Anda di halaman 1dari 6

Effective Speaking by Roberto Hutapea

Cara Komunikasi yang Efektif(yang berdampak dan mengubahkan)

1. Who am I?
 Saya adalah anak Allah
 Saya adalah orang yang dipilih oleh Tuhan untuk membawa kabar baik. Dipilih bukan
karena memenuhi kualifikasi tetapi murni karena kasih karunia Tuhan.
 Saya membawa otoritas Ilahi(Duta Kristus)
2. What is my message?
 Bukan pesan “Saya” tetapi “ Yesus “ Apakah yang menjadi pesan Yesus? “KERAJAAN
ALLAH.”(Matius 9:35). Banyak orang pintar berbicara mengenai pribadi Yesus tetapi
tidak menyampaikan apa yang disampaikan oleh Yesus.
 Tidak ada agenda pribadi tetapi agenda Kerajaan Allah. Tuhan Yesus hanya punya satu
agenda, agenda BAPA-Nya.
 Tidak ada pesan sponsor.
3. How to speak?
 “Speak” tidak hanya sekedar berkata-kata. Pintar berkata-kata belum tentu Anda bisa
menjadi seorang pembicara/pengkhotbah yang hebat. Pintar berbicara tidak dapat
menjadi jaminan untuk bisa efektif mempengaruhi orang lain.
 Speak juga mencakup: sikap, suara, gerakan tubuh, gaya bahasa, dll
 Bagaimana Caranya:
1) SUMBER UTAMA dari setiap pesan yang disampaikan adalah FIRMAN
ALLAH/Alkitab. Itulah sebabnya kita harus menghidupi Firman Allah setiap hari.
Mempelajari Alkitab. Gunakan prinsip 4 M(Membaca, Merenungkan,Melakukan
dan Menceritakan)
2) Mengandalkan ROH KUDUS. Yang ditunjukkan dengan kehidupan Doa pribadi yang
konsisten. Percaya bahwa Firman Tuhan berasal dari Allah, sehingga dalam
menyampaikan Firman harus melibatkan Roh Kudus. Berkhotbah/mengajar dalam
kekristenan adalah sebuah pelayanan rohani yang akan menyentuh bagian
mendasar dari manusia yaitu roh-nya.
3) MOTIVASI/TUJUAN UTAMA adalah UNTUK KERAJAAN ALLAH. Untuk membawa
orang berjumpa dengan Tuhan. Ketika orang berjumpa dengan Kebenaran,
berjumpa dengan Tuhan, orang pasti mengalami perubahan. Tidak ada agenda
pribadi. Agenda pribadi hanya akan menghasilkan agenda pribadi/kedagingan
4) BERBICARA DARI HATI. Apa yang disampaikan dari hati akan sampai kepada hati.
Hati menjadi pusat keputusan, emosi manusia. Berbicaralah dari HATI
5) PERHATIKAN HAL-HAL TEKNIS
a. Tentukan tujuan khotbah/mengajar Anda.
- Tujuan yang jelas dan details.
- Tentukan topic/themanya(tidak bertele-tele, mudah dimengerti)
b. Siapa pendengar/jemaat yang akan mendengarkannya. Perhatikan
latarbelakang pendidikan, social budayanya, pekerjaannya, usianya dll. Bila perlu
pelajari sebelumnya.
c. Persiapan pesan/materinya.
- Materinya sesuai dengan tujuan/thema/topic
- Sumber utama materinya adalah ALkitab/Firman Tuhan
- Gunakan referensi lainya untuk mendukung Sumber Utama. Misalnya; Buku-
buku rohani, internet dan kesaksian pribadi Anda sendiri.
- Buatlah Outline/point2 utama dari khotbah Anda.
- Buatlah sepraktis mungkin. Langkah-langkah nyata yang bisa dilakukan saat
itu juga.
d. Berbicaralah secara Personal.
- Perhatikan rangkaian kata/ kalimat yang Anda gunakan.
- Berbicaralah dari hati Anda.
- Berbicara dari posisi mereka.
e. Berbicaralah dengan penuh otoritas.
- Saya adalah pembawa berita dari Allah
- Saya adalah Duta Kristus
- Yakin dengan apa yang Anda sampaikan
- Berbicara dengan TOTAL: perhatikan emosi, gerak tubuh, intonasi suara dan
kreatif(libatkan tubuh, jiwa dan roh)
f. Latihan dan latihan
Pengaturan Suara
Dalam komunikasi, suara berperan sebagai jembatan isi pesan dan maknanya dari satu pihak
ke pihak lainnya.
Kita perlu mengelola suara dengan baik, sehingga memiliki daya tarik bagi pendengar. Suara
yang baik ketika berbicara adalah suara yang ekspresif penuh makna. Pengelolaan suara akan
menyebabkan pendengar tidak jenuh. Sebaliknya, suara yang monoton menyebabkan
pendengar jenuh dan mudah mengantuk.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan suara,


yaitu: volume, tone, clarity, quality, speed and pause.

Volume
Suara akan terdengar dengan baik jika volumenya cukup. Artinya, suara kita dapat diterima
dengan jelas oleh pendengar. Ketika berbicara, kita akan melihat reaksi pendengar. Jika
pendengar terlihat bingung dan menunjukkan konsentrasi penuh untuk mencari-cari sumber
suara, kemungkