Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium penis yang tidak dapat diretaksi
keproximal sampai ke korona glandis.
2. Etiologi
a. Konginetal (fimosis fisiologis)
Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan
kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu
melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun
seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi
proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam
preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu penelitian
mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang
penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki
berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian,
penelitian lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia
5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul
kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk,
peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan
berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada timosis kongenital yang akan
menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang
membuka.
3. Tanda dan Gejala
1. prepusium tidak bisa ditarik ke belakang
2. Balloning
3. Sakit saat berkemih
4. Sulit kencing
5. Pancaran kencing sedikit
4. Patofisiologi ( Fathway)

Kongental, peradangan, odema

Tidak terjadi pemisahan 2 lapisan kulit

Prepusium tidak dapat diretraksi dari glans penis

Pre operasi Post operasi

Gangguan aliran Kurang


Luka Perdarahan
Nyeri akut
urine pengetahuan

Kerusakan Nyeri Resiko infeksi Kekurangan volume


eliminasi cairan
5. Komplikasi
Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan :
1. Infeksi gland penis
2. Infeksi prepusium
3. Infeksi prepusium & Infeksi gland penis

6. Penatalaksanaan
- Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan, karena dapat menimbulkan luka dan
terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sehingga akan terbentuk fimosis sekunder.
- Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep dexamethasone 0,1% yang
dioleskan 3/4 kali, dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian prepusium dapat diretraksi
spontan.
- Fimosis dengan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi atau
infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi, dimana pada fimosis disertai
balanitis/postitis harus diberikan antibiotika terlebih dahulu.
7. Asuhan Keperawatan Phimosis
Asuhan Keperawatan pasien dengan Phimosis melalui pendekatan proses Keperawatan
yang terdiri dari pengkajian Keperawatan, perencanaan Keperawatan, penatalaksanaan dan
evaluasi keperawatan.
8. Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data
Data dasar yang berhubungan dengan Phimosis adalah sebagai berikut :
- Nyeri saat berkemih
- Balloning
- Retensi Urine
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan disusun menurut prioritas masalah adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) sampai penekanan pada saat berkemih.
2. Gangguan Eliminasi urine sampai retensi urine.
3. Resiko infeksi saluran kemih sampai penumukan smegma di ujung penis.
10. Perencanaan Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sampai penekanan pada saat berkemih
Tujuan :
Klien mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri
Intervensi :
- Kaji skala nyeri
R/ untuk mengetahui tingkat nyeri pasien sebagai pedoman untuk tindakan yang harus
diberikan.
- Ajarkan teknik relaksasi
R/ merelaksasikan otot-otot sehingga suplai darah ke jaringan terpenuhi.
- Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat
R/ obat (anti plasmadik) untuk merelaksasikan otot-otot polos
2. Gangguan eliminasi urine sampai retensi urine
Tujuan :
Klien mengatakan tidak ada hambatan aliran urine
Intervensi :
- Kaji haluan urine
R/ retensi urine dapat terjadi karena adanya sumbatan
- Perhatikan waktu
R/ untuk mengetahui output pasien
- Dorong klien untuk berkemih bila terasa ada dorongan tetapi tidak lebih dari 30
menit
R/ penahanan urine selama > 30 menit bias merusak sel kemih
3. Resiko infeksi saluran kemih sampai penumpukan urine diujung penis
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi saluran kemih
Intervensi :
- Lihat tanda-tanda infeksi
R/ untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan.
- Konsul dengan tim medis tentang prosedur sirkumsisi
R/ sirkumsisi mencegah infeksi saluran kemih (UTI)
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC


Haws., Paulette S..2008. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Wilkinson. M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai