Anda di halaman 1dari 16

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR FISIK

BELAJAR DARI ANALISIS DAMPAK SOSIAL EKONOMI


PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU
Oleh :
Sutanto Hidayat dan Lalu Mulyadi
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Malang
Yuli Andi Ghani dan Mardiyono
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Malang

Abstraksi

Berawal dari latar belakang dibangunnya jembatan Suramadu yang merupakan penghubung pulau
Madura dengan Kota Surabaya. Alasan utama pembangunan jembatan terpanjang di Asia Tenggara ini
adalah untuk memeratakan pembangunan di pulau Madura yang selama ini masih dianggap tertinggal dan
terbatas dari perluasan pembangunan pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara
komperhensif dampak sosial dan ekonomi dari kebijakan pengembangan wilayah Suramadu serta
menganalisis kebijakan implementatif yang bisa dirumuskan dalam pengembangan wilayah Suramadu.
Penelitian ini menunjukkan beberapa simpulan diantaranya, pertama pembangunan dan
pengembangan jembatan Suramadu ternyata membawa dampak positif maupun negatif bagi masyarakat.
Meskipun begitu, keberadaan jembatan Suramadu secara ekonomi telah membuka peluang masuknya para
investor untuk berinvestasi di pulau Madura. Meningkatnya nilai investasi tentu akan membawa pada
peningkatan kualitas infrastuktur pendukung yang telah lebih dulu masuk dalam agenda Masterplan
Pengembangan Wilayah Suramadu. Penelitian ini juga telah berhasil merekonstruksi kebijakan dalam
sebuah model kebijakan pengembangan wilayah Suramadu.
Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah model kebijakan infrastruktur fisik dapat memetakan
peran dan fungsi strategis policy subsystem dalam memanfaatkan policy instruments guna menghasilkan
agenda kebijakan infrastruktur lanjutan berdasarkan kebutuhan dan sumberdaya potensial lokal. Konstruksi
model yang dibangun dengan melihat human capital dan social capital sebagai pilar penting yang tidak
boleh dilupakan dalam proses pembangunan dan merupakan input penting bagi pembuat kebijakan. Secara
praktis, implikasi dari penelitian ini adalah bagaimana seting sosialiasi kebijakan pengembangan dapat
dilakukan dengan konsep scenario planning, agar semua aktor yang terlibat mengetahui dan memahami
langkah-langkah pengembangan selanjutnya. Ditambah pentingnya meningkatkan kapasitas masyarakat
dalam menyambut dampak perubahan sosial ekonomi dari pengembangan tersebut.

Kata Kunci: Kebijakan, Dampak Sosial Ekonomi, Kebijakan Infrastruktur Fisik, Pengembangan Social
Capital dan Human Capital

A. Pendahuluan

Pemerintah mempunyai peran paling organisasi-organisasi non-pemerintah yang


utama dalam mensejahterakan rakyatnya, menjalankan fungsi pemerintah menjadi bidang
semua kegiatan yang dilakukan pemerintah perhatian ilmuwan administrasi publik. Apabila
harus memiliki orientasi terhadap publik. lokus ilmu administrasi publik menjadi semakin
Dengan adanya pergeseran makna ‟publik‟ jelas, pertanyaan berikutnya adalah apa yang
sebagaimana dijelaskan di atas, maka ilmu seharusnya menjadi fokus perhatian ilmuwan
administrasi publik telah menemukan lokusnya administrasi publik. Kegelisahan tersebut
secara lebih jelas. Intinya, semua aktivitas yang kemudian dijawab dengan munculnya studi
terjadi pada birokrasi pemerintah dan kebijakan publik sebagai pokok perhatian

1
ilmuwan administrasi publik. Hal ini merupakan yang berhak diperoleh masyarakat dan wajib
implikasi yang sangat logis karena kebijakan diselenggarakan oleh pemerintah.
publik merupakan output utama dari pemerintah Itu sebabnya, pada Peraturan Presiden
(Dwiyanto, 2007). No.5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 telah
Pemerintah mengeluarkan kebijakan dipaparkan bahwa salah satu tantangan
sebagai bentuk kegiatannya dalam pembangunan nasional yang dipandang
membangun kehidupan rakyatnya untuk lebih penting dari berbagai dimensi dan menjadi
sejahtera.Baik itu bangunan ekonomi sebagai prioritas ke enam adalah pembangunan
penopang kehidupan rakyat, serta bangunan infrastruktur. Percepatan pertumbuhan ekonomi
demokrasi sebagai tiang yang memperkuat jelas membutuhkan tambahan kuantitas dan
pemerintah itu sendiri.Namun ada juga yang perbaikan kualitas infrastruktur. Revilitalisasi
berpendapat demokrasi bersifat indirect impact pertanian tidak mungkin berhasil tanpa
terhadap pertumbuhan ekonomi.Demokrasi infrastruktur yang memadai, mengingat biaya
dianggap sebagai suatu metainstitution atau pemasaran makin dominan dalam struktur
institusi induk yang dapat menciptakan iklim biaya akhir suatu komoditas pertanian. Masalah
yang kondusif bagi tumbuhnya institusi-institusi lingkungan hidup seperti polusi air, udara dan
lain yang berkualitas, artinya efektif dan dengan tanah, atau banjir di lingkungan perkotaan
tatakelola atau governance yang baik. memiliki keterkaitan yang kuat dengan
Sikap suatu pemerintah dapat terlihat dari ketiadaan infrastruktur yang memadai.
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Walaupun pengeluaran dalam bidang
pemerintahan tersebut untuk mencapai infrastruktur telah ditingkatkan, kesenjangan
kepentingan nasional negaranya.Kebijakan infrastruktur masih terasa, baik di tingkat
pembangunan ekonomi adalah salah nasional maupun antardaerah. Karena itu,
satunya.Meskipun demikian, fenomena pembangunan infrastruktur dasar harus
pembangunan (ekonomi) di Indonesia tidak menjadi prioritas pembangunan.
cukup dilakukan hanya dengan bersandar pada Perlu kita ketahui dan jadi pemikiran
pendekatan ekonomi semata, melainkan perlu bersama, saat ini kondisi infrastruktur di
berangkat dari pendekatan ekonomi politik Indonesia masih tertinggal jauh dibanding
(political economy approach). Keynes (Hakim, negara-negara ekonomi utama di kawasan Asia
2009:4) pernah mengungkapkan bahwa Tenggara.Padahal pada periode 1990-2005,
intervensi pemerintah sangat relevan dalam Indonesia adalah salah satu Negara di Asia
pembangunan perekonomian.Bagaimana yang pernah memeroleh investasi
seharusnya pemerintah memosisikan dirinya pembangunan infrastruktur senilai US$32.62M
sebagai penentu kebijakan (politik) namun tetap (68 proyek) melalui Public-Private Partnerships
mempertimbangkan dinamika dan kebutuhan (PPI, World Bank, 2007). Pada saat itu
perekonomian di masyarakat. Bagaimana pula Indonesia berada pada urutan ke 5 (lima)
relasi yang dibangun antara pemerintah dan setelah Cina, India, Malaysia dan Filipina dalam
swasta dalam proses pembangunan ekonomi. perolehan investasi. KKPPI ini bertanggung
Berdasarkan hasil kajian dan laporan jawab dalam pelaksanaan pembangunan
terbaru Badan Perencanaan Pembangunan insfrastruktur seperti transportasi, jalan, sanitasi
Nasional (Bappenas), Bank Pembangunan Asia dan persediaan air, kelistrikan, telekomunikasi
(ADB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) serta transmisi dan distribusi minyak dan gas
bertajuk ”Indonesia Critical Constraints”, alam.
ketersediaan dan kualitas infrastruktur menjadi Berbicara soal kinerja pembangunan
salah satu dari tiga masalah yang harus segera infrastruktur, berdasarkan World Economic
dibenahi pemerintah. Perbaikan dan Forum Report 2010, kualitas infrastruktur
pembangunan akses terhadap pelayanan Indonesia secara keseluruhan berada di
infrastruktur dasar adalah salah satu harapan peringkat ke-96 dari 133 negara yang diteliti.

2
Posisi itu jauh di belakang dua negara masih belum digali dan dimanfaatkan secara
tetangga, Malaysia dan Thailand, yang masing- baik.
masing berada di peringkat 27 dan 41.Kendala Salah satu langkah konkret kebijakan
kritis dalam pembangunan infrastruktur adalah infrastruktur pemerintah dalam mengatasi
lantaran rendahnya investasi publik, lemahnya permasalahan lambannya perkembangan
kemitraan pemerintah dan swasta (KPS) dan perekonomian di Madura bila dibandingkan
minimnya investasi swasta,termasuk dengan daerah lainnya di Jawa Timur adalah
penanaman modal langsung oleh asing. dengan proyek pembangunan jembatan
Adapun faktor yang berdampak negatif pada Suramadu. Pembangunan jembatan ini pada
pembangunan infrastruktur di Indonesia antara awalnya mengalami pro dan kontra dalam
lain sulitnya pembebasan lahan, kapasitas kalangan masyarakat Madura. Ada
SDM dan kelembagaan yang masih lemah, tata kekhawatiran nilai-nilai dan jaringan yang akan
kelola pemerintah yang buruk, dan minimnya masuk dapat merusak pola tatanan sosial, pola
pembiayaan. pikir dan kapasistas sumberdaya masyarakat
Semakin baik keadaan infrastruktur suatu setempat. Oleh sebab itu, perlu pemahaman
daerah, semakin baik pula pengaruhnya dan analisis yang sistematis terkait harapan
terhadap keadaan ekonomi. Jika memiliki peningkatan sektor perekonomian masyarakat
infrastruktur yang bagus, bisa dipastikan Madura dengan kondisi sumber daya manusia
sebuah daerah memiliki keadaan ekonomi yang yang tersedia disana. Pembangunan jembatan
kuat.Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan Suramadu jelas akan mempermudah akses
ekonomi suatu negara tidak dapat dipisahkan transportasi dari Surabaya ke Madura. Namun
dari ketersediaan infrastruktur seperti pembangunan jembatan ini pasti akan
transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan membuat perubahan secara bertahap terhadap
energi. sektor perekonomian, sosial, budaya
Kota Surabaya dan pulau Madura adalah masyarakat Madura, diantaranya (1) mobilitas
dua kawasan ekonomi potensial namun penduduk Jawa ke Madura, (2) bertambahnya
berkembang secara tidak berimbang. Kondisi pemukiman baru di area Madura, (3)
Kepulauan Madura sangat berbeda dengan kekhawatiran tersingkirnya dominasi
kondisi Kota Surabaya yang lebih ramai dan masyarakat asli Madura, (4) berdirinya industri
padat dengan aktivitas perdagangan dan dan pabrikan di Madura, (5) kesenjangan sosial
perindustrian yang tinggi. Masalahnya hanya antara masyarakat asli Madura dengan
satu yaitu kesejahteraan hidup, bahkan pendatang , dan (6) kebudayaan dan moralitas
perkembangan perekonomian masyarakat masyarakat Madura (khusus sekitar jembatan
Madura tergolong rendah bila dibandingkan Suramadu) terancam menurun.
dengan daerah lainnya se-Jawa Timur. Beberapa kemungkinan dampak negatif
Disparitas laju pertumbuhan ini menjadi lebih tersebut harus menjadi perhatian serius
tajam apabila dibandingkan dengan wilayah pemerintah provinsi Jawa Timur dan
Gerbang Kertasusila. Nilai Pendapatan pemerintah daerah Kabupaten Bangkalan untuk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Madura pada bisa merencanakan pembangunan berkala
tahun 2002 adalah Rp 8,2 Triliun, sedangkan yang akan meningkatkan kesejahteraan
wilayah Gerbang Kertosusila telah mencapai masyarakat Madura khususnya, tanpa
Rp. 64,5 triliun. Artinya nilai PDRB wilayah mengurangi identitas dan nilai budaya asli
Gerbang Kertosusila telah mencapai hampir 10 Madura. Salah satu peran kontrol masyarakat
kali lipat dari Madura.Ketidakcukupan akses khususnya akademisi terkait kebijakan
yang dialami oleh masyarakat Madura paling infrastruktur pemerintah daerah adalah dengan
tidak bisa dijadikan tolok ukur bahwa selama ini mengkritisi dan memberikan masukan yang
potensi modal sosial dan modal manusia juga membangun kebijakan pemerintah dengan

3
bukti empiris yang dapat dipertanggung daerah pasca beroperasinya jembatan
jawabkan. Suramadu.
Berdasarkan paparan latar belakang
diatas, maka perlu diadakan penelitian ini
sebagai salah satu kontribusi untuk mengkaji
dan merumuskan strategi kebijakan pemerintah

B. Kebijakan Publik sebagai Formulasi dan Implementasi

Dalam perspektif hukum, kebijakan publik Implementasi kebijakan publik tidak


dijelaskan James E. Anderson (1978) sebagai hanya berkorelasi dengan mekanisme
perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, operasional kebijakan kedalam prosedur-
instansi, Nugroho (2003) menyatakan bahwa prosedur birokrasi, akan tetapi juga sangat
kebijakan dapat berbentuk peraturan-peraturan terkait dengan masalah konflik pengambilan
pemerintah yang tertulis dalam bentuk suatu keputusan serta bagaimana kebijakan
peraturan perundang-undangan.Oleh karena tersebut mampu diperoleh oleh kelompok-
itu, kebijakan dapat disebut sebagai hukum kelompok sasaran. Berkaitan dengan ini
dalam arti luas, jadi kebijakan dapat berbentuk Bardach yang dikutip (Parsons, 2006:472)
“sesuatu yang mengikat dan memaksa”. menegaskan implementasi menurutnya adalah
Formulasi kebijakan merupakan tahapan sebuah permainan tawar-menawar, persuasi,
pengusulan rumusan kebijakan melalui inisiasi dan manuver didalam kondisi
dan penyusunan usulan kebijakan melalui ketidakpastian.Aktor implementasi bermain
organisasi perencanaan kebijakan, kelompok untuk memegang kontrol sebanyak mungkin,
kepentingan, birokrasi pemerintah, presiden dan berusaha memainkan sistem demi
dan lembaga legislative (Dye dalam Widodo, mencapai tujuannya sendiri.
2007:17). Sedangkan Bintoro Cokroamidjojo Proses implementasi tidak hanya
yang mengikuti pemikiran Anderson dalam menyangkut kinerja badan-badan administratif
(Islami,2004:24) menyatakan bahwa yang bertanggungjawab untuk melaksanakan
pembentukan kebijaksanaan atau policy program dan menimbulkan kepatuhan dari
formulation sering juga disebut policy making kelompok sasaran, melainkan juga menyangkut
meliputi banyak pengambilan keputusan, jadi jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial
apabila pemilihan alternatif keputusan yang baik secara langsung maupun tidak
dilakukan secara terus menerus dan tidak langsung mempengaruhi perilaku semua pihak
pernah berhenti disebut perumusan yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh
kebijaksanaan. terhadap dampak baik yang diharapkan
Tahapan formulasi ini merupakan tahapan yang (intended) maupun yang tidak diharapkan
penting untuk menetukan tahapan yang (unintended negative effect). Dalam
selanjutnya pada proses kebijakan publik. melaksanakan sebuah kebijakan diperlukan
Bilamana formulasi kebijakan ini tidak disusun beberapa langkah dalam implementasi
secara baik terdapat kemungkinan pada proses kebijakan publik, Soenarko (2005:187-191)
implementasi juga akan tidak baik bahkan yang mengungkapkan tentang langkah-langkah
lebih ekstrim hasil formulasi tidak dapat dalam implementasi kebijakan yaitu
diimplementasikan. Pada tahap perumusan interpretation, organization, dan application.
kebijakan setidaknya terdapat empat macam Implementasi kebijakan tidak akan selalu
kegiatan yang harus dilalui antara lain problem berhasil, ada beberapa penghambat
indentification, agenda setting, policy problem keberhasilan implementasi kebijakan. Hogwood
formulation, dan policy design. dan Gunn dalam Wahab (2005:61-62) membagi

4
pengertian kegagalan kebijakan dalam dua implementation (implementasi yang tidak
kategori, yaitu non implementation (tidak berhasil).
terimplementasikan) dan unsuccessful
C. Analisis Dampak Sosial Ekonomi dalam Dimensi Kebijakan Pembangunan Infrastruktur
Fisik Daerah

Quade (1975) dalam Abdul Wahab (termasuk tentunya yang fundamental) pada
(1999:60) mengemukakan bahwa analisis umumnya memanfaatkan berbagai macam
kebijakan merupakan upaya penelitian evaluatif konsep yang berasal dari berbagai disiplin,
(evaluative research) yang cermat sebelum misalnya ilmu politik, sosiologi, ilmu ekonomi,
pilihan-pilihan kebijakan (policy choice) dan psikologi dan antropologi.
langkah-langkah untuk mencapai tujuan Dalam menganalisis kebijakan khusus
(course of action) ditetapkan. Dye (2005:5-6) (specific policy area) seperti kebijakan
mengemukakan, ada beberapa hal yang dapat infrastuktur, seorang analis tentu tidak bisa
dipelajari dalam proses analisis kebijakan, lepas dari dari ragam permasalahan sosial
diantaranya description, causes dan ekonomi. Hal ini pernah digambarkan oleh
consequences. Analisis kebijakan dalam Boyle (1996) seperti bagan berikut:
upayanya memecahkan masalah sosial

Social
Economy Sphere
Policy
intent
Environment

Economy
Social
Policy
Impacts

Environment
Policy application

Target Group Decisions

Gambar 1 The Policy Cycle (Boyle et.al, 1996 dalam Pinter, 2004:10)

Disini peneliti sebagai analis kebijakan dituntut dan analisa dampak permasalahan fisik dan
untuk bisa memetakan dan mengelola ragam non fisik yang dilakukan peneliti, paling tidak
fakta, nilai-nilai dan tindakan yang harus melalui dua sisi (double loop) secara
memengaruhi proses kebijakan pembangunan berimbang dan komprehensif.
jembatan Suramadu. Proses penyajian data

D. Peran Penting Human Capital dan Social Capital dalam Pembangunan

Human capital dan social capital adalah seberapa besar human capital dan social
dua aspek penting dan mendasar yang harus capital yang dimiliki (Suwandi, 2010).
dimiliki oleh sebuah negara untuk bisa maju. Setidaknya ada sejumlah pilar modalitas
Juergen Habermas, seorang tokoh sosiolog nasional yang dimiliki Indonesia yaitu kekayaan
kontemporer meyakini bahwa kemajuan suatu alam, modal sosial (social capital) dan
komunitas masyarakat ditentukan oleh berkembangnya tatanan demokrasi negara.

5
Teori modal sosial bersumber dari hasil kapasitas masyarakat untuk menangkap
kerja tiga orang penulis (O’Brien, 2005:3-10), permasalahan sosial dan ekonomi.
yaitu James Coleman, Robert Putnam dan Menurut Bourdieu (1986: 248 dalam Bexly
Pierre Bourdieu.Secara khusus, Coleman et al, 2007:20) modal sosial adalah seluruh
tertarik pada hal di mana ketersediaan modal sumber daya potensial yang terkait dengan
sosial mempengaruhi akumulasi modal hubungan jaringan yang telah lama melembaga
manusia. Menurut Coleman, modal sosial itu dan diakui anggota kelompok.Bourdie percaya
ada dalam struktur kerjasama antara individu- modal sosial dijalankan sebagai sebuah alat
individu dan sebagian besar tidak tersentuh reproduksi budaya yang menjelaskan
(intangible). Potensi tersebut disadari memiliki terjadinyapembagian kelas sosial dan
kapasitas (fisik dan modal manusia) untuk ketidaksetaraan kekuasaan.Pada konteks lebih
memudahkan individu-individu beraktivitas luas lagi yaitu negara, perbedaan akses modal
dengan produktif.Konsep modal sosial ini ekonomi dan budaya antar daerah secara tidak
dipresentasikan sebagai suatu prasyarat untuk langsung juga telah membangun sekat
mengenalkan modal manusia (human capital) perbedaan daerah kaya dan daerah miskin
melalui nilai-nilai yang telah lebih dulu ada. sehingga menyebabkan ketimpangan akses
Menurut Putnam, modal sosial terdiri dari pembangunan.
tiga komponen diantaranya kewajiban moral Masyarakat yang memiliki modal sosial
dan norma-norma, nilai-nilai sosial (terutama tinggi cenderung bekerja secara gotong royong,
kepercayaan/trust), dan jaringan sosial. merasa aman untuk berpendapat dan mampu
Ancaman bagi kapasitas produktif berasal dari mengatasi perbedaan-perbedaan. Sebaliknya,
perubahan gejala sosial yang ditunjukkan oleh pada masyarakat yang memiliki modal sosial
beberapa kemunduran koordinasi dan rendah akan tampak adanya kecurigaan satu
kerjasama, melonggarnya ikatan individu dan sama lain, munculnya disparitas antar
kelompok, serta menurunnya kepercayaan kelompok, tidak adanya kepastian hukum dan
sosial (social trust) dan hubungan antar keteraturan sosial. Maka tidak salah, bila
masyarakat.Oleh karena itu, Putnam membuat human capital adalah kunci utama menuju
mata rantai diantara level civic engagement dan terciptanya social capital.

E. Pembangunan Jembatan Suramadu: Skenario Gerbang Industrialisasi Berbasis Potensi


di Madura

Bagi pemerintah pusat maupun daerah, salah satunya adalah dibangunnya Jembatan
infrastruktur merupakan salah satu pengeluaran Suramadu sebagai sarana penghubung
pembangunan terbesar disamping pendidikan Surabaya dan Madura.
dan kesehatan.Alokasi belanja publik yang Pulau Madura adalah salah satu dari
dilakukan untuk infrastruktur harus mampu sekian banyak wilayah di Indonesia yang
menstimulasi tumbuh dan terdistribusinya dipandang memiliki nilai ekonomi tinggi namun
ekonomi masyarakat serta mampu mendorong belum tergali potensi alamnya secara
investasi serta ekspor sehingga infrastruktur optimal.Dari aspek kewilayahan, banyak sekali
dapat dipergunakan sebesar-besarnya bagi lahan yang relatif belum dimanfaatkan secara
kemakmuran rakyat.Sejumlah upaya kini maksimal untuk investasi transportasi laut dan
secara gradual telah dilakukan pemerintah zona ekonomi ekslusif.

F. Dampak Sosial Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat Surabaya-


Madura

Kapasitas infrastruktur wilayah pulau Jawa Timur sebagai contoh dalam Rencana
Madura relatif lebih rendah dari wilayah Tata Ruang Propinsi Jawa Timur 2011

6
digambarkan bahwa sistem jaringan jalan budaya antara masyarakat Jawa di sisi
lintas utara dari Bangkalan – Sampang saat ini Surabaya dengan masyarakat Madura di sisi
berstatus jalan provinsi, lintas tengah – selatan pulau Madura itu sendiri. Selain itu, arus
di Bangkalan – Sampang, Pamekasan dengan informasi yang cepat dapat menimbulkan
Sumenep sebagai jalan nasional, serta lintas konflik sosial, dikarenakan tidak adanya filter
selatan dari Bangkalan – Sampang sebagai yang mampu menyaring informasi yang
jalan kabupaten. Pelebaran jalan harus masuk.Norma dan sanksi yang efektif,
menjadi prioritas karena untuk masa merupakan salah satu alat yang bisa digunakan
mendatang wilayah Madura akan menjadi untuk mengatasi konflik-konflik sosial yang
wilayah yang ramai dilalui berbagai jenis mungkin terjadi di suatu daerah. Konflik sosial
kendaraan. Proses pelebaran jalan tentu saja dapat juga muncul akibat dari adanya
dalam prosesnya tidak akan mudah karena kepentingan-kepentingan tiap kelompok
akan ada sebagian tanah masyarakat yang masyarakat yang bersinggungan dengan
akan terkena dampak. Perlu sosialisasi yang mereka. Seorang pemimpin daerah harus bisa
jelas serta kompensasi yang sesuai sehingga mempertemukan antara kepentingan
tidak menimbulkan konflik berkepanjangan masyarakatnya dengan kepentingan-
yang nantinya akan menghambat kepentingan lain diluar seperti kepentingan dari
pembangunan. Proses pembangunan juga sektor swasta mupun kepentingan pemerintah
harus di dukung dengan peraturan perundang- pusat. Pemerintah pusat maupun pemerintah
undangan yang jelas dan tidak merugikan daerah sebgai pemilik kewenangan juga harus
masyarakat atau siapa pun. mendukung terciptanya pemerataan
Rencana tata ruang wilayah Provinsi pembangunan yang adil sehingga tidak
Jawa Timur menyebutkan bahwa nantinya menimbulkan kecemburuan sosial.
Bangkalan yang notabene adalah kawasan Kecemburuan sosial sebagai
pertanian dan perikanan akan menjadi bagian penyebab konflik dapat dihindari jika
dari perkotaan Metropolitan. Rencana tersebut pemerintah selalu konsisten untuk menciptakan
berarti akan menyebabkan banyaknya kebijakan-kebijakan yang memperhatikan
pengalihfungsian lahan di wilayah Bangkalan. kesejahteraan masyarakat yang tertinggal,
Sektor industri yang dibangun sesuai dengan terutama masyarakat Madura. Pemerintah
karakteristik daerah pasti akan mendapat bersama masyarakat juga harus bekerja sama
dukungan dari masyarakat sehingga untuk mengembangkan kegiatan sektor
meminimalisir penolakan dari masyarakat. produktif pada masing – masing kawasan yang
Dye (2005:5-6) mengemukakan, ada didukung oleh potensinya dan mempunyai
beberapa hal yang dapat dipelajari dalam pengaruh kuat terhadap pengembangan
proses analisis kebijakan, yaitu description, wilayah sekitarnya. Jika antar kawasan dapat
causes dan consequences. Mengacu pada saling mendukung, maka akan tercipta suatu
pemaparan Dye sebelumnya, rangkaian ikatan yang kuat untuk saling memberikan
kebijakan pasti menemui dampak yang semula keuntungan bagi setiap wilayah dan
belum tentu bisa diprediksi.Dampak kebijakan menciptakan kebersamaan dalam suatu
dapat dilihat dari ada atau tidaknya perubahan tatanan masyarakat yang berbeda-beda.
sikap dari masyarakat setelah kebijakan Masyarakat Madura harus bisa
tersebut diimplementasikan atau dapat juga mengawal perubahan dalam setiap
dilihat dari perubahan kondisi masyarakat. perkembangan daerah agar perubahan yang
Pada saat kebijakan pembangunan terjadi di Madura mengarah pada perubahan
jembatan suramadu dilaksanakan, sangat yang positif. Mudahnya akses masyarakat
potensial menimbulkan konflik sosial baik Madura ke Surabaya ini tentu saja
vertikal maupun horisontal. Dalam proses menimbulkan dua hal yang mungkin
pembangunan jembatan Suramadu terjadi terjadi.Pertama, masyarakat Madura menjadi
pencurian oleh pihak-pihak yang tidak “metropolis centris”. Artinya, masyarakat
bertanggung-jawab. Pengawasan yang Madura cenderung berkiblat pada Surabaya
dilakukan secara sepihak oleh proyek dalam hal gaya hidup, pola konsumsi maupun
Suramadu, tanpa mengikutsertakan penampilan. Kedua, sebagai akibat
masyarakat nelayan di kaki wilayah jembatan kemungkinan pertama maka akan terjadi
Suramadu dirasakan belum sempurna.Konflik proses adapatasi dan pembentukan budaya
juga terjadi karena perbedaan suku serta baru masyarakat Madura karena masuknya

7
investor-investor yang mengembangkan Madura sebagai nilai luhur yang sudah
simbol-simbol kota besar seperti mall, pasar tertanam dalam jiwa masyarakat Madura.
swalayan, salon-salon kecantikan, dan resto Banyaknya informasi yang masuk
fast food maupun bentuk-bentuk budaya lain serta persaingan dengan sumber daya manusia
seperti konsumsi terhadap hiburan dan dari luar daerah membuat masyarakat Madura
informasi. harus segera meningkatkan kapasitasnya maka
Selain pola hidup yang konsumtif, dari itu pendidikan di daerah Madura harus
potensi perubahan hidup yang mungkin terjadi segera dibenahi. Jika masyarakat Madura ingin
pada masyarakat madura ketika modernisasi segera maju maka mereka harus meningkatkan
masuk ke wilayah madura adalah menurunnya human capital-nya salah satunya dengan
modal mereka tidak memiliki rasa meningkatkan taraf pendidikan namun tetap
ketergantungan terhadap masyarakat menjaga nilai-nilai moral serta norma adat
disekitarnya dan menjadikan masyarakat lebih istiadat.
individualistik. Modernisasi dalam beberapa hal Selain dari perubahan akan
juga dapat melunturkan nilai-nilai agama. perekonomian dearah dan masyarakat serta
Mayoritas penduduk di pulau kemungkinan akan asimilasi budaya, hal yang
Madura yang beragama Islam merupakan paling penting dari adanya jembatan Suramadu
salah satu keunggulan bagi masyarakat adalah perubahan pola pikir masyarakat
Madura sebagai filter untuk menyaring budaya Madura. Masyarakat Madura harus
yang buruk dari luar. Nilai-nilai tersebut harus mempertahankan pola pikir yang baik.
dipertahankan oleh masyarakat di pulau

G. Dampak Ekonomi Pembangunan Jembatan Suramadu terhadap Masyarakat Surabaya-


Madura

Pembangunan jembatan Suramadu yang kabupaten yang tertinggi income per kapitanya
menjadi Big Project pengembangan adalah Kabupaten Bangkalan, Sumenep,
pemerataan Ekonomi lokal di wilayah Jawa Pamekasan, dan Sampang.
Timur dan Madura, jelas memiliki dampak yang Setelah dibangunnya jembatan Suramadu
nyata saat ini terhadap perkembangan ekonomi ternyata Kabupaten Sumenep merupakan
masyarakat sekitar jembatan Suramadu. kabupaten yang memiliki kawasan pemukiman
Dampak ekonomi yang cepat terlihat tumbuh terluas dibanding 3 kabupaten lainnya. Akan
dan berkembang memang berada disekitar tetapi kalau melihat perbandingannya terhadap
wilayah pembangunan jembatan tersebut pada luas areal lahan yang tersedia, Kabupaten
aspek peningkatan pendapatan masyarakat, Bangkalan yang mengalami pertumbuhan
produktivitas dan pola hidup konsumtif, kawasan pemukiman lebih pesat dibandingkan
keterbukaan lapangan kerja dan peningkatan dengan 3 kabupaten lainnya.
level kesejahteraan masyarakat. Keempat hal Pembangunan ekonomi pada
tersebut adalah beberapa dampak dasarnya merupakan usaha masyarakat dalam
perkembangan ekonomi yang signifikan terlihat mengembangkan kegiatan ekonomi dan
pada perubahan di masyarakat sekitar meningkatkan produktivitasnya. Pertumbuhan
pembangunan jembatan Suramadu. ekonomi dengan meningkatkan produktivitas
Sebelum dibangunnya Jembatan ekonomi memang merupakan bentuk
Suramadu, secara berturut-turut kabupaten pembangunan ekonomi yang dianalisis secara
yang tertinggi income per kapitanya adalah meluas. Dimana pembangunan dan
Kabupaten Bangkalan, Sumenep, Sampang, pertumbuhan ekonomi didapatkan dari hasil
dan Pamekasan. Jika income per kapita peningkatan semua modal ekonomi yang dapat
dibandingkan dalam keadaan dengan dan mencakup infrastruktur transportasi, human
tanpa jembatan Suramadu, maka income per capital, dan modal sosial lainnya.
kapita rata-rata per tahun di Bangkalan adalah Dengan adanya pembangunan jembatan
akan bertambah sebanyak 93,63%, Suramadu tentu peningkatan produktifitas
Pamekasan (48.68%). Sampang (42,57%) dan ekonomi penduduk yang terlihat bukan hanya
Sumenep (20,03%). Sesudah dibangunnya dari perubahan mata pencaharian, namun juga
jembatan Suramadu, secara berturut-turut dikarenakan dengan adanya jembatan

8
Suramadu menyebabkan mobilitas penduduk PKL di tahun 2009 untuk Kabupaten
dari Madura ke Surabaya maupun sebaliknya Bangkalan.
berjalan efektif dan efisien yang menyumbang Banyaknya tenaga kerja yang berada
percepatan pembangunan dan pertumbuhan disekitar wilayah Surabaya dan Madura jelas
ekonomi disisi Madura jauh lebih signifikan. membuka peluang bagi beberapa pelaku usaha
Pertumbuhan penduduk dan tenaga maupun pelaku ekonomi baik dalam skala kecil
kerja, secara tradisional dianggap sebagai maupun besar untuk membuka lapangan kerja
faktor positif yang dapat merangsang baru yang potensial. Melihat pada kondisi
pertumbuhan ekonomi.Manfaat langsung dari tenaga kerja pada awal pembangunan
keterbukaan kesempatan kerja sudah langsung Jembatan Suramadu, penduduk usia kerja di
terasa ketika pertama kali Jembatan Nasional wilayah Surabaya yaitu sekitar 67.000 orang
Suramadu dibuka.Diantaranya adalah dan sisi Madura sekitar 11.000 orang. Dari
tumbuhnya aktivitas perekonomian sektor penduduk angkatan kerja yang berada di
perdagangan yang berada di sekitar jembatan wilayah Surabaya, yang belum mendapatkan
Suramadu.Sebagai contoh adanya aktivitas pekerjaan (pengangguran) mencapai sekitar
PKL di sekitar kaki jembatan Suramadu. 3.500 orang dan di sisi Madura mencapai
Berdasarkan fakta di lapangan bahwa PKL di sekitar 2.800 orang.
kaki Jembatan Suramadu mencapai sekitar 510

H. Dampak Infrastruktur Fisik Sejak Pembangunan Jembatan Suramadu

Pembangunan infrastruktur yang lahan berkisar Rp 30.000,-/m² sebelum


dilakukan oleh pemerintah pusat maupun dioperasionalkan jembatan, sekarang sudah
daerah dalam beberapa kebijakan mencapaiRp 500.000,- m², dengan pembeli /
pembangunannya jelas dapat mendorong investor dari luar Madura.
pembangunan dan pertumbuhan Hasil penelitian yang dilakukan oleh
ekonomi.Salah satu usaha yang dapat Wisnu Sasongko menyatakan bahwa banyak
dilakukan adalah melalui pembangunan terjadi perubahan terhadap tatanan, bentuk,
infrastruktur fisik.Semakin baik kondisi dan struktur perumahan dan permukiman
pengadaan maupun pembangunan Madura akibat derasnya pembangunan yang
infrastruktur, semakin baik pula pengaruhnya terjadi dan juga hasil pengamatan yang pernah
terhadap keadaan ekonomi. Oleh karena itu dilakukan oleh Johan silasdi Surabaya
Infrastruktur merupakan urat nadi pinggiran (Klampis Ngasem, Rungkut,
perekonomian, yang menentukan lancar atau Ketintang, Sidosermo – dulu pinggiran)
tidaknya kegiatan perekonomian. menyebutkan bahwa permukiman masyarakat
Daerah Madura merupakan salah satu Madura ada yang bagian – bagian tertentu
wilayah di Indonesia yang memiliki nilai yang hilang seperti gandok dan lumbung, serta
ekonomi tinggi namun belum tergali potensi halaman tanenannya telah diisi dengan rumah
alamnya dan sumber daya manusia secara baru,sehingga sudah tidak mudah dikenali
optimal. Dengan tingkat mobilitas penduduk, kembali (Silas, J, 1974).
pelaku ekonomi maupun pergerakan barang Keberadaan permukiman sebagai bagian
dan jasa diperkirakan akan semakin bertambah dari eksisting daerah pengembangan di
cepat dan banyak dengan dibangunnya kawasan kaki jembatan Suramadu sisi Madura
beberapa infrastruktur penunjang seperti sangatlah penting karena sebagai kawasan
sarana transportasi dan mobilitas ekonomi strategis dan juga dapat mendorong sebagai
lainnya. kawasan menuju peningkatan kualitas
Pasca dioperasikannya jembatan kehidupan. Jembatan Suramadu juga
Suramadu ini telah memberikan dampak yang merupakan generator perkembangan wilayah
sangat besar terhadap perkembangan kawasan yang nantinya akan mempunyai pengaruh
di sekitarnya. Indikasi perkembangan tersebut besar terhadap wilayah sekitarnya.
bisa dilihat dengan meningkatnya permintaan Adanya peningkatan jumlah penduduk kaki
lahan, harga lahan serta tumbuhnya jembatan Suramadu (Kabupaten Bangkalan)
permukiman dan sektor informal pada kawasan sebesar 59,30% sehingga perlu diimbangi
sekitar jembatan Suramadu. Semula harga dengan penyediaan infrastruktur khususnya di

9
Kabupaten Bangkalan seperti sarana dan wacana media, Telkom telah mengembangkan
prasarana pendidikan, perdagangan, tempat jaringan internet di pulau Madura dengan
wisata / rekreasi, taman, dan fasilitas publik konsep kabel fiber sebagai upaya peningkatan
lainnya sebagai bentuk pemberian fasilitas kualitas SDM (Sumber Daya Manusia).
pelayanan publik yang prima. Berdasarkan

I. Analisis Kebijakan Pembangunan Infrastrukur Fisik: Pengembangan Wilayah Suramadu

Tidak semua masalah publik akan Wilayah Surabaya-Madura, pemerintah propinsi


menjadi agenda kebijakan. Masalah publik Jawa Timur, pemerintah kabupaten / kota pulau
dapat masuk dalam agenda pemerintah dan Madura, dan masyarakat sekitar wilayah
mengusahakannya menjadi kebijakan publiik Suramadu. Semua aktor yang masuk dalam
apabila para pembuat kebijakan memberikan sektor pemerintahan tentu telah dibekali
perhatian serius serta aktif terhadap masalah sejumlah policy instruments yang mana telah
publik tersebut. Namun demikian, masyarakat diatur oleh pemerintah itu sendiri guna
juga harus memiliki political will untuk mengimplementasikan kebijakan. Policy
memperjuangkan permasalahan yang instruments tersebut dapat berupa kemampuan
umumnya mereka hadapi agar menjadi dalam mengakses informasi, melimpahan
permasalahan kebijakan publik. otoritas, pemanfaatan sumberdaya dan
Salah satu sisi kelemahan pembangunan organisasi.
di Indonesia yang diakibatkan oleh adanya Suatu desain kebijakan boleh mendapat
perbedaan laju pembangunan adalah adanya dukungan dari semua aspek yuridis dan
kesenjangan / disparitas pembangunan antar ekonomi politik, akan tetapi apabila dalam
daerah dan antar kawasan.Salah satunya aspek norma dan nilai adat mendapat
disebabkan oleh persebaran sumber daya pertentangan maka kebijakan tersebut akan
manusia (SDM) maupun sumber daya alam berpeluang mempunyai resistensi dan konflik
(SDA) yang tidak merata.Selain itu, terhadap shareholder (Widodo, 2007:75).
keterbatasan infrastruktur pendukung, Masalah yang muncul dari pembangunan
khususnya transportasi dan prasarana / sarana jembatan Suramadu dalam perspektif
permukiman, menyebabkan wilayah atau masyarakat dengan perspektif pemerintah tentu
kawasan tertinggal dan terisolir. memiliki peluang untuk saling berseberangan.
Khusus untuk daerah Propinsi Jawa Indikasi adanya perbedaan perspektif dalam
Timur disparitas juga terjadi antara Surabaya menangkap sebuah permasalahan salah
dan pulau Madura. Kondisi hubungan antara satunya dapat dilihat dari ada tidaknya reaksi
dua daerah yang berbeda tingkat negatif yang muncul setelah sebuah kebijakan
pembangunannya ini jelas dapat menimbulkan diimplementasikan.
dampak negatif sebagai akibat dari polarization Pengkajian terhadap fenomena
effects. Di Jawa Timur, untuk meningkatkan pembangunan ekonomi termasuk di Indonesia,
kesatuan dan keseimbangan wilayah pulau tidak cukup dilakukan hanya dengan bersandar
Madura dengan Surabaya serta sekaligus pada pendekatan ekonomi semata, melainkan
mendorong laju perekonomian Pulau Madura, perlu berangkat dari pendekatan ekonomi
pemerintah pusat dan daerah menilai bahwa politik (political economy approach).
kebijakan yang menjadi prioritas utama untuk Sesungguhnya, perumusan kebijakan
menjawab kesenjangan wilayah adalah pembangunan merupakan proses politik yang
kebijakan pembangunan infrastruktur fisik di melibatkan beragam aktor–mulai dari negara,
daerah terutama di Madura. birokrat, politisi, pengusaha, lembaga swadaya
Dilihat dari sisi keterlibatan stakeholders, masyarakat hingga masyarakat itu sendiri–
ada banyak aktor yang terlibat dalam proyek dengan beragam kepentingan pula, yang
pembangunan jembatan Suramadu mulai dari interaksinya bisa jadi saling berbenturan. Untuk
tahap perencanaan hingga implementasi. mencapai hasil yang maksimal dalam
Diantaranya Kementerian Pekerjaan Umum, mengatasi konflik tersebut, para aktor dituntut
Kementerian Keuangan, Kementerian melakukan berbagai negosiasi dan kompromi.
Perhubungan, Kementerian Energi dan Sumber Sejak awal perencanaan pembangunan
Daya Mineral, PT PLN, Badan Pengembangan infrastruktur wilayah Suramadu, proses tersebut

10
tidaklah berjalan mulus, bisa diterima dengan c. Memperhatikan pembagian urusan
baik oleh masyarakat terutama dari sisi pemerintahan yang menjadi kewenangan
Madura. Mulai dari tahapan pembebasan lahan masing-masing Daerah;
yang bila dilihat dari sudut pandang masyarakat d. Memiliki korelasi dengan pelaksanaan
justru merugikan mereka, dan tidak sesuai Otonomi Daerah dalam arti luas; dan
dengan harga jual beli tanah pada e. Memuat kegiatan-kegiatan yang dapat
umumnya.Lahan pertanian berupa sawah dan mempercepat perkembangan wilayah
ladang masyarakat yang notabene adalah Suramadu serta memperkuat keterkaitan
sumber mata pencaharian sehari-hari harus kawasan dalam wilayah Suramadu.
rela dialihfungsikan demi kepentingan umum. Isu strategis guna mendorong percepatan
Infrastruktur memiliki peran yang pengembangan wilayah Suramadu saat ini
sangat penting dalam sistem perekonomian. adalah kebutuhan pengembangan infrastruktur
Bahkan, kebijakan infrastruktur dapat dijadikan dasar seperti jalan, listrik, air minum,
strategi induk oleh pemerintah, yakni menjadi pengembangan SDM dan pengembangan
lokomotif pergerakan perekonomian. Dalam sifatnya sektoral. Secara ekonomi, pemenuhan
kebijakan pengembangan wilayah Suramadu, kebutuhan tersebut dapat meningkatkan nilai
langkah penetapan rencana induk ini telah produksi, kesempatan kerja dan pendapatan
disusun oleh pemerintah pusat dan daerah masyarakat. Policy output tersebut jelas sangat
melalui Badan Pengembangan Wilayah sesuai dengan karakteristik permasalahan yang
Suramadu (BPWS) berdasarkan Peraturan dihadapi pulau Madura yaitu produktivitas
Presiden Nomor 27 Tahun 2008 jo. Perpres ekonomi yang masih rendah dan kalah
Nomor 23 Tahun 2009. dibanding dengan wilayah lain di Jawa Timur.
Rencana induk (masterplan) Itu sebabnya agenda dan prioritas
pengembangan wilayah Suramadu disusun pembangunan dalam RPJMD Jawa Timur
secara komprehensif dengan 2009-2014 sangat erat kaitannya dengan
mempertimbangkan konteks pengembangan pengembangan wilayah Surabaya dan Madura.
regional; sinergi dengan konsep Pembangunan infrastruktur fisik disekitar
pengembangan pulau Madura dan Kota lahan-lahan pertanian dan perkebunan
Surabaya; sesuai dengan daya dukung potensial yang sebagian besar terkonsentrasi di
lingkungan dan kondisi sosial ekonomi serta kawasan Sampang, Pamekasan dan Sumenep
berprinsip pada: hendaknya disesuaikan dengan karakter
a. Kesatuan sistem perencanaan kawasan pertanian dan perkebunan.Beragam
pembangunan nasional (UU No. 25/2004) fasilitas pendukung juga harus bercirikan
dan sistem penataan ruang (UU No. layaknya pertanian dan perkebunan seperti
26/2007) serta pengembangan kawasan pembangunan irigasi untuk pengairan, sentra
spesifik-pesisir (UU. No. 27/2007); perdagangan hasil pertanian dan perkebunan,
b. Menjamin keterkaitan dan konsistensi pengadaaan moda transportasi/angkutan untuk
antara Perencanaan Pembangunan distribusi hasil pertanian dan lain sebagainya.
dengan Penganggaran;

J. KESIMPULAN

Kesimpulan sementara diambil dari hasil pembahasan sesuai dengan fokus pertanyaan penelitian,
sehingga hasil kesimpulannya adalah sebagai berikut:

Proposisi Implikasi Teoritis


Proposisi minor 1: Konsekuensi adanya jembatan Suramadu Relevan dengan Hudson (1997)
salah satunya adalah adanya perubahan perilaku sosial yang dalam Soemardi (2010) perihal
cenderung dialami oleh masyarakat Madura. Akibat yang hubungan antara perekonomian
ditimbukan dalam berdampak pada peralihan fungsi lahan dan dengan kualitas infrastruktur. Islamy
mata pencaharian, konflik sosial, perubahan perilaku dan dalam lklimiyah (2003) tentang
perubahan pola pikir. Dampak tersebut telah tampak nyata dampak kebijakan. Subejo (2004)
disebagian masyarakat madura. Kharakteristik masyarakat dan Mawardi (2007), tentang modal
madura sebagai masyarakat yang tradisional, religius dan sosial dalam pembangunan.
berwatak keras dapat berpotensi mendorong percepatan Hubermas dalam Suwandi (2010)

11
Proposisi Implikasi Teoritis
pengembangan wilayah Suramadu dan sebaliknya dapat tentang kemajuan suatu komunitas
menghambat perkembangan wilayah Suramadu. Jika pola berhubungan dengan modal sosial.
pengembangan wilayah Suramadu dan Madura pada
umumnya memperhatikan nilai-nilai kharakteristik lokal dan
menguatkan modal sosial maka dampak sosial negatif dan
konflik sosial dari pembangunan dan pengembangan
Suramadu dapat diminimalisir.
Proposisi minor 2: Dampak utama yang diharapkan dari Relevan dengan Quade (1975)
pembangunan jembatan Suramadu adalah adanya dalam Abdul Wahab (1999) tentang
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi pembangunan infrastruktur dengan
di wilayah Madura khusunya. Pengembangan wilayah pertumbuhan ekonomi. Sesuai
Suramadu harus memperhatikan kemampuan masyarakat dengan penelitian terdahulu oleh
lokal madura untuk menerima perubahan. Jika pengembangan Tood Litmen (2010) perihal
wilayah Suramadu didorong untuk mendapatkan dampak pengaruh mobilitas transportasi dan
ekonomi yang positif dan signifikan terhadap masyarakat mobilitas modal perekonomian.
maka kapasitas masyarakat pelaku ekonomi harus
ditingkatkan. Sebab dikhawatirkan pelaku ekonomi tradisional
(masyarakat lokal) akan tergerus dengan pelaku ekonomi
modern yang memiliki konsep, modal dan kebutuhan
sumberdaya manusia yang tinggi.
Proposisi minor 3: Infrastruktur pendukung dan infrastruktur Sesuai dengan penelitian terdahulu
pengembangan investasi di wilayah sekitar Suramadu mutlak oleh Tood Litmen (2010) perihal
ada untuk mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat di pengaruh mobilitas transportasi dan
wilayah Madura. Agar masyarakat tidak gelisah tentang mobilitas modal perekonomian.
ketidakjelasan pembangunan infrastruktur pengembangan Hudson (1997) dalam Soemardi
penunjang lainnya maka pemerintah harus melakukan secara (2010) perihal hubungan antara
masif perihal Masterplan Pengembangan Wilayah Suramadu perekonomian dengan kualitas
baik bentuk pengembangan maupun timeline (jadwal) infrastruktur. Subejo (2004) dan
pengembangan. Sehingga kepercayaan masyarakat tidak Mawardi (2007), tentang modal
semakin luntur untuk mendukung pembangunan wilayah sosial dalam pembangunan.
Suramadu. Selain itu jika pemerintah ingin memudahkan
investasi ekonomi masuk maka kemudahan dan kejelasan
mekanisme investasi harus dikelola dengan bersih tanpa ada
pungutan liar.
Proposisi minor 4: Kebijakan pengembangan wilayah Relevan dengan Peter Katzenstein
Suramadu merupakan tulang punggung keberhasilan harapan dalam Howlett dan Ramesh (1998),
pembangunan ekonomi dan pemerataan pembangunan ki tentang policy network dan actor
wilayah Suramadu. Kebijakan publik harus mampu mewadahi kebijakan. Linebery (1978) tentang
kepentingan masyarakat dan mendapatkan dukungan instrumen kebijakan. Widodo (2007)
masyarakat. Kompleksnya rencana kebijakan pengambangan tentang dukungan nilai dan moral
wilayah Suramadu menuntut adanya sebuah sistem dan pola dalam implementasi kebijakan.
komunikasi kebijakan yang efektif antar semua stakeholders
yang bersinggungan dengan kepentingan pengembangan
wilayah Suramadu. Jika kebijakan pengembangan ini ingin
didukung dan berjalan lancar maka peru adanya pola
komunikasi kebijakan yang jelas dan sekenario perencanaan
(scenario planning) yang diketahui oleh semua stakeholders
pemerintah, masyarakat maupun swasta.

Proposi mayor : Dinilai dari aspek strategi dan keberlanjutan,


bila pembuat kebijakan tidak meletakkan aspek social capital
dan human capital secara institusional dalam proses kebijakan
publik, maka indikasi awal yang akan terjadi adalah
mundurnya koordinasi dan kerjasama, melonggarnya ikatan
individu dan kelompok, serta menurunnya kepercayaan social
yang terjadi antara pemerintah, masyarakat dan juga swasta.
akibatnya, pada tataran tertentu dapat menghambat
masyarakat untuk mendapatkan kesempatan dan
penghidupan yang layak baik secara social maupun ekonomi.

12
Penerapan metode ekonomi pada domain Guna menjawab masalah disparitas
politik atau sebaliknya memiliki nilai relasi yang wilayah ini, kebijakan pembangunan
sangat kuat dalam pembangunan ekonomi saat insfrastruktur fisik adalah jembatan
ini. Masih luasnya disparitas wilayah yang penghubung dalam mengupayakan percepatan
terjadi di Indonesia telah mendorong pembangunan ekonomi seperti di Pulau
pemerintah untuk menjalankan mekanisme Madura.Kerjasama pemerintah, masyarakat
kebijakan pembangunan ekonomi.Kekayaan dan swasta sebagai policy subsystem berperan
alam, modal sosial (social capital) dan sentral menjalankan kebijakan tersebut.Social
berkembangnya tatanan demokrasi di daerah capital yang dimiliki masyarakat ini sangat
juga harus menjadi acuan pemerintah dalam penting untuk membangun kepercayaan
melaksanakan pembangunan ekonomi di pemerintah dan juga dapat menarik pihak
daerah. swasta untuk aktif berinvestasi di daerah.Minat
Social capital dan human capital investor tersebut diharapkan dapat
merupakan elemen integral dalam proses menghasilkan sebuah kerjasama positif antara
pembangunan ekonomi. Begitu eratnya social pemerintah dan swasta (KPS).
dan human capital dalam kehidupan sosial Dalam mengawal proses implementasi
masyarakat secara alamiah akan membentuk kebijakan, policy instruments seperti dokumen
sebuah kepercayaan dan dukungan kepada analisis dampak social, ekonomi dan
pemerintah dalam melaksanakan sebuah lingkungan, analisis potensi dan karakter
kebijakan. Lebih jauh lagi, tatanan demokrasi daerah yang mengacu pada peraturan
juga perlahan tapi pasti akan semakin perundang-undangan harus dapat dijadikan
harmonis. Kehidupan sosial ekonomi dasar/input bagi pemerintah untuk merancang
masyarakat juga semakin berkualitas.Kondisi agenda kebijakan lanjutan. Bila hal tersebut
seperti ini tentu sangat ideal untuk mendorong dapat diindentifikasi dengan baik dan
investasi positif bagi daerah seperti Pulau konfrehensif, harapannya rekomendasi
Madura yang sarat sumberdaya alam potensial kebijakan lanjutan dapat menjawab
namun masih minim dari sisi investasi. permasalahan fisik dan non-fisik di lapangan.

THEORETICAL POLICY SUBSYSTEM


CONCEPT
Masyarakat
EKONOMI POLITIK Human capital
Political Will
Kebijakan Ekonomi
Leadership Social capital
- Pemerintah Pusat
- Pemerintah daerah
- BPWS

Kebijakan Swasta
Pembangunan REKOMENDASI
Disparitas wilayah pembangunan infrastruktur
ekonomi daerah KEBIJAKAN
fisik
PENGEMBANGAN
WILAYAH SURAMADU
Investasi
Sumberdaya
potensial

Analisis dampak KPS


Analisis potensi dan sosial, ekonomi dan Peraturan perundang- (Kerjasama Pemerintah
karakter wilayah lingkungan undangan terkait dan Swasta)

POLICY INSTRUMENTS

Sumber: Diaolah dari Hasil Penelitian, 2012

J. Rekomendasi
Untuk menjaga keberhasilan memperhatikan pemerataan perekonomian dan
pembangunan jembatan Suramadu peningkatan sumber daya alam (SDA). Dapat
berdasarkan indikator tersebut perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

13
a. Peningkatan mutu fasilitas pendidikan 2. Pegembangan fungsi lapangan
Hal ini dikarenakan mutu fasilitas terbang Trunojoyo Sumenep;
pendidikan yang ada saat ini masih 3. Pengembangan pelabuhan Kalianget
kurang, apalagi di daerah pedalaman. di Sumenep;
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan mutu 4. Pengembangan Pelabuhan Tanjung
fasilitas pendidikannya untuk Bumi di Bangkalan;
mempersiapkan SDM di Madura untuk 5. Peningkatan pasokan daya listrik
bersaing di era globalisasi. PLN; dan
b. Pengembangan infrastruktur pendukung 6. Penyediaan sarana air bersih yang
Dengan terealisasinya jembatan memadai bagi pemukiman dan
Suramadu, maka perlu infrstuktur industri
pendukung sehingga nantinya terjadinya c. Persiapan mental masyarakat Madura
pemerataan. Sarana pendukung yang Melalui peningkatan pendidikan agama
bisa dikembangkan diantaranya: dan kebudayaan di sekolah-sekolah.
1. Pelebaran jalan arteri Bangkalan- Supaya generasi muda Madura mampu
Sumenep menjadi 4 jalur; menjaga dan melestarikan budaya lokal
yang ada.
.

Reference:

Abdul Wahab, Solichin. (a).(1999). Analisis Papper Series No. 138. Asean
Kebijakan Publik Teori dan Praktek. Development Bank.
Malang: PT. Danar Mitra Inc Penerbit Biemo W. Soemardi. Reini D.
Brawijaya University Press. Wirahadikusumah. (2010). Kebutuhan
----------------------------------- (b). (2001). Analisis dan Tantangan Pendidikan Infrastruktur.
Kebijakasanaan: Dari Formulasi ke Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB:
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bandung
Jakarta: Bumi Aksara Boediono. (2008). Dimensi Ekonomi-Politik
----------------------------------- (c). (2005). Analisis Pembangunan Indonesia. Jurnal
Kebijaksanaan (Dari Formulasi ke Keuangan Publik Vol. 5, No. 1, Oktober
Implementasi Kebijaksanaan Negara). 2008 Hal 1 – 17.
Jakarta: Bumi Aksara. Bogdan dan Taylor. (1992). Pengantar Metode
Abidin, Said Zainal. (2005). Analisis Kebijakan Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan
Publik Dalam Pembangunan Daerah. Fenomenologis Terhadap Ilmu-Ilmu
Majalah Perencanaan, Januari 2005. Sosial, Penerbit Usaha Nasional,
Bappenas: Jakarta Surabaya.
Agustino, Leo. (2006). Politik dan Kebijakan Bungin, Burhan. (2006). Metodologi Penelitian
Publik, cetakan pertama, Puslit KP2W Kualitatif, Kencana Prenada Media
Limlit Unpad, Bandung. Group. Jakarta.
Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Calderón, César and Servén, Luis. (2009). The
Kualitatif. Jakarta. PT. Dunia Pustaka Effects of Infrastructure Development on
Jaya. Growth and Income Distribution.
Balitbang PU. (2009). Pengelolaan Dampak Documentos de Trabajodel Banco Central
Sosial Pembangunan Jembatan de Chile Working Papers.Central Bank of
Suramadu. Pengelolaan Dampak Sosial Chile and Word Bank.
Pembangunan Jembatan Suramadu. Clough, Peter.et al. (2005). Sustainable
Departemen PU. Indonesia Infrastructure: A Policy Framework. Nzier:
Bexley, Emmaline et al. (2007). Social Capital Australia, New Zealand.
in Theory and Practice. The University of Creswell, John W. (1994). Research Design.
Melbourne: Australia Qualitative, Quantitative Approaches.
Bhattacharyay, Biswa Nath. (2009). London. Sage Publication.
Infrastructure Development for ASEAN
Economic Integration. ADBI Working

14
Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti for Land Development Controls. IATSS
Kualitatif, Cetakan Pertama, Pustaka Research Vol.28 No.2. Bangkok.
Setia: Jakarta. Lincoln, Yvanna S and Guba, Egon G. (1985).
Daxbacher, Lucy. (2009). The Poverty and Naturalistic Inquiry. California. Sage
Social Impact Analysis (PSIA) Pilot Study Publications.
in Uganda. PSIA Pilot Study Evaluation Litman, Todd. (2010). Evaluating Transportation
Report. Uganda. Economic Development Impacts. Victoria
Diar, Iwan Nusyirwan. (2009). Pembangunan Transport Policy Institute. 250-360-1560.
Infrastruktur di Tengah Desentralisasi Lofland, John dan Lyn H. Lofland. (1984).
Kebijakan. Kementerian Bidang Otonomi Analizing Social Setting: A Guide to
dan Keterpaduan Pembangunan Daerah Qualitative Observation and Analysis.
Departemen Kimpraswil: Jakarta. Belmont, California. Wads Worth
Dunn, William N. (2000). Analisis Kebijakan Publishing Company.
Publik (Terjemahan). Yogyakarta: Mas’oed, Muchtar. (1997). Politik, Birokrasi dan
PT.Hanindita Graha. Pembangunan, Pustaka Pelajajar,
Dwiyanto, A. (a). (1995). Evaluasi Kebijakan Yogyakarta
Pengentasan Kemiskinan selama PJP 1, Mawardi J,M. (2007). Peranan Social Capital
dalam Setya Dewanto Dkk, (eds), dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Kemiskinan dan Kesenjangan di Volume 3, Nomor 2, Juni 2007. IAIN
Indonesia, Aditya Media: Yogyakarta. RadenIntan Bandar Lampung
Dwiyanto, A. (b). (2007). Reorientasi Ilmu Merlo, Antonio. (2006). Whither Political
Administrasi Publik: dari Government ke Economy? Theories, Facts and
Governance‟, dalam Majelis Guru Besar Issues.University of Pennsylvania.
dan Jurusan Ilmu Administrasi Negara Miles, Matthew B., dan Huberman, A. Michael.
Universitas Gadjah Mada (Eds.), Dari (1992). Analisa Data Kualitatif.
Administrasi Negara ke Administrasi (Terjemahan Tjetjep Rohidi). Jakarta: UI
Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
University Press. Moleong, Lexy J. (2005). Metode Penelitian
Faisal, Sanapiah. (1992). Penelitian Kualitatif, Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Dasar-Dasar dan Aplikasi, Yayasan Asih Morris, Sebastian. (2010). Issues in
Asuh: Jakarta. Infrastructure Development Today: The
Fujimura, Manabu and Adhikari, Ramesh. Interlinkages. Munich Personal RePEc
(2010). Critical Evaluation of Cross- Archive, MPRA Paper No. 24427, posted
Border Infrastructure Projects in Asia. 14. August 2010 /. Indian Institute of
ADBI Working Papper Series No. Technology Kanpur
226.Asean Development Bank. Muharam, Azmi. (2010). Ekonomi Politik
Gaffar, Afan. (1998). Public Policy, State of the Pembangunan I: Demokrasi Dan
Descipline, Models and Proces. Pembangunan Ekonomi.
Yogyakarta. Pasca Sarjana Universitas http://azmuharam.blogspot.com/
Gajah Mada. Nasution, S. (1992). Metode Penelitian
Hakim, Lathif. (2009). Pembangunan Naturalistik Kualitatis. Bandung. Tasito.
Ekonomidalam Design Liberalisme. Pusat Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta:
Studi Ekonomi Kerakyatan UGM: Ghalia Indonesia.
Yogyakarta. Nugroho, Riant, (a). (2003), Kebijakan Publik,
Islamy, M.I. (2004). Prinsip-prinsip Perumusan Formulasi, Implementation, dan Evaluasi.
Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. PT. Gava Media: Jakarta
Jakarta. Nugroho, Riant. (b). (2004). Kebijakan Publik
Kwak, Young Hoon. (2008). Analyzing Asian (Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi).
Infrastructure Development Privatization Jakarta: Elex Media Komputindo
Market. Journal of Construction O’Brien, Stephen. Mairtin Ó Fathaigh. (2004).
Engineering and Management Vol. 128, Bringing in Bourdieu’s Theory of Social
No. 2.George Washington University: Capital: Renewing Learning Partnership
Washington DC. Approaches to Social Inclusion. Paper
Limapornwanitch, dkk. 2009. Zonal Impact presented at the ESAI Annual
Analysis of a Strategic Planning Approach

15
Conference, NUI Maynooth April 1-3, Soenarko. (2005). Public Policy (Pengertian
2004 Pokok untuk Memahami dan Analisa
Parsons, Wayne. (2006). Pengantar Teori dan Kebijaksanaan Pemerintah). Surabaya:
Praktik Analisis Kebijakan (Terjemahan). Airlangga University Press.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Strauss, Anselm., dan Juliet Corbin. (2003).
Pasolong, Harbani. (2007). Teori Administrasi Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif,
Publik. PT Alfabeta Bandung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Patton, Michael Quinn. (1983). Qualitative Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijakan
Evaluation Method. Beverly Hills. Sage Publik. Konsep Teori dan Aplikasi,
Publications. Purtaka Pelajar: Yogyakarta.
Peraturan Presiden No.5 Tahun (2010). Subejo. (2004). Peranan Social Capital dalam
Tentang RPJMN 2010 Pembangunan Ekonomi: Suatu
Public-Private Partnerships for Infrastructure Pengantar untuk Studi Social Capital di
Development. 2007. PPPs in Pedesaan Indonesia. Jurnal Agro
Infrastructure Development: Issues from Ekonomi Vol.11. No.1 Juni 2004 (Hal 77-
different perspectives. Seoul, Republic of 86). Fakultas Pertanian Universitas Gajah
Korea. Mada: Yogyakarta.
Rachbini, Didik J. (2009). Kebijakan Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif
Infrastruktur, Kritis pada Implementasi. dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
http://pwkunpas.wordpress.com/. Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan
Reflay, Rendall B. dan Franklin Grace A. Publik. cetakan pertama, Puslit KP2W
(1987). Policy Implementation and Unpad, Bandung.
Bureaucracy, Second Edition, The Torrens, Anthony. (2009). Economic Impact
Dorsey, Press, chicago, illionis, Analysis of KDP Infrastructure Projects.
Ripley, R. (1985). Policy Analysis in Political KDP Economic Impact Analysis Journal.
Science. Chicago: Nelson-Hall Widodo, Joko. (2007). Analisis Kebijakan
Publishers. Publik, Konsep dan Aplikasi Analisis
Sabatier, A. Paul. (1993). Top-Down and Proses Kebijakan Publik. Banyumedia
Botton-Up Approaches to Implementation Publishing, Malang JawaTimur.
Research, dalam Mitchell Hill, The Polycy Yin, Robert K. (2005). Studi Kasus: Desain
Proses, Harvester Wheatsheaf: New dan Metode. Jakarta. PT Raja Grafindo
York. Persada.

16

Anda mungkin juga menyukai