Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor

(1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-

1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang

pertama yang mengeringkan tumbuhan dibawah tekanan dan meletakkannya

diatas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Ramadhanil, 2003).

Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama,

penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak

disertakan ujung batang, daun, bunga an buah, sedang tumbuhan berbentuk herba

disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang

berair dan lembek misalnya buah (Setiawan dkk,2005).

Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentarifkan

takson tumbuhan, ia mampunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium

juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli

toksonomi, untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti survei ekologi studi

fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan analisa perbandingan biologi dan

berperan dalam mengungkap kajian evolusi. Kebermanfaatan herbarium yang

sangat besar ini menuntut perwatan dan pengelolaan spesimen harus dilakukan

dengan baik dan benar (Setiawan dkk,2005).

Cara pembuatan herbarium yaitu perlu di perhatikan keleng kapan organ

tubuhnya, pengawetan dan penyimpananya, koleksi objek harus memperhatikan


pula kelestariyan objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek, salah

satunya dengan cara pembuatan awetan, pengawetan dapat dilakukan terhadap

objek tumbuhan. Pengawetan dapat dilakukan dengan cara basa atau kering. Cara

dan bahan pengawetannya bervariasi, tergantung sifat objeknya, organ tumbuhan

yang berdaging seperti buah, sedang untuk daun batang dan akarnya, umumnya

dengan awetan kering berupa herbarium (Suyitno,2004).

Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam

praktek pembuatan herbarium, spesimen herbarium yang baik harus memberikan

informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata

lain, suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan

harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak

pada spesimen herbarium. Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan

pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru.

Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit ditemukan di alam. Awetan

spesimen dapat berupa awetan kering dan awetan basah. Awetan kering tanaman

diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan

dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya. Awetan basah baik

untuk hewan maupun tumbuhan biasanya di buat dengan merendam seluruh

spesimen dalam larutan formalin 4% (Setyawan dkk,2005).

Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan

drapikan, kemudian di masukkan ke dalam lipatan kertas Koran. Satu lipatan

kertas Koran untuk satu spesimen. Tidak benar di gabungkan beberapa spesimen

di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas Koran berisi material
herbarium tersebut di tumpuk satu di atas lainnya. Tabel tumpukan di sesuaikan

dengan daya muat kantong plastic (40x60) yang akan di gunakan. Tumpukan

tersebut di masukkan ke dalam kantong plastic dan di siram alcohol 70% atau

spiritus hingga seluruh bagian tumbukan teriram secarah merata, kemudian

kantong plastic di tutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alcohol atau

spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastic (Onrizal,2005).

Herbarium kering, cara mengeringkan menggunakan tiga macam proses

yaitu pengringan langsung, yakni tumpukan materian herbarium yang tidak terlalu

tebal di pres didalam sasak, untuk mendapatkan hasil yang optimum sebaiknya di

pres dalam waktu dua minggu kemudian di keringkan di atas tungku pengeringan

dengan panas yang di atur di dalam oven. Pengeringan bertahap, yakni material

herbarium di celup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama tiga menit,

kemudian di rapihkan lalu dimasukkan kedalam lipatan kertas Koran yang

selanjutnya ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan diatas tungku

pengeringan. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas

Koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material

herbarium dapat dikemas untuk diidntifikasi (Onrizal,2005).

1.2 Tujuan kegiatan

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana

cara pembuatan herbarium dari tanaman keladi tikus disebut typhonium

flagellforme (lodd) atau typhoniumdivaricum.


1.3 Manfaat kegiatan

Manfaat kegiatan praktetikum lapang yaitu: Untuk memperluas wawasan

dan pandangan mahasiswa/i terhadap pembuatan herbarium. Dapat

mengidentifikasi tanaman yang dapat dijadikan herbarium.Untuk mengaplikasikan

kreatifitas mahasiswa dalam pembuatan herbarium.

1.4 Luaran kegiatan

Kegiatan yang dilakukan di Wosuponda tersebut kami membawa pulang

salah satu jenis tanaman keladi tikus perorang yang akan di herbariumkan di

mana tanaman tersebut telah diberi alkohol terlebih dahulu sebagai pengawet bagi

tanaman yang akan kami jadikan sebagai tanaman herbariumkan, serta kami

mendapat informasi terkait pengaruh lingkungan terhadap perkembangan

berbagai macam tanaman,dan tambahan ilmu pengetahuan terkait klasifikasi

berbagai macam jenis tanaman.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Herbarium.

Herbarium merupakan suatu bukti auntentik perjalanan dunia tumbuh-

tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan indentifikasi untuk mengenl suatu jenis

pohon. Istilah herbarium adalah pengawetan spesiemen tumbuhan dengan

berbagai cara untuk kepentingan ilmu pengetahuan (Setiawan, 2015).

Herbarium kering adalah awetan yang di buat dengan cara pengeringan,

namun terlihat cirri-ciri morfologinya sehingga masih bias di amati dan di jadikan

perbandingan. Zat yang di gunakan dalam proses ini, formalin 4% atau alkohol

70% (Matnawi, 1989).

Pengumpulan tanaman di lakukan dengan melakukan eksplorasi di

lapangan. Selanjutnya masukkan tumbuhan yang di peroleh ke dalam vasculum,

atau diri masukan saja ke dalam halaman sebuah buku yang tebal. Ambillah

terutama dari bagian tumbuhan yang berbunga dan berbuah. Bagian dari

tumbuhan yang besar sedikitnya panjang 30-40cm dan sedikitnya harus ada satu

daun dan satu inflorescencia yang lengkap, kecuali kalau bagiannya yang khusus

masih terlalu besar. Lihatlah bagian tumbuhan yang berada di bawah tanah. Serta

mencatat hal-hal yang penting dan kehususan seperti : warna, bau, bagian dalam

tanah, tinggi tempat dari permukaan laut, tempat, banyaknya tanaman tersebut

(Triharto, 1996).

Tumbuhan di atur di atas kertas dan kering yang tidak mengkilat, misalkan

kertas Koran. Letakkan di antara beberapa halaman yang dobel dan sertakan
dalam setiap jenis catatan yang di buat untuk tanaman tersebut juga biasanya di

gunakan etiket gantung yang di ikat pada bahan tumbuh-tumbuhan, yang

nomornya adalah berhubungan dengan buku catatan lapangan. Tumbuh-tumbuhan

yang berdaging tebal, di rendam beberapa detik dalam air yang mendidih. Lalu

tekanlah secara perlahan-perlahan lahan. Gantilah beberapa hari untuk kertas

pengering tersebut. Di tempat kelembabannya sangat tinggi, dapat di jemur di

bawah sinar matahari atau didekatkan di dekat api. Tanaman dikatakan kering

kalau di rasakan tidak dingin lagi dan juga terasa kaku. Di usahkan bahwa seluruh

sampel terus menerus dalam keadaan kering. Makin cepat mereka mongering,

maka makin baik warna itu dapat di pertahankan (Triharto, 1996).

2.2. KlasifikasiTanaman

klasifikasi tanaman

kingdom : spermatohpyta

sub division : gymnospermae

Classis : dicotyledonae

Ordo : arales

Genus : typhonium

Spesies : typhonium flagelliforne L.

2.3. AnatomiTumbuhan

2.3.1. Akar

2.3.2. Batang

2.3.3. Daun
2.4. MarfologiTanaman

Tanaman keladi tikus adalah tanaman sejenis talas setinggi 25 cm


hingga 30 cm, termasuk tumbuhan semak, menyukai tempat lembap yang tak
terkena sinar matahari langsung. Bentuk daun bulat dengan ujung runcing
berbentuk jantung. Berwarna hijau segar, umbi berbentuk bulat rata sebesar buah
pala (Harfia,2006).

2.4.1. Akar

2.4.2. Batang

2.4.3. Daun

1.5. ManfaatTanama
BAB III

METODELOGI PRAKTEK

3.1. Tempat dan waktu

Praktek lapang Mata kuliah Anatomi dan MarfologiTanaman dilakukan di

Kecamatan Wasuponda Kabupaten LuwuTimur, di sebuah Kawasan Wisata Hutan

Lindung. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dua malam dimulai pada hari

Jum’a tanggal 09- 11 Oktober 2015.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang di gunakan dalam pembuatan herbarium yaitu: Pisau di

gunakan untuk memotong bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun,

bunga serta biji. Gunting digunakan untuk memotong isolasi dan bagian koran

yang di gunakan. Pensil atauPulpen digunakan untuk memberikan keterangan

pada Hasil herbarium. Mengenai Nama, lokasi pengambilan, tanggal pengambilan

serta identitas lainya. Sasak untuk mengepres hasil herbarium

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan untuk membuat herbarium formalin atau alkohol

digunakan untuk mengawetkan hasil sampel tanaman yang di ambil, dengan cara

mengoleskan seluruh bagian tanaman dengan alkohol. Kapas digunakan untuk

mengolesi seluruh bagian tanaman dengan alkohol. Koran digunakan untuk

membungkus sampel tanaman yang akan dijadikan Herbarium. Isolasi berfungsi

untuk melekatkan tanaman pada koran agar tanaman dapat terbungkus dengan

rapi.
3.3. Metodelogi Praktek Lapang

Prosedur kerja dalam membuat herbarium yaitu: mengambil salah satu

tanaman yang akan di herbariumkan, menyiapakan tanaman di atas koran untuk di

siapkan dalam masa pengawetan, mengatur letak daun atau posisi daun di atas

koran.mengoles seluruh bagian tanaman dengan menggunakan alkohol,

mengisolasi bagian tanaman agar tidak rusak, kemudian, membukus tanaman

dengan koran yang akan di awetkan.

3.3.1. Data Primer

pengambilan sampel dilakukan dengan cara memilih tanaman yang

memiliki struktur marfologi yang lengkap, dengan memperhatikan keadaan

tanaman yang tidak kerdil, serta terserang dengan hama penyakit sampel tanaman

yang diambil kemudian di periksa kepada dosen pembimbing, apabila tanaman

tersebut telah memenuhi syarat. Tanaman tersebut dicuci menggunakan air bersih

dan selanjutnya dilakukan pembuatan herbarium sesuai dengan prosedur kerja

yang ada.

3.3.2.Data Sekunder (HasilWawancara)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktek Lapang

Table 1.1. kareteristik Anatomi dan Morfologi tanaman paku kawat .


4.2. Pembahasan

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, G. 1993. Taksonomi Umum Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Triharso, 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: UGM Press.

Van Steenis, C. G. G. J. 1972. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta: PT

Pradnya Paramita.

Ardiawan, 2010. Diakses dari http://ardiawan-1990.blogspot.com/2010/10/

koleksi- membuat-herbarium.html. Pada Tanggal 13 Mei 2013. Pukul

15.00 WIB.

Onrizal. 2005. Teknik pembuatan Herbarium. http://ocw.usu.ac.id. Diaksespada

tanggal 14 juni 2012.

Setyawan, A.D, Idrawuryanto, Wiryanto, Winanrno, K dan Susilowati, A.2015.

Tumbuhan Mangrove di pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA

Universitas 11 maret. Surakarta

Matnawi, H. 1989. Perlindungan Tanaman Jiid 1.

Gardner, Franklin P. Penerjemah Herawati Susilo. 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Jakarta : UI Press

Anthorick, T.A dan Siregar E.S. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Departemen

Biologi USU. Medan.

Dwidjoseputro, Prof. Dr. D. 1982. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT

Gramedia.
LAMPIRAN GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai