Anda di halaman 1dari 2

Pemerintah Indonesia senantiasa memberikan perhatian serius pada pembangunan di sektor pertanian.

Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri yang
senantiasa bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk. Pengelolaan irigasi merupakan
salah satu sektor pendukung utama bagi keberhasilan pembangunan pertanian untuk meningkatkan
produksi beras. Namun dalam pengembangannya kinerja pengelolaan irigasi telah mengalami
penurunan yang disebabkan oleh beberapa hal seperti : kegiatan perawatan, perbaikan atau
pemeliharaan jaringan irigasi yang tertunda, kerusakan karena ulah manusia dan bencana alam. Hal-hal
tersebut menyebabkan kerusakan pada jaringan irigasi.

Air irigasi di Indonesia umumnya bersumber dari sungai, waduk, air tanah dan sistem pasang surut. Salah
satu usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah tersedianya air irigasi di sawah-sawah
sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan air yang diperlukan pada areal irigasi besarnya bervariasi sesuai
keadaan. Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang
diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Besarnya kebutuhan air irigasi juga
bergantung kepada cara pengolahan lahan.

Jaringan irigasi merupakan saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk
pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian dan penggunaannya
(Astri, Fauzi dan Renaldi, 2018).

Menurut Wardhana dan Sukirno dalam Haryanto dalam Puspasari (2003) jaringan irigasi memiliki 4
fungsi pokok yaitu :

1. Jaringan sebagai sarana penyadap, yaitu mengambil atau mengalirkan air dari sumbernya (diversion or
intake structure)

2. Jaringan sebagai sarana pengaliran (conveyance structure).

3. Jaringan sebagai sarana distribusi (distribution structure)

4. Jaringan sebagai sarana pengelolaan air secara keseluruhan.

Jaringan irigasi utama meliputi bangunan bendung, saluran-saluran primer dan sekunder termasuk
bangunan-bangunan utama dan pelengkap, saluran pembawa dan saluran pembuang. Bangunan utama
merupakan bangunan yang mutlak diperlukan bagi eksploitasi meliputi bangunan pembendung,
bangunan pembagi dan bangunan pengukur. Bangunan bendung berfungsi agar permukaan air naik
dengan demikian memungkinkan untuk disalurkan melalui pintu pemasukan ke saluran pembawa.
Bangunan-bangunan pembagi berfungsi agar air pengairan dapat didistribusikan di sepanjang saluran
pembawa (saluran primer) ke lahan-lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan saluran tersier.
Adapun bangunan ukur berfungsi mengukur debit air yang masuk ke saluran pembawa (primer) sehingga
distribusi air pengairan ke lahan-lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan tersier dapat terkontrol
dengan baik sesuai dengan pola distribusi air pengairan yang telah dirancang (Sukirno dalam Puspasari,
2003.

Tujuan Irigasi

Untuk melihat dan beberapa tujuan dalam irigasi dapat dilihat menjadi dua tujuan, yaitu:

 Tujuan Langsung

Tujuan langsung adalah untuk membasahi tanah agar dicapai kondisi tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman dalam hubungannya dengan prosentase kandungan air danu dara diantara butir
– butir tanah.

 Tujuan Tidak Langsung

 Sebagai bahan pengangkut pupuk untuk perbaikan tanah.

 Menunjang usaha-usaha pertanian yaitu :

1) Mengatur suhu tanah

Maksudnya jika suatu area mempunyai suhu tanah yang cukup tinggi sehingga

mengganggu pertumbuhan tanaman, maka salah satu usaha untuk menurunan suhu

tanah tersebut sehingga suhu tanah tersebut bisa turun.

2) Membersihkan tanaman Untuk mencuci tanah dari segala jenis racun dengan cara mengisi areal
tersebut dengan air, sehingga racun tersebut dapat larut.

3) Memberantas hama

4) Mempertinggi Permukaan air

5) Penimbunan dengan tanah Lumpur.

Anda mungkin juga menyukai