PENDAHULUAN
1
perbaikan seperti dapat dilihat dari angka kematian bayi, angka kemataian ibu
melahirkan dan umur harapan hidup.
Angka kematian bayi menurun dari 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
1997 dan menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007).
demikian juga angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007 (SDKI 2007). sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, umur
harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun
pada tahun 2007. prevalesnsi gizi kurang pada balita,menurun dari 25,8% pada
akhir tahun 2003 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007 3.
Dalam upaya pencepatan dalam penurunan angaka kematian ibu (AKI). pada
tahun 2007 telah dikembangkan program perencanaan persalian dalalm
pencegahan komplikasi (P4K) dihampir seluruh kabupaten/kota. sejalan dengan
itu kunjungan dengan antenatal care (K -1) telah mningkat dari 88,9% pada tahun
2004,menjadi 92,6% pada tahun 2007.
Kunjungan antenatal care (K-4) juga meningkat dari 77% pada tahun 2004
menjadi 81,75% pada tahun 2007. persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
meningkat dari 74,3% pada tahun 2004 menjadi 79,32% pada tahun 2007.
sedangkan kunjungan neonatal (KN) menungkat dari 21%pada tahu 2004 menjadi
85,1% pada tahun 2007.
2
Berdasr hasil SUSENAS tahun 2008, presentase wanita berumur 10 tahun
keatas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar
adalah 0-2 orang (49,72%)dan 3-5 orang (35,83%). proporsi wanita 15-49 tahun
berstatus kawin yang sedang menggunakan atau memakai alat KB tahun 2008
sebesar 56,62%. adapun cara KB yang sering digunakan adalah suntik
(58,70%) .pil 923,90%), AKDR (71,10%), susuk 4,305 dll 6,0%.
Dari hasil yang sudah kita ketahuidiatas maka asuhan kehamilan sangat
diperlukan karena dalam masa ini janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu
kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan yang optimal akan
meningkatakan kesehatan pertumbuhan dan perkembangan janin. ibu hamil
dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4kali.
Asuhan masa nifas dibutuhkan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik bagi ibu dan bayinya, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi pada 24
jam pertama.
Atas dasar itu upaya untuk meningkatkan kesehatan maternal dan neonatal
menjadi sangat strategis bagi upaya pembangunan sumber daya manusia yang
3
berkualitas, usaha tersebut dapat dilihat dari penurunan angka kematian ibu dan
angaka kematian bayi baru lahir.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi institusi
Sebagai bahan dokumentasi, bahan perbandingan dan evaluasi dalam
pelaksanaan program studi selanjutnya.
4
1.3.2 Manfaat bagi lahan praktek
Dapat memberikan pelayanan yang komprehensif sehingga komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dapat terdeteksi sedini
mungkin.
1.3.3 Manfaat bagi pasien
Dapat lebih mengetahui dan lebih paham akan status kesehatannya
dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dan
pelaksaanaan program KB.
1.3.4 Manfaat bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan
pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan pelaksanaan program
KB.
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KASUS
5
2.1.2 Pelayanan ante natal care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal
pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi
badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri
dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
6
dengan ibu hamil tidak memberikan pelayananAnte Natal Care (ANC) sesuai
dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI,
2001:31).
a) Kunjungan ibu hamil Kl
Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama
kali pada masa kehamilan.
b) Kunjungan ulang
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung.
c) K4
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat
atau lebih untuk mendapatkan pelayananAnte Natal Care (ANC) sesuai
standar yang ditetapkan dengan syarat:
1. Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).
2. Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
3. Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah
minggu ke 36).
4. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.
7
Sakit kepala yang menunjukkan suhu masalah yang serius adalah
sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat.
Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin
menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur dan atau berbahaya.
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
c. Masalah penglihatan
Masalah yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa
adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau
berbayang.
d. Bengkak pada muka dan tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada
muka dan tangan, serta tidak hilang setelah beristirahat dan disertai
keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal
jantung dan eklamsia.
e. Nyeri abdomen yang hebat Nyeri
abdomen yang menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan
jiwa adalah yang menetap dan tidak hilang setelah istirahat. Bayi kurang
bergerak seperti biasa Jika bayi tidur, geraknya melemah, bayi harus
segera bergerak paling sedikit 8 kali dalam periode 3 jam.
8
a. Timbang berat badan
Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang
seringan-ringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester III
dinyatakan ibu kuruskemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah.
b. (Ukur) Tekanan darah
Untuk mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya.
c. (Ukur) Tinggi fundus uteri
Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam
rongga panggul,untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
d. Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid )
TT lengkap.Untuk mencegah tetanus neonatorum. Jadwal Pemberian
Imunisasi TT:Keterangan : apabila dalam waktu tiga (3) tahun WUS tersebut
melahirkan maka bayi yang dilahirkan akan terlindungi dari tetanus
neonatorum Antigen Interval(selang waktu minimal)Lama perlindungan %
PerlindunganTT
9
Menurut Sarwono, 2005 :
a. Pemenuhan kebutuhan makanan Makanan ibu hamil harus lebih
diperhatikan, sebab kenaikan berat badan selama hamil normalnya 6,5-
16,5 kg.
b. Kebersihan tubuh Kebersihan harus lebih dijaga pada masa hamil, baju
hendaknya longgar dan mudah menyerap keringat, mandi dianjurkan
paling sedikit 3 x sehari.
c. Pakaian hamil Pakaian yang dianjurkan adalah pakaian yang longgar dan
terbuat dari katun sehingga dapat menyerap keringat, terutama pakaian
dalam.
d. Coitus Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah
masuk ke dalam rongga panggul, koitus sebaiknya dikurangi dan
sebaiknya menggunakan kondom untuk kebersihan dan menghindarkan
infeksi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
ANC
S. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Pasien
Nama Klien : Ny.N Nama Suami : Tn. K
Umur : 35 tahun Umur : 38 tahun
Suku Bangsa : Jawa Suku bangsa : Padang
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
10
Alamat : Taman Sari Alamat : Taman Sari
B. Keluhan Utama
Ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya yang sudah semakin besar, ibu
mengatakan ini kehamilannya yang kedua dan tidak pernah mengalami
keguguran.
- Imunisasi TT
TT 1 : 06 Januari 2012
TT 2 : 11 April 2013
D. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Yang Lalu
Tgl / Th Usia Jenis Penolong ANAK
Tempat Penyulit
Persalinan Kehamilan Persalinan Persalinan JK BB TB Keadan
BPS Bidan
17.03.07 39 Minggu Normal - LK 2700 48 Baik
DEWI DEWI
2015 HAMIL INI…
F. Riwayat Psikososial
- Status Perkawinan
Suami yang : Pertama
Istri yang : Pertama
Lama pernikahan : 12 Tahun
- Respon ibu/keluarga terhadap kehamilan : Sangat mengharapkan
kehamilan ini
11
- Bentuk dukungan keluarga : Sangat Mendukung
- Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah : Suami
- Rencana Persalinan
Tempat : BPS Novida
Penolong persalinan : Bidan Novida
Pendamping persalinan : Suami
Persiapan Persalinan : Sudah Ada
- Riwayat KB terakhir : Tidak Ada
- Lama Penggunaan : Tidak Ada
G. Aktivitas Sehari-hari
- Nutrisi
Pola Makan : 3-5 x sehari
Jenis makanan yang di konsumsi : nasi, lauk pauk, sayur, ikan, buah
Perubahan porsi makan : Lebih Sering
Alergi Terhadap Makanan : Tidak Ada
- Eliminasi
BAB : - Frekuensi : 1x sehari
- kositensi : padat
BAK : - Frekuensi : 4-7 x sehari
- Warna : Kekuningan
- Pola istirahat dan tidur
Tidur malam : 7 jam
Tidur Ssiang : 1 jam
Masalah : Tidak ada
- Kebiasaan hidup sehari-hari
Obat-obatan/jamu : Tidak ada
alergi terhadap obat : Tidak ada
merokok : Tidak ada
minuman beralkohol : Tidak ada
- Aktivitas sehari-hari : Melakukan pekerjaan rumah
(masak,nyuci,nyapu)
- Hubungan Seksual
Hubungan seksual dalam kehamilan : Libido Menurun (2 x sebulan)
Keluhan : Tidak Ada
- Personal hygine
Mandi : 2 x sehari
Ganti pakaian dalam dan luar : 2-3 x sehari
Iritasi Vagina : Tidak ada
Frekuensi : Tidak Ada
O. DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
12
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TTV
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 74 x/i
Pernapasan : 22 x/i
Suhu : 37 oc
B. Antopometri
- Tinggi badan : 155 cm
- BB Sebelum hamil : 55 kg
- BB sekarang : 65 kg
- Kenaikan BB selama hamil : 10 kg
C. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Rambut : bersih, tidak berketombe
Muka : closma tidak ada, odema tidak ada
Mata : conjungtiva tidak pucat,sklera tidak ikterus
Hidung : pengeluaran tidak ada, tidak ada polip
Telinga: bersih, tidak ada serumen
Mulut : stomatitis (-), gusi tidak ada pembengkakan,
caries (-)
- Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar thyroid, dan
kelenjar getah bening
- Dada
Retraksi : Tidak Ada
Bunyi nafas : Tidak terdengan ronkhi
Bunyi jantung : Lup Dup
Irama : Teratur
- Payudara
Bentuk : simetris
Puting susu : Menonjol
Aroela : hiperpigmentasi
Pengeluaran : belum ada
Benjolan : Tidak Ada
Kebersihan : bersih
- Abdomen
Bekas Luka Operasi : tidak ada
Bentuk Perut : membesar sesuai usia kehamilan
Kontraksi : tidak ada
Palpasi
13
Leapod I : pada bagian atas teraba bulat, lunak & tidak melenting bokong
Leapod II : pada bagin kanan teraba keras, panjang, memepan (punggung).
pada bagian kiri teraba bagin-bagian kecil janin (ekstremitas).
Leapod III : pada bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting (kepala).
Leapod IV : kepala belum masuk PAP (KONVERGEN)
TFU : 25 CM
DJJ : 138 x/i
TBJ : TFU – 11 x 155 = 25 – 11 x 155 = 2170 grm
- Ekstremitas
Telapak tangan : Normal, tidak oedem, tidak ada varises
Refleks patela : kanan / kiri (+)
Edema : tidak ada
Lila : 26 cm
A. ASSESMENT
DIAGNOSA
Ibu G2 P1 A0, hamil 28 minggu 1 hari, janin tunggal, hidup, presentasi kepala.
DASAR
G3 P1 A1 : ibu mengatakan ini kehamilannya yang keduadan pernah
bersalin 1 kali dan tidak pernah mengalami keguguran.
Janin tunggal : dari hasil palpasi abdomen, teraba satu bagian terbesar
janin.
Hidup : hasil auskultasi DJJ 138 x/i
Presentasi kepala : bagian terendah janin adalah kepala.
MASALAH
14
Ibu merasa cemas akan kehamilannya serta deg degan memikirkan proses
persalinannya .
KEBUTUHAN
Memberikan dukungan serta support kepada ibu baik dari pihak keluarga, maupun
dari pihak tenaga kesehatan.
P. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil Pemeriksaan saat ini.
Rasional : ibu diberi tahu agar memahami keadaannya saat ini
( TTV: TD: 120/80, N: 74 x/i, RR: 22 x/I, S: 37 oc ). Dan djj : 138
x/i.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui keadaanya saat ini
Sumber : Data Objektif
2. Menganjurkan ibu untuk makan dengan gizi seimbang dan istirahat yang cukup
ibu di anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi,
serta minum cukup cairan.
Rasional : agar kebutuhan gizi ibu terpenuhi
Evaluasi : ibu sudah makan makanan dengan gizi seimbang
Sumber : buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal halaman N3
15
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan relaksasi.
Rasional : untuk menghindari stress menghadapi persalinan.
Evaluasi : ibu sudah melaksanakan relaksasi.
Sumber : janet,penny,2009 panduan praktis bagi calon ibu,kehamilan dan
persalinan, Jakarta : PT.Buana Ilmu Pelopor hal.62
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan jangan melakukan pekerjaan
yang terlalu berat.
Rasional : pekerjaan yg terlalu berat dapat membahayakan keselamatan ibu.
Evaluasi : ibu istirahat yang cukup.
Sumber : janet,penny,2009 panduan praktis bagi calon ibu,kehamilan dan
persalinan, Jakarta : PT.Buana Ilmu Pelopor hal.70
8. Memberitahu ibu cara merawat personal hygiene, yaitu dengan cara mandi 2 x
sehari, serta mengganti pakaian dalam maupun luar sesering mungkin.
Rasional : agar ibu terhindar dari infeksi.
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan mau menjaga personal hygienenya.
Sumber : Indrawaty, Poppy, 2010, Panduan Perawatan Kehamilan,
Yogyakarta. Hal 55
9. Mengajarkan ibu cara melakukan hubungan seksual yang aman pada saat hamil.
Rasional : hubungan seksual dapat menjaga keharmonisan rumah tangga.
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan tahu cara melakukan hubungan seks yang
aman pada saat hamil
Sumber : Indrawaty, Poppy, 2010, Panduan Perawatan Kehamilan,
Yogyakarta. Hal 89.
11. Memberitahu ibu mengenai tafsiran persalinan dan persiapan dana, sarana, dan
prasarana untuk proses persalinan.
16
Rasional : agar ibu mengetahui kapan kira-kira ia akan melahirkan dan agar
ibu mulai mempersiapkan proses persalinannya.
Evaluasi : ibu mengerti konseling yang diberikan bidan dan mulai
mempersiapkan proses persalinannya.
Sumber : Indrawaty, Poppy, 2010, Panduan Perawatan Kehamilan,
Yogyakarta. Hal 63.
17
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo, 2001 ).
18
Otot rahim mempunyai kemampuan untuk merenggang dalam batas
tertentu setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan
menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot eterus.
b. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami
penyempitan.
c. Teori oksitosin internal
Dikeluarkan oleh kelenjar hipotise parst perubahan keseimbangan
estrogen dan progesterone dapat menyebabkan terjadinya Braxton hiks.
d. Teori prostaglandin
Sejak umtur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga terjadi persalinan.
e. Teori Hipotalamus-ptuitari dan Gladula Suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensepalus, sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalasmus.
f. Teori berkurangnya nutrisi
Dikatakan oleh hipokrates untuk pertamakalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
19
2.2.5. Tahapan Persalinan
a. Kala I
Tanda mulainya persalinan yaitu bila timbul his dan terjadi
pelepasan lendir yang bercampur darah.Lendir berasal dari lendir kanalis
servikalis karena serviks mulai mendatar, sedangkan darah berasal dari
pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis
yang pecah karena pergesera-pergeseran ketika serviks membuka.
His dianggap Adekuat bila :
- His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung
sedikitnya 40 detik
- Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak
didapatkan cekungan lagi bila dilakukan penekanan diujung
jari
- Serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi yakni :
a. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm
b. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam dari 4 cm menjadi 9
cm
c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu
2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
20
internum dan eksternum menipis dan mendatar terjadi dalam saat yang
sama.
21
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi
obyektif) yang hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45 –60 menit, dan
multipara 15-30 menit.
Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai serangkaian
peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri
dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala
dan tanda kala dua juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan
penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai.
Setelah terjadipembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya
dorongan alamiahnya yangmengisyaratkan ia untuk meneran dan
kemudian beristirahat di antara kontraksi.
Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok
atau miring yang dapat mempersingkat kala dua.Beri keleluasaan untuk
ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang
menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang
dialaminya.
Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali
dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya memberikan
bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar. Harap diingat
bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari
kontraksi uterus.Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk
mengeluarkan bayi.
Proses Meneran
a. Posisi Ibu Saat Meneran
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman.Ibu dapat
mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini
22
dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang
paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.
- Posisi duduk atau setengah duduk
dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan
baginya untuk beristirahat di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua
posisi ini adalah gaya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan
bayinya.
23
Kedua posisi tersebut juga akan membantu perbaikan posisi oksiput
yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.
Posisi merangkak seringkali membantu ibu mengurangi nyeri
punggung saat persalinan. Posisi berbaring miring ke kiri
memudahkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ia
mengalami kelelahan dan juga dapat mengurangi risiko terjadinya
laserasi perineum
b. Cara meneran
- Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya
selama kontraksi.
- Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.
- Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi.
- Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah
untuk meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan
ke dada.
- Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
- Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu
kelahiran bayi.
Dorongan pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan
ruptura uteri.Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong
fundus bila mereka mencoba melakukan itu.
Catatan:Jika ibu adalah primigravidadan bayinya belum lahir atau
persalinan tidak akan segera terjadi setelah dua jammeneran maka ia
harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan. Lakukan hal yang sama
24
apabila seorang multigravidabelum juga melahirkan bayinya atau
persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jammeneran.
Melahirkan Bayi
- Posisi Ibu
Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada
posisi berbaring telentang (supine position).Alasan: Jika ibu berbaring
terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta,
dll) menekan vena cava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan
oksigen melalui sirkulasi utero-plasenter sehingga akan menyebabkan
hipoksia pada bayi. Berbaring terlentang juga akan mengganggu
kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif
- Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat
kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi
dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu
dan gunakan perasat manual yang tepat (dibahas di bagian selanjutnya)
dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya
laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada
diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian
kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan
perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Bimbing
ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan cepat pada
waktunya.
25
tetapi hal tersebut ternyata tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
cukup.
Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan:
a) Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma
b) Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada
episiotomi rutin dibandingkan dengan tanpa episiotomi
c) Meningkatnya nyeri pascapersalinan di daerah perineum
d) Meningkatnya risiko infeksi
Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat
kelahiran bayi bila didapatkan:
a) Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan
b) Penyulit kelahiran per vaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi
cunam (forsep) atau ekstraksi vakum)
c) Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan
d) Jika perlu dilakukan episiotomy.
- Melahirkan Kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang
bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan
kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi
segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah
kain bersih dan kering), ibu jari pada salah sisi perineum dan 4 jari
tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala
bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada
saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.Alasan:
Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara
bertahapdan hati-hati dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan)
pada vagina dan perineum.
26
Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan
dilahirkan.Usap muka bayi dengan kain atau kasa bersih atau DTT
untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi.
27
Pemantauan Tali Pusat
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan
bernafas cepat.Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat.Jika ada dan
lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut dengan
melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat
dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
a) Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu
kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan.
b) Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran
sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu
depan melewati simfisis.
c) Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi
sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
d) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum
dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
e) Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan
posterior saat melewati perineum.
28
f) Tangan bawah (posterior) menopang
samping lateral tubuh bayi saat lahir.
g) Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang
bahu, siku dan lengan bagian anterior.
29
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan
penjepitan tali pusat dengan klem pada
sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal
pusat) bayi.Dari titik jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian dorong isi tali
pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar
pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat).Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan
pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara
kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi
atau steril.
Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti
bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering.Pastikan bahwa
kepala bayi terselimuti dengan baik
.
3. Kala III
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat.Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 15 –
30 menit, dapat ditunggu sampai 1 jam, keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah.
4. Kala IV
1. Persalinan Kala IV normal
a) Pengeluaran darah total tidar lebih dari 500 cc
b) Ibu tidak tampak pucat
30
c) Kontraksi eterus (+), membulat teramat keras
d) Tanda vital ibu dalam batas normal
2. Involusi normal.
a) Posisi fundus uteri setinggi atau dibawah pusat, tonus uterus tetap
berkontraksi.
b) Pengeluaran darah tidak berlebihan
c) Cairan tidak berbau
3. Kala IV dengan penyulit
a) Sub involusi uterus, tonus tidak keras, posisi uterus diatas pusat
b) Pengeluaran darah berlebihan (>500cc)
c) Robekan jalan lahir
d) Sebagian plasenta tertinggal
e) Tanda virtal tidak normal.
31
posisi asinklitismus.yaitu Asinklitismus Anterior (sutura sagitalis
mendekati promontorium dan tulang ubun-ubun/parietal depan lebih
rendah dari tulang ubun-ubun belakang) dan asinklitismus Posterior
(Sutura sagitalis mendekati simfisis pubis, tulang ubun-ubun/parietal
belakang lebih rendah lebih rendah dari tulang ubun-ubun depan.
2. Turunnya kepala janin ke dasar panggul
Pada primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum
persalinan, sedangkan turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada
awal kala II. Pada nulipara, masuk dan turunnya kepala janin ke dalam
panggul terjadi bersamaan
3. Fleksi
Dengan turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubun-
ubun kecil (UUK) lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga
diameter fronto oksipital (12 cm) sebagai ukuran terpanjang terbentang
antara fronto diameter anteroposterior dan diameter sub
oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih kecil yang akan melewati jalan
lahir.
32
Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutat ke arah
punggung untuk menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi
dalam tadi.putaran ini disebut putaran restitusi kemudian putaran
dilanjutkan hingga kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak
(di sisi kiri)
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan
menjadi hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang kemudian bahu
depan menyusul seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
33
2.2.7. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan ersalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik
sekali pakai 2,5 ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang
akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan,
isi dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah
partus set.
34
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah
dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah).
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya ke dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai (pastikan DJJ dalam keadaan batas normal 120-160
x/menit).
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu
sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada his bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-
6 cm.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong
ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
35
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut
ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakakan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arcus pubis dan
kemudian gerakan atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23. Setelah bahu leher, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan
dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di
antara kedua lutut janin).
25. Melakukan penilaian selintas: apakah bayi menangis kuat dan
atau bernafas tanpa kesulitan; apakah bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
vernix. Ganti handuk basah dengan handuk/kain kering.
Membiarkan bayi di atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntuik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
36
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 menit dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di
antara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang
topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
symphisis untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan
hati-hati ke arah dorsocranial. Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusta dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. Meletakkan penegangan dan dorongan dorsocranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti posros jalan lahir 9tetap lakukan tekanan
dorsocranial).
37
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan pemijatan pada
fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan
selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan ke dalam
kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi mengalami pendarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baikdan tidak terjadi
pendarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah 1 jam lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi heoatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan
pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
38
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bayi bernafas
dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
53. Memberishkan ibu dengan menggunakan air DDT.
Memberishkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Memberishkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%,
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
57. Mencucui tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
39
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
DI BPM ARIF DEWI LESTARI, Amd.Keb
INC
S. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Pasien
Nama Klien : Ny. Y Nama Suami : Tn.M
Umur : 19 tahun Umur : 34 tahun
Suku Bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tiban Mas Alamat : Tiban Mas
B. Keluhan Utama
Ibu merasa perutnya mules sejak semalam dan saat ini mules semakin kuat
dan sering serta ibu juga mengatakan sudah keluar lendir bercampur darah
pada pukul 07.00 wib
40
- GPA : G1 P0 A0
- HPHT : 04-08-2014
- TP : 29-06-2015
- Siklus Haid : 28 Hari
- Pergerakan janin pertama kali usia kehamilan : 5 bulan
- Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir sekitar :6-7 kali
- Tanda bahaya : Tidak Ada
- Kekhawatiran : Tidak Ada
- Imunisasi TT
TT 1 : tidak ada
TT 2 : tidak ada
D. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Yang Lalu
Tgl / Th Usia Jenis Penolong ANAK
Tempat Penyulit
Persalinan Kehamilan Persalinan Persalinan JK BB TB Keadan
2015 HAMIL INI…
F. Riwayat Psikososial
- Status Perkawinan
Suami yang : Pertama
Istri yang : Pertama
Lama pernikahan : 1 Tahun
- Respon ibu/keluarga terhadap kehamilan : di harapkan
- Bentuk dukungan keluarga : sangat mendukung
- Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
- Rencana Persalinan
Tempat : BPS Dewi
Penolong persalinan : Bidan Dewi
Pendamping persalinan : Suami
Persiapan Persalinan : Sudah Ada
- Riwayat KB terakhir : Tidak Ada
- Lama Penggunaan : Tidak Ada
G. Aktivitas Sehari-hari
- Nutrisi
Pola Makan : 3-5 x sehari
41
Jenis makanan yang di konsumsi : nasi, lauk pauk, sayur, ikan, buah
Perubahan porsi makan : Lebih Sering
Alergi Terhadap Makanan : Tidak Ada
- Eliminasi
BAB : - Frekuensi : 1x sehari
- kositensi : padat
BAK : - Frekuensi : 4-7 x sehari
- Warna : Kekuningan
- Pola istirahat dan tidur
Tidur malam : 7 jam
Tidur Ssiang : 1 jam
Masalah : Tidak ada
- Kebiasaan hidup sehari-hari
Obat-obatan/jamu : Tidak ada
alergi terhadap obat : Tidak ada
merokok : Tidak ada
minuman beralkohol : Tidak ada
- Aktivitas sehari-hari : Melakukan pekerjaan rumah
- Hubungan Seksual
Hubungan seksual dalam kehamilan : Libido Menurun (2 x sebulan)
Keluhan : Tidak Ada
- Personal hygine
Mandi : 2 x sehari
Ganti pakaian dalam dan luar : 2-3 x sehari
Iritasi Vagina : Tidak ada
Frekuensi : Tidak Ada
O. DATA OBJEKTIF
H. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TTV
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 72 x/i
Pernapasan : 22 x/i
Suhu : 37 oc
I. Antopometri
- Tinggi badan : 155 cm
- BB Sebelum hamil : 45 kg
- BB sekarang : 55 kg
- Kenaikan BB selama hamil : 10 kg
42
J. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Rambut : bersih, tidak berketombe
Muka : closma tidak ada, odema tidak ada
Mata : conjungtiva tidak pucat,sklera tidak ikterus
Hidung : pengeluaran tidak ada, tidak ada polip
Telinga : bersih, tidak ada serumen
Mulut : stomatitis (-), gusi tidak ada pembengkakan,
caries (-)
- Leher : tidak terdapat pembengkakan
kelenjar thyroid, dan kelenjar getah
bening
- Dada
Retraksi : Tidak Ada
Bunyi nafas : Tidak terdengan ronkhi
Bunyi jantung : Lup Dup
Irama : Teratur
- Payudara
Bentuk : simetris
Puting susu : Menonjol
Aroela : hiperpigmentasi
Pengeluaran : belum ada
Benjolan : Tidak Ada
Kebersihan : bersih
- Abdomen
Bekas Luka Operasi : tidak ada
Bentuk Perut : membesar sesuai usia kehamilan
Kontraksi : tidak ada
Palpasi
Leapod I : pada bagian atas teraba bulat, lunak & tidak melenting bokong
Leapod II : pada bagin kanan teraba keras, panjang, memepan(punggung).
pada bagian kiri teraba bagin-bagian kecil janin (ekstremitas).
Leapod III : pada bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting (kepala).
Leapod IV : kepala sudah masuk PAP (DIVERGEN)
TFU : 29 CM
DJJ : 142 x/i
TBJ : TFU – 12 x 155 = 29 – 12 x 155 = 2635 gr
43
- Ekstremitas
Telapak tangan : Normal, tidak oedem, tidak ada varises
Refleks patela : kanan / kiri (+)
Edema : tidak ada
Lila : 23 cm
K. Pemeriksaan genetalia
- Pemeriksaan dalam
Dinding vagina : tidak terdapat polip
Pembukaan : 4cm
Portio : Tebal
Ketuban : Negatif (-)
Presentasi : kepala
Penyusupan : tidak ada molase
Penurunan kepala :-
L. Pemeriksaan Penunjang
USG
A. ASSESMENT
DIAGNOSA
Ibu G1P0A0, hamil 37 minggu , Inpartu Kala I fase Laten, janin tunggal, hidup,
presentasi kepala.
DASAR
G3 P1 A1 : ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama belum pernah
persalinan dan belum mengalami keguguran.
Inpartu Kala I fase laten dari hasil pemeriksaan dalam pembukaan 3 cm
Janin tunggal dari hasil palpasi abdomen, teraba satu bagian terbesar janin
Hidup dari hasil auskultasi DJJ 142 x/i
Presentasi kepala bagian terendah janin adalah kepala, masuk PAP 2/5 bagian
MASALAH
Ibu merasa cemas dan sangat kesakitan
44
KEBUTUHAN
Memberikan dukungan serta support dan asuhan sayang ibu baik dari pihak
keluarga, maupun dari pihak tenaga kesehatan.
PENATALAKSANAAN
45
Rasional : Agar ibu merasa nyaman saat proses persalinan
Evaluasi : Suami dan keluarga sudah memberi dukungan kepada ibu
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 52
KALA II
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan adanya dorongan dan rasa sakit yang semakin kuat dan sering
serta ibu merasa ingin meneran
OBJEKTIF
46
- Kontraksi : 5 x dalam 10 menit selama 55 detik
- Pemeriksaan Dalam : Ø10 cm, portio tidak teraba, preskep, Hodge IV,
ketuban(-)
ANALISA
-HPHT : 29 – 04 - 2013
- Pemeriksaan leopold 1-4
- DJJ ( + ) 136x/i
PENATALAKSANAAN
47
Rasional : Agar ibu merasa nyaman saat persalinan
Evaluasi : Ibu sudah ditemani oleh keluarga
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 78
5. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran dan ajarkan cara
meneran yang efektif.
Ibu bisa memilih posisi duduk, keuntungan posisi ini adalah membantu
proses penurunan kepala, ibu bisa memilih posisi yang membuat ibu
merasa nyaman. Cara meneran yang efektif yaitu dalam keadaan posisi
litotomi, dimana mata melihat ke arah perut, dagu menyatu dengan dada
dan kedua tangan menarik paha sampai dada.
Rasional : Agar ibu nyaman saat proses persalinan
Evaluasi :Ibu sudah memilih posisi litotomi.
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 79
48
Kemudian gerakkan kepala ke arah bawah untuk mengeluarkan bahu
depan dan ke atas untuk mengeluarkan bahu belakang, sanggah, susur
untuk mengeluarkan badan, tungkai dan kaki maka lahirlah bayi
seluruhnya.
Pukul 09.30 WIB bayi Ny. Y lahir dengan BB : 2500 gram, PB : 45 cm,
JK : Laki-laki
Evaluasi : Ibu sudah melahirkan bayi laki laki dengan BB :2500 gram,
PB : 45 cm, JK : Laki-laki
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 90
KALA III
SUBJEKTIF
Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya dan perut ibu masih terasa mules.
OBJEKTIF
ANALISA
49
Kebutuhan : Beri kenyaman pada ibu
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
hasil pemeriksaan kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
perdarahan ± 100 cc, adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.
Rasional : Agar ibu mengetahui keadaannya saat ini
Evaluasi : Ibu sudah mengerti keadaannya saat ini.
Sumber : Buku pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 97
50
Evaluasi : Masase fundus uteri sudah dilakukan.
Sumber : Buku pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 98
KALA IV
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan senang plasenta sudah lahir dan perutnya masih terasa nyeri.
Ibu merasa lemas dan lelah
OBJEKTIF
ANALISA
51
PENATALAKSANAAN
52
2.3 BAYI BARU LAHIR
2.3.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir
selama satu jam pertama kelahiran. Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi
baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya
dengan usia gestasi 38 – 42 minggu. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
53
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.
54
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan
bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus
hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan
d. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah
udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.
e. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya
keluar harus menghilang pada usia 4 bulan.
f. Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus
ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
3. Ekstrimitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki
menyebabkan fleksi tangan dan jari
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
c. Masa tubuh
(1). Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang
menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta
mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti
dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan
lemah.
(2). Startle
55
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan
fleksi siku tangan tetap tergenggam
(3). Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan
kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang
berlawanan dan kaki fleksi.
(4). Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan
batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
(5) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang
menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.
1. Pencegahan Infeksi
Ø Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan
bayi
Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
Ø Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril.
Ø Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan,
pita pengukur, termometer, stetoskop.
56
2. Melakukan penilaian
Ø Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
Ø Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda –
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi,
karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
57
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
DI BPM ARIF DEWI LESTARI, Amd.Keb
BBL
S. DATA SUBJEKTIF
H. Identitas
Nama bayi : By. Ny. Y
Tgl Lahir : 29 JUNI 2015 pukul 09.30 wib
Nama Klien : Ny. Y Nama Suami : Tn. M
Umur : 19 tahun Umur : 34 tahun
Suku Bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
58
Alamat : Tiban Mas Alamat : Tiban Mas
O. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Khusus
Nilai Apgar
N Aspek yang 1 5
0 I 2
O dinilai menit menit
Frekuensi
Tidak Kurang Lebih dari
1 denyut 1 2
ada dari 100 100
jantung
Usaha Tidak Lambat Menangis
2 2 2
bernafas ada teratur kuat
Ekstremita
Gerakan
3 Tonus otot lumpuh s fleksi 2 2
aktif
sedikit
4 Reaksi Tidak Gerakan menangis 1 2
59
terhadap
ada sedikit
rangsangan
Seluruh
Tubuh
Biru tubuh
5 Warna kulit kemerahan 2 2
pucat kemeraha
ekstremitas
n
jumlah 8 10
2. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : Baik
- Denyut Nadi : 140 x/i
- Pernafasan : 60 x/i
- Suhu : 37,1 x/i
- Keaktifan : Fleksi sedikit
- Tangisan : Menangis
3. Pemeriksaan Fisik
- Kepala : tidak terdapat cepal hematom/caput succedenum
- Ubun-ubun : tidak terdapat molase
- Muka : bersih & tidak oedema
- Mata : tidak terdapat infeksi, tidak ada pus
- Telinga : tidak ada pengeluaran & tidak ada kelainan.
- Mulut : tidak terdapat labioskizis & palotokizis
- Perut : simetris dan tidak kembung
- Dada : Simetris
- Punggung : normal
- Ekstremitas : bergerak aktif
- Genetalia : tidak terdapat kelainan
- Anus : tidak atresia ani
- Kulit : kemerah-merahan
4. Refleks
- Reflek moro : (+)
- Reflek sucking : (+)
- Reflek roobing : (+)
- Reflek walking : (+)
- Reflek tonic neek : (+)
- Reflek erafs/planter : (+)
60
5. Antopometri
- Berat Badan : 2500 gram
- Panjang Badan : 45 cm
- Lingkar Kepala : 29 cm
- Lingkar Dada : 30 cm
A. ASSESMENT
DIAGNOSA
Bayi Ny.Y lahir normal secara spontan pada usia kehamilan cukup bulan 37
minggu jenis kelamin laki-laki dengan berat badan 2500 gram dan panjang badan
45 cm, segera menangis.
DASAR
Lahir normal : lahir secara spontan tanpa bantuan alat.
Khml ckp bln : 37 minggu
BB dan PB : dari hasil data objektif.
MASALAH
Tidak Ada
KEBUTUHAN
Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
P. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu keadaan bayi nya saat ini .
Rasional : ibu di beritahu tentang keadaan bayi nya saat ini baik
Evaluasi : ibu sudah mengetahui keadaan bayinya saat ini
Sumber : Data Objektif
61
Rasional : agar tidak terjadi infeksi
Evaluasi : Bayi sudah diberikan salep mata
Sumber : Buku Apn 2008
3. Bayi diberi injeksi vit K 0,1 cc/im
Rasional : agar tidak terjadi perdarahan tali pusat pada bayi
Evaluasi : bayi sudah diberikan vitamin K
Sumber : Buku Panduan Maternal & neonatal N-36
4. Memberikan Penyuluhan Kepada Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat yaitu tali
pusat dibungkus menggunakan kassa steril kering dan sebaiknya sebelum
pelaksanaannya ibu harus mencuci tangan terlebih dahulu serta tetap
memastikan tali pusat dan area sekelilingnya bersih & kering.
Rasional : agar ibu mengetahui cara perawatan tali pusat bayi yang benar
Evaluasi : ibu sudah mengerti yang dijelaskan bidan
Sumber : Buku Apn 2008
5. Mengajarkan ibu cara menyusui bayi yang benar dan menganjurkan ibu untuk
memberika ASI sesering mungkin pada bayinya
Rasional : agar bayi tetap mendapatkan ASI eksklusif
Evaluasi : ibu mau mengikuti anjuran yang disampaikan oleh bidan
Sumber : Buku Apn 2008
6. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara mengganti
handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut, serta
mengusahakan terjadi kontak antara kulit ibu dan anak.
Evaluasi : bayi sudah dihangatkan
Sumber : Buku Apn 2008
62
2.4 MASA NIFAS
2.4.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
(Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
63
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.
64
8. Memberikan asuhan secara professional.
65
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal,
uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
6 hari perdarahan.
II post Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
partum Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan
cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta
tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
2
minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan
III
post yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
partum
6 Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama
minggu masa nifas.
IV
post
Memberikan konseling KB secara dini.
partum
66
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
DI BPM ARIF DEWI LESTARI, Amd.Keb
PNC
Keluhan Utama
Ibu merasa perutnya masih mules dan nyeri di daerah perineum
67
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Yang Lalu
Tgl / Th Usia Jenis Penolong ANAK
Tempat Penyulit
Persalinan Kehamilan Persalinan Persalinan JK BB TB Keadan
BPS Bidan
29.06.15 37 Minggu Normal - LK 2500 45 Baik
dewi dewi
O. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
68
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TTV
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 72 x/i
Pernapasan : 24 x/i
Suhu : 37,5oc
Pemeriksaan Fisik
- Odema Wajah : Tidak Ada
- Mata : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
- Payudara : Simetris, puting susu menonjol
- Pengeluaran Asi : Belum lancar
- Abdomen : Dinding perut terdapat linca alba
- TFU : 3 jari dibawah pusat
- Kontraksi Uterus : Baik
- Kandung Kemih : Kosong
- Varices : Tidak Ada
- Prenium : Bersih
- Anus : Tidak ada hemoroid
A. ASSESMENT
DIAGNOSA
Ibu P1 A0 Cukup Bulan, H1 8 Jam Post Partum
DASAR
P1 A0 : ibu mengatakan ini persalinannya yang pertama dan belum
pernah keguguran .
