terganggu. Jika tumor menjalar melalui foramen laserum akan

memgenai syaraf otak ke III,IV,VI dan dapat mengenai syaraf tak


ke V, sehingga dapat terjadi penglihatan ganda (diplopia).
Proses karsinima lebih lanjut akan mengenai syaraf otak IX,X,XI

jika menjalar melalui foramen jugular dan menyebabkan


syndrome Jackson.bila sudah mengenai seluruh syaraf otak

disebut sindrom unilateral dapat juga disertai dengan destruksi


tulang tengkorak. Jika keadaannya seperti itu menjadikan

prognosis menjadi buruk.


c. Gejala akibat metastasis

Sel-sel kanker dapat ikut bersama aliran darah dan mengenai


bagian organ tubuh yang jauh dari nasofaring.Organ yang

paling seting terkena adalah tulang, hati dan paru.

E. PATOFISIOLOGI
Kanker nasofaring dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu
dari penyebab dari kanker nasofaring ini adalah adanya virus eipstein

yang dapat menyebabkan ca nasofering. Sel yang terinfeksi noleh sel EBV
akan dapat menghasilkan sel-sel tertentu yang berfungsi untuk

mengadakan proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus dalam


sel host. Protein tersebut dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV,

seperti EBNA-1, dan LPM-1, LPM-2A dan LPM-2B. EBV dapat


mengaktifkan dan memmapakan zat kasinogenik yang menyebabkan

stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol sehingga

tejadilah defeensiasi dan polifeasi potein laten, sehingga memicu


petumbuhan sel kanker pada nasofaring terutama pada fossa

rossenmuller.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

pemeriksaan penunjang pada kanker nasofaring ada beberapa,

yaitu:
1. pemeriksaan CT Scan pada daerah kepala dan leher untuk
menhetagui keberadaan kanker yang berrsembunyi

2. pemeriksaan serologi igA anti EA dan igA anti VCA untuk


mengetahui infeksi virus E-B

3. biopsy nasofaring dapat dulakukan dengan dua cara, taitu: dari


hidung dan mulut dengan anastesi topical dengan xylocain 10%.

4. pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narcosis

G. PENATALAKSANAAN

1. radioterapi merupakan pengobatan utama

2. pemberian adjuvant kemoterapi yaitu: Cis-Platinum, bleomycin dan


5-fluororauncil

3. kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis platinum.

H. KOMPLIKASI
1. komplikasi akut

a. mukositis
inflamasi pada mukosa mulut berupa eitema dan adanya ulser

yang biasanya ditemukan opada pasien yang mendapatkan terapi


kanker. pasien akan mengeluhkan rasa sakit pada mulut dan dapat

mempengaruhi nutrisi dan kualitas hidup pasien.


b. kandidiasis

infeksi opurtunitik berupa kandidiasis pada mukosa mulut yang


disebabkan oleh jamu candida albicans.

c. dysgeusia
respon awal berupa hilangnya salah satu indra pengecapan oleh

terapi radiasi.
2. komplikasi kronis
a. karies gigi

merupakan akibat dari terapi radiasi berupa gigi yang mengalami


destruktif dan mengalami kerusakan.

b. gagal napas
gagal napas terjadi dikarenakan adanya metastase darri tumor

nasofaring sampai pada trachea sehingga terjadi penyumbatan


total pada trachea.

c. peningkatan tekanan intakanial


hal ini dapat tejadi rjika tumor sudah menyebar sampai lapisan

otak dan menekan duramater otak.


BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas/ biodata klien
a. Nama

b. Tempat tanggal lahir


c. Umur

d. Jenis Kelamin
e. Agama

f. Warga Negara
g. Bahasa yang digunakan

Penanggung Jawab

a. Nama
b. Alamat
c. Hubungan dengan klien

2. Keluhan Utama
Leher terasa nyeri, semakin lama semakin membesar, susah

menelan, badan merasa lemas, serta BB turun drastis dalam waktu


singkat.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


5. Riwayat Kesehatan Keluarga

6. Keadaan Lingkungan

B. DIAGNOSA YANG SERING MUNCUL


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi berlebihan

2. Nyeri kronik b/d agen injuri fisik (pembedahan).


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan pemasukan nutrisi.

4. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun


5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d

misintepretasi informasi, ketidak familiernya sumber informasi.


6. Harga diri Rendah b/d perubahan perkembangan penyakit,

pengobatan penyakit
7. Gangguan sensori persepsi (pendengaran ) berubungan dengan

gangguan status organ sekunder metastase tumor

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N
Diagnosis Tujuan dan hasil kriteria Intervensi
o
1 Bersihan jalan NOC : NIC :
nafas tidak efektif  Respiratory status : Airway suction
b.d sekresi Ventilation  Pastikan kebutuhan oral /
berlebihan  Respiratory status : Airway tracheal suctioning
patency  Auskultasi suara nafas
Definisi:  Aspiration Control sebelum dan sesudah
Ketidakmampuan
suctioning.
untuk Kriteria Hasil :  Informasikan pada klien dan
membersihkan  Mendemonstrasikan keluarga tentang suctioning
sekresi atau batuk efektif dan suara  Minta klien nafas dalam
obstruksi dari nafas yang bersih, sebelum suction dilakukan.
saluran pernafasan tidak ada sianosis dan  Berikan O2 dengan
untuk dyspneu (mampu menggunakan nasal untuk
mempertahankan mengeluarkan sputum, memfasilitasi suksion
kebersihan jalan mampu bernafas nasotrakeal
nafas. dengan mudah, tidak  Gunakan alat yang steril
ada pursed lips) sitiap melakukan tindakan
 Menunjukkan jalan  Anjurkan pasien untuk
nafas yang paten (klien istirahat dan napas dalam
Batasan tidak merasa tercekik, setelah kateter dikeluarkan
Karakteristik : irama nafas, frekuensi dari nasotrakeal
 Dispneu, pernafasan dalam  Monitor status oksigen
Penurunan rentang normal, tidak pasien
suara nafas ada suara nafas  Ajarkan keluarga
 Orthopneu abnormal) bagaimana cara melakukan
 Cyanosis  Mampu suksion
 Kelainan suara mengidentifikasikan  Hentikan suksion dan
nafas (rales, dan mencegah factor berikan oksigen apabila
wheezing) yang dapat pasien menunjukkan
 Kesulitan menghambat jalan bradikardi, peningkatan
berbicara nafas saturasi O2, dll.
 Batuk, tidak
efekotif atau Airway Management
tidak ada  Buka jalan nafas, guanakan
 Mata melebar teknik chin lift atau jaw
 Produksi thrust bila perlu
sputum  Posisikan pasien untuk
 Gelisah memaksimalkan ventilasi
 Perubahan  Identifikasi pasien perlunya
frekuensi dan pemasangan alat jalan
irama nafas nafas buatan
 Pasang mayo bila perlu
Faktor-faktor yang
 Lakukan fisioterapi dada
berhubungan:
jika perlu
 Lingkungan :
 Keluarkan sekret dengan
merokok,
batuk atau suction
menghirup asap
 Auskultasi suara nafas,
rokok, perokok
catat adanya suara
pasif-POK,
tambahan
infeksi
 Lakukan suction pada mayo
 Fisiologis :
 Berikan bronkodilator bila
disfungsi
perlu
neuromuskular,
hiperplasia  Berikan pelembab udara
dinding Kassa basah NaCl Lembab
bronkus, alergi  Atur intake untuk cairan
jalan nafas, mengoptimalkan
asma. keseimbangan.
 Obstruksi jalan  Monitor respirasi dan status
nafas : spasme O2
jalan nafas,
sekresi
tertahan,
banyaknya
mukus, adanya
jalan nafas
buatan, sekresi
bronkus,
adanya eksudat
di alveolus,
adanya benda
asing di jalan
nafas.

2 Nyeri akut b/d agen NOC : NIC :


injuri  Pain Level,
fisik(pembedahan).  Pain control, Pain Management

 Comfort level
Definisi : Sensori Kriteria Hasil :  Lakukan pengkajian nyeri

yang tidak secara komprehensif


 Mampu mengontrol
menyenangkan dan termasuk lokasi,
nyeri (tahu penyebab
pengalaman karakteristik, durasi,
nyeri, mampu
emosional yang frekuensi, kualitas dan
menggunakan tehnik
muncul secara faktor presipitasi
nonfarmakologi untuk
aktual atau  Observasi reaksi nonverbal
mengurangi nyeri,
potensial dari ketidaknyamanan
mencari bantuan)
kerusakan jaringan  Gunakan teknik komunikasi
 Melaporkan bahwa
atau terapeutik untuk
nyeri berkurang
menggambarkan dengan menggunakan mengetahui pengalaman
adanya kerusakan manajemen nyeri nyeri pasien
(Asosiasi Studi  Mampu mengenali  Kaji kultur yang
Nyeri nyeri (skala, intensitas, mempengaruhi respon nyeri
Internasional): frekuensi dan tanda  Evaluasi pengalaman nyeri
serangan nyeri) masa lampau
mendadak atau  Menyatakan rasa  Evaluasi bersama pasien
pelan intensitasnya nyaman setelah nyeri dan tim kesehatan lain
dari ringan sampai berkurang tentang ketidakefektifan
berat yang dapat  Tanda vital dalam kontrol nyeri masa lampau
diantisipasi dengan rentang normal  Bantu pasien dan keluarga
akhir yang dapat untuk mencari dan
diprediksi dan menemukan dukungan
dengan durasi  Kontrol lingkungan yang
kurang dari 6 dapat mempengaruhi nyeri
bulan. seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
Batasan
kebisingan
karakteristik :
 Kurangi faktor presipitasi

 Laporan secara nyeri

verbal atau non  Pilih dan lakukan

verbal penanganan nyeri

 Fakta dari (farmakologi, non

observasi farmakologi dan inter

 Posisi antalgic personal)

untuk  Kaji tipe dan sumber nyeri


menghindari untuk menentukan

nyeri intervensi
 Gerakan
melindungi
 Tingkah laku
berhati-hati
 Muka topeng
 Gangguan tidur
(mata sayu,
tampak capek,
sulit atau
gerakan kacau,  Ajarkan tentang teknik non
menyeringai) farmakologi
 Terfokus pada  Berikan analgetik untuk
diri sendiri mengurangi nyeri
 Fokus  Evaluasi keefektifan kontrol
menyempit nyeri
(penurunan
persepsi waktu,
kerusakan
proses berpikir,
penurunan
interaksi
dengan orang  Tingkatkan istirahat
dan lingkungan)  Kolaborasikan dengan
 Tingkah laku dokter jika ada keluhan dan
distraksi, tindakan nyeri tidak berhasil
contoh : jalan-  Monitor penerimaan pasien
jalan, menemui tentang manajemen nyeri
orang lain
dan/atau
aktivitas, Analgesic Administration
aktivitas  Tentukan lokasi,
berulang-ulang) karakteristik, kualitas, dan
 Respon derajat nyeri sebelum
autonom pemberian obat
(seperti
 Cek instruksi dokter tentang
diaphoresis,
jenis obat, dosis, dan
perubahan
frekuensi
tekanan darah,
 Cek riwayat alergi
perubahan
 Pilih analgesik yang
nafas, nadi dan
diperlukan atau kombinasi
dilatasi pupil)
 Perubahan dari analgesik ketika
autonomic pemberian lebih dari satu
dalam tonus  Tentukan pilihan analgesik
otot (mungkin tergantung tipe dan
dalam rentang beratnya nyeri
dari lemah ke  Tentukan analgesik pilihan,
kaku) rute pemberian, dan dosis
 Tingkah laku optimal
ekspresif  Pilih rute pemberian secara
(contoh : IV, IM untuk pengobatan
gelisah, nyeri secara teratur
merintih,  Monitor vital sign sebelum
menangis, dan sesudah pemberian
waspada, analgesik pertama kali
iritabel, nafas  Berikan analgesik tepat
panjang/berkelu waktu terutama saat nyeri
h kesah) hebat
 Perubahan  Evaluasi efektivitas
dalam nafsu analgesik, tanda dan gejala
makan dan (efek samping)
minum

Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik,
psikologis)

3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari Nutritional Status : food and Nutrition Management
kebutuhan tubuh Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
b/d Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi
ketidakmampuan  Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah
pemasukan nutrisi.. badan sesuai dengan kalori dan nutrisi yang
Definisi : Intake tujuan dibutuhkan pasien.
nutrisi tidak cukup  Berat badan ideal sesuai
untuk keperluan dengan tinggi badan
metabolisme tubuh.  Mampu mengidentifikasi  Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan intake Fe
 Tidak ada tanda tanda  Anjurkan pasien untuk
malnutrisi meningkatkan protein dan
vitamin C
Batasan  Tidak terjadi penurunan  Berikan substansi gula
karakteristik : berat badan yang berarti  Yakinkan diet yang dimakan
 Berat badan mengandung tinggi serat
20 % atau untuk mencegah konstipasi
lebih di  Berikan makanan yang
bawah ideal terpilih ( sudah
 Dilaporkan dikonsultasikan dengan ahli
adanya intake gizi)
makanan  Ajarkan pasien bagaimana
yang kurang membuat catatan makanan
dari RDA harian.
(Recomended  Monitor jumlah nutrisi dan
Daily kandungan kalori
Allowance)
 Berikan informasi tentang
 Membran
kebutuhan nutrisi
mukosa dan
 Kaji kemampuan pasien
konjungtiva
untuk mendapatkan nutrisi
pucat
yang dibutuhkan
 Kelemahan
otot yang
digunakan
untuk
menelan/men
Nutrition Monitoring
gunyah
 BB pasien dalam batas
 Luka,
normal
inflamasi
 Monitor adanya penurunan
pada rongga
berat badan
mulut
 Mudah  Monitor tipe dan jumlah
merasa aktivitas yang biasa
kenyang, dilakukan
sesaat  Monitor interaksi anak atau
setelah orangtua selama makan
mengunyah  Monitor lingkungan selama
makanan makan
 Dilaporkan  Jadwalkan pengobatan dan
atau fakta tindakan tidak selama jam
adanya makan
kekurangan  Monitor kulit kering dan
makanan perubahan pigmentasi
 Dilaporkan  Monitor turgor kulit
adanya  Monitor kekeringan, rambut
perubahan kusam, dan mudah patah
sensasi rasa
 Monitor mual dan muntah
 Perasaan
 Monitor kadar albumin, total
ketidakmamp
protein, Hb, dan kadar Ht
uan untuk
 Monitor pertumbuhan dan
mengunyah
perkembangan
makanan
 Monitor pucat, kemerahan,
 Miskonsepsi
dan kekeringan jaringan
 Kehilangan
konjungtiva
BB dengan
 Monitor kalori dan intake
makanan
nuntrisi
cukup
 Catat adanya edema,
 Keengganan
hiperemik, hipertonik papila
untuk makan
lidah dan cavitas oral.
 Kram pada
 Catat jika lidah berwarna
abdomen
magenta, scarlet
 Tonus otot
jelek
 Nyeri
abdominal
dengan atau
tanpa patologi
 Kurang
berminat
terhadap
makanan
 Pembuluh
darah kapiler
mulai rapuh
 Diare dan
atau
steatorrhea
 Kehilangan
rambut yang
cukup banyak
(rontok)
 Suara usus
hiperaktif
 Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-
zat gizi
berhubungan
dengan faktor
biologis, psikologis
atau ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta:


EGC

Hudak, Carolyn.1997.Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik.Jakarta: EGC

Mansjoer, Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media

Aeusculapius

Anda mungkin juga menyukai