Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MANDIRI ATAU PENUGASAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEBUTUHAN DASAR

MALARIA

PEMBIMBING : Ns. Yani, S.Kep., M.Pd

OLEH :

M. Sofyan Nur

A1911144011022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIRGAHAYU

SAMARINDA

TAHUN 2019

1
BAB I

ANATOMI FISIOLOGI

A. Anatomi dan Fisiologi Malaria


Darah adalah medium transport tubuh. Darah terdiri dari komponen cair dan
komponen padat. Komponen cair darah disebut plasma, berwarna kekuning-kuningan
yang terdiri dari:
1. Air : terdiri dari 91 – 92 %
2. Zat padat yang terdiri dari 7 – 9 %. Terdiri dari :
a. Protein ( albumin, globulin, fibrinogen )
b. Bahan anorganik ( natrium, kalsium, kalium, fosfor, besi dan iodium )
c. Bahan organic ( zat-zat nitrogen non protein, urea, asam urat, kreatinin, xantin,
asam amino, fosfolipid, kolesterol, gluksa dll )
Komponen padat darah terdiri dari :
1) Sel darah merah
Eritrosit adalah cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6 µm.
eritrosit tidak memiliki nucleus. Eritrosit terdiri dari membrane
luar, hemoglobin ( ptotein yang mengandung besi ) dan karbon
anhidrase ( enzim yang terlibat dalam transport karbndioksida ).
Pembentukan eritrosit dirangsang oleh glikoprotein dan
eritropoetin dari ginjal. Jumlah eritrosit nrmal yaitu : laki-laki : 4,5
– 5,5 106 / mm3 dan perempuan : 4,1 – 5,1 106 / mm3. funsi
eritrosit adalah mengangkut dan melakukan pertukaran oksigen
dan karbondioksida. Pada orang dewasa umur eritrosit adalah
120 hari.
2) Sel darah putih
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama sel
darah putih. Jumlah normalnya adalah 4.000 – 11.000 / mm3. 5
jenis sel darah putih yaitu :
a) Neutrofil 55 %

2
b) Eosinofil 2 %
c) Basofil 0,5 – 1 %
d) Monosit 6 %
e) Limfosit 36 %
f) Trombosit
Trombosit bukan merupakan sel melainkan pecahan granular
sel, berbentuk piringan dan tidak berinti, berdiameter 1 – 4 mm
dan berumur kira-kira 10 hari. Sekitar 30 – 40 % berada dalam
limpa sebagai cadangan dan sisanya berada dalam sirkulasi.
Trombosit sangat penting peranannya dalam hemostasis dan
pembekuan. Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah
trombosit kurang dari 100.000 / mm3.
Fungsi darah secara umum yaitu :
a) Respirasi yaitu transport oksigen dari paru-paru ke jaringan
dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru
b) Gizi, transport makanan yang diabsorpsi
c) Ekskresi, transport sisa metablisme ke ginjal, paru-paru, kulit
dan usus untuk dibuang
d) Mempertahankan keseimbangan asam basa
e) Mengatur keseimbangan air
f) Mengatur suhu tubuh
g) Transport hormone (Gibson, John 2002 : Fisiologi dan
Anatomi Modern untuk Perawat Edisi . Jakarta : EGC.)

3
BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan
demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang
disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan
kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang
disebabkan oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis
nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).
B. Pentebab
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan infeksi yaitu,
1. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke
tiga).
2. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan
mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten
dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum
(demam tiap 24-48 jam).
3. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae (demam tiap hari empat).
4. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat,
diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan
infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

4
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan
spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17
hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari
dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).
C. Gejala dan Tanda

1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale),
pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap
hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae)
pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari.
Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam
periodic.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria”
(malaria proxysm) secara berurutan :
a. Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling
terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan.
Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
b. Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi
sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala,
nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).

5
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau
lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan
sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan
dapat melakukan pekerjaan biasa.
2. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan
gejala khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam
dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan
jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran
limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali
lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada
batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran
pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut.
Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan
fossa iliaca dekstra.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang
paling berat adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di
sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit
normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan
pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum
tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).

4. Ikterus

6
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata
akibat kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk
penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain
:
a. Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang
berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah
merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan
semua bilirubin yang di hasilkan
b. Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada
disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
c. Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui
duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000,
hal. 571)

D. Pemeriksaan Diagnostic

1. Pemeriksaan mikroskopis malaria


Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya
didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji
imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-
macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan
mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan
untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak
dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan
dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita.

7
Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak
menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu
agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan
spesifisitas mencapai 100%).
a. Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup
matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit
b. Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler
(finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan
tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
c. Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies
plasmodium yang tepat.
d. Identifikasi spesies plasmodium
e. Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan
obat.
2. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada
plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan
mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan
teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan
diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak
dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai
instrumen hitung parasit.
3. Pemeriksaan imunoserologis

8
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi
antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen
spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik
ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
4. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA
spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini
menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit
penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat
diberikan tergantung dari jenis plasmodium, menurut Tjay &
Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:
a. Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di
tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd
600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian
primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)
b. Malaria Oval
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg
selama 6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15
dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam). Pirimethamin-
sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di
kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).

c. Malaria Falcifarum

9
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam
dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari.
Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan
aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.

F. Komplikasi
Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang
dapat terjadi pada penyakit malaria adalah :
1. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian
tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya.
Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala
permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan
kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau
menyeluruh.
2. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara
mendadak (<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru.
Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga
disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang
dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan
filtrasi pada glomerulus.
3. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah
melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan
komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya
disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress
Syndrome (ARDS).

10
4. Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun

G. Pencegahan
1. Menghindari/mengurangi gigitan nyamuk
2. Membersihkan tempat-tempat istirahat nyamuk dan memberantas
sarang nyamuk, membersihkan rumput dan semak-semak di tepi
saluran air, mengalirkan air yang menggenang, menjauhkan
kandang ternak dari pemungkiman penduduk
3. Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan racun
serangga seperti obat nyamuk bakar, elektrik dan indoor residual
spraying (IRS) atau fogging.
4. Membuhun jentik-jentik nyamuk.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

11
Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses
keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu
pengkajian, diagnosa, keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Nursalam, 2001).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001). Pada
tahap ini perawat melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil :
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, catatan keperawatan atau tim
kesehatan lainnya serta analisa data.
Secara umum pengkajian keperawatan pada klien dengan Low Back
Pain yang dijumpai menurut Doengoes (1999) adalah :
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer
kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis )
karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi),
hipovolemia,penurunan aliran darah.
3. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen

4. Makanan dan cairan


Gejala : Anoreksia mual dan muntah

12
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan
masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
5. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.
6. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol,
riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka
traumatik.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari
tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini
(Doengoes,1999):
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem
kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasi
3. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi dalam
tubuh.
5. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat
kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

13
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah yang diidentifikasi pada diagnosa
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 2001).
Rencana keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa
diatas adalah :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan makanan yang tidak adekuat; anorexia; mual/muntah .
Tindakan/ Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan
catat masukan makanan klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan
konsumsi makanan.
b. Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu
cepat setelah periode anoreksia
c. Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas
nitervensi nutrisi
d. Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa
berpartisipasi/ control
e. Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang
berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ

14
f. Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi
Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi
kebutuhan nutrisi.
1) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan
sistem tubuh (pertahanan utama tidak adekuat), prosedur invasif.
Tindakan/ Intervensi :
a) Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada
hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang
merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi
jaringan.
b) Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya
suhu pada infeksi umum.
c) Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan
untuk memperbaiki selama masa terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi
antibiotik atau pertumbuhan dari organisme.
d) Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas
sementara untuk infeksi umum
e) Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria.

2) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme


dehirasi efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tindakan/ intervensi

15
a) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius
akut. Pola demam menunjukkan diagnosis.
b) Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
c) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam,
penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan.
Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
d) Berikan antipiretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus.
e) Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.
3) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen
dan nutrient dalam tubuh
Tindakan/ intervensi :
a) Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.
Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi
oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
b) Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat
perkembangan hipotensi dan perubahan pada tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan
kuman yang menyerang darah
c) Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.
Rasional : Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan
curah jantung, nadi dapat lemah atau lambat karena hipotensi

16
yang terus menerus, penurunan curah jantung dan vaso
kontriksi perifer.
d) Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas.
Perhatikan dispnea berat.
Rasional : Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap
efek-efek langsung dari kuman pada pusat pernafasan.
Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi
pernafasan, menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut.
Berikan cairan parenteral.
Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar
cairan mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume
sirkulasi
4) Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi informasi,
keterbatasan kognitif.
Tindakan/ intervensi:
a) Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien
dapat membuat pilihan.
b) Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi
obat, efek samping dan ketaatan terhadap program.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan
kerja sama dalam penyembuhan dan mengurangi
kambuhnya komplikasi.
c) Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang
tepat dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan
umum.

17
d) Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan
meningkatkan penyembuhan
e) Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan
lingkungan.
Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan
dengan mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada
f) Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi
medis.
Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan /kambuhnya
infeksi.
g) Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.
Rasional : Pengguaan terhadap pencegahan terhadap
infeksi.

D. Implementasi Keperawatan
Sesuai denganintervensi dan kondisi pasien

E. Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius


Corwin, Elisabeth. J .2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Gibson, John 2002 : Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi .
Jakarta : EGC.

18
Nursalam. 2001. Proses dan dokumentasi keperawatan: Konsep dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika
Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000). Patofisiologi Kedokteran Edisi ke 3.
Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai