Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

CARSINOMA MAMMAE

OLEH :

Ni Made Nopita Wati, S.Kep

0602105001

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2010
LAPORAN PENDAHULUAN CARSINOMA MAMMAE

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

 Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae


abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif
dan dapat bermetastase (Prodjo, 1995)
 Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah (Carpenito, 2000).
 Kanker payudara adalah jenis kanker yang berasal dari kelenjar saluran dan jaringan
penunjang payudara (Anonim, 2009).
 Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali (Anonim, 2010).
 Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma (Wikipedia, 2010).

Gambar 1. Carsinoma Mamae


2. Epidemiologi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia
adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker
hati. Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker
payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih
dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di
Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis
kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang
akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa
kanker payudara menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita. Kanker
payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Setiap tahunnya,
di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan di Eropa lebih
dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara
stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18-30 bulan.
Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa
urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah
bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004). Angka kematian akibat kanker
payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian
akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab
kematian setelah kanker rahim. Tingkat insidensi kanker payudara di kalangan wanita
adalah 1 berbanding 8. Di Indonesia, kanker payudara menduduki peringkat kedua dari
semua jenis kanker. Sedangkan sekitar 60-80 % ditemukan pada stadium lanjut dan berakibat
fatal.

3. Penyebab & Faktor Predisposisi


Menurut Moningkey (2009) penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui,
tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
kanker payudara diantaranya:
 Faktor Jenis Kelamin
Wanita lebih beresiko tinggi mengalami kanker payudara dari pada pria dengan
perbandingan 99:1
 Faktor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara
adalah nuliparitas (tidak pernah menikah), menarche pada umur muda (early menarche
yaitu menarche sebelum 12 tahun), late menopouse (menopause pada umur lebih tua yaitu
setelah 50 tahun). Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan
pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi
dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari
25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal
terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. dan kehamilan pertama
pada umur tua
 Penggunaan hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard
School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang
signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna
kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai
risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang
sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak
atau menjadi ganas.
 Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker
payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-
negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
 Konsumsi lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat
dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59
tahun.
 Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya
risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa
risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya
eksposur.

 Riwayat keluarga dan faktor genetic


Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan
dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan
pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan
bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1,
yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker
payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
 Faktor usia
Faktor Usia sangat berpengaruh sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun.
Resiko terbesar pada usia 75 tahun.
 Penyakit fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko
terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5
sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.

Pendapat lain diungkapkan oleh Kodim (2010). Menurutnya, penyebab keganasan pada
mamae masih belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya
keganasan payudara yaitu: virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan familiar;
 Wanita resiko tinggi dari pada pria (99:1)
 Usia: resiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun
 Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga Ca Mammae pada ibu/saudara perempuan
 Riwayat meanstrual (early menarche (sebelum 12 tahun), Late menopouse (setelah 50 th).
 Riwayat kesehatan: Pernah mengalami/sedang menderita otipical hiperplasia atau benign
proliverative yang lain pada biopsy payudara, Ca. endometrial.
 Menikah tapi tidak melahirkan anak
 Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas 35 tahun.
 Tidak pernah menyusui anaknya
 Menggunakan obat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan therapy estrogen
 Mengalami trauma berulang kali pada payudara
 Terapi radiasi; terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen
 Obesitas
 Life style:diet tinggi lemak, mengkomsumsi alcohol (minum 2x sehari), merokok.
 Stres hebat.
 Menderita tumor jinak payudara

4. Proses Terjadinya Carsinoma


Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi
Fase induksi 15-30 tahun, sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa
merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan
konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena,
adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ
Fase 1-5 tahun, pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung
kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke
jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4
berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi
Fase diseminasi 1-5 tahun, bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah.

5. Patofisiologi
Transformasi sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses
rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada
tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen
yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran)
atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap
suatu karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan
fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu
keganasan. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan
dari sel yang peka dan suatu karsinogen) (Wikipedia, 2010).
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel - sel
ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat diraba (kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis
dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah (Price, 1995).