Cukup Bulan : 37 minggu
H1 8 Jam PP : dihitung sejak waktu selesainya persalinan.
yaitu tanggal 29 juni 2015 pukul 09.30 wib
MASALAH
Ibu merasa perutnya masih mules dan nyeri di daerah perineum dan pengetahuan
ibu mengenai cara mengurus dan merawat bayi masih kurang.
69
KEBUTUHAN
Memberikan konseling kepada ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan saat ini.
P. PENATALAKSANAAN
1. Memberi tahu ibu hasil Pemeriksaan saat ini.
Rasional : ibu diberi tahu agar memahami keadaannya saat ini
( TTV: TD: 110/70 N: 72x/i, RR: 24x/I, S: 37,5oc ).
Evaluasi : ibu sudah mengetahui keadaanya saat ini
Sumber : Data Objektif.
6. Memberi Konseling pada ibu tentang perawatan tali pusat bayi agar ibu bisa
menjaga dan mengurus bayinya dengan baik dan benar.
70
Rasional : agar bayi terhindar dari infeksi
Evaluasi : ibu mengerti asuhan yang diberikan
Sumber : Buku Panduan Kesehatan Maternal & Neonatal N-24
7. Mengajari dan menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan nya yaitu
mandi 2 sehari , mengganti pakaian dalam dan mengganti kassa steril dengan
betadin jika sudah kering di daerah vagina.
Rasional : agar kondisi ibu dapat segera pulih dan ibu terhindar dari infeksi.
Evaluasi : ibu mau mengikuti anjuran yang disampaikan oleh bidan.
Sumber : Buku Apn 2008.
71
2.5 KELUARGA BERENCANA ( KB )
2.5.1 Pengertian KB
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun
tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan
keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang
dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi
yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia
tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima
sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan
seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI,
1998).
Masa nifas Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat
permanent (Sarwono, P. 2002: 905).
Salah satu kontrasepsi yang bersifat sementara adalah suntik.
Perkembangan hormon untuk pengobatan dimulai pada awal 1950-an.
Hormon progestin yang pertama kali digunakan untuk mengobati
endometriosis, kanker endometrium, ketidakteraturan haid, kelainan
perdarahan akibat hormonal dan hirsutim.
Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah
konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB
merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB
disukai karena relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah
(Saifuddin, 2006).
72
menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan
efektif dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten
(Sastrawinata, 2000).
Terdiri dari 21-22 pil KB/kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivat
estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus. Pil
KB/kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama
perdarahan haid, selanjutnya setiap pil hari 1 pil selama 21-22 hari.
Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil KB/kontrasepsi oral terakhir
diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan
perdarahan putus obat. Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti
siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama
perdarahan haid.
73
a. Kemasan 28 hari
b. Kemasan 21 hari
Pil dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap
siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya
diberikan selama 14-16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron
dan estrogen selama 5-7 hari terakhir. Terdiri dari 14-15 pil
KB/kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya
berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama
dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih
sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
74
Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui. Pil mini yaitu
pil KB yang hanya mengandung progesteron saja dan diminum sehari
sekali. Berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis
kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe
kombinasi. Dosis progestin dalam pil mini lebih rendah daripada pil
kombinasi. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,5 mg atau
kurang. Karena dosisnya kecil maka pil mini diminum setiap hari pada
waktu yang sama selama siklus haid bahkan selama haid.
75
Pil hormon yang mengandung estrogen yang ”long acting” yaitu pil
yang diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life
panjang.
Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih
terbatas antara lain.
Pil KB Andalan akan mencegah pelepasan sel telur yang telah diproduksi
oleh indung telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Hormon yang
terkandung dalam pil KB Andalan akan memperkental lendir leher rahim
76
sehingga mempersulit sel sperma masuk kedalam rahim. Hal ini berguna
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembuahan dan kehamilan. Selain
itu, Pil KB Andalan akan menebalkan dinding rahim, sehingga tidak akan siap
untuk kehamilan.
2.5.4 Efektifitas
Bila dipakai dengan benar dan teratur, kegagalannya sangat kecil
yakni 0.1% kehamilan pada 100 wanita pemakai atau tahun pertama
pemakaian (1:1000) Dalam pemakaian sehari-hari karena faktor kesalahan
manusia atau lupa, maka kegagalannya dapat menjadi 6-8 kehamilan atau
100 wanita pemakai atau tahun pemakaian. Kesalahan yang sering terjadi
adalah lupa menelan pil atau terlambat memulai kemasan yang baru
2.5.5 Keuntungan
a. Keuntungan pil KB secara umum :
77
9. Dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi emergensi setelah hubungan
suami istri
2.5.6 Kerugian
1. Mahal
2. Penggunaan pil harus diminum setiap hari dan bila lupa
minum akan meningkatkan kegagalan.
3. Perdarahan bercak dan “breakthrough bleeding”.
4. Ada interaksi dengan beberapa jenis obat (rifampisin,
barbiturat, fenitoin, fenilbutason dan antibiotik tertentu).
5. Tidak mencegah penyakit menular seksual, HBV,
HIV/AIDS.
6. Efek samping ringan/jarang, namun dapat berupa
amenorea, mual, rasa tidak enak di payudara, sakit kepala, mengurangi
ASI, berat badan meningkat, jerawat, perubahan mood, pusing, serta
retensi cairan, tekanan darah tinggi, komplikasi sirkulasi yang jarang
namun bisa berbahaya khususnya buat perokok.
2. remaja
78
Kontra indikasi dari penggunaan berbagai jenis pil KB adalah sebagai
berikut :
a. Kehamilan
Selain itu, indikasi untuk memilih pil kontrasepsi dengan dosis estrogen
yang lebih tnggi (misalnya sequential), adalah :
2. Acne,
3. Depresi premenstruil.
Dalam keadaan lain seperti laktasi dan adanya riwayat keluarga dengan
penyakit thromboemboli, sebaiknya dipilih mini pil (Sastrawinata, 2000).
79
serta tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain
yang mengandung estrogen.
