Anda di halaman 1dari 6

Relevansi Pupilometri untuk Mengevaluasi

Analgesik sebelum Prosedur Berbahaya di Unit


Perawatan Intensif
Latar Belakang : Banyak pasien di ruang rawat intensif yang tidak dapat berkomunikasi secara
verbal. Memprediksi secara akurat apakah pasien tersebut akan menunjukkan perilaku
kesakitan selama prosedur berbahaya dan menilai kecukupan analgesia selama prosedur
tersebut merupakan tantangan. Selain alat penilaian nyeri observasional seperti Behavioral
Pain Scale, indikator fisiologis seperti respon pupil telah diusulkan. Pupil dipersarafi oleh
kedua divisi dari sistem saraf otonom dan dipengaruhi oleh rasa sakit dan obat-obat analgesik.
Kami mengevaluasi respon pupil terhadap stimulus cahaya sebelum prosedur berbahaya
sebagai metode untuk memprediksi rasa sakit selama prosedur.
Metode : Kami menghubungkan aspek yang berbeda dari refleks cahaya pupil dengan
mengembangkan strategi-strategi untuk penilaian nyeri dalam mengevaluasi kecukupan
analgesia sebelum dilakukan tindakan di unit perawatan intensif pada pasien dengan selulitis
yang terkait dengan mediastinitis atau tidak.
Hasil : Kami menemukan bahwa persentase dari variasi ukuran pupil > 19% memprediksi
adanya nyeri yang dinilai dengan Behavioral Pain Scale skor >3 dengan sensitivitas 100%
(95% confidence interval, 100% -100%) dan spesifisitas 77% (95% confidence interval, 54%
-100%).
Kesimpulan : Pada pasien yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal, pupillometry
berpotensi sebagai acuan bagi perawat untuk menyesuaikan analgesia sebelum prosedur
berbahaya. (Anesth analg 2015; 120: 1297-300)

