Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PENAYANGAN SINEMATOGRAFI YANG BERTEMA PROSOSIAL

TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR

Dosen pengampu:

Prima Aulia. S.Psi,.M.Psi

Elrisfa Magistarina, S.Psi M.Sc

Disusun oleh:

Albi Hidayatul (17011218)

Auwiya rahmadani (17011229)

Annissa Adelia (17011085)

Syahirah (17011197)

Jurusan Psikologi

Fakultas ilmu pendidikan

Universitas Negeri Padang

2019
Abstrak

Tujuan dari penelitian ini mendeskripsikan tingkat perilaku prososial pada siswa/i SDN 23
Pasar Ambacang di Padang,dan mendapatkan gambaran tingkat perilaku prososial pada siswa/i
SDN 23 Pasar Ambacang di Padang. Bagi siapa saja yang tertarik melakukan penelitian
mengenai perilaku prososial (Prosocial Behavior)Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan masukan kepada siswa/i untuk mengetahui tingkat perilaku prososial pada
siswa/i SD sehingga dapat meningkatkan perilaku prososial.

Data penelitian di peroleh melalui metode pemberian kuisioner yang bertujuan untuk melihat
tingkat prososial nak SD di kelas tersebut. Kemudian dari hasil kuisioner pretest ditemukan 5
siswa yang memiliki skor terendah Kemudian dari ke 5 siswa tersebut kami berikan
perlakuan berupa pemberian tayangan video bertema perilaku prososial dan materi tentang
perilaku prososial. Setelah itu kami akan memberikan kuisioner kembali untuk mengukur
kembali tingkat prososial yang dimiliki subjek dan mengukur apakah perilaku prososial
subjek meningkat atau menurun.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat
kesegatan yang di berikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah


Metodologi Penelitian Eksperimen karena atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik.

Laporan yang berjudul Pengaruh Penayangan Sinematografi yang Bertema Prososial


Terhadap Perilaku Prososial Anak Sekolah Dasar. Makalah ini kami buat berdasarkan hasil
penelitian yang telah kami lakukan dan juga diskusi kelompok. Namun, kmi manusia tidak
luput dari kesalahan, maka dari itu kami sebagi penulis memohon kritik dan saran yng
membangun,dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi orang banyak

Padang, 19 Mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia hakikatnya adalah mahkluk individu sekaligus mahkluk sosial. Manusia


dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama, bergantung dan membutuhkan
manusia lainnya. Dengan adanya pengertian tersebut maka manusia perlu
mengembangkan perilaku sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk sosial. Oleh karena
itu manusia perlu membantu atau menolong orang lain dan juga membutuhkan bantuan
dari manusia lainnya dalam sebuah lingkungan masyarakat.Perilaku yang memberikan
pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan masuk dalam aspek perilaku prososial.
Prososial memiliki arti sebagai sosial positif atau mempunyai konsekuensi positif. Aspek
perilaku prososial antara lain sharing (membagi), cooperative (kerjasama), donating
(menyumbang), helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity(kedermawanan),
serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain (Eisenberg & Mussen, 1989,
dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2006).Perilaku saling menolong antar manusia menjadi
penting dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Saat orang lain membutuhkan
pertolongan dan kita memberikannya maka akan membantu mengurangi beban
penderitaan yang dialami orang lain, meningkatkan kepekaan kita terhadap keadaan orang
lain sehingga tergerak untuk menolong. Dengan demikian akan menciptakan kehidupan
sosial yang bahagia serta penuh kerukunan.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri.
Selalu terjadi saling ketergantungan antara individu yang satu dengan individu yang
lainnya. Untuk mempertahankan kebersamaan dalam rangka mempertahankan
kelangsungan hidup, manusia perlu mengembangkan sikap kooperatif serta sikap untuk
berperilaku menolong terhadap sesamanya atau yang sering disebut sebagai perilaku
prososial.

Perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif, perilaku


prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau kebaikan pada
orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan balasan dengan cara-cara yang
cenderung mentaati norma sosial. Tindakan itu kadang-kadang memerlukan pengorbanan
atau resiko pada diri si pelaku. Orang yang prososial sama dengan orang yang sosial yaitu
mereka yang perilakunya mencerminkan keberhasilan di dalam tiga proses sosialisasi,
dimana proses sosialisasi itu sendiri adalah belajar berperilaku yang dapat diterima secara
sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sikap sosial,
sehingga mereka cocok dengan kelompok tempat mereka menggabungkan diri dan
diterima sebagai anggota kelompok (Pradista 2009).

Pada kenyataannya karakteristik dari individu juga mempengaruhi perilaku


prososial seseorang, diantaranya adalah kematangan kognitif dan jenis kelamin. Asumsi
utama dari kematangan kognitif adalah penalaran moral akan berpengaruh terhadap
perilaku prososial (Staub, 1979). Sedangkan pengaruh jenis kelamin ditemukan dalam
beberapa penelitian tentang perilaku prososial yang memiliki hasil berbeda-beda. Mills
dan Grusec (1991) menemukan bahwa perempuan lebih penolong dibandingkan laki-laki.
Tetapi penelitian lain menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara gender dan tingkat
perilaku menolong (Hans & Bierhoff, 2002).

Di kehidupan sehari – hari kita tidak dapat lepas dari dunia atau lingkungan sosial
yang sangat berperan bagi kehidupan kita yang akan datang. Untuk itu, kita perlu
memahami dan memiliki kemampuan tentang interaksi antar individu (personal) serta
memahami kejadian atau peristiwa di sekeliling kita agar kita terbantu dalam hal
beradaptasi di lingkungan sosial. Mahluk sosial yang mempunyai kebutuhan untuk
berhubungan dengan orang lain dan menjadi salah satu anggota suatu kelompok akan
membantu orang untuk bertahan hidup secara fisik maupun psikologis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana pengaruh penayangan sinematografi yang betema perilaku menolong
terhadap perilaku prososial pada anak Sekolah Dasar.
b. Bagaimana peran prososial dalam kalangan siswa SD.

1.3 Tujuan
a. Untuk melihat pengaruh penanyangan sinematografi yang bertema perilaku
menolong terhadap perilaku prososial anak SD.

1.4 Manfaat
a. Dengan penelitian ini bisa meningkatkan perilaku prososial pada anak sekolah dasar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penayangan Video Prosoial

Bukti-bukti empiris mendukung pemikiran bahwa menonton tayangan video berisi


konten prososial akan mempengaruhi peningkatan perilaku prososial pada anak(Mares &
Woodard, 2005 dalam Leeuw, 2015). Walaupun begitu, penelitian-penelitian mengenai
studi ini lebih banyak menfokuskan pada usia anak awal, yaitu sekitar usia awal
kehidupan sampai dengan usia prasekolah. Tidak banyak penelitian yang menunjukkan
pengaruh penayangan televisi pada perilaku prososial pada usia anak akhir yaitu sekitar
usia sekolah sampai pra remaja (Mares & Woodard, 2005; Strasburger, Wilson, & Jordan,
2009 dalam Leeuw 2015).Padahal, Eisenberg (1989) menyatakan bahwa memang
penelitian-penelitian menunjukkan anak awal secara signifikan akan lebih tergugah dalam
meniru model yang menunjukkan perilaku prososial yang mereka lihat ditelevisi, tetapi
perilaku prososial akan lebih menetap dan stabil pada usia anak akhir yaitu usia 6-12
tahun.

Salah satu penelitian pada anak dengan usia lebih tua dilakukan oleh Leeuw dan
koleganya pada tahun 2015. Leeuw (2015) melakukan penelitian eksperimental pada
anak-anak sekolah dasar di Belanda dengan rentang usia9-13 tahun untuk melihat
pengaruh program berita televisi berisi konten prososial terhadap intense dan perilaku
prososial pada anak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa anak-anak yang menonton
tayangan berita dengan konten prososial akan lebih ingin untuk membantu kegiatan
donasi dibandingkan dengan anak-anak yang menonton tayangan berita tanpa konten
prososial (Leeuw, Kleemans, Rozendaal, Anschütz, & Buijzen, 2015). Penemuan ini
menekankan pada televisi dengan konten prososial dapat berfungsi sebagai alat untuk
perubahan sosial ke arah positif pada anak (Leeuw, Kleemans, Rozendaal, Anschütz, &
Buijzen, 2015).
2.2 Perilaku Prososial
A. Pengertian perilaku prososial
Perilaku sosial merujuk pada tindakan yang difokuskan pada membantuorang
lain atau untuk kepentingan orang lain tanpa imbalan apa pun bagi pelaku (Mussen
dan Eisenberg 1977). Perilaku prososial adalah tindakan apa pun dengan tujuan
memberi manfaat kepada orang lain, dan dapat mencakup kebaikan sehari-hari seperti
membawa makanan ke kerabat lanjut usia. Dan juga merupakan upaya yang lebih
besar seperti menjadi relawan di panti jompo setempat (Schroeder, 2005).

B. Aspek aspek perilaku prososial


(Gustavo carlo dan randal 2002) Dalam mengukur perilaku prososial
seseorang dapat diukur dari keenam jenis perilaku prososial, yaitu :
1. Altruisme
Perilaku prososial altruistik didefinisikan sebagai kesukarelaan dalam
membantu yang diprososial oleh kepedulian terhadap kebutuhan dan
kesejahteraan lain, sering disebabkan oleh respon simpati dan penanaman
norma/prinsip tentang konsistensi dalam membantu orang lain (Eisenberg dan
Fabes, 1998).
2. Compliant
Perilaku prososial Compliant didefinisikan sebagai membantu orang lain
dalam menanggapi permintaan verbal atau nonverbal (Eisenberg et al., 1981).
Helping Compliant lebih sering dilakukan daripada membantu spontan dan
banyak penelitian tentang jenis membantu ini telah dilakukan dengan anak-anak
daripada remaja, Anak-anak (terutama anak laki-laki).
3. Emosional
Perilaku prososial emosional yang dikonsepsikan sebagai orientasi dalam
membantu orang lain dalam keadaan yang menggugah emosional seseorang.
Contohnya seorang remaja yang telah menyakiti lengannyanya, akan menangis
dan berdarah itu lebih menggugah emosi daripada seorang remaja yang telah
menyakiti lengannyanya tapi menunjukkan sedikit atau tidak ada tekanan atau
cedera. Lalu sejumlah faktor lain (misalnya, hubungan kepada yang
membutuhkan lainnya, kesamaan dirasakan) mungkin mempengaruhi tingkat
kemenggugahan emosional dan pada nantinya mempengaruhi respon emosional
pengamat.
4. Publik
Perilaku prososial yang dilakukan di depan orang yang meprososial
perilaku prososialnya, karena keinginan untuk mendapatkan persetujuan dan rasa
hormat dari orang lain (misalnya, orang tua, teman sebaya) dan meningkatkan
prososial.
5. Anonim
Perilaku prososial anononim didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
membantu orang lain tanpa sepengetahuan orang lain.
6. Darurat
Perilaku prososial darurat merujuk untuk membantu orang lain dalam
situasi darurat atau krisis.

2.3 Hubungan penayangan vidio bertema prososial terhadap perilaku prososial anak
sekolah dasar
Perkembangan perilaku prososial dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
perkembangan kognitif pada anak, pengetahuan anak mengenai perilaku prosososial dan
norma, pengalaman anak, dan pemaparan model/sosok yang menunjukkan perilaku
prososial. Pada usia anak-anak pemaparan model atau sosok yang menjadi panutan anak
dalam berperilaku menjadi peranan penting dalam perkembangan anak terutama
perkembangan perilaku prososialnya. Bandura (1977) mengemukakan dalam
penelitiannya yang sangat terkenal yaitu eksperimen “Boneka Bobo” dimana dalam
penelitian tersebut menunjukkan peran model/sosok yang dilihat anak dalam
pembentukkan perilaku agresi maupun antisosial pada anak. Akan tetapi, Bandura pun
mencoba melakukan penelitian mengenai pengaruh model yang menunjukkan perilaku
sebaliknya, yaitu perilaku prososial. Hasil penelitiannya pun menunjukkan bahwa model
yang menunjukkan perilaku positif atau prososial dapat membantu mengembangkan
empati, kerja sama, berbagi, dan seluruh perilaku positif. Salah satu sosok atau model
yang diperoleh anak dapat dilihat anak dari penayangan tayangan yang dilihat anak
melalui berbagai media terutama media elektronik. Hal ini disebabkan semakin canggih
dan semakin mudahnya anak dalam menjangkau media media elektronik.
2.4 Kerangka Konseptual
Apa itu berprilaku prososial?. Perilaku sosial merujuk pada tindakan yang
difokuskan pada membantu orang lain atau untuk kepentingan orang lain tanpa imbalan
apapun bagi pelaku (Mussen dan Eisenberg 1977).
Dalam penelitian ini, pertama subjek diberi Pretest tentang prososial, setelah diberi
pretest siswa diberi perlakuan berupa prososial yang menekankan pada prososial siswa,
setelah itu dipilih beberapa 5 prososial yang rendah, dan keesokan harinya diperlihatkan
pemutaran video terhadap 5 subjek tersebut dan setelahnya dilakukan pretest. Hal itu
dilakuakan apakah ada peruban skor pada subjek yang prososial yang rendah tersebut.

2.5 Hipotesis

Ha : Penayangan video prososial positif dapat mempengaruhi perilaku prososial anak


sekolah dasar.

H0 : Penayangan video yang bertema prososial tidak mempengaruhi perilaku prososial


anak sekolah dasar.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Menurut Solso & MacLin
(2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan
minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-
akibat.Penelitian yang dilakukan berupa penelitian quasi eksperimen dengan metode
penelitian kuantitatif.
Apa itu quasi eksperimen Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental
design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit
medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.

3.2 Desain penelitian


Dalam penelitian ini nantinya akan menggunakan Pretest Posttest ControlGroup
Design yakni didalam model ini, sebelum mulai perlakuan keduakelompok diberi tes
awal atau pretest untuk mengukur kondisi awal (O1).Selanjutnya pada kelompok
eksperimen diberi perlakuan (X) dan pada kelompokpembanding (kelompok kontrol)
tidak diberi. Sesudah selesai perlakuan kedua kelompok diberi tes lagi sebagai posttest
(O2).

Menggunakan pre test-post test one group design.


O1 X O2
Keterangan :
O1= Pretest
X = Perlakuan (pelatihan prososial)
O2= Postrest
3.3 Variabel penelitian
a. Variabel Bebas
Penayangan vidio yang bertema tentang prososial telah ada ukti-bukti empiris
mendukung pemikiran bahwa menonton tayangan video berisi konten prososial akan
mempengaruhi peningkatan perilaku prososial pada anak(Mares & Woodard, 2005
dalam Leeuw, 2015)
b. Variabel Terikat
Perilaku sosial merujuk pada tindakan yang difokuskan pada membantu orang
lain atau untuk kepentingan orang lain tanpa imbalan apa pun bagi pelaku (Mussen
dan Eisenberg 1977). Perilaku prososial adalah tindakan apa pun dengan tujuan
memberi manfaat kepada orang lain, dan dapat mencakup kebaikan sehari-hari seperti
membawa makanan ke kerabat lanjut usia. Dan juga merupakan upaya yang lebih
besar seperti menjadi relawan di panti jompo setempat (Schroeder, 2005).

3.4 Populasi dan sampel


a. Populasi
Siswa kelas VI SDN 06 Pasa Ambacang sejumlah 30 siswa.
b. Sampel
Siswa kelas VI SDN 06 Pasa Ambacang semua siswa yang ada di kelas yang telah
kami tentukan untuk dilakukan penelitian.

3.5 Teknik pengumpulan data


a. Kuisioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengancara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepadaresponden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan datayang efisien bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahuapa yang bisa diharapkan dari
responden.
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang laindengan
maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberi responssesuai dengan
permintaan pengguna.
b. Menggunakan infocus/layar proyektor
Digunakan untuk penayangan perilaku prososial yang ada di internet.
Pengertian Proyektor menurut para ahli adalah perangkat yang dapat
mengintegrasikan sumber cahaya, sistem optik, elektronik dan display dengan tujuan
untuk memproyeksikan gambar atau video ke layar/ dinding dan membuatnya terlihat
lebih besar.

