Ibu Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002).
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
c. Remote puerperium, waktui yang diperlkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyaikomplikasi.
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.
1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan
berata uterus 750 gr.
3. Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis dengan
berat uterus 500 gr
4. Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat
uterus 350 gr
5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 g
b. Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
1. Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.
2. Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
3. Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 post
partum
5. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia manjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan.
f. Payudara
1. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah
persalinan.
2. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3
setelah persalinan.
3. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
2. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratam.kemungkinan terdapat spasine sfingter
dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu
12 – 36 jam sesidah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang
bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
3. Sistem Gastrointestinal
Sering kali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi
keinginan ke belakang.
4. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali
normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah
tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan
darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
5. Sistem Endokrin
1. Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron
turun pada hari ke 3 post partum.
6. Sistem muskulosklebal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu
untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
7. Sistem integumen
2. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan
menghilang pada saat estrogen menurun.
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri ubtuk mencegah terjadinya
trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan
hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi,
bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
mengandong protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami
sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
m.sphincer ani selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing,
sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar
dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal.
Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus
dihentikan dengan cara :
2. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel
Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan
bayinya.
1. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-
perubahan pada kelenjar mamma yaitu :
2. Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning
putih susu.
Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara.
Ø Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang
tua.
Ø Harapan / keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan. Periode ini
diexpresikan oleh reva rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :
1. Talking In period
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus
perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan
yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima
tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat
sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu.
3. Letting Go Period
Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu
menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang
sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.
Berikut ini penyusunan standart asuhan keperawatan ibu nifas dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (ANA, 1991).
A. Standar I. Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien nifas ditentukan oleh kondisi/kebutuhan
klien saat ini. Pengumpulan data ini dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
dengan menggunakan tehnik-tehnik pengkajian yang tepat dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatan lain. Data yang diperoleh dikomunikasikan dan dicatat secara lengkap.
a. Wawancara
– Kebiasaan – Makanan dan cairan – Perubahan berat badan – Pola istirahat dan tidur –
Toleransi aktivitas
b. Pengkajian psikologi – Status emosional – Pola koping – Persepsi terhadap keadaan pasien
c. Pengkajian fisik – Personal higiene – Status nutrisi – Nyeri – Tanda-tanda vital – Keadaan
fisik pada ibu nifas adalah :
2. Pengumpulan data dari sumber – Pasien, keluarga, orang yang terdekat – Petugas
kesehatan lain
B. Standar II Diagnosa
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan yang dikaji dari klien
dan keluarga bersama petugas kesehatan.Data tersebut dikomunikasikan dan dicatat untuk
memudahkan penentuan hasil dan perencanaan perawatan yang dilaksanakan.
Rasional
Status kesehatan klien nifas dan keluarga merupakan dasar untuk menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan. Data dianalisa dan dibandingkan dengan nilai normal.
Kriteria Pengukuran
1. Status kesehatan klien nifas dibandingkan dengan keadaan normal untuk menentukan
adanya penyimpangan.
3. Diagnosa keperawatan berkaitan dan selaras dengan diagnosa yang dibuat oleh profesi lain
yang memberi asuhan pada klien dan keluarga.
Diagnosa yang sering timbul pada masa nifas antara lain (Bobak, IM Ana Jenzen)
Ø Involusi uterus
Ø Trauma perineum
Ø Episiotomi
Ø Perdarahan
Ø Pembengkakan payudara
Ø perdarahan postpartum
Ø efek anestesi
Ø Kenyamanan postpartum
Ø Merawat bayi
Identifikasi hasil ditetapkan dari diagnosa keperawatan berdasarkan kriteria yang dapat
diukur dan dirumuskan dengan melibatkan klien, keluarga dan orang yang terdekat bersifat
realistis dalam hubungannya dengan kemampuan klien saat ini dan bersifat potensial.
Hasil dapat dicapai sesuai dengan sumber yang tersedia bagi klien. Untuk mencapai hasil
harus ditetapkan pula target waktu pencapaian.
Rasional :
Pemantapan hasil yang dicapai merupakan bagian terpenting dari perencanaan asuhan
keperawatan.
Kriteria Pengukuran:
2. Dirumuskan bersama klien, keluarga dan tenaga kesehatan lain bila memungkinkan.
3. Hasil harus nyata sesuai dengan kemampuan klien saat ini dan kemampuan potensial
4. Hasil Dapat dicapai sesuai dengan sumber yang tersedia bagi klien.
5. Hasil didokumentasikan sebagai tujuan yang dapat diukur meliputi perkiraan waktu
pencapaian dan memberi arah bagi kelanjutan keperawatan. Pada asuhan keperawatan klien
nifas dan keluarga dapat ditetapkan kriteria hasil sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Kriteria hasil :
1-2 jari pertengahan sympisis dan umbilikus, (selama ± 2 hari akan turun 1 ruas jari per hari).
Setelah 9-10 hari uterus tidak teraba diatas sympisis.
3. Perineum dikaji setiap 8 jam dengan posisi sims untuk observasi REEDA
4. Lochea
5.Payudara, produksi laktasi kolostrum pada hari ke 2 dan ke 3 puting susu menonjol keluar,
kebersihannya, tidak ada tanda infeksi
6. Abdomen, pada postpartum tonus menurun, lembek,longgar dan lemas, striae alba/nigra,
adanya pemisahan otot rectus abdominis pada dua minggu pertama postpartum
7. Gastrointestinal. pada 2 – 3 hari umumnya terjadi konstipasi. Klien merasa sangat haus dan
lapar
8. Traktus urinarius, BAK dalam 24 jam pertama terjadi diuresis, B.a.k. harus dalam 6-8 jam
setelah melahirkan.
Ø Taking in, timbul pada jam pertama kelahiran sampai 2-3 hari Refleksi tentang
kehamilan dan proses persalinan Berfokus pada diri sendiri, perlu tidur dan makan Dependen
tergantung dan pasif Bertanya-tanya tentang bayinya
Ø Taking hold, fasenya sampai dengan dua minggu Merawat diri sendiri Tidak sabar atas
ketidak nyamananya Fokus melibatkan bayi dan ingin merawat (independen) Dapat
menerima tanggung jawab Waktu yang baik untuk penyuluhan
Ø Letting go, fase 3-4 minggu Merasa ada yang hilang karena tidak hamil Memandang
bayi sebagai bagian dari dirinya yang terpisah Emosional
Ø Sosial keluarga Respon ayah Adaptasi sibling Interaksi keluarga Adanya pembagian
tugas
D. Standar IV Perencanaan
Rasional :
Ø Perawatan mulut
Ø Perawatan rambut
Ø Perawatan perineum
Ø Perawatan rektal
Ø Ambulasi
Ø Mencegah infeksi.
Ø Kaji terapi intra vena jika klien mendapatkan Intra vena Fluid Drip (IVFD)
2. Eliminasi :
Ø Kaji eliminasi
3. Perkemihan
4. Fungsi kognitif/sensori
5. Respon fisiologis
Ø Observasi : warna kulit, tanda vital, kesadaran, reaksi verbal dan tinggi fundus uteri.
Perawat memberikan dukungan pada klien dan keluarga untuk reaksi emosional klien
postpartum.
1. Kebutuhan emosional :
2. Kebutuhan spiritual :
Ø Bantu klien untuk informasi pelayanan religius yang ada di rumah sakit
Ø Belajar secara menetail tentang situasi hidup dan kembali kearah realita
Ø Diskusikan rencana selanjutnya dengan anggota kesehatan lain, klien dan anggota
keluarga.
E. Standar V Implementasi
Rasional :
Klien dan keluarga secara terus-menerus dilibatkan dalam asuhan keperawatan untuk
meningkatkan dan pemeliharaan kesehatan.
Kriteria :
1. Tindakan keperawatan :
2. Tindakan keperawatan ditentukan oleh kondisi fisik, fisiologis, psikologis dan perilaku
sosial klien.
F. Standar VI Evaluasi
Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan yang digunakan untuk merevisi diagnosa
hasil dan rencana keperawatan yang dibutuhkan berdasarkan respon klien terhadap intervensi
yang didokumentasikan.
Dalam evaluasi ini klien, keluarga dan petugas kesehatan ikut terlibat.
Rasional:
Proses keperawatan tetap sama tetapi masukan berupa informasi baru dapat mengarahkan
kepada pendekatan baru.
Kriteria Pengukuran :
2. Prioritas dan tujuan baru diterapkan secara pendekatan keperawatan lebih lanjut dilakukan
dengan tepat dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Beare, P. G. ed.(1994). Davis’s NCLEX – PN Review, hal 367-368. Philadelphia. FA Davis
Company.
Haris, C. H. (1993)., Legal and Ethical Issues. dalam Bobak, I. M dan Jenzen, M.D Maternity
and Gynecologid Care: The Nurse and The Family. ed. 5. st. Louis. CV Mosby Co.