Kontra indikasi untuk relatif pil oral kombinasi, yaitu sakit kepala
(migrain), disfungsi jantung atau ginjal, diabetes gestasional atau pre diabetes,
hipertensi, depresi, varices, umur lebih 35 tahun, perokok berat, fase akut
mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis selama kehamilan,
hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat keluarga (orang tua, saudara)
yang terkena penyakit rheumatik yang fatal atau tidak fatal atau menderita DM
sebelum usia 50 tahun, serta kolitis ulseratif
Kontra indikasi pil mini, yaitu wanita yang berusia lebih tua dengan
perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, ada riwayat kehamilan ektopik,
diketahui atau dicurigai hamil melalui anamnesis, gejala atau tanda kehamilan
positif, benjolan di payudara atau dicurigai kanker payudara, gangguan
tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata), serta ikterus, penyakit
hati aktif atau tumor hati jinak atau ganas (Saifuddin, dkk. 2000).
1. Petunjuk Umum
a. Pil kombinasi sebaiknya diminum setiap hari pada saat yang sama.
b. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke tujuh
siklus haid.
80
e. Bila kemasan 28 pil habis, sebaiknya mulai minum pil dari
kemasan yang baru.
g. Minum pil yang lain, apabila terjadi muntah dalam waktu 2 jam
setelah meminumnya.
81
KB
S. DATA SUBJEKTIF
J. Identitas Pasien
B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan selama memakai pil Kb , ibu merasakan mual dan pusing dan
berat badan ibu semakin hari semakin naik ibu khawatir ketidak cocokan Pil Kb Yang
ibu pakai.
C. Riwayat perkawinan
Kawin : 1 kali
Kawin pertama kali umur : 20 tahun
Dengan suami sekarang sudah : 7 tahun
D. Riwayat haid
Menarche umur : 15 tahun
siklus : ± 28 hari
Teratur/tidak : Teratur
Disminorhea : Kadang-kadang
Sifat darah : Terdapat gumpalan
E. Riwayat obstetri
82
Jumlah anak lahir, hidup : 2 orang
Jumlah anak meninggal : Tidak Ada
Jenis kelamin anak yang dilahirkan : laki – laki
Persalinan terakhir : 04 Mei 2013
Jenis persalinan terakhir : Normal
Komplikasi : Tidak ada
Keadaan nifas terakhir : Baik
H. Ekstremitas
Oedem : Tidak ada
Varices : Tidak ada
O. DATA OBJEKTIF
F. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TTV
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 69 x/i
Pernapasan : 23 x/i
Suhu : 37,oc
83
- Berat badan : 68 kg
- Tinggi badan : 150 cm
G. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Bersih
Rambut : Hitam dan tidak berketombe
Muka : Tidak ada cloasma dan tidak oedem
Mata : konjungtiva tidak enemis dan sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak ada pengeluaran dan tidak ada polip
Telinga : Bersih dan tidak ada serumen
Mulut / gigi : Tidak stomatitis, gusi tidak bengkak, tidak ada caries
2. Leher : Tidak ada kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran getah
bening,
vena jugularis Normal
3. Dada : Retraksi dinding dada Normal, bunyi penafasan tidak
terdengar ronchi, bunyi jantung dup dup, irama teratur
Payudara : Bersih, tidak membesar, tidak ada tumor, bentuk simetris,
sudah ada pengeluaran, tidak ada benjolan, tidak ada
tanda-tanda retraksi
4. Abdomen : Tidak ada jaringan parut
5. Ano – genital : Tidak dilakukan
6. P. penunjang : Tidak dilakukan
A. ASSESMENT
DIAGNOSA
Ibu P2 A0, Akseptor KB Pil
DASAR
P2 A1 : Ibu mengatakan telah 2 kali melahirkan dan Tidak pernah
keguguran
Akseptor Pil KB : Pil Kb Microgynon
MASALAH
Pengetahuan ibu mengenai efek samping kb masih kurang
84
KEBUTUHAN
Memberikan ibu konseling mengenai kb mulai dari jenis dan cara penggunaan
serta kelebihan dan kekurangan kb tersebut
P. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
( TD : 120/70 mmHg, S : 37 C, N : 69 x/I, RR : 23 x/i )
Dasar : Agar ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu saat ini.
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
Sumber : Data objektif.
3. Memberitahu ibu cara kerja pil KB adalah dengan mencegah pelepasan sel
telur serta memberitahu ibu mengenai kelebihan dan kekurangan KB pil serta
efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Kelebihan :
Sangat efektif bila diminum teratur
Tidak mengurangi kenyamanan hubungan suami istri
Dapat dihentikan pemakaiannya kapan saja jika menginginkan kehamilan
Kekurangan :
Mual terutama tiga bulan pertama
Tidak cocok untuk mereka yang pelupa
Kemasan baru selalu harus tersedia setelah pil kemasan sebelumnya habis
Efek samping :
Mual, Spooting, Pusing, BB naik
Amenorrhea, Depresi, Tidak mencegah IMS
85
Dasar : agar ibu tidak kaget saat terjadi hal seperti disebutkan diatas
Evaluasi : Ibu mengerti asuhan yang diberikan bidan
Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
4. Memberitahu ibu cara mengkonsumsi pil kb yang baik dan benar yaitu dengan
cara : minumlah pil tepat waktu sesuai dengan arah panah dan hari yang sudah
ditentukan pada belakang bungkus pil. Jika baru pertama kali menggunakan
pil KB, mulai minum pil saat haid yaitu mulai di hari ke lima haid atau paling
baik di hari pertama haid. Bila dimulai pada saat haid sudah berhenti, jika
hendak melakukan hubungan intim, gunakan kondom selama 7 hari pertama
menelan pil untuk mencegah terjadinya kehamilan. Untuk mencegah lupa
minum pil, minumlah pil KB secara teratur setiap harinya pada jam yang
sama, disarankan untuk menelan pil pada malam hari (sebelum tidur atau
setelah makan malam).
Jika lupa minum satu pil KB ( aktif bukan placebonya ) minum segera saat
teringat dan minum pil dosis hari itu di saat waktu rutin biasanya. Jika lupa 1
hari (24 jam) maka masih dapat diminum 2 tablet langsung pada saatnya
minum pil. Namun jika lupa lebih dari 1 hari, buang pil yang terlupa dan
lanjutkan minum pil sesuai harinya, namun karena efektifitas berkurang, perlu
dikombinasikan dengan kontrasepsi kondom saat berhubungan intim.
Dasar : agar ibu tidak binggung dalam mengkonsumsi kb pil
Evaluasi : Ibu mengerti asuhan yang diberikan bidan
Sumber : Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
86
Sumber : Buku panduan Pelayanan Kontrasepsi
87