3.6 Prosedur pelaksanaan


a. Peneliti melakukan studi ke suatu sekolah
b. Jika ditemukan sekolah yang memiliki siswa berprestasi rendah dengan prososial
rendah, maka penelitian akan dipusatkan disekolah tersebut.
c. Setelah itu, kita mengadakan pretest tentang hargai diri siswa di sekolah tersebut.
d. Setelah pretest, siswa diberikan perlakuan berupa pelatihan prososial yang
menekankan pada optimisme siswa.
1. Perkenalan dengan subjek
2. Pemberian pengertian atau gambaran tentang prososial
3. Setelah itu subjek diberikan pertanyaan mengenai apa itu prososial dan contoh
dari prososial tersebut. 3 orangsubjek yang dapat menjawab pertanyaan peneliti
akan diberikan reward.
4. Lalu setelah itu, peneliti membagikan angket, subjek diminta untuk mengisi
angket yang sudah dibagikan dengan bimbingan peneliti.
e. Setelah didapatkan hasil dari pretest, lalu dipilihlah 5 orang subjek yang memiliki
prososial terendah
f. Setelah dipilih 5 orang subjek terendah, keesokan harinya diberikan perlakuan berupa
pemutaran video yang berkaitan dengan prososial kepada 5 orang subjek tersebut dan
setelahnya dilakukan posttest
1. Pemutaran video prososial
2. Setelah video diputar, peneliti memberikan kesimpulan dari video tersebut, dan
menjadikan video prososial itu sebagai contoh bagi mereka untuk selalu
berperilaku prososial.
3. Setelah itu peneliti kembali membagikan angket yang sama kepada 5 subjek
tersebut, dan meminta 5 subjek tersebut untuk mengisi angket yang dibagikan
peneliti.
g. Setelah diberikan perlakuan, dan posttest, peneliti melihat apakah terjadi peningkatan
pada skor prososial 5 subjek tersebut.
3.7 Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik
nonparametrik uji Wilcoxon dan hasilnya diperkuat dengan Asymp Sig (2-tailed)
(asymptotic significance untuk uji dua sisi). Perhitungan data selengkapnya dilakukan
dengan menggunakan program SPSS.
BABIV

HASIL PENELITIAN

4.1 DeskripsiSubjekPenelitian
Subjek penelitian berjumlah 30 siswa, memiliki kriteria inklusi, yaitu siswa
menduduki kelas V SD, siswa yang memiliki usia 11-12 tahun. Semua subjek hadir saat
penelitian. Berikut ini merupakan data siswa yang menduduki kelas V SD.

Tabel.4 distribusi subjek penelitian kelompok eksperimen berdasarkan usia.

USIA FREKUENSI PERSENTASI

11 Tahun 18 60%

12 Tahun 12 40%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa subjek yang
memiliki persentase terbesar 60% berjumlah 18 siswa terdapat pada usia 11 tahun.
Selanjutnya dengan persentase 40% berjumlah 12 siswa terdapat pada usia 12 tahun.

Tabel.5 distribusi subjek penelitian kelompok eksperimen berdasarkan jenis kelamin.

JENIS KELAMIN FREKUENSI PERSENTASI

Laki-laki 13 40%

Perempuan 17 60%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel.5 diketahui bahwa jumlah siswa berdasarkan jenis kelamin


perempuan persentase lebih besar dari pada laki-laki yaitu dan laki-laki mempunyai
persentase sebesar 40% jadi jumlah siswa berjenis kelamin laki-laki 13 siswa dan
perempuan 17siswa.

Tabel.6 distribusi subjek penelitian kelompok eksperimen berdasarkan skor prososial


terendah (Setelah dilakukan pretest)

JENIS KELAMIN FREKUENSI PERSENTASI

Laki-laki 4 80%

Perempuan 1 20%

Total 5 100%

Berdasarkan tabel.6 diketahui bahwa jumlah siswa berdasarkan skor prososial


terendah. Laki-laki mempunyai persentase sebesar 80% jadi jumlah siswa berjenis
kelamin laki-laki ada orang 4 siswa dan perempuan sebanyak 1 orang siswa.

4.2 Deskripsi Data Penelitian


4.2.2 Deskripsidata

Deskripsi singkat objek penelitian

Profil SD

a. Nama sekolah : SDN 23 Pasar Ambacang


b. Alamat lengkap: Pasar Ambacang, Kuranji
c. Kabupaten/kota : Padang
d. Provinsi : Sumatera barat

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan


eksperimen. Instrumen peneliti berupa tes teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa lembar tes.

4.3 Analisis Data


Dalam tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah diperoleh. Data tersebut
dianalisi dengan menggunakan metode analisis data tersebut untuk mengetahui apakah
hipotesisnya terbukti atau tidak.

4.4 Analisis Kualitatif


Peneliti pada awalnya tidak memakai konstruk prososial sebagai bagian dari
judul penelitian, berbagai macam konstruk dan judul telah kami coba namun ada
beberapa kendala yang akan ditimbulkan dari pemakaian konstruk dan judul penelitian
tersebut. Kemudian peneliti meilih konstruk prilaku prososial sebagai penelitian final.
Setelah dirasa tepat perilaku prososial menjadi konstruk yang akan diteliti. Peneliti
mulai mencari beberapa referensi dari beberapa jurnal internasional untuk mencari
definisi operaional, dimensi dan definisi operasional yang nantinya akan menjadi
blueprint dalam pedoman peneliti untuk membuat alat ukur.
Peneliti meneliti tentang perilaku prososial pada anak dimana sampelnya
melibatkan siswa/i di sekolah dasar yang ada di Padang yaitu SDN 23 Pasar Ambacang.
Peneliti dalam pengambilan sampel memerlukan waktu dua hari, dimana pada saat
penyebaran tidak ada tambahan maupun kritikan dari samplesen diri. Kemudian data
yang telah didapat diinput dan diolah menggunakan SPSS untuk menguji validitas dan
reabilitas alat ukur.
4.5 Analisis Kuantitatif
Menurut (Azwar,2007) daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem
mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang
tidak memiliki atribut yang diukur. Sebagai criteria pemilihan aitem berdasar korelasi
aitem total biasanya digunakan batasan rix>0,30.

4.6 Analisis Data


Analisis data hasil dilakukan untuk menemukan kebenaran dari hipotesis yang
telah dirumuskan sebelumnya yakni penayangan sinematografi yang bertema
prososial terhadap perilaku prososial anak sekolah dasar efektif dalam meningkatkan
tingkat prososial pada siswa kelas V SD dan penayangan sinematografi yang bertema
prososial terhadap perilaku prososial anak sekolah dasar tidak efektif dalam
meningkatkan tingkat prososial pada siswa kelas V SD.
Analisis data menggunakan rumus Paired sample T-test, yang mana prosedur
ini digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu grup. Artinya
analisis ini berguna untuk melakukan pengujian dua sampel yang berhubungan atau
dua sampel berpasangan. Prosedur Paired sample Uji-T digunaan untuk mengkaji
bahwa ada atau tidaknya pengaruh antara dua variabel. Data boleh terdiri dari dua
pengukuran dengan subjek yang sama atau satu pengukuran dengan beberapa subjek.

Tabel Hasil pretest dan posttest

No. Nama Hasil kuisioner


pretest posttest
1. FAUZAN 125 154
2. FAJAR 126 181
3. DIVA C 127 160
4. FADHIL 128 151
5. FAKRAN 126 145
Jumlah 632 791

4.6.1 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 5

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 13.72252500

Most Extreme Differences Absolute .232

Positive .232

Negative -.156
Kolmogorov-Smirnov Z .518

Asymp. Sig. (2-tailed) .951

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel output spss tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi


Asiymp.Sing (2-tailed) sebesar 0,951 lebih besar dari 0,05. Maka sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan dalm uji normalitas kolmogorov-smirnov di atas, dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau
persyaratan normalitas dalam model regresi sudah terpenuhi.

4.7 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian


menemukan hal-hal terdapat perbedaan dari hasil pretest dengan post-test, yang mana
terlihat adanya kenaikan skor post-test yang diberikan, ini membuktikan bahwa
penayangan video bertema prososial memberikan atau meningkatkan perilaku
prososial anak.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat perbedaan antara hasil pre-
test dengan post-test. Karena adanya perlakuan yang diberikan mempengaruhi perilaku
prososial anak.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penayangan video bertema


prososial mampu meningkatkan tingkat prososial pada anak. Maka dari itu kami
mendapatkan kesimpulan bahwa:

1. Penayangan video bertema prososial efektif meningkatkan tingkat prososial pada


anak. Dimana didapat sig 0,009 > 0,05
2. Berdasarkan hasil analisis Hipotesis Ha diterima yakni penayangan video bertema
prososial efektif meningkatkan tingkat prososial pada anak.

5.2 Saran
Kami menyadari bahwa banyak kesalahan dalam penelitian yang kami lakukan.
Kurangnya persiapkan sebelum melakukan penelitian seperti masih kurang memahami
prosedur penelitian yang akan kami lakukan, perlengkapan diwaktu penelitian, dan masih
banyak kurangnya dalam penulisan laporan penelitian. Untuk itu kami akan memperbaiki
kesalahan dan belajar dari kesalahan yang telah kami lalui,semoga kedepannya kami bisa
mempertanggung jawabkan hasil laporan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran mengenai laporan ini.

Anda mungkin juga menyukai