Orem, D. E. (1971), Nursing Concepts of Practise, New York Mc. Graw – Hill
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................................ 2
C.
Tujuan........................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses Adaptasi Psikologi Ibu dalam Masa
Nifas........................................................ 3
B. Gangguan Psikologi pada Masa
Nifas.......................................................................... 5
C. Cara Mencegah dan Menangani Gangguan Psikologi pada Masa
Nifas...................... 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................................. 14
B.
Saran............................................................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu. Secara psikologi, pascapersalinan ibu
akan merasakan gejala-gejala psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak
mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu
mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Ibu biasanya akan mengalami atau merasakan hal-hal
yang baru setelah melahirkan. Beberapa ibu setelah melahirkan akan mengalami masa–masa
sulit, ibu akan terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi dengan
hal yang baru seperti adanya bayi.
Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang
normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa
nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum
terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan, banyak
wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri ringan sampai
berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan dalam
masa hamil struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal,
riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran
mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan pengobatan.
Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit jiwa. Sering pula kelainan-
kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan
yaitu adaptasi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan
adalah “awal keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya.
Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta
perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas?
2. Apa saja gangguan psikologi pada masa nifas?
3. Bagaimana cara mencegah dan menangani gangguan psikologi pada masa nifas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas.
BAB II
PEMBAHASAN
Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada
kelainan depresi lainnya. Gejala-gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi
post partum adalah sebagai berikut :
1. Perasaan sedih dan kecewa.
2. Sering menangis.
3. Merasa gelisah dan cemas.
4. Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan dan sukar konsentrasi.
5. Nafsu makan menurun.
6. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
7. Phobia, rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangakan (paranoid).
8. Tidak bisa tidur (insomnia) dan terkadang mimpi buruk.
9. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless), hingga pikiran mau bunuh diri.
10. Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
11. Memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayinya dan terkadang ingin
menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
Faktor terjadinya depresi post partum diantaranya adalah, kurangnya dukungan sosial
dan dukungan keluarga serta teman, kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat, kesulitan
selama persalinan dan melahirkan, merasa terasing, masalah/perselisihan perkawinan atau
keuangan, kehamilan yang tidak diinginkan. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi
terjadinya neurosa post partum, antara lain :
1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi post partum sebagai akibat kadar
hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
2. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini mendukung masalah
periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental
perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
3. Faktor pengalaman. Depresi pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan pada primipara,
mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan
situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
4. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi, menghadapi tekanan sosial dan
konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau
melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan
orang tua dari anak-anak mereka.
5. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi
medis yang digunakan selama proses pesalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang
ditimbulkan pada saat persalinan maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul
dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pasca persalinan.
6. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan,
persalinan, dan pasca persalinan, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak
berkurang.
§ Psikosis Post Partum (Post Partum Psychosis)
Insiden terjadinya psikosis port partum adalah 1-2 per 1000 kelahiran. Pada kasus
tersebut sebaiknya ibu dirawat karena dapat menampakkan gejala yang membahayakan
seperti, menyakiti diri sendiri atau bayinya. Hal tersebut merupakan penyakit yang sangat
serius dan merupakan depresi yang paling berat, bahkan bisa sampai membunuh anak-
anaknya.
Gejala psikosis port partum, diantaranya :
1. Gangguan tidur.
2. Gaya bicara yang keras dan cepat marah.
3. Inkoheren (berbicaranya kacau).
4. Menarik diri dari pergaulan.
5. Pikiran obsesif (pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang).
6. Impulsif (bertindak diluar kesadaran).
7. Curiga berlebihan.
8. Delusi dan halusinasi.
9. kebingungan.
10. Sulit konsentrasi.
Faktor pemicu psikosis post partum, antara lain :
1. Faktor keturunan atau adanya riwayat keluarga menderita kelainan psikiatri.
2. Riwayat penyakit dahulu menderita penyakit psikiatri.
3. Adanya masalah keluarga dan perkawinan
4. Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik)
5. Faktor obstetrik dan ginekologik (kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi)
6. Faktor psikososial (adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami
depresi, penyakit mental, problem emosional, dll)
7. Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
8. Perubahan hormonal yang cepat.
9. Masalah medis dalam kehamilan (pre eklampsia, DM).
10. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang
mengakibatkan kurangnya dukungan.
11. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
12. Merasa terisolasi dan adanya ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.
C. Cara Mencegah dan Menangani Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
a. Pencegahan
Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari ancaman
depresi setelah melahirkan.
· Pelajari Diri Sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi post partum, sehingga ibu dan
keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka ibu akan segera mendapatkan
bantuan secepatnya.
· Tidur dan Makan yang Cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan
makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode post partum dan kehamilan.
· Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi depresi post partum. Lakukan peregangan
selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat ibu merasa lebih baik dan
menguasai emosi berlebihan dalam dirinya.
· Hindari Perubahan Hidup Sebelum atau Sesudah Melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau
pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan
menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan depresi post
partum yang diderita.
· Beritahukan Perasaan Ibu
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yangibu inginkan dan
butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap
sesuatu, segera beritahukan kepada pasangan atau orang terdekat.
· Dukungan Keluarga dan Orang Lain Diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang ibu cintai selama melahirkan sangat
diperlukan. Ceritakan kepada pasangan atau orang tua, atau siapa saja yang bersedia menjadi
pendengar yang baik. Yakinkan diri, bahwa mereka akan selalu berada di sisi ibu setiap
mengalami kesulitan.
· Persiapkan Diri dengan Baik
Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan. Ikutlah kelas senam hamil yang
sangat membantu serta buku atau artikel lainnya yangibu perlukan. Kelas senam hamil akan
sangat membantu ibu dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga
nantinya ibutidak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika ibu tahu apa yang
diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
· Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu ibu melupakan gejolak perasaan
yang terjadi selama periode post partum. Kondisi ibuyang belum stabil bisa dicurahkan
dengan memasak atau membersihkan rumah.
· Dukungan Emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga akan membantu ibu dalam
mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta
perubahan kehidupan yang ibu alami, sehingga ibu merasa lebih baik setelahnya.
· Dengan cara peningkatan suport mental/dukungan keluarga kepada ibu dan jangan
mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih agar tidak merasa kehilangan perhatian.
· Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat
untuk menghilangkan kelelahan.
· Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakan ibu, mintalah dukungan
dan pertolongannya.
· Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan
merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya
diri.
· Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri
· Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, berbagi
cerita dengan orang lain, bersikap fleksibel, bergabung dengan orang-orang baru.
· Respon yang terbaik dalam menangani kasus post partum depressionadalah kombinasi
antara psikoterapi, dukungan sosial, dan medikasi seperti anti depresan. Suami dan anggota
keluarga yang lain harus dilibatkan dalam tiap sesi konseling, sehingga dapat dibangun
pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkannya.
· Pada psikosis post partum, penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian
anti depresan atau lithium dan perawatan di rumah sakit, serta sebaiknya menyusui
dihentikan karena anti depresan disekresi melalui ASI.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Perubahan psikologis mempunyai
peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga
diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal
memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang
dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
Dalam teori Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu periode taking
in, periode talking hold dan teori letting go. Adapun Faktor-faktor yang
mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada saat post partum
antara lain, respon dan dukungan keluarga dan teman, hubungan dari pengalaman melahirkan
terhadap harapan dan aspirasi, dan membesarkan anak yang lalu, serta pengaruh budaya.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi
yang baru lahir, sehingga dalam proses adaptasi masa nifas, ibu dapat mengalami gangguan
psikologi post partum diantaranya, post partum blues,post partum depression, dan psikosis
post partum. Saat hal tersebut terjadi maka,dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
maupun petugas kesehatan merupakan dukungan positif bagi ibu.
B. Saran
Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri sebelum melahirkan agar
persiapan diri baik mental, fisik dan ekonomi lebih matang supaya ibu dapat melakukan
proses adaptasi tanpa gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Pada masa nifas, ibu juga
harus sangat diperhatikan, baik keluarga maupun bidan. Peranbidan sangatlah dibutuhkan ibu
sebagai pembimbing dan pemberi nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, dkk.2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Ambarawati, Eny Ratna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
http://andinurfitri27.blogspot.com/2013/04/makalah-prose-adaptasi-psikologi-ibu.html
http://yolandavivian.blogspot.com/2014/06/gangguan-psikologis-ibu-pada-masa-nifas.html
http://himmah-atika.blogspot.com/2012/07/gangguan-psikologis-pada-masa-nifas.html
http://bnhina.blogspot.com/2013/10/gangguan-psikologi-pada-masa-nifas.html
http://yunivia88.blogspot.com/2013/03/nifas.html
http://khalilaturrozha.blogspot.com/2013/12/gangguan-psikologis-pada-masa-nifas.html
http://wwwnyantai.blogspot.com/2011/04/artikel-psikologi-depresi-post-partum.html