Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organ Pernafasan merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup


manusia. Menurut Maslow kebutuhan O2 ditempatkan pada kebutuhan dasar yang
paling utama. Orang bernafas pada hakekatnya adalah untuk kelangsungan
metabolisme sel agar dapat melakukan aktivitas secara adekuat. Proses pernafasan
merupakan gabungan antara aktivitas berbagai mekanisme yang berperan dalam
proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida sebagai
hasil dari pembakaran sel.
TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium
Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, organisme patogen atau
saprofit yang biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui nuclei droplet lewat
udara. Paru adalah tempat infeksi yang paling umum, tetapi penyakit ini juga
dapat terjadi dimanapun di dalam tubuh. Biasanya bakteri membentuk lesi
(tuberkel) didalam alveoli. Lesi ini merusak jaringan paru yang lain yang ada
didekatnya, melalui aliran darah, system limfatik, atau bronki. Lesi pada alveoli
yang terjadi melalui aliran darah, system limfatik, atau bronchi menyebabkan
tubuh mengalami reaksi alergi terhadap basil tuberkel dan proteinnya.

Penanganan dan perawatan yang komprehensif ditujukan pada dua hal yang
sangat fundamental yaitu program pengobatan dan program pencegahan.
Pengobatan yaitu dengan penggunaan obat-obatan pencegahan anti tuberculosis
seperti INH, rifampisin, etambutol dll. Sedang pencegahan dengan peningkatan
bersihan jalan nafas, mendukung klien dalam kepatuhan terhadap regimen
pengobatan, meningkatkan aktivitas dan nutrisi yang adekuat dan penyuluhan
penderita serta perimbangan perawatan dirumah.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan TBC?
2. Apa Etilogi dari TBC?
3. Bagaimanakah faktor resiko dari TBC?
4. Bagaimanakah patofisiologi peyakit TBC?
5. Apa saja komplikasi dari TBC?
6. Apa saja tanda & gejala penyakit TBC?
7. Bagaimanakah prosedur diagnostik TBC
8. Apa saja terapi/pengobatan yang dapat diberikan kepada pasien TBC?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang dapat dilakukan kepada pasien
TBC?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung dan
komprehensif yang meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan
pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan system
pernafasan.
2. Tujuan Khusus
Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem pernapasan akibat Tuberkulosis Paru yang meliputi :
a. Melakukan pengkajian yang meliputi pengumpulan data dan menetapkan
masalah berdasarkan prioritas masalah.
b. Membuat perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada
mencakup penetapan tujuan dan intervensi keperawatan.
c.Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan.
d.Mampu mengevaluasi keberhasilan Askep yang telah dilaksanakan /
dilakukan.
e.Mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan berdasarkan
tindakan yang sudah dilakukan pada klien.
2
1.4 Manfaat
Menambah wawasan kepada mahasiswa/i D III KEPERAWATAN UNP
tentang penyakit TBC serta dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien.

3
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Penyakit TBC


Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang palin
sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015).Selain itu
TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ
tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani
Rab, 2010).
Tuberculosis (TB) Merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan
yang disebabkan karena adanya infeksi pulmonary oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. TB dikategorikan sebagai penyakit menular
karna dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada jaringan paru-paru
atau bahkan kematian jika penyakit ini tidak di obati. Penyakit TBC adalah
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa.Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24
Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama
baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai
Koch Pulmonum (KP).Jadi tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi
pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan mycobakterium
tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit
dan terutama menyerang parenkim paru.

4
2.2 Etiologi Penyakit TBC
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberculosis, kuman batang tahan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikobakteria patogen,
tetapi hanya starin bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil
tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 um, ukuran ini lebih kecil dari satu sel
darah merah.
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk
tertular virus tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan
HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;
etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan
dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,
gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas
yang beresiko tinggi.
2.3. Faktor Resiko TBC
1. Person / Orang
a. Umur
TB Paru Menyerang siapa saja Tua,Muda baahkan anakanak, Sebagian besar
penderita TB Paru di Negara berkembang berumur dibawah 50 tahun.Data
WHO menunjukkan bahwa kasus TB di Negara berkembang banyak terdapat
pada umur produktif 15-29 tahun,Sejalan dengan penelitian Rizkiyani (2008)
yang menunjukkan jumlah penderita baru TB Paru positif 87,6% berasal dari
5
usia produktif (15-54 tahun) sedangkan 12,4 % terjadi pada usia lanjut (≤ 55
tahun).
b. Jenis Kelamin
Penyakit TB Paru menyerang orang dewasa dan anakanak, laki-laki dan
perempuan.TB Menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif.
c.Daya Tahan Tubuh
Bila daya tahan tubuh kuat maka kuman akan terus tertidur di dalam tubuh
(dormant)dan tidak berkembang menjadi penyakt namun apabila daya tahan
tubuh lemah makan kuman TB akan berkembang menjadi penyakit.penyakit
TB Lebih dominan terjadi pada masyarakat yang status gizi rendah karna
system imun yang lemah sehingga memudahkan kuman TB Masuk dan
berkembang biak.
d. Tingkah Laku
Faktor perilaku juga berpengaruh pada kesembuhan dan bagaimana mencegah
untuk tidak terinfeksi dan tidak menyebarkan bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Dimulai dari perilaku hidup sehat dengan tidak meludah
sembarangan,menutup mulut menggunakan sapu tangan atau tissue apabila
batuk atau bersin sebagai upaya pencegahan dini penyakit TB paru.
2. Place / tempat
a. Lingkungan
TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang di tularkan
melalui udara.Keadaan berbagai lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyebaran TBC salah satunya adalah lingkungan yang kumuh,kotor
.Penderita TB Paru lebih banyak terdapat pada masyarakat yang menetap pada
lingkungan yang kumuh dan kotor.
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Sebagai Penderita TB Paru adalah dari kalangan Miskin.Data WHO yang
menyatakan bahwa angka kematian akibat TB sebagai besar berada di Negara
berkembang yang relative miskin.

6
2.4 Patofisiologi Penyakit TBC
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel-sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit T (sel T)
adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh lomosit dan limokinnya.
Respon ini disebut sebagai reaksi hipersentifitas.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoalus biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang
lebih besar cenderung terahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan
tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian lobus bawah basil tuberkel
ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
pada tempat tersebut dan memfogosit bakteri namun tidak membunuh
organisme tersebut, sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh
makrofag.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas ke dalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Kavitas yang
kecil dapat menutup tanpa peradangan dengan meninggalkan jaringan parut.
Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan bronkhus. Bahan perkijuan
dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung,
sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini akanmengakibatkan peradangan
aktif pada bronkhus.

2.5 Komplikasi Penyakit TBC


a. Sistem Pernafasan
Mycobacterium tuberculosa masuk ke dalam paru-paru dan membentuk
tuberkulosa sehingga terjadi penebalan membran paru yang mengakibatkan
difusi oksigen terganggu sehingga intake oksigen ke dalam paru tidak kuat.
7
Proses peradangan mengakibatkan jaringan paru mati dan berongga, kemudian
pembuluh darah pecah dan terjadilah hemaptoe.
b. Sistem Cardiovaskular
Proses peradangan pada paru menyebabkan perubahan pada jaringan paru
sehingga menghambat sirkulasi pulmonal sehingga tekanan pada area
pulmonal menignkat dan hal ini berpengaruh pada peningkatan tekanan
ventilasi kanan sehingga menyebabkan terjadinya pleura pulmonal. Gangguan
difusi oksigen menyebabkan kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun
sehingga perfusi jaringan menurun yang ditandai dengan adanya cyanosis
pada beberapa bagian tubuh, tekanan darah menurun,nadi lemah.
c. Sistem pencernaan
Kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun sehingga supply oksigen ke
otak pun menurun dan mempengaruhi hypothalamus untuk merangsang
nervus vagus mengeluarkan HCL yang berlebihan yang menimbulkan mual
dan anorexia, sehingga menyebabkan penurunan berat badan kadar oksigen
dalam sirkulasi darah menurun menyebabkan supply oksigen ke sel dan
jaringan menurun, maka terjadi penurunan proses metabolisme.
d. Sistem Persyarafan
Penurunan kadar oksigen menyebabkan kadar CO2 dalam darah yang
merangsang pusat syaraf di medula oblongata dan pons untuk meningkatkan
kerja otot pernafasan sehingga merangsang RAS menyebabkan klien terjaga.
Proses peradangan juga menimbulkan batuk yang lama, sehingga seringkali
timbul nyeri dada. Rangsangan nyeri dan merangsang hypothalamus sehingga
nyeri dipersepsikan. Proses peradangan menyebabkan kompensasi tubuh
untuk meningkatkan metabilisme sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
e. Sistem muskuloskeletel
Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan supply oksigen ke
jaringan menurun yang mengakibatkan proses pembentukan ATP terhambat,
akibatnya energi yang dihasilkan sedikit, menyebabkan klien merasa lelah dan
lemah.
8
2.6 Tanda dan Gejala TBC
Gejala klinik TB Paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat ) dan gejala sistematik.
1) Gejala respratorik
a) Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan.
b) Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama klien
untuk meminta pertolongan kesehatan.
c) Sesak nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan
lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.
2) Gejala sistematis
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari
mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin
panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan, dan malaise.Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul
dalam beberapa minggusampai bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan
batuk, panas, dan sesak nafas.

9
2.7 Prosedur Diagnostik
1). Laboratorium darah rutin ditemukan LED meningkat dan Limfositosis.
2). Foto thorax posterior anterior dan lateral ditemukan :
a). Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segemen apikal lobus
bawah.
b). Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c). Adanya kavitas tunggal atau ganda
d). Kelaian bilateral, terutama di lapangan atas paru
e). Adanya klasifikasi
f). Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu
kemudian
g). Bayangan milier
3). Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % pasien TB yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
4). Tes Pap (Peroksidase anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen,
munaperoksidase staining untuk menentukan adanya tg 6 spesifik terhadap
hasil TB.
5). Tes Mantoux / Tuberkulin
Menyuntikan tuberkulin (PPD) sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit
tuberkulin secara intrakutan pada sepertiga atas permukaan volar (bagian
dalam) lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan alkohol.
6). Teknik Polymerase (Chain Reaction)
Detksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap
sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme
dalam specimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
7). Baction Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)

10
Detek growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
oleh Mycobacterium tuberculosa.
8). Enzyme Linted Immunosorbent Assoy
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen antibodi yang terjadi.
Pelaksanaan rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga
menimbulkan masalah.
9). Mycodot
Deteksi anti bodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum
pasien. Bila terdapat anti bodi spesifik dalam jumlah memadai maka sisir akan
berubah.
10). Pewarnaan Zeihl-Neilsen
Cairan dahak, otak, kemih dan lambung diwarnai dengan pewarnaan Zeihl-
Neilsen dilanjutkan dengan pewarna flouresen. Sediaan yang positif
memberikan petunjuk awal diagnosis, namun sediaan negatif pun tidak
menolak kemungkinan infeksi.

2.8 Terapi/Pengobatan pasien TBC


1) pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkuli
klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis
foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompokkelompok
populasi tertentu misalnya:
a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b) Penghuni rumah tahanan.
3) Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur
kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada
tes tuberkulin.
11
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita
tuberkulosis, yakni:
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah
berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif
dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai kemungkinan
terkena.
4) Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang
masih sedikit.
5) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit oleh
petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI). penatalaksanaan
pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa hal yang penting
untuk diketahui.
6. Pemberia Obat anti-Tuberkulosis (OAT)
a. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Streptomisin (S).
2) Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid
(INH).
b. Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)1)
Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin dan Isoniazid. 2)
Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan Isoniazid.
Untuk very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid (Z).
c. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.

12
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para-
amino salistik (PAS), dan sikloserine.
2) Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam
keadaan telah terjadi resistensi sekunder. Pengobatan tuberkulosis terbagi
menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7
bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat
tambahan.

2.9 Askep Teoritis Pasien TBC

1. Pengkajian

a. Data Pasien

Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit
ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat
kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat
minim.

b. Riwayat Kesehatan

Keluhan yang sering muncul antara lain:

1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.

2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai
dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).

3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-
paru.

4) Keringat malam.

13
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan


menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.

7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien
tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada
foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma
menonjol keatas.

8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh

2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh

3) Pernah berobat tetapi tidak teratur

4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru

5) Daya tahan tubuh yang menurun

6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur

7) Riwayat putus OAT.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB paru.Biasanya


ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes
Melitus, jantung dan lainnya.

14
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya

1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya

2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.

3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan

penyakitnya

4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

f. Riwayat Sosial Ekonomi

1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah


penghasilan.

2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan


bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan
biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak
bersemangat dan putus harapan.

g. Faktor Pendukung:

1) Riwayat lingkungan.

2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan
tidur, kebersihan diri.

3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,


pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

h. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk TD : Normal ( kadang rendah


karena kurang istirahat)
15
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat

Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16- 20x/i)

Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhumungkin tinggi atau
tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam

Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva


anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya
adanya pergeseran trakea.

2) Thorak

Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya
pasien kesulitan saat inspirasi,bagian dada pigeont chest

Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah

Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak(hiperresonan)

Auskultasi : Biasanya terdapat ronki

3) Abdomen

Inspeksi : biasanya tampak simetris

Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : biasanya terdapat suara tympani

Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar

16
4) Ekremitas atas

Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema

5) Ekremitas bawah

Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema

i. Pemeriksaan Diagnostik

1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.

2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-
72 jam).

3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.

4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena


TB paru.

5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).

6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

j. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Pola aktivitas dan istirahat

Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas pendek),
sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.

Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;


infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-41oC) hilang
timbul.
17
2) Pola Nutrisi

Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.

Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub kutan.

3) Respirasi

Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.

Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi
pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).

4) Rasa nyaman/nyeri

Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

5) Integritas Ego

Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.

Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah


tersinggung.

18
Data Senjang(Analisa data)

DO DS Etiologi Masalah
1.Suhu tubuh 1.Klien mengatakan sulit Sekresi yang Bersihan jalan
meningkat(40-41°c) tidur. tertahan napas tidak
2.Nadi 2.klien mengeluh batuk 3 efektif
meningkat(90x/menit) hari yang lalu
3.Pernapasan 30x/menit 3.Klien mengatakan
4.klien terlihat sesak nafas nyeri dada semenjak
5.Pemfis(daerah paru) semalam.
-I:Bentuk dada Pigeon 4.Klien mengatakan
chest,retraksi dada tidak batuk semenjak 3 hari
simetris Ki-Ka yang lalu
-A:suara
abnormal(bronchial)
-suara tambahan(Ronchi)
-P:suara paru hiperresonan
-P:tactil/vocal fremitus
:ronchi,adanya nyeri tekan
1.Klien terlihat 1.Keluarga mengatakan Ketidakmampuan Defisit nutrisi
menghabiskan makanan ½ klien susah makan. menelan makanan
porsi. 2..klien mengatakan
2..BB:35 kg cepat merasa kenyang
3.TB:150cm setelah makan
4.mukosa bibir klien terlihat 3.klien mengatakan susah
pucat menelan makanan

19
2.Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang


tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif,ronchi kering,dan frekuensi
napas berubah.

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan


dibuktikan dengan BB menurun,rasa cepat kenyang setelah makan,nafsu
makan menurun,dan mukosa bibir pucat.

3. Kriteria Hasil Keperawatan (Berdasarkan SLKI)

 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 X 24 jam,maka


bersihan jalan napas meningkat,dengan kriteria hasil:

o Batuk efektif meningkat (skala 5)

o Ronchi menurun (skala 5)

o Frekuensi napas membaik (skala 5)

o Pola napas membaik (skala 5)

 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 X 24 jam, maka status


nutrisi membaik,dengan kriteria hasil:

o Porsi makanan yang dihabiskan meningkat (skala 5)

o Kekuatan otot menelan meningkat (skala 5)

o Perasaan cepat kenyang menurun(skala 5)

o Beran badan membaik (skala 5)

o IMT membaik (skala 5)

20
o Nafsu makan membaik (skala 5)

 Rencana Tindakan keperawatan (SIKI)

o Diagnosa 1: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan


sekresi yang tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif,ronchi
kering,dan frekuensi napas berubah,adapun intervensinya,sbb:

o Observasi

1. Identifikasi kemampuan batuk

2. Monior tanda dan gejala infeksi saluran napas

o Terapeutik

1. Atur posisi semi fowler

2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien

3. Buang sekret pada tempat sputum

o Edukasi

1. Jelaska tujuan dan prosedur batuk efektif

2. Anjurkan tarik napas dalam hingga 3 kali

3. Anjurkan batuk dengan kuat langsung tarik naoas dalam yang ketiga

o Kolaborasi

Kolaborasi pemberia mukolitik dan ekspektoran jika perlu.

o Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan


makanan dibuktikan dengan BB menurun,rasa cepat kenyang setelah
makan,nafsu makan menurun,dan mukosa bibir pucat,adapun
intervensinya,sbb:

21
o Observasi:

 Identifikasi status nutrisi

 Isentifikasi makanan yang disukai

 Monitor asupan makanan

o Terapeutik:

 Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika perlu

 Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai

 Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah


konstipasi.

o Edukasi:

 Anjurkan posisi duduk,jika perlu

 Ajarka diet yang diprogramkan

o Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah nutrien


yang di perlukan,jika perlu.

4. Implementasi

Merupakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi

22
Merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP

S : Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan,


dikeluhkan dan dikemukakan klien.

 Diagnosa 1:
 Klien mengatakan dapat batuk efektif
 Nyeri dada pada klien sudah berkurang
 Diagnosa 2:
 Keluarga klien mengatakan bahwa klien sudah mau mulai
makan.
 Klien mengatakan dapat menelan makanan

O : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.

 Diagnosa 1
 Nadi normal(75x/menit)
 Pernapasan normal(17x/menit)
 Tidak terdengar suara tambahan(ronchi)
 Diagnosa 2
 Klien terlihat menghabiskan makanan
 BB:45 kg
 TB:150cm
 mukosa bibir klien terlihat warna merah muda

A : Kedua jenis data tersebut, baik subjectif dinilai dan dianalisis,


apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis
dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi atau

23
adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa
keperawatan baru.

 Diagnosa 1:masalah belum sepenuhnya teratasi


 Diagnosa 2;masalah sudah teratasi

P : Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil


analisis diatas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabila
keadaan atau masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila
rencana awal tidak efektif.

 Diagnosa 1:Intervensi dilanjutkan


 Diagnosa 2:Intervensi dihentikan

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bekteri


pulmonart tubercolosis.ada beberapa faktor resiko yang dapat
mengakibatkan TBC,yaitu umur,kondisi ekonomi,lingkungan,dll.
24
Tuberkulosis merupakan penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel-sel efektornya adalah makrofag, sedangkan
limfosit T (sel T) adalah sel imunoresponsifnya.komplikasi pada TBC
dapat terjadi hampir pada seluruh tubuh
seperti:syaraf,muskuloskeletal,dll.Adapun tanda dan gejala dari TBC
yaitu adanya demam,batuk,nyeri dada,sianosis,dll.dalam pemberian
obat TBC yang digunakan adalah OAT(Obat Anti TBC) sesuai
dengan tingkat TBC pasien.Adapun asuhan keperawatan yang dapat di
lakukan pasien TBC mulai dari pengkajian sampai evaluasi dan di
harapkan pengobatan kepada psien TBC sesuai dengan kriteria hasil.

3.2 Saran

Melalui direktur agar dapat memotivasi perawat untuk meningkatkan


untuk lebih giat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada
pasien dengan.TB paru DO, juga pembuatan intervensi, implementasi
dan implementasi tidak terfokus pada masalah prioritas saja, agar
lebih meningkatnya kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Bagi peneliti selanjutnya.Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai data pembanding dalam asuhan keperawatan pada kasusTB
paru DO yang lainnya.

25

Anda mungkin juga menyukai