Anda di halaman 1dari 5

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1999 Tentang Pembentukan

Kabupaten Kepulauan Mentawai pada 4 Oktober 1999, maka daerah Kepulauan


Mentawai secara resmi lepas dari Kabupaten Padang Pariaman. Secara de Jure
Mentawai resmi menjadi sebuah daerah yang otonom. Wilayah Kabupaten Kepulauan
Mentawai sendiri terdiri atas empat gugusan pulau besar dan puluhan pulau-pulau
kecil, pulau-pulau besar yang menjadi kawasan pemukiman atau domisili masyarakat
Mentawai antara lain Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai
Selatan. Sementara pulau-pulau kecil yang ada di Kepulauan Mentawai lebih banyak
digunakan sebagai tempat perladangan dan sebagian ada yang dimanfaatkan sebagai
resort untuk wisatawan.

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan daerah yang terletak memanjang dari


Utara ke Selatan, di bagian paling barat pulau Sumatera dan dikelilingi Samudera
Hindia. Dengan luas wilayah 6.011,35 Km persegi, Kabupaten Kepulauan Mentawai
terdiri dari 10 kecamatan dan 43 desa dengan ibu kota kabupaten berada di Tuapejat
yang terletak di Pulau Sipora serta merupakan kabupaten termuda di Provinsi
Sumatera Barat.

Bumi Sikerei… Begitu daerah dikenal daerah yang didiami oleh banyak suku dan
agama. Selain Suku Mentawai sebagai suku asli atau penduduk utama di kabupaten
ini, terdapat juga beberapa suku lainnya yang menetap di pulau ini seperti:
Minang, Batak, Nias, Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Minahasa dan suku-suku lainnya.
Suku asli Mentawai dan suku-suku pendatang terintegrasi dengan baik dan telah
terjalin hubungan persaudaraan dengan baik. Kabupaten Kepulauan Mentawai bisa
dikatakan sebagai miniaturnya Indonesia, sebab berbagai suku dan agama ada di
kabupaten ini. Mereka telah hidup dan berbaur satu dengan yang lainnya
bertahun-tahun lamanya dengan aman dan damai jauh sebelum kabupaten ini
terbentuk.

Otonomi yang diberikan kepada daerah Kepulauan Mentawai bertujuan untuk dapat
mengembangkan kehidupan demokrasi, pemerataan, keadilan, mendorong dalam
memberdayakan masyarakatnya, meningkatkan peran serta dan fungsi rakyat melalui
DPRD juga memelihara hubungan baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Untuk itu kabupaten ini didirikan dengan cita-cita agar mejadi sebuah
daerah yang mandiri dalam melakukan pengelolaan tata pemerintahannya sendiri,
dapat memangkas kesenjangan yang selama ini terjadi, baik disisi pelayanan publik
maupun percepatan pembangunan dan peningkatan perekonomian masyarakat.
Sebelum mekar atau berpisah dari kabupaten induknya, daerah Kepulauan Mentawai
sangat tertinggal dan sangat sulit untuk diakses secara pembangunan wilayah maupun
sumber daya manusia.

Kita patut bersyukur kepada para pejuang pemekaran wilayah ini, semenjak
berpisah dari Padang Pariaman, Mentawai telah menjadi sebuah daerah yang dapat
mengurus dirinya sendiri. Sinergi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten Kepulauan Mentawai dengan Pemerintah Pusat secara langsung telah
berangsur melakukan penataan sisi ketertinggalan daerah ini. Saat ini sudah bisa
dirasakan adanya perubahan peningkatan infrastruktur, peningkatan pembangunan
sdm dan mempermudah pelayanan publik kepada masyarakat, yang selama ini sangat
jauh tertinggal dari daerah lainnya di Provinsi Sumatera Barat. Tinggal bagaimana
meningkatkan lagi usaha tersebut, sehingga Mentawai bisa sejajar dengan daerah
lainnya di perovinsi Sumatera Barat.

Dua puluh tahun sudah perjalanan kabupaten ini, usia yang cukup matang dalam
menata kemandirian suatu daerah. Dalam kurun waktu tersebut, ternyata belum juga
mampu membawa kabupaten ini keluar dari identitas Daerah 3 T (tertinggal, terdepan,
terluar). Jarak yang terlalu jauh antar pulau menjadi penghambat kemajuan daerah ini,
pusat-pusat kecamatan maupun pusat desa yang sulit diakses oleh masyarakat
pedalaman atau oleh dusun-dusun pinggiran kawasan menyebabkan biaya menjadi
mahal. Disamping itu situasi iklim daerah kepulauan yang terletak ditengah Samudera
Hindia ini begitu ekstrim, sehingga menjadi tantangan dan hambatan dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Daerah ini sebetulnya dianugerahkan dengan potensi sumber daya alam yang sangat
mumpuni, pesona alam Mentawai yang luar biasa bagus dan indah serta telah dikenal
sampai manca negara. Potensi lainnya dalam bidang kehutanan, perkebunan,
pertanian, kelautan dan perikanan, semuanya ini belum termanfaatkan dengan baik
dan maksimal. Pada pengelolaan sumber daya alam, saat ini di Mentawai masih
beroperasi dua perusahaan HPH yang melakukan pengelolaan hutan di wilayah
Siberut dan Pagai Utara Selatan. Sedangkan hamparan laut yang luas terletak di ujung
batas Samudera Hindia ini juga sering disinggahi ataupun dimanfaatkan oleh para
nelayan dari daerah lain untuk mencari ikan. Selain itu daerah ini sangat berpotensi
untuk menjadi destinasi kawasan wisata, seperti diketahui ombak Mentawai telah
dikenal oleh mancanegara dengan sangat banyaknya spot-spot wisata yang bisa
digunakan untuk surfing, diving dan snortkling oleh para wisatawan asing.

Sangat banyak potensi lainnya yang bisa dikembangkan dari kekayaan alam
Mentawai, salah satunya pada bidang kelautan saat ini Pemerintah Daerah Kepulauan
Mentawai terus meningkatkan produksi hasil perikanan di Mentawai, Pemerintah
Daerah ingin menjadikan Mentawai sebagai etalase sektor perikanan kelautan untuk
Indonesia Bagian Barat. Langkah tersebut telah dimulai dengan menetapkan daerah
Sikakap sebagai sebagai salah satu kawasan sentra perikanan terpadu. Melalui
bantuan dari pemerintah pusat diharapkan kawasan ini mampu menjadi daerah
penghasil ikan untuk wilayah Barat Sumatera. Sektor-sektor lainnya juga sedang
direncanakan untuk peningkatan perekonomian dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dalam melakukan pengelolaan potensi Sumber Daya Alam harus diringi dengan
peningkatan Sumber Daya Manusia yang mumpuni, sumber daya manusia Mentawai
harus bisa bersaing dengan daerah lain guna melakukan terobosan-terobosan untuk
kemajuan Kepulauan Mentawai. Kesadaran akan pendidikan telah terlihat, dengan
telah banyaknya putra putri Mentawai menempuh jenjang perguruan tinggi.
Disamping itu dukungan pemerintah juga terlihat dengan adanya pemberian beasiswa
pendidikan maupun terobosan berdirinya sebuah perguruan tinggi Akademi
Komunitas di Mentawai (kerjasama dengan Politeknik Negeri Lampung). Putra
putri Mentawai harus mampu bersama-sama dengan pemerintah untuk dapat
membangun dan memberikan dukungan terhadap program-program yang dibuat dan
berbasis kepada masyarakat. Apabila pemahaman masyarakat terhadap pembangunan
telah tinggi, serta tata kelola pemerintah sudah baik, maka ini merupakan salah satu
faktor yang akan menentukan kabupaten Kepulauan Mentawai keluar dari
ketertinggalan.

Berdasarkan sisi geografis wilayah yang ekstrim dan jarak antar pulau yang sangat
jauh sering menjadi penghalang dalam melaksanakan pembangunan di Mentawai.
Untuk itu percepatan pembangunan di Kepulauan Mentawai juga harus diiringi
dengan pengelolaan tata ruang pembangunan dan pemekaran wilayah yang baik dan
pro rakyat. Melihat kondisi geografis dan akses jarak antar desa maupun antar dusun
yang sangat jauh dan sulit dijangkau, pemekaran daerah sangat dibutuhkan guna
mempercepat laju pembangunan. Wilayah Mentawai yang luas tidaklah relevan lagi
dengan jumlah kecamatan dan desa yang ada saat ini, untuk itu perlu secepatnya
dilakukan pemekaran wilayah kecamatan maupun wilayah desa. Apabilah akses
pelayanan publik telah dipermudah dengan adanya pemekaran, maka dengan
sendirinya akan mempermudah pemerintah dalam melaksanakan pembangunan
sampai kewilayah pelosok yang masih tertinggal.

Terakhir pola pembangunan di Kepulauan Mentawai mesti berpedoman kepada


tata waktu dan situasi iklim. Mentawai dikenal dengan iklim yang ekstrim, seringkali
iklim atau cuaca menjadi penghalang dalam melaksanakan pembangunan. Disinilah
peran legislatif agar dalam penetapan dan pengesahan anggaran pembangunan
disesuaikan dengan iklim atau cuaca. Anggaran diharapkan disahkan pada awal
tahun, karena pada awal tahun iklim atau cuaca di Mentawai selalu cerah atau musim
kering. Berkaca pada pengalaman bahwa setiap proyek pembangunan yang dimulai
pada pertengahan tahun selalu terkendala oleh faktor cuaca atau iklim, sehingga
proyek yang dilaksanakan sering tidak selesai tepat pada waktunya. Faktor ini
mengakibatkan program pembangunan di Mentawai seolah-olah asal-asalan dan
kesannya tidak melalui perencanaan yang matang.

Masyarakat Mentawai sangat berharap segera keluar dari ketertinggalan, pemerataan


pembangunan infrastruktur fisik bangunan atau jalan, penerangan dan akses
komunikasi serta pelayanan publik atau kesehatan yang baik sudah sangat dinantikan
oleh masyarakat. Sebetulnya dengan kerinduan dan harapan masyarakat ini akan
mempermudah pemerintah melaksanakan pembangunan di semua sisi, saatnya
pemerintah bersama-sama dengan stake holder terkait merencanakan program
dengan sebaik-baiknya dan memperhatikan segala sesuatu yang akan menjadi
penghalang demi kelancaran pelaksanaannya.

Sekarang tinggal bagaimana pemerintah menciptakan pembangunan yang sesuai


dengan kebutuhan masyarakat dan tata ruang pembangunan yang jelas. Disamping itu
pemerintah juga harus segera mendorong pemekaran wilayah agar cepat terwujud.
Ketika ini semua telah tercapai akan akan mempermudah akses pelayanan publik
kepada masyarakat dan juga akan memperlancar pelaksanaan pembangunan
infrastruktur lainnya dan program-program peningkatan perekonomian lainnya.
Sinergitas antara eksekutif dengan legislatif serta tokoh masyarakat dan agama
menjadi faktor kunci guna mewujudkan harapan tersebut. Persoalan yang selama ini
menjadi penghalang harus diselesaikan secara bersama-sama, mari hilangkan ego
sentris antar kelompok, suku dan golongan. Impian dan harapan kabupaten Kepulauan
Mentawai keluar dari daerah 3 T serta melepaskan identitas sebagai daerah tertinggal
semoga tercapai dalam waktu cepat. Mari bangun Bumi Sikerei, Musara Kasimaeru.

Kabupaten Kepulauan Mentawai terletak di sebelah barat Pulau Sumatera dan terpisah
laut dari Provinsi Sumatera Barat. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Siberut,
sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah Timur berbatasan
dengan Selat Mentawai, dan sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Mentawai terletak di antara 0055’00” -
3021’00” Lintang Selatan dan 98035’00” - 100032’00” Bujur Timur dengan luas
wilayah 6.011,35 km2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km.

Kabupaten kepulauan Mentawai terdiri dari atas gugusan pulau, seperti Pulau
Siberut, Pulau Sipora, Pulai Pagai Utara, Pulau Pagai Selatan, dan 95 pulau kecil
lainnya sesuai dengan UU RI No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan PulauPulau Kecil. Pulau Siberut merupakan pulau terbesar dibandingkan
dengan pulau lainnya. Keadaan geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi,
seperti dataran, sungai, dan bukit-bukit dimana rata-rata ketinggian daerah seluruh
ibukota kecamatan dari permukaan laut adalah dua meter. Untuk mencapai ibukota
provinsi, ditempuh dengan jalur laut atau jalur udara dan transportasi antar pulau
ditempuh dengan jalur laut.

Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari 10 kecamatan dan 43 desa. Luas


Kecamatan terbesar yaitu Kecamatan Siberut Barat dengan luas 112.486 Ha,
sedangkan kecamatan terkecil yaitu Kecamatan Sipora Selatan dengan luas 26.847
Ha.

Anda mungkin juga menyukai