Gambar 2. Patofisiologi Carsinoma Mamae


6. Tanda & Gejala
 Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,
semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan
pada kulit payudara atau pada puting susu.
 Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau
d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara.
 Borok yang semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.
 Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah ketiak
bentuknya tak beraturan (mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk
bulat dan elips)
 Pendarahan pada puting susu.
 Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul
borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
 Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada
lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
 Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara).
 Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada
areola mammae
 Pengelupasan papilla mammae
 Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting (eritema, mengeras, asimetrik, inverse)
 Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer padahal ibu
tidak sedang hamil / menyusui.
 Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi
 Nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase
Gambar 3. Tanda dan Gejala Ca Mamae

7. KLASIFIKASI CARSINOMA MAMMAE


Menurut Smeltzer (2001), terdapat beberapa klasifikasi dari Carsinoma Mammae yaitu :
 Karsinoma duktal menginfiltrasi
Tipe histologis yang paling umum, merupakan 75% dari semua jenids Ca Mammae.
Kanker ini sangat jelas karena keras saat dipalpasi. Kanker jenis ini biasanya bermetastasis
ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk dibanding dengan tipe kanker lainnya.
 Karsinoma lobular menginfiltrasi
Jarang terjadi, merupakan 5% sampai 10% kanker payudara. Tumor ini biasanya terjadi
pada suatu area penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibandingkan dengan tipe
duktal menginfiltrasi. Tipe ini lebih umum multisentris, dengan demikian dapat terjadi
penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua payudara. Karsinoma duktal
menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi mempunyai keterlibatan nodus aksilar yang
serupa, meskipun tempat metastasisnya berbeda. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke
tulang, paru, hepar atau otak, sementara karsinoma lobular biasanya bermetastasis ke
permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim lainnya.
 Karsinoma medular
Menempati sekitar 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam kapsul didalam duktus.
Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat sehingga progosisnya
seringkali baik.
 Kanker musinus
Menempati sekitar 3% dari kanker payudara. Penghasil lendir, juga tumbuh lambat
sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang lebih baik dari lainnya.
 Kanker duktal tubular
Jarang terjadi, menempati sekitar 2% dari kanker payudara. Karena metastasis aksilaris
secara histologis tidak lazim, maka prognosisnya sangat baik.
 Karsinoma inflamatori
Tipe kanker payudara yang jarang (1% sampai 2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang
berbeda dari kanker payudara lainnya. Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri;
payudara secara abnormal keras dan membesar. Kulit diatas tumor ini merah dan agak
hitam. Sering terjadi edema dan retraksi puting susu. Gejala-gejala ini dengan cepat
berkembang memburuk dan biasanya mendorong pasien mencari bantuan medis lebih
cepat dibanding pasien wanita lainnya dengan massa kecil pada payudara. Penyakit dapat
menyebar dengan cepat pada bagian tubuh lainnya; preparat kemoterapi berperan penting
dalam kemajuan penyakit ini. Radiasi dan pembedahan biasanya juga digunakan untuk
mengontrol penyebaran.

8. Stadium Carsinoma
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat
lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila
memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan
stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan
klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against
Cancer dari World Health Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang
disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons).
TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N" yaitu
node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh.
Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah
operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM
sebagai berikut:
 T (tumor size), ukuran tumor:
 T 0: tidak ditemukan tumor primer
 T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
 T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
 T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
 T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara
kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
 N (node) kelenjar getah bening regional (kgb):
 N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
 N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
 N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
 N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di
mammary interna di dekat tulang sternum

 M (metastasis), penyebaran jauh:


 M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
 M 0: tidak terdapat metastasis jauh
 M 1: terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian


digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
 Stadium 0: T0 N0 M0
 Stadium 1: T1 N0 M0
 Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
 Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0
 Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
 Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
 Stadium III C: Tiap T N3 M0
 Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1

Menurut Smeltzer (2001) terdapat beberapa tahap dari Ca mammae berdasarkan pada
keluasan penyakit yaitu:
 Tahap I : Terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenal nodus limfe dan
tidak terdeteksi adanya metastase
 Tahap II : Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm,
dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif dan tidak
terdeteksi adanya metastasis
 Tahap III : Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm, atau tumor dengan
sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding dengan nodus
limfe terfiksasi positif dalam area klafikular dan tanpa bukti adanya
metastasis
 Tahap IV : Terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe normal
atau kankerosa dan adanya metastasis jauh

Gambar 4. Stadium IV dari Cancer

9. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi :
 Adanya edema di daerah payudara
 Adanya cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer padahal
ibu tidak sedang menyusui
 Bentuk payudara tidak simetris
 Palpasi
 Nyeri tekan (+)
 Teraba adanya massa

10. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)
dalam serum/plasma, Pemeriksaan sitologis
2. Test diagnostik lain:
a. Non invasive:
 Mamografi
Pemeriksaan mamografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai
jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglandular yang relative lebih
sedikit

 Ro thorak
Berperan menentukan metastasis tumor
 USG
Hanya dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kistik
 MRI
b. Invasif
Biopsi (ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam tindakan
pembedahan), spirasi biopsy (FNAB) dengan aspirasi jarum halus, sifat massa
dibedakan antar kistik atau padat, true cut/Care biopsy. Dilakukan dengan
perlengkapan stereotactic biopsy mamografi untuk memandu jarum pada massa,
Incisi biopsy, Eksisi biopsy. Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk
dilakukan pemeriksaan histologik secara froxen section

11. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan
dengan :
 Biopsi eksisi
Dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya
bila tumor < 5 cm
 Biopsi insisi
Dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat dilakukan untuk
tumor-tumor yang inoperable atau lebih besar dari 5 cm. (Mansjoer, 2000).

12. Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura, tulang
dan hati (PPNI, 2009).

13. Pengobatan
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung
pada stadium klinik penyakit. Secara umum ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan
paliatif (non pembedahan). Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara
mastektomi parsial, mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan
penyebaran kanker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan
terapi hormonal. Batasan stadium yang masih kurabel adalah stadium IIIa. Sedangkan
terapi pada stadium IIIb dan IV tidak lagi masektomi, melainkan pengobatan paliatif (PPNI,
2009).
 Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut
& Pressman, 1992):
 Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di
sekitar ketiak.
 Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja,
tetapi bukan kelenjar di ketiak.
 Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya
disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel
kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian
radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
 Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang
masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam,
serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
 Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker
pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah
pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi.

14. Pencegahan
 Berikan ASI pada Bayi (pemberian ASI pada bayi secara berkala akan mengurangi
tingkat hormone tersebut. Sedangkan kanker payudara berkaitan dengan hormone
estrogen.
 Jika menemukan gumpalan/benjolan pada payudara segera kedokter.
 Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga. Menurut penelitian 10 %
dari semua kasus kanker payudara adalah faktor gen.
 Perhatikan konsumsi alcohol. Dalam penelitian menyebutkan alcohol meningkatkan
estrogen.
 Perhatikan BB, obesitas meningkatkan risiko kanker payudara.
 Olah raga teratur. Penelitian menunjukkan bahwa semakin kurang berolah raga, semakin
tinggi tingkat estrogen dalam tubuh.
 Kurangi makanan berlemak. Gaya hidup barat tertentu nampaknya dapat meningkatkan
risiko penyakit.
 Usia > 50 th lakukan srening payudara teratur. 80% Kanker payudara terjadi pada usia >
50 th
 Rileks/hindari stress berat. Menurunkan tingkat stress akan menguntungkan untuk semua
kesehatan secara menyeluruh termasuk risiko kanker payudara.
 Pemeriksaan payudara secara klinis (SARARI).
 Jika ada benjoal padampayudara lakukan pemeriksaan mammografi (foto payudara
dengan alat khusus), biopsi aspirasi, True-cut (pengambilan jaringan dengan jarum
ukuran besar).
 Kesadaran SADARI dilakukan setiap bulan.
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin
dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan payudara dapat
dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk
payudara dengan cara berbaring.

1. Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.


Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara
melakukan :
 Tahap 1

Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit
payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke
bawah disamping badan.
 Tahap 2

Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat
retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.

 Tahap 3

Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan
ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.
 Tahap 4
Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul
dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.

2. Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.


 Tahap 1. Persiapan

Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut
Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan
untuk menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di
bawah kepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak
jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara Anda
dengan menggunakan Vertical Strip dan Circular.

 Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip

Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke
bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak
Anda. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan
kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan ke bawah bra line
dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak
kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan
menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang
ditunjuk.
 Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.

Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah sekeliling
payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga
putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan
ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.
 Tahap 4. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.

Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat adanya cairan
abnormal dari puting payudara.
 Tahap 5. Memeriksa Ketiak

Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah
teraba benjolan abnormal atau tidak.

Menurut Wikipedia (2010), pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokkan


dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone.
Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker
payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
 Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan
primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang
dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor resiko terkena kanker payudara
ini
 Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining
dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
 Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
 Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.
 Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia
50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas
mendeteksi secara dini menjadi 75%.
 Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya
akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta
mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat
berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita.
Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan
dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
 Data Subjektif
 Pasien mengeluh nyeri pada payudaranya
 Pasien mengeluh ada benjolan pada payudaranya
 Pasien mengeluh keluar cairan dari payudara padahal tidak hamil/menyusui
 Pasien mengatakan putik susunya sering terkelupas
 Data Obbjektif
 Terdapat massa di payudara
 Nyeri tekan positif (+)
 Terdapat edema pada payudara
 Peneglupasan papilla mammae
 Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer

padahal ibu tidak sedang melahirkan


 Ditemukan lesi pada pemeriksaan mamografi

2. Masalah keperawatan:
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (manipulasi jaringan dan atau trauma

karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot)

2. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema,

destruksi jaringan.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan kemotherapi

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan

gambaran mammae.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan

pengobatan

6. Anxietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

7. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh primer menurun


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kanker Mamae. Available at : http://www.mediasehat.com/utama07.php


(Diakses 14 Nopember 2010).

Anonim.2010. Mengatasi Kanker Payudara. Available at :


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm)
(Diakses 14 November 2010).

Carpenito. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dan Dokumentasi. Jakarta : EGC

Carwig. 1996. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Daniell, G.C. 1995. Ancologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas. USA Alih Bahasa Imade
Kariasa, Jakarta : EGC

PPNI.2009. Ca Mammae. Available at : http : ppni-klaten.com/ca-mammae-ppni. (Diakses 14


November 2010).

Price, S. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Prodjo. 1995. Asuhan Keperawatan Paliatif. Jakarta : EGC

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Theodore R. 1992. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Thomas, N. 1996. Ilmu Bedah. Jakarta :EGC

Schmieg, S. 2009. Kanker Mammae. Available at : http://cccfarmasiugm.com/ensiklopedia-


kanker/kanker -mammae-2. (Diakses 14 November 2010).
Van de Velde. 1996. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Wikipedia. 2009. Kanker Mammae. Available at : http/wikipedia.com/Kanker-
Mamaae. (Diakses 14 November 2010)

4. Evaluasi

No.Dx Evaluasi
1  Secara verbal pasien mengatakan nyeri berkurang
 Pasien tampak rileks
 TTV dalam batas normal (TD=120-110/80-70mmHg, S=36,2-37,20C, RR=18-
20x/mnt)
2  Menunjukan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai indikasi.
 Akan terjadi penyembuhan luka bebas drainase, purulen atau eritema.
 Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan luka terjadi.
3  Tidak mengalami tanda malnutrisi.
 Menunjukan perilaku,perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat badan yang sesuai
4  Mengidentifikasi perasaan dan metode koping terhadap persepsi diri negatif.
5  Pasien dapat mengidentifikasi factor penyebab.
 Pasien melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
6  Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
 Menyatakan masalah tentang efek penyakit pada pola hidup.
7  Luka bebas drainase purulen atau eritema.
 Bebas dari demam.

Anda mungkin juga menyukai