Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
Penanganan dan perawatan yang komprehensif ditujukan pada dua hal yang
sangat fundamental yaitu program pengobatan dan program pencegahan.
Pengobatan yaitu dengan penggunaan obat-obatan pencegahan anti tuberculosis
seperti INH, rifampisin, etambutol dll. Sedang pencegahan dengan peningkatan
bersihan jalan nafas, mendukung klien dalam kepatuhan terhadap regimen
pengobatan, meningkatkan aktivitas dan nutrisi yang adekuat dan penyuluhan
penderita serta perimbangan perawatan dirumah.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan TBC?
2. Apa Etilogi dari TBC?
3. Bagaimanakah faktor resiko dari TBC?
4. Bagaimanakah patofisiologi peyakit TBC?
5. Apa saja komplikasi dari TBC?
6. Apa saja tanda & gejala penyakit TBC?
7. Bagaimanakah prosedur diagnostik TBC
8. Apa saja terapi/pengobatan yang dapat diberikan kepada pasien TBC?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang dapat dilakukan kepada pasien
TBC?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung dan
komprehensif yang meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan
pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan system
pernafasan.
2. Tujuan Khusus
Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem pernapasan akibat Tuberkulosis Paru yang meliputi :
a. Melakukan pengkajian yang meliputi pengumpulan data dan menetapkan
masalah berdasarkan prioritas masalah.
b. Membuat perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada
mencakup penetapan tujuan dan intervensi keperawatan.
c.Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan.
d.Mampu mengevaluasi keberhasilan Askep yang telah dilaksanakan /
dilakukan.
e.Mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan berdasarkan
tindakan yang sudah dilakukan pada klien.
2
1.4 Manfaat
Menambah wawasan kepada mahasiswa/i D III KEPERAWATAN UNP
tentang penyakit TBC serta dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien.
3
BAB 2
KAJIAN TEORI
4
2.2 Etiologi Penyakit TBC
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberculosis, kuman batang tahan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikobakteria patogen,
tetapi hanya starin bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil
tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 um, ukuran ini lebih kecil dari satu sel
darah merah.
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk
tertular virus tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan
HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;
etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan
dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,
gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas
yang beresiko tinggi.
2.3. Faktor Resiko TBC
1. Person / Orang
a. Umur
TB Paru Menyerang siapa saja Tua,Muda baahkan anakanak, Sebagian besar
penderita TB Paru di Negara berkembang berumur dibawah 50 tahun.Data
WHO menunjukkan bahwa kasus TB di Negara berkembang banyak terdapat
pada umur produktif 15-29 tahun,Sejalan dengan penelitian Rizkiyani (2008)
yang menunjukkan jumlah penderita baru TB Paru positif 87,6% berasal dari
5
usia produktif (15-54 tahun) sedangkan 12,4 % terjadi pada usia lanjut (≤ 55
tahun).
b. Jenis Kelamin
Penyakit TB Paru menyerang orang dewasa dan anakanak, laki-laki dan
perempuan.TB Menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif.
c.Daya Tahan Tubuh
Bila daya tahan tubuh kuat maka kuman akan terus tertidur di dalam tubuh
(dormant)dan tidak berkembang menjadi penyakt namun apabila daya tahan
tubuh lemah makan kuman TB akan berkembang menjadi penyakit.penyakit
TB Lebih dominan terjadi pada masyarakat yang status gizi rendah karna
system imun yang lemah sehingga memudahkan kuman TB Masuk dan
berkembang biak.
d. Tingkah Laku
Faktor perilaku juga berpengaruh pada kesembuhan dan bagaimana mencegah
untuk tidak terinfeksi dan tidak menyebarkan bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Dimulai dari perilaku hidup sehat dengan tidak meludah
sembarangan,menutup mulut menggunakan sapu tangan atau tissue apabila
batuk atau bersin sebagai upaya pencegahan dini penyakit TB paru.
2. Place / tempat
a. Lingkungan
TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang di tularkan
melalui udara.Keadaan berbagai lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyebaran TBC salah satunya adalah lingkungan yang kumuh,kotor
.Penderita TB Paru lebih banyak terdapat pada masyarakat yang menetap pada
lingkungan yang kumuh dan kotor.
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Sebagai Penderita TB Paru adalah dari kalangan Miskin.Data WHO yang
menyatakan bahwa angka kematian akibat TB sebagai besar berada di Negara
berkembang yang relative miskin.
6
2.4 Patofisiologi Penyakit TBC
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel-sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit T (sel T)
adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh lomosit dan limokinnya.
Respon ini disebut sebagai reaksi hipersentifitas.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoalus biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang
lebih besar cenderung terahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan
tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian lobus bawah basil tuberkel
ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
pada tempat tersebut dan memfogosit bakteri namun tidak membunuh
organisme tersebut, sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh
makrofag.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas ke dalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Kavitas yang
kecil dapat menutup tanpa peradangan dengan meninggalkan jaringan parut.
Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan bronkhus. Bahan perkijuan
dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung,
sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini akanmengakibatkan peradangan
aktif pada bronkhus.
9
2.7 Prosedur Diagnostik
1). Laboratorium darah rutin ditemukan LED meningkat dan Limfositosis.
2). Foto thorax posterior anterior dan lateral ditemukan :
a). Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segemen apikal lobus
bawah.
b). Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c). Adanya kavitas tunggal atau ganda
d). Kelaian bilateral, terutama di lapangan atas paru
e). Adanya klasifikasi
f). Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu
kemudian
g). Bayangan milier
3). Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % pasien TB yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
4). Tes Pap (Peroksidase anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen,
munaperoksidase staining untuk menentukan adanya tg 6 spesifik terhadap
hasil TB.
5). Tes Mantoux / Tuberkulin
Menyuntikan tuberkulin (PPD) sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit
tuberkulin secara intrakutan pada sepertiga atas permukaan volar (bagian
dalam) lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan alkohol.
6). Teknik Polymerase (Chain Reaction)
Detksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap
sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme
dalam specimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
7). Baction Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)
10
Detek growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
oleh Mycobacterium tuberculosa.
8). Enzyme Linted Immunosorbent Assoy
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen antibodi yang terjadi.
Pelaksanaan rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga
menimbulkan masalah.
9). Mycodot
Deteksi anti bodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum
pasien. Bila terdapat anti bodi spesifik dalam jumlah memadai maka sisir akan
berubah.
10). Pewarnaan Zeihl-Neilsen
Cairan dahak, otak, kemih dan lambung diwarnai dengan pewarnaan Zeihl-
Neilsen dilanjutkan dengan pewarna flouresen. Sediaan yang positif
memberikan petunjuk awal diagnosis, namun sediaan negatif pun tidak
menolak kemungkinan infeksi.
12
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para-
amino salistik (PAS), dan sikloserine.
2) Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam
keadaan telah terjadi resistensi sekunder. Pengobatan tuberkulosis terbagi
menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7
bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat
tambahan.
1. Pengkajian
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit
ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat
kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat
minim.
b. Riwayat Kesehatan
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai
dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-
paru.
4) Keringat malam.
13
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien
tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada
foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma
menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.
14
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
penyakitnya
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan
tidur, kebersihan diri.
h. Pemeriksaan Fisik
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhumungkin tinggi atau
tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya
pasien kesulitan saat inspirasi,bagian dada pigeont chest
3) Abdomen
16
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-
72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas pendek),
sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub kutan.
3) Respirasi
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi
pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
18
Data Senjang(Analisa data)
DO DS Etiologi Masalah
1.Suhu tubuh 1.Klien mengatakan sulit Sekresi yang Bersihan jalan
meningkat(40-41°c) tidur. tertahan napas tidak
2.Nadi 2.klien mengeluh batuk 3 efektif
meningkat(90x/menit) hari yang lalu
3.Pernapasan 30x/menit 3.Klien mengatakan
4.klien terlihat sesak nafas nyeri dada semenjak
5.Pemfis(daerah paru) semalam.
-I:Bentuk dada Pigeon 4.Klien mengatakan
chest,retraksi dada tidak batuk semenjak 3 hari
simetris Ki-Ka yang lalu
-A:suara
abnormal(bronchial)
-suara tambahan(Ronchi)
-P:suara paru hiperresonan
-P:tactil/vocal fremitus
:ronchi,adanya nyeri tekan
1.Klien terlihat 1.Keluarga mengatakan Ketidakmampuan Defisit nutrisi
menghabiskan makanan ½ klien susah makan. menelan makanan
porsi. 2..klien mengatakan
2..BB:35 kg cepat merasa kenyang
3.TB:150cm setelah makan
4.mukosa bibir klien terlihat 3.klien mengatakan susah
pucat menelan makanan
19
2.Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI
20
o Nafsu makan membaik (skala 5)
o Observasi
o Terapeutik
o Edukasi
3. Anjurkan batuk dengan kuat langsung tarik naoas dalam yang ketiga
o Kolaborasi
21
o Observasi:
o Terapeutik:
o Edukasi:
o Kolaborasi:
4. Implementasi
5. Evaluasi
22
Merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP
Diagnosa 1:
Klien mengatakan dapat batuk efektif
Nyeri dada pada klien sudah berkurang
Diagnosa 2:
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sudah mau mulai
makan.
Klien mengatakan dapat menelan makanan
O : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
Diagnosa 1
Nadi normal(75x/menit)
Pernapasan normal(17x/menit)
Tidak terdengar suara tambahan(ronchi)
Diagnosa 2
Klien terlihat menghabiskan makanan
BB:45 kg
TB:150cm
mukosa bibir klien terlihat warna merah muda
23
adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa
keperawatan baru.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
25