Prosedur-prosedur yang mendeteksi adanya nyeri. Perkembangan


berhubungan dengan nyeri di unit rawat terbaru dari alat pengukuran pupil praktis
intensif (ICU) menjadi perhatian penting telah membuat pendekatan ini cocok untuk
bagi pengasuh. Walaupun penggunaan praktek klinis, dan pupillometry telah
yang berlebihan obat-obat sedative dan diusulkan sebagai metode alternatif untuk
analgesik untuk mengkontrol rasa nyeri menilai nyeri selama prosedur anestesi
dapat berakibat oversedasi dan hasil yang untuk pembedahan atau saat di luar kamar
buruk, terapi nyeri yang tidak adekuat dapat operasi.
menginduksi hiperlagesia dan gangguan
Dikarenakan respon simpatis
psikologis. Refleks fisiologis yang terkait
dipengaruhi oleh obat-obatan analgesik,
dengan nyeri dan nosisepsi menyiratkan
ukuran pupil dan variasinya mungkin
aktivasi sistem saraf simpatik dan termasuk
mencerminkan tingkat analgesia. Tujuan
peningkatan denyut jantung (HR),
dari penelitian yang telah ada adalah untuk
polypnea, dan pelebaran pupil. Karena
menilai sensitifitas, spesifisitas, dan akurasi
diameter pupil dan motalitas bergantung
respon pupil terhadap sumber cahaya yang
pada keseimbangan antara respon simpatis
terkalibrasi untuk meneilai adekuatnya
dan parasimpatis, respon pupil telah
analgesic sebelum dilakukan tindakan di
dipelajari penggunaannya untuk
ICU. Pupilometri dilakukan sebelum
tindakan dan dievaluasi sebagai prediktor infrared. Pengukuran pupil dilakukan di
adanya nyeri saat selama tindakan yang bawah kain steril sebelum dimulainya
diukur menggunakan Behavir Pain Scale. tindakan dressing untuk membatasi cahaya
Sebagai tujuan sekunder, variasi pada vital lampu dalam pengukuran. Mata yang
sign (cth HR dan TD) dibandingkan sebelahnya ditutup. Alay Neurolight dapat
sebelum dan selama prosedur nosiseptif. secara otomatis mengukur diameter
maksimal dan minimal pupil (sebelum dan
sesudah pemberian cahaya, secara
bergantian), persentase variasi pupil
([diameter maksimal - diameter minimal] /
METODE diameter maksimal), kecepatan di mana
diameter berkurang, dan latensi setiap
Protokol telah disetujui oleh IRB variasi (antara cahaya dan awal variasi
(Société de Réanimation de Langue pupil). Pengukuran dilakukan sebanyak dua
Française CE-13–35), dan persyaratan kali pada setiap pasien, dan rata-rata antara
untuk informed concent tertulis dibebaskan kedua pengykuran dicatat.
oleh IRB. Dengan demikian, semua pasien
secara lisan diberitahu dan setuju untuk Selama pergantian dressing, respon
berpartisipasi dalam penelitian ini. Kami behavioral dievaluasi menggunakan BPS
secara prospektif mengikutsertakan pasien- untuk pasien pasien nonkomunikatif. Pada
pasien dengan selulitis necrotizing cervical penelitian ini, ambang BPS kami adalah 3
derajat berat, yang dikaitkan dalam untuk ketidakadaannya behavioral nyeri
beberapa kasus dengan mediastinitis. selama prosedur dressing. Untuk proses
Pasien pada penelitian ini membutuhkan 3 analisa, pasien dipisahkan ke dalam 2
kali tindakan surgical dressing per hari, kelompok : mereka yang mengekspresikan
masing-masing berlangsung 15-30 menit. perilaku nyeri (BPS >3) atau tidak (BPS =3)
Dressing terdiri atas debridement jaringan selama tindakan.
nekrosis, pembersihan menggunakan
larutan antiseptik, dan memposisikan ANALISA STATISTIK
sistem drainase superfisial dan dalam.
Seperti yang kami jelaskan sebelumnya, Dalam studi awal ini, tidak ada
pasien menggunakan ventilasi mekanik datan yang tersedia untuk memperkirakan
selama tindakan, dan pasien disedasi perhitungan jumlah sampel. Variabel
menggunakan cairan infus kontiniu yaitu kuantitatif dinyatakan sebagai median
IV flunitrazepam dan Fentanyl sebagai (rentang interkuartil). Karena beberapa
analgesik. Semua pasien memiliki skore variabel tidak terdistribusi secara normal
Richmon Agitation Sedation Scale -5 dalam populasi kami (terutama persentase
sebelum memulai tindakan dressing. dan kecepatan variasi ukuran pupil),
Desain penelitian dimulai dengan perbandingan antar kelompok
pengykuran pupil dan variabel menggunakan pengukuran nonparametrik
hemodinamik (HR, TD, Noninvasif atau Mann-Whitne U tests.
kateter arteri), diikuti dengan segera
tindakan pergantian dressing. BPS dicatat Akurasi diagnostik variabel
selama dilakukannya tindakan. pupilometri dievaluasi menggunakan kurva
karakteristik operasi penerima. Perhitungan
Pupilometri diukur menggunakan area di bawah kurva (AUC) digunakan
Neurolight™ (ID MED™, Marseille, untuk memprediksi perubahan >1 unit pada
France). Alat ini menghasilkan 1-detik 150 skala BPS sebelum dan saat operasi. 95%
Lux cahaya dan mendeteksi perubahan interval kepercayaan pada AUC, senilities,
pada pupil menggunakan sebuah kamera dan spesifisitas diperkirakan menggunakan
bootstrap operations. Semua bootstrap P<0,001), masing-masing. Tekanan darah
operation untuk perhitungan interval rata-rata dan laten tidak berbeda antara
kepercayaan menggunakan resampling pasien yang menunjukan nyeri dengan BPS
nonparametrik dan dan metode persentil. dengan mereka yang tidak.
Untuk masing-masing perkiraan, 2000
duplikat dihitung. Kurva karakteristik operasi
receiver digunakan untuk menilai
Sensitifitas, spesifisitas, nilai kemampuan masing-masing parameter
prediktif negatif, nilai prediktif positif, dan yang menarik untuk memprediksi adanya
nilai cutoff terbaik dihitung berdasarkan nyeri (Gbr. 1). Berdasarkan perhitungan
index Youden (didefinisikan sebagai AUC, persentase variasi pupil adalah 0,938
jumlah dari [sensitivitas + spesifisitas - 1]). (0,849-0,942), kecepatannya adalah 0,95
Analisis statistik dilakukan dengan (0,655-0,817) dan 0,938 (0,833-0,942),
menggunakan software R-statistik masing-masing, latensi sebesar 0,607
(http://www.r-project.org/, The R Yayasan (0,412-0,606) serta HR 0,655 (0,436-
statistik Komputasi, Wina, Austria). Nilai 0,853). Ambang terbaik untuk setiap
3-sided P <0,05 dianggap signifikan secara parameter interest untuk prediksi nyeri
statistik. tercantum dalam Tabel 1. Di antara
beberapa parameter pupil, persentase
HASIL variasi mungkin berhubungan dengan
sensitivitas tertinggi dalam memprediksi
Total 37 pasien dengan selulitis adanya nyeri sesuai dengan BPS skor> 3 di
diikutsertakan. Di antara pasien ini, 8 orang populasi kami.
juga menunjukkan mediastinitis, 22 adalah
laki-laki (59,5%), usia rata-rata adalah 54 DISKUSI
tahun (rentang, 39-63), dan ratrata skor
Simplified Acute Physiology Score II Kami menemukan bahwa respon
adalah 36(rentang, 26-42). Penilaian pupil dapat menjadi alat yang valid untuk
dilakukan saat onset penyakit pada hari mengevaluasi kedalaman analgesik dan
kedua (rentang, 1-2) setelah masuk ICU. memprediksi adanya nyeri ketika tindakan
bedah dressing pada pasien dengan selulitis
Semua pasien memiliki skor BPS = yang dilakukan di ICU.
3 sebelum tindakan dressing dan untuk
penilaian pupil, serta 24 (65%) Karena perubahan hemodinamik
menunjukkan perilaku nyeri (BPS >3) tidak berhubungan secara valid dengan
selama tindakan dressing. Sebelum nyeri pada pasien dengan penyakit kritis,
pergantian dressing, hemodinamik dan guideline terbaru merekomendasikan
variabel pupil berbeda pada pasien yang bahwa pengasuh pasien tidak dapat
tidak menunjukkan perilaku nyeri (BPS >3, melaporkannya sendiri namun harus
median BPS = 5 [rentang, 4-6,2]). Secara menggunakan alat penilaian perilaku nyeri
khusus, HR lebih lambat pada pasien yang seperti BPS pada pasien dengan fungsi
tidak menunjukkan nyeri (85 [76,8-95,8] vs motorik utuh. Refleks dilatasi pupil dalam
100 [85-102] kali per menit; P=0,014); respon terhadap stimulus nyeri telah
median diameter lebih rendah (1,8[1,8-2] vs dilaporkan pada pasien anak dan dewasa
2,5[2-2,8] mm; P=0,0018); median serta pada pasien di bawah anestesi umum
diameter maksimal lebih rendah (2,2[2,1- atau yang disedasi secara dalam di ICU.
2,3] dan 4,1[3-4,5] mm; P<0,001); Ukuran pupil dan variasi (refleks cahaya)
persentase varian rata-rata lebih rendah yang dihasilkan dari keseimbangan
(13% [11-18] dan 34,5% [25,2-38,5]; P < simpatis dan parasimpatis dapat diuji
0,001) dan kecepatan rata-rata lebih tinggi menggunakan flash atau cahaya.
(1,1[1-1,5] dan 3,7[2,4-3,9]mm/s;
Karena kami melihat kepada cara tidak menunjukkan perilaku nyeri (BPS =3
untuk mendeteksi resiko nyeri pada pasien selama prosedur) mungkin dihasilkan dari
selama operasi pergantian dressing, kami diameter maksimal yang kecil (gambar
menilai refleks kontriksi pupil terhadap 2)terkait dengan inhibisi simpatis (dilatasi
cahaya sebelum dimulainya prosedur pupil terbatas) dan inhibisi konstriksi pupil
pergantian dressing. Pendekatan ini akibat analgesik. Bagaimanapun, pasien-
memungkinkan kita untuk menghidari hal- pasien dengan diameter pupil yang lebar
hal yang dapat menambah nyeri pada dan variasi terbesar adalah mereka yang
pasien. Refleks respon cahaya sepenuhnya menunjukkan perilaku nyeri selama
dijelaskan dan dapat berubah menggunakan tindakan, kemungkinan besar akibat
sedasi atau pengaktifasian simpatis. Secara insufisiensi analgesik. Observasi ini
spesifik kadar aktivitas simpatis yang tinggi mungkin mencerminkan tingkat aktifitas
menghasilkan ukuran pupil yang lebih basal simpatis yang tinggi sebelum
lebar. Dengan demikian, persentase variasi pergantian dressing bahkan pada pasien
pupil ini sangat menarik karena merupakan yang telah disedasi (Richmond Agitation
suatu penilaian fungsional tergadap Sedation Scale = -5 dan BPS = 3) serta
motilitas pupil, dan mengevaluasi efek memprediksi insufisiensi analgesik pada
obat-obatan sedatif dan analgesik pada preosedur berbahaya lainnya.
keseimbangan simpatis/parasimpatis.
Berdasarkan temuan kami,
menunjukkan bahwa ambang variasi pupil
19% kemungkinan berhubungan dengan
tingginya tingkat discrimination terhadap
adanya nyeri (BPS >3) selama
dilakukannya prosedur dalam populasi
kami. Temuan ini mendorong, dan
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
menilai sensitifitas dari nilai-nilai ambang
ini.
Gbr 1. Kurva . Receiver operating characteristics (ROC) Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa
untuk diameter minimal, diameter maksimal, persentase
variasi pupil, dan kecepatan terkait dengan perasaan nyeri
pupilometri merupakan metode valid yang
selama prosedur. dapat memandu pengasuh di ICU untuk
secara proaktif mengidentifikasi apakah
pasien beresiko mnegalami insufisiensi
analgesik sebelum dilakukan prosedur
berbahaya. Oleh karena kesederhanaan
pengukuran, variabel ini dapat diaplikasikan
ke dalam praktik klinis perawat dan
pengasuh non medis. Studi awal ini
mempertimbangkan hipotesis umum saja,
dan kami merekomendasikan bahwa 19%
ambang pupil dapat digunakan secara hati-
hati pada pasien dengan komorbid berat atau
pada pasien lansia dengan penurunan motiliti
Gbr 2. Hubungan antara diameter pupil maksimal dan pupil. Dalam studi awal ini, tidak dilakukan
persentase variasi. perhitungan ukuran sampel., yang dapat
membatasi ketepatan perkiraan kami.
Pada penelitian kami, penurunan dalam Penelitain prospektif dalam populasi besar
persentase variasi pupil pada pasien yang perlu dilakukan sebelum penggunaan secara
luas pupilometri untuk titrasi obat-obat
analgesik pada prosedur bedah berbahaya di
ICU.

Tabel 1. Estimasi spesifisitas, sensitifitas, akurasi, nilai prediksi negatif, nilai prediksi positif menggunakan nilai ambang
terpilih untuk setiap variabel interest

DAFTAR PUSTAKA 6. Rouche O, Wolak-Thierry A, Destoop Q,


Milloncourt L, Floch T, Raclot P, Jolly D,
1. Payen JF, Bru O, Bosson JL, Lagrasta A, Cousson J. Evaluation of the depth of
Novel E, Deschaux I, Lavagne P, Jacquot sedation in an intensive care unit based on
C. Assessing pain in critically ill sedated the photo motor reflex variations measured
patients by using a behavioral pain scale. by video pupillometry. Ann Intensive Care
Crit Care Med 2001;29:2258–63 2013;3:5

2. Shehabi Y, Bellomo R, Reade MC, 7. Aissou M, Snauwaert A, Dupuis C,


Bailey M, Bass F, Howe B, McArthur C, Atchabahian A, Aubrun F, Beaussier M.
Seppelt IM, Webb S, Weisbrodt L; Objective assessment of the immediate
Sedation Practice in Intensive Care postoperative analgesia using pupillary
Evaluation (SPICE) Study Investigators; reflex measurement: a prospective and
ANZICS Clinical Trials Group. Early observational study. Anesthesiology
intensive care sedation predicts long-term 2012;116:1006–12
mortality in ventilated critically ill patients.
Am J Respir Crit Care Med 2012;186:724– 8. Paulus J, Roquilly A, Beloeil H, Théraud
31 J, Asehnoune K, Lejus C. Pupillary reflex
measurement predicts insufficient
3. Myhren H, Tøien K, Ekeberg O, analgesia before endotracheal suctioning in
Karlsson S, Sandvik L, Stokland O. critically ill patients. Crit Care
Patients’ memory and psychological 2013;17:R161
distress after ICU stay compared with
expectations of the relatives. Intensive Care 9. Li D, Miaskowski C, Burkhardt D,
Med 2009;35:2078–86 Puntillo K. Evaluations of physiologic
reactivity and reflexive behaviors during
4. Larson MD, Kurz A, Sessler DI, Dechert noxious procedures in sedated critically ill
M, Bjorksten AR, Tayefeh F. Alfentanil patients. J Crit Care 2009;24:472.e9–13
blocks reflex pupillary dilation in response
to noxious stimulation but does not 10. Fihman V, Raskine L, Petitpas F,
diminish the light reflex. Anesthesiology Mateo J, Kania R, Gravisse J, Resche-
1997;87:849–55 Rigon M, Farhat I, Berçot B, Payen D,
Sanson-Le Pors MJ, Herman P, Mebazaa A.
5. Guglielminotti J, Mentré F, Gaillard J, Cervical necrotizing fasciitis: 8-years’
Ghalayini M, Montravers P, Longrois D. experience of microbiology. Eur J Clin
Assessment of pain during labor with Microbiol Infect Dis 2008;27:691–5
pupillometry: a prospective observational
study. Anesth Analg 2013;116:1057–62 11. Sessler CN, Gosnell MS, Grap MJ,
Brophy GM, O’Neal PV, Keane KA,
Tesoro EP, Elswick RK. The Richmond 18. Taylor WR, Chen JW, Meltzer H,
AgitationSedation Scale: validity and Gennarelli TA, Kelbch C, Knowlton S,
reliability in adult intensive care unit Richardson J, Lutch MJ, Farin A, Hults KN,
patients. Am J Respir Crit Care Med Marshall LF. Quantitative pupillometry, a
2002;166:1338–44 new technology: normative data and
preliminary observations in patients with
12. Barr J, Fraser GL, Puntillo K, Ely EW, acute head injury. Technical note. J
Gélinas C, Dasta JF, Davidson JE, Devlin Neurosurg 2003;98:205–13
JW, Kress JP, Joffe AM, Coursin DB, Herr
DL, Tung A, Robinson BR, Fontaine DK, 19. Larson MD, Talke PO. Effect of
Ramsay MA, Riker RR, Sessler CN, Pun B, dexmedetomidine, an alpha2adrenoceptor
Skrobik Y, Jaeschke R; American College agonist, on human pupillary reflexes during
of Critical Care Medicine. Clinical practice general anaesthesia. Br J Clin Pharmacol
guidelines for the management of pain, 2001;51:27–33
agitation, and delirium in adult patients in
the intensive care unit. Crit Care Med 20. Ferrari GL, Marques JL, Gandhi RA,
2013;41:263–306 Heller SR, Schneider FK, Tesfaye S,
Gamba HR. Using dynamic pupillometry as
13. Robin X, Turck N, Hainard A, Tiberti a simple screening tool to detect autonomic
N, Lisacek F, Sanchez JC, Müller M. neuropathy in patients with diabetes: a pilot
pROC: an open-source package for R and study. Biomed Eng Online 2010;9:26
S+ to analyze and compare ROC curves.
BMC Bioinformatics 2011;12:77 21. Micieli G, Manni R, Tassorelli C,
Osipova V, Tartara A, Nappi G. Sleep-
14. Constant I, Nghe MC, Boudet L, apnoea and autonomic dysfunction: a
Berniere J, Schrayer S, Seeman R, Murat I. cardiopressor and pupillometric study. Acta
Reflex pupillary dilatation in response to Neurol Scand 1995;91:382–8
skin incision and alfentanil in children
anaesthetized with sevoflurane: a more
sensitive measure of noxious stimulation
than the commonly used variables. Br J
Anaesth 2006;96:614–9

15. Larson MD, Sessler DI, Ozaki M,


McGuire J, Schroeder M. Pupillary
assessment of sensory block level during
combined epidural/general anesthesia.
Anesthesiology 1993;79:42–8

16. Chen JW, Gombart ZJ, Rogers S,


Gardiner SK, Cecil S, Bullock RM.
Pupillary reactivity as an early indicator of
increased intracranial pressure: the
introduction of the Neurological Pupil
index. Surg Neurol Int 2011;2:82

17. Eilers H, Larson MD. The effect of


ketamine and nitrous oxide on the human
pupillary light reflex during general
anesthesia. Auton Neurosci 2010;152:108–
14

Anda mungkin juga menyukai