Anda di halaman 1dari 5

PENGOLAHAN DATA PENGAMATAN HIDROLOGI

Hampir semua kegiatan pengembangan sumberdaya airmemerlukan informasi hidrologi untuk dasar
perencanaandan perancangan. Akibatnya apabila informasi hidrologi yang dihasilkan tidak cermat
akan mengasilkan rancanganyang tidak akurat pula (bahkan dapat berakibat fatal ). Interpretasi
terhadap fenomena hidrologi akan dapat di-lakukan dengan cermat apa bila didukung
ketersediaandata yang cukup. Diperlukan sarana pengumpulan data yang memadai dan kegiatan
pengumpulan data yang konsisten, kemampuan mengidentifikasi masalah, dan mam-pu memilih cara
penyelesaian terbaik )
Dari parameter hidrologi yang ada , hujan merupakan parameter yang paling banyak mendapatkan
perhatian untuk diamati, karena aktifitas manusia sangat bergantung pada kondisi hujan, seperti
pertanian, perkebunan, industry, dll. Pada kenyataannya hujan dan angin merupakan parameter
hidrologi yang bersifat random, baik terhadap waktu maupun ruang, sehingga sulit untuk diprediksi .
Oleh karena itu diperlukan runtut data yang cukup panjang baik untuk dapat diperoleh hasil prediksi
yang akurat. Namun seringkali dijumpai keberadaan data curah hujan yang tidak sesuai dengan
kondisi ideal yang diinginkan, misalnya :
 Jumlah data yang diinginkan tidak cukup
 Stasiun pengamat data tidak terletak pada DAS/DTA yang akan dianalisis
 Pada DTA/DAS yang akan dianalisis tidak terdapat stasiun pengamat
 Jumlah stasiun data lebih dari Satu tapi letaknya tersebar pada lokasi diluar/didalam wilayah
DAS/DTAvdengan variasi besaran data cukup signifikan
 Stasiun pengamat data cukup banyak, namun periode pencatatannya yang tersedia pada
masing-masing stasiun cukup pendek
 Stasiun data pindah lokasi

3.1 Melengkapi Data Uji


Adanya perubahan lokasi stasiun pengamat , penggantian alat serta pergantiaan pengamat dapat
menyebabkan data hujan tidak konsisten. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dilkukan uji
konsistensi data pengamatan dari stasiun yang bersangkutan. Pada dasarnya metoda pengujian tsb
merupakan perbandingan data stasiun ybs dengan stasiun lain disekitarnya.
Perubahan meteorology tidak akan menyebabkan perubahan kemiringan garis hubungan antara
data stasiun tsb dengan data stasiun lain di sekitarnya, krn stasiun lain di sekitarnya pun akan ikut
terpengaruh oleh perubahan tsb. Data hujan yang baik diperlukan dalam melakukan analisis
hidrologi, sedangkan untuk mendapatkan data yang berkwalitas biasanya tidak mudah. Data hujan
hasil pencatatan yang tersedia biasanya dalam kondisi tidak menerus. Apabila terputusnya
rangkaian data hanya beberapa saat kemungkinan tidak menimbulkan masalah, tetapi untuk kurun
waktu yang lama tentu akan menimbulkan masalah di dalam melakukan analisis.

Menghadapi kondisi data seperti ini langkah yang dapat ditempuh adalah dengan melihat akan
kepentingan dari sasaran yang dituju, apakah data kosong tersebut perlu diisi kembali.

Hasil pengukuran hujan yang diterima oleh pusat Meteorologi dan Geofisika dari tempat-tempat
pengamatan hujan kadang-kadang ada yang tak lengkap, sehingga di dalam daftar hujan yang
disusun ada data hujan yang hilang. Tidak tercatatnya data hujan oleh petugas ditempat
pengamatan mungkin karena alat penakarnya rusak atau kelupaan petugas untuk mencatat atau
sebab lain. Untuk melengkapi data yang hilang itu kita tidak dapat mengadakan perkiraan.
Sebagai dasar untuk perkiraan ini digunakan data hujan dari tiga tempat pengamatan yang
berdekatan dan mengelilingi tempat pengamatan yang datanya tidak lengkap.

 Kalau titik-titik itu tadi selisih antara hujan-hujan tahunan normal dari tempat pengamatan
yang datanya tak lengkap itu kurang dari 10 % maka perkiraan data yang hilang boleh diambil
harga rata-rata hitung dari data-data tempat-tempat pengamatan yang mengelilinginya.

Kalau selisih itu kurang dari 10 % diambil cara menurut perbandingan biasa yaitu :

R = 1/3 (rA + rB + rc )

dimana :
rA , rB, rc = Data curah hujan yang disekitar ditempat pengamatan
R = Data curah hujan yang ditempat pengamatan

 Kalau selisih itu melebihi 10 % diambil cara sbb :

R R R
r = 1/3 { --------- rA+ ------- rB + ------ rc }
RA RB RC

dimana :

r = data curah hujan tahun yang dicari pada tempat pengamatan


R = Curah hujan rata-rata setahun di tempat pengamatan R
rA , rB, rc = Data curah hujan pada tahun yang sama disekitar ditempat
pengamatan
RA, RB, RC RA, RB, Rc = curah hujan rata-rata setahun di A,B dan C

3.2 Pengolahan Data Hujan rata-rata ( Perkiraan Data Curah Hujan )


Hujan rata-rata untuk suatu daerah dapat dihitung dengan :

a. Cara rata-rata aljabar

Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di dalam dan di sekitar
daerah yang bersangkutan.

R = l/n(Rl + R2 + ........................................ + Rn)

dimana :
R = curah hujan daerah pengamatan

n = jumlah titik atau pos pengamatan

Rl, R2 .......................... Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan.

b. Cara Thiessen
Jika titik-titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka
cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pergaruh tiap
titik pengamatan.

 AiRi
i 1
n

 Ai
i 1

R = A1R1+A2R2 + ............. + A n . R n

R = curah hujan daerah pengamatan


n = jumlah titik atau pos pengamatan
Rl, R2 , Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan

An ditentukan dengan cara


Cantum kan titik-titik pengamatan di dalam dan disekitar daerah itu pada peta topografi,
kemudian dihubungkan tiap titik yang berdekatan dengan sebuah garis lurus. Dengan
demikian akan terlukis jaringan segitiga yang menutupi seluruh daerah.
Daerah yang bersangkutan itu dibagi dalam poligon-poligon yang didapat dengan
menggambar garis bagi tegak lurus pada setiap sisi segitiga tersebut di atas. Curah hujan
dalam setiap poligon dianggap diwakili oleh curah hujan dari titik pengamatan dalam tiap
poligon itu. Luas tiap poligon diukur dengan planimeter atau dengan cara lain.

Cara Thiessen ini memberikan hasil yang lebih teliti daripada cara aljabar. Akan tetapi
penentuan titik pengamatan dan pemilihan ketinggian akan mempergaruhi ketelitian hasil
yang didapat. Kerugian yang lain umpamanya untuk penentuan kembali jaringan segitiga jika
terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.

c. Cara Isohyet
Peta isohyet digambar pada peta topografi dengan perbedaan 10 mm sampai 20 mm
berdasarkan data curah hujan pada titik-titik pengamatan di dalam dan sekitar daerah yang
dimaksud. Luas bagian daerah antara 2 garis isohyet yang berdekatan diukur dengan
planimeter. Demikian pula harga rata-rata dari garis-garis
isohyet yang berdekatan yang termasuk bagian-bagian itu dapat dihitung. Curah hujan daerah
itu dapat dihitung menurut persamaan sebagai berikut :
n

 RiLi
i 1
R= n

 Li
i 1

R = Curah hujan daerah


R,, R, Rn = Curah hujan rata-rata pada bagian-
bagian A, . A, . A
L1 ,L2, Ln = luas bagian-bagian antara garis isohyet.

21
2

120 mm

80 80

Anda mungkin juga menyukai