Anda di halaman 1dari 9

Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011.

ISSN 1978-5186

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR

Aprilianti

Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung

Abstrak

Perjanjian sewa guna usaha (leasing) yang diadakan oleh Lessor dan Lesseen
dilakukan secara tertulis dalam bentuk perjanjian standar. Isi perjanjian tersebut
ditentukan oleh jenis dari leasing itu sendiri dan hubungan hukum (hak dan
kewajiban) timbal balik antara Lessor dan Lessee. Bagi Lessor, hak dan
kewajibannya adalah memperoleh pembayaran sebagai imbalan jasa dan
menyerahkan barang modal kepada Lessee. Sedangkan hak dan kewajiban Lessee
adalah meperoleh kegunaan dari barang modal dan membayar sewa secara
berkala. Tidak dipenuhinya hak dan kewajiban masing-masing pihak maka dapat
disebut wanprestasi. Perjanjian akan berakhir jika hak dan kewajiban Lessor dan
Lessee telah dilaksanakan sesuai dengan perjanjian.

Kata Kunci: Leasing, Lessor, Lessee, hak dan kewajiban.

I. PENDAHULUAN lembaga perbankan. Fleksibilitas


lembaga ini dalam hal dokumen,
Kebutuhan dalam kehidupan jaminan, struktur kontrak, besar dan
memerlukan dana yang tidak sedikit, jangka waktu pembayaran cicilan
semakin tinggi tingkat kehidupan oleh penyewa guna usaha dan
akan mempengaruhi meningkatnya prosedur yang sederhana.
kebutuhan akan dana. Dalam Sewa guna usaha merupakan
memenuhi kebutuhan dana tersebut, usaha dan lembaga dalam bentuk
pihak swasta banyak menggunakan penyediaan barang modal baik secara
jasa lembaga perbankan. Akan tetapi finance lease maupun operating
ternyata lembaga perbankan tidak lease untuk digunakan oleh lessee
dapat memenuhi banyaknya sebagai pelaku usaha selama jangka
kebutuhan dana dalam masyarakat. waktu tertentu berdasarkan
Hal ini mengingat keterbatasan pembayaran secara berkala.
jangkauan penyebaran kredit oleh Berdasarkan pengertian di atas dapat
lembaga perbankan, keterbatasan dilihat bahwa ada dua macam bentuk
sumber dana dan keharusan sewa guna usaha yaitu secara finance
memberlakukan prinsip-prinsip lease dengan hak opsi dan operating
pemberian kredit yang sangat ketat. lease tanpa hak opsi. Sewa guna
Masyarakat kemudian mencari usaha melibatkan beberapa pihak
bentuk-bentuk penyandang dana lain seperti perusahaan sewa guna usaha
yang dapat memenuhi kebutuhan (lessor), penyewa guna usaha
dana mereka. Salah satunya adalah (lessee) dan penyedia barang objek
dengan adanya lembaga sewa guna sewa guna usaha (supplier).
usaha (untuk selanjutnya disebut Lessor memberikan bantuan
leasing) yang merupakan lembaga dalam hal pembiayaan barang modal
yang lebih fleksibel dibanding bagi masyarakat terutama bagi

315
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

pengusaha kecil yang ingin pembiayaan oleh lessee. Keyakinan


mengembangkan usahanya namun lessor terhadap kemampuan lessee
menemui kesulitan dalam hal menerapkan prinsip 5 C, yang terdiri
pengadaan barang modal. Hampir dari watak (Character), kemampuan
semua bidang bisnis maupun non (Capasity), kecukupan modal
bisnis telah dimasuki oleh bisnis (Capital), kondisi ekonomi
sewa guna usaha, seperti pada bidang (Condition of Economy) dan jaminan
transportasi, industri, konstruksi, (Collaterals).
kesehatan dan lain-lainnya. Sewa Masyarakat yang membutuh-
guna usaha merupakan alternatif kan pembiayaan ini harus terlebih
sumber pembiayaan untuk dahulu menghubungi perusahaan
memperoleh dana dalam pengadaan pembiayaan tersebut. Kemudian
barang modal. Bidang usaha sewa antara lessor dan calon lessee
guna usaha memberikan kemudahan- mengadakan suatu perjanjian
kemudahan dibandingkan dengan pembiayaan sewa guna usaha.
lembaga pembiayaan lain, seperti Perjanjian ini membuat para pihak
kemudahan dalam prosedur terikat dan menimbulkan hak dan
memperoleh pembiayaan, efisien kewajiban serta tanggung jawab bagi
waktu, pengaturan yang tidak rumit masing-masing pihak. Hak dan
dan jaminan yang tidak kewajiban dan tanggung jawab yang
memberatkan. dimiliki pihak-pihak hanya terbatas
Kegiatan sewa guna usaha pada apa yang sudah diperjanjikan
dapat terjadi diawali dengan adanya sebelumnya. Apabila para pihak atau
kebutuhan dari pihak lessee akan salah satu pihak melakukan hal-hal
barang modal dan adanya yang diluar dari apa yang telah
keterbatasan dana sehingga muncul diperjanjikan, maka terjadilah
pihak lessor sebagai penyandang wanprestasi yang mengakibatkan
dana untuk membiayai pembelian kerugian bagi pihak yang
barang tersebut lebih dahulu dari melakukannya.
pihak supplier. Kemudian atas Jika tidak terjadi wanprestasi
adanya pembelian barang tersebut atau perjanjian tersebut berjalan
oleh pihak lessor mengakibatkan sesuai dengan yang telah disepakati
pihak supplier harus bertanggung para pihak, maka perjanjian berakhir
jawab menyerahkan barang tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Pada
kepada lessee dalam kondisi baik. masa akhir perjanjian ini juga
Sedangkan pihak lessee diberikan hak opsi kepada lessee,
berkewajiban membayar uang yaitu hak untuk membeli barang
angsuran secara berkala untuk modal dengan melunasi pembayaran
penggantian pembelian barang modal nilai sisa dan hak untuk
sesuai dengan jumlah yang telah memperpanjang jangka waktu
ditetapkan oleh lessor. perjanjian sewa guna usaha.
Lessor dalam memberikan Berdasarkan paparan di atas maka
pembiayaan harus memiliki penulis bermaksud mengadakan
keyakinan bahwa lessee sanggup kajian lebih mendalam tentang
membayar cicilan sebagaimana perjanjian sewa guna usaha antara
mestinya, sehingga pihak lessor lessor dan lessee.
memerlukan data dan penelitian
terlebih dahulu atas permohonan

316
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

II. PEMBAHASAN sedangkan lessee hanya


menggunakan barang modal tersebut
2.1. Pengertian Sewa Guna Usaha
berdasarkan pembayaran uang sewa
Sewa guna usaha atau leasing yang telah ditentukan dalam jangka
berasal dari bahasa Inggris yaitu to waktu tertentu.
lease yang artinya “menyewakan”. Berdasarkan beberapa
Menurut Surat Keputusan (SK) pengertian di atas maka terdapat
Bersama Menkeu, Menteri beberapa unsur mengenai sewa guna
Perindustrian dan Menteri usaha, yaitu:
Perdagangan Nomor N.KEP- a. Adanya suatu perusahaan
122/MK/ IV/2/1974, Nomor pembiayaan (lessor);
32/M/SK/2/1974, Nomor b. Adanya calon penyewa guna
30/Kpb/l/1974 Tentang Perizinan usaha (lessee);
Usaha Leasing, Pengertian Leasing c. Penyediaan barang modal;
adalah setiap kegiatan pembiayaan d. Keterbatasan jangka waktu;
perusahaan dalam bentuk penyediaan e. Pembayaran secara berkala;
barang-barang modal untuk f. Hak opsi bagi lessee;
digunakan oleh suatu perusahaan g. Ada nilai sisa (residu).
untuk suatu jangka waktu tertentu,
berdasarkan pembayaran- 2.2. Dasar Hukum Sewa Guna
pembayaran secara berkala disertai Usaha
dengan hak pilih (opsi) dari
perusahaan tersebut untuk membeli Sewa guna usaha memiliki dua
barang-barang modal yang dasar hukum, baik yang bersifat
bersangkutan atau memperpanjang pokok maupun bersifat administrasi.
jangka waktu leasing berdasarkan
nilai sisa yang telah disepakati a. Dasar Hukum Pokok Sewa
bersama. Guna Usaha.
Menurut Kepmenkeu RI No.
1169/KMK.01/1991 Tentang Pasal 1338 KUHPdt
Kegiatan Sewa Guna Usaha, Pasal 1 merupakan dasar hukum pokok,
huruf a, leasing diartikan sebagai karena dalam pasal ini diatur
suatu kegiatan pembiayaan dalam mengenai perikatan. Setiap perikatan
bentuk penyediaan barang modal yang dibuat pihak-pihak berlaku
baik secara sewa guna usaha dengan sebagai undang-undang bagi para
hak opsi (finance lease) maupun pihak yang membuatnya. Pasal ini
sewa guna usaha tanpa hak opsi merupakan cerminan dari asas
(operating lease) untuk “kebebasan berkontrak”. Asas ini
dipergunakan oleh lessee selama mempunyai arti bahwa para pihak
jangka waktu berdasarkan bebas membuat kontrak dan
pemabayan secara berkala. mengatur sendiri isi kontrak,
Pengertian menurut Equipment sepanjang memenuhi ketentuan
Leasing Association, leasing adalah syarat sahnya perjanjian (Pasal 1320
perjanjian antara lessor dan lessee KUHPdt), tidak dilarang oleh
untuk menyewa suatu jenis barang undang-undang, sesuai dengan
modal tertentu yang dipilih oleh kebiasaan yang berlaku,dilaksanakan
lessee. Hak kepemilikan atas barang dengan itikad baik.
modal tersebut ada pada lessor

317
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

b. Dasar Hukum bersifat d. Masa sewa guna usaha;


Administratif, e. Opsi bagi lessee dalam hal
transaksi sewa guna usaha;
1. Keppres RI No.61 Tahun 1988 f. Tanggungjawab para pihak atas
Tentang Lembaga Pembiayaan, barang modal yang menjadi
2. SKB tiga Menteri yang terdiri objek sewa guna usaha;
dari Menteri Keuangan, Menteri g. Harga perolehan, nilai
Perindustrian, Menteri pembiayaan, pembayaran sewa
Perdagangan No.Kep- guna usaha, angsuran pokok
22/MK/IV/2/1974, pembiayaan, imbalan jasa sewa
No.32/M/SK/2/1974 Tentang guna usaha, nilai sisa, simpanan
Perizinan Usaha Leasing. jaminan dan ketentuan asuransi
3. Keputusan Menteri Keuangan RI atas barang modal yang disewa
No.1251/KMK.013/1988 guna usahakan;
Tentang Ketentuan dan Tata cara h. Ketentuan mengenai pengakhiran
Pelasanaan Lembaga transaksi sewa guna usaha yang
Pembiayaan. dipercepat dan penetapan
4. Keputusan Menteri Keuangan RI kerugian yang harus ditanggung
No.634/KMK.013/1990 Tentang lessee dalam hal barang modal
Pengadaan Barang Modal dengan hak opsi hilang, rusak
Berfasilitas Melalui Perusahaan atau tidak berfungsi karena sebab
Sewa Guna Usaha (Leasing). apapun.
5. Keputusan Menteri Keuangan RI
No.1169/KMK.01/1991 Tentang Berdasarkan uraian di atas
Kegiatan Sewa Guna Usaha maka perjanjian sewa guna usaha
(Leasing). mepunyai beberapa sifat, yaitu:
a. Konsensual yaitu perjanjian yang
2.3. Perjanjian Sewa Guna Usaha terjadi apabila para pihak-pihak
tercapai kata sepakat dan kata
Perjanjian sewa guna usaha sepakat itu mengenai barang-
(lease agreement) yang dibuat pada barang modal dan harganya,
umumnya sudah dalam bentuk maksudnya perjanjian sewa guna
standar yang dibuat oleh pihak usaha itu sudah lahir pada detik
lessor, sedangkan lessee hanya tercapainya kata sepakat
menyetujuinya saja. Perjanjian yang mengenai jangka waktu kontrak
dibuat tersebut mengikat pihak-pihak dengan masa barang modal
yang membuatnya. secara ekonomis dan harganya
Berdasarkan Keputusan dibayar secara berkala;
Menteri Keuangan b. Formal yaitu perjanjian yang
No1169/KMK.01/1991 Pasal 9, isi didapat atas dasar persetujuan
perjanjian sewa guna usaha, antara para pihak yang
sekurang-kurangnya memuat didasarkan pada kata sepakat
beberapa hal, antara lain: yang dinyatakan dengan suatu
a. jenis transaksi sewa guna usaha; akta tertulis, jadi dalam
b. Nama dan alamat masing-masing perjanjian sewa guna usaha selalu
pihak; diikuti dengan surat perjanjian
c. Nama, jenis, tipe dan lokasi sewa guna usaha yang dibuat
penggunaan barang modal; oleh lessor;

318
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

c. Kekuatan mengikat dari usaha. Pada tahap ini calon lessee


perjanjian sewa guna usaha, yaitu diharuskan mengisi formulir
perjanjian sewa guna usaha yang permohonan yang telah
dibuat oleh lessor dan lessee disediakan oleh pihak lessor;
secara sah berlaku seperti 3) Evaluasi kelayakan, tahap
undang-undang dan mengikat pemeriksaan formulir
mereka; permohonan, kelengkapan
d. Asas kepribadian dari perjanjian persyaratan, pengamatan secara
sewa guna usaha, dalam hal ini langsung akan usaha dari calon
mengandung hak dan kewajiban lessee tersebut;
lessee dan lessor. Lessor 4) Keputusan, merupakan tahap
mempunyai kewajiban dimana pihak lessor memberikan
menyerahkan barang modal, penilaian apakah fasilitas sewa
sedankan lessee memperoleh hak guna usaha dapat diberikan atau
untuk memakai barang modal tidak kepada calon lessee.
tersebut setelah ia memenuhi
kewajibannya dalam perjanjian b. Tahap Kontraktual (terjadinya
sewa guna usaha. Jadi, perjanjian perjanjian)
sewa guna usaha hanya mengikat
lessor dan lessee. Pada tahap ini merupakan
rangkaian kegiatan penandatanganan
2.4 Proses Terjadinya Perjanjian perjanjian oleh pihak calon lessee
Sewa Guna Usaha dengan pihak lessor.
Penandatanganan perjanjian
a. Tahap Pra-kontraktual tersebut merupakan tanda bahwa
(sebelum terjadinya calon lessee telah sepakat mengenai
perjanjian) isi dari perjanjian standar yang telah
dibuat oleh pihak lessor. Pada tahap
Pada tahap ini terdiri dari ini kedua pihak telah sepakat untuk
beberapa rangkaian kegiatan yang menjalankan hak dan kewajibannya
meliputi: masing-masing sesuai dengan isi
1) Negosiasi (tawar menawar), perjanjian.
merupakan langkah awal yang
terjadi antara calon lessee dengan 2.5. Hak dan Kewajiban Para
supplier, dimana antara keduanya Pihak
terjadi proses saling tawar
menawar mengenai penentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt
dan penawaran harga dan barang mengenai perjanjian berlaku sebagai
objek sewa guna usaha; undang-undang bagi pihak-pihak,
2) Konfirmasi (pemberitahuan), berarti perjanjian tersebut
merupakan langkah lebih lanjut mempunyai kekuatan mengikat dan
setelah pihak lessee dan supplier memaksa serta memberi kepastian
sepakat mengenai barang objek hukum bagi pihak-pihak yang
sewa guna usaha dan harganya, membuatnya. Sehingga pihak-pihak
kemudian calon lessee harus mentaati perjanjian tersebut
mengajukan permohonan kepada sama dengan mentaati undang-
pihak lessor untuk mendapatkan undang atau dengan kata lain para
fasilitas pembiayaan sewa guna pihak harus melaksanakan hak dan

319
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

kewajiban yang terdapat dalam publik dan diserahkan kepada


perjanjian dengan baik. lessor.

a. Hak dan Kewajiban Lessee b. Hak dan Kewajiban Lessor


Hak pihak Lessee dalam
Hak bagi Lessor dalam
perjanjian sewa guna usaha:
perjanjian sewa guna usaha:
1) Memperoleh fasilitas pembiayaan
1) Menerima pembayaran uang
sewa guna usaha dari pihak
sewa guna usaha setiap bulannya
lessor untuk membiayai
dengan jumlah dan waktu yang
pembelian barang yang menjadi
telah ditetapkan;
objek perjanjian sewa guna
2) Memegang bukti-bukti
usaha. Terhadap barang tersebut
kepemilikan atas barang objek
kepemilikannya secara yuridis
sewa guna usaha;
(legal owner) tetap dipegang oleh
3) Memerintahkan lessee untuk
pihak lessor sedangkan pihak
membayar seluruh angsuran ,
lessee hanya menguasai secara
menuntut pengembalian barang
fisik (economic owner). Lessee
objek perjanjian dari lessee,
dapat memperoleh hak milik atas
mengakhiri perjanjian secara
barang tersebut setelah melunasi
sepihak, jika terjadi hal dalam
seluruh pembayaran sewa guna
kejadian tertentu, misalnya
usaha dan menggunakan hak
karena kelalaian atas merosotnya
opsinya.
harga barang, bangkrutnya usaha
2) Menerima barang yang menjadi
lessee, pihak lessee terlibat dalam
objek perjanjian dari supplier
perkara perdata atau pidana,
tepat waktu sesuai dengan
barang ditelantarkan oleh lessee
waktu yang tertera dalam order
sehingga barang tersebut hilang
pembelian.
atau rusak berat.
3) Pada akhir masa kontrak, lessee
dapat menggunakan hak opsinya.
Kewajiban bagi lessor dalam
perjanjian sewa guna usaha:
Kewajiban pihak Lessee dalam
1) Memberikan pembiayaan pada
perjanjian sewa guna usaha:
lessee, yaitu dengan cara
1) Membayar angsuran uang sewa
menyediakan dana dalam hal
guna usaha setiap bulannya
pembelian barang yang menjadi
dengan jumlah yang telah
objek perjanjian.
ditetapkan dan pada waktu yang
2) Menyerahkan barang tepat waktu
telah ditentukan;
dengan menghubungi terlebih
2) Mengasuransikan objek sewa guna
dahulu pihak supplier yang
usaha, baik lessee menunjuk
bersangkutan.
sendiri perusahaan asuransinya
3) Menyerahkan bukti pemindahan
atau menyerahkan pada pihak
kepemilikan barang objek
lessor;
perjanjian setelah lessee
3) Membayar nilai sisa pada saat
menggunakan hak opsinya untuk
menggunakan hak opsi untuk
membeli.
membeli barang objek sewa guna
usaha;
4) Menyelenggarakan pembukuan
yang telah diaudit oleh akuntan

320
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

2.6. Tanggung jawab Para Pihak 2.7. Penyelesaian Wanprestasi

Tanggung jawab pihak lessee, Wanprestasi pada prinsipnya


meliputi: merupakan salah satu keadaan dari
a. Pemakaian barang, lessee harus tidak dilakukan atau tidak mampu
bertanggung jawab atas barang melaksanakan perjanjian, disamping
yang menjadi objek perjanjian keadaan lain yaitu alpa atau lalai atau
dan mempergunakan barang ingkar janji atau juga melanggar
tersebut dengan baik; perjanjian, bila ia melakukan atau
b. Perawatan barang, lessee berbuat sesuatu yang tidak boleh
memiliki tanggung jawab untuk dilakukannya. Dalam perjanjian sewa
mematuhi setiap anjuran dari guna usaha, wanprestasi dapat saja
supplier perihal penyimpanan terjadi jika:
dan perawatan barang; a. Lessee lalai membayar sejumlah
c. Jika lessee mengetahui terdapat uang angsuran yang telah
cacat yang terlihat atau ditetapkan dalam perjanjian;
tersembunyi pada barang objek b. Lessee tidak melaksanakan
perjanjian dan ia tidak segera kewajiban pembayaran biaya-
melaporkan (7 hari setelah biaya serta ongkos-ongkos lain
penyerahan barang) pada atau denda keterlambatan dalam
supplier maka lessee tetap tenggang waktu yang telah
bertanggungjawab untuk ditetapkan;
memenuhi kewajibannya sebagai c. Lessee telah melakukan sesuatu
pihak dalam perjanjian; yang dilarang dalam perjanjian,
d. Lessee bertanggung jawab penuh misalnya mengalihkan hak pada
atas risiko, kehilangan, kerusakan orang lain,
atau musnahnya barang karena menyewagunausahakan ulang,
sebab apapun juga kecuali akibat menggadaikan barang objek
keadaan memaksa. perjanjian.

Tanggung jawab pihak lessor, Dalam hal lessee melakukan


meliputi: wanprestasi seperti tersebut di atas,
a. Bertanggung jawab penuh atas maka tindakan yang dilakukan oleh
pembayaran pembelian barang lessor adalah dengan mengirim
objek perjanjian kepada supplier somasi (surat pemberitahuan) bahwa
setelah diterimanya surat lessee harus memenuhi prestasi atau
penerimaan barang dan perintah kewajiban yang tertunda pada
untuk membayar; tanggal yang telah ditetapkan dalam
b. Lessor juga bertanggung jawab surat somasi tersebut.
untuk mengusahakan agar pihak Jika setelah diberi somasi, pihak
supplier menyerahkan barang lessee tidak juga melaksanakan
tepat waktu seperti yang kewajibannya atau tetap lalai untuk
tercantum dalam order memenuhi prestasi, maka tindakan
pembelian. selanjutnya adalah menarik kembali
barang modal yang menjadi objek
sewa guna usaha dengan
membebankan biaya penarikan
kepada lessee dan dengan cara

321
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

percepatan pengakhiran perjanjian (konfirmasi), evaluasi kelayakan dan


sewa guna usaha yang keputusan pemberian pembiayaan
mengakibatkan lessee harus oleh lessor. Jika semua persyaratan
memenuhi semua kewajiban atas telah lengkap maka dilakukan
ongkos-ongkos dan biaya lain yang penandatanganan naskah perjanjian
dikenakan kepadanya. Akibatnya untuk kemudian dilaksanakan oleh
lessee kehilangan hak untuk pihak-pihak, pelaksanaan tersebut
menggunakan barang modal tersebut, harus dilakukan dengan itikad baik.
bahkan pihak lessor dapat Perjanjian sewa guna usaha
mengakhiri perjanjian secara sepihak pada umumnya mengacu pada
dan segala biaya yang timbul akibat perjanjian standar, dimana formulir
dari hal tersebut merupakan beban perjanjiannya telah disediakan oleh
pihak lessee. Bila terjadi perselisihan pihak lessor, pihak lessee hanya
antara lessee dan lessor biasanya tinggal menyetujuinya saja (take it or
diselesaikan melalui jalur leave it). Akibat dari perjanjian
musyawarah dan jalur hukum. Tetapi standar tersebut hak dan kewajiban
jalur hukum jarang digunakan oleh serta tanggung jawab dalam
pihak-pihak. perjanjian lebih banyak dibebankan
kepada pihak lessee.
2.8. Berakhirnya Perjanjian Sewa Dalam pelaksanaannya jika
Guna Usaha terjadi wanprestasi dan timbul
perselisihan maka ada 2 (dua) cara
Pada perjanjian sewa guna penyelesaiannya melalui
usaha dapat berakhir karena 3 (tiga) musyawarah dan melalui jalur
hal, yaitu: hukum, namun jalan musyawarah
a. Kesepakatan, perjanjian dapat yang banyak dipilih oleh para pihak.
diakhiri kapan saja apabila para Pada akhir perjanjian pihak lessee
pihak telah sepakat Jika lessee diberi hak opsi untuk
menggunakan hak opsinya mengembalikan barang modal atau
yaitu mengembalikan barang membeli barang modal tersebut.
modal kepada lessor atau lessee
membeli barang modal
tersebut; DAFTAR PUSTAKA
b. Telah terjadi wanprestasi
(breanch of contract) salah satu Andasasmita, Komar. 1993. Leasing
pihak tidak melaksanakan (Teori dan Praktek). Cetakan I
prestasinya sesuai dengan Ikatan Notaris Indonesia,
kontrak; Komisariat daerah Jawa Barat,
c. Force Majeure, timbul suatu Bandung.
keadaan diluar kesalahan para Anwari, Achmad. 1887. Leasing di
pihak, sehingga perjanjian Indonesia. Ghalia Indonesia,
berakhir. Jakarta.
Bintang, Sanusi dan Dahlan. 2000.
III. PENUTUP Pokok-Pokok Hukum Ekonomi
dan Bisnis. PT Citra Aditya
Proses terjadinya perjanjian
Bakti, Bandung.
sewa guna usaha antara lessee dan
lessor melalui proses tawar menawar
(negosiasi), pemberitahuan

322
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011. ISSN 1978-5186

Eukadi, Eddy. P. 1990. Mekanisme


Leasing. Cetakan kedua. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Fuady, Munir. 1999. Hukum
Pembiayaan Dalam Teori dan
Praktek. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Herawaty, Dian. 2002. Tinauan
Yuridis Wanprestasi oleh Lessee
Dalam Suatu Perjanjian Leasing.
Skripsi. Universitas Lampung.
Muhammad, Abdulkadir dan Rilda
Murniati. 2000. Lembaga
Keuangan dan Pembiayaan.Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Simatupang. Richard Burton. 1996.
Aspek Hukum Dalam Bisnis.
Ineka Cipta. Jakarta.
Sunaryo. 2005. Hukum Lembaga
Pembiayaan (Buku Ajar). FH
Universitas Lampung.
Tunggal, Amin Widjaya dan Arif
Djohan Tunggal. 1994. Aspek
Yuridis Dalam Leasing. Cetakan
I. Rineka Cipta, Jakarta.
Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Terjemahan R.Subekti,
1996. Pradnya Paramita).
Keputusan Presiden No.61 Tahun
1988 Tentang Lembaga
Pembiayaan.
Keputusan Menteri Keuangan
No.1251/KMK.013/1988
Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan.
Keputusan Menteri Keuangan
No.1169/KMK.01/1991 Tentang
Sewa Guna Usaha.

323

Anda mungkin juga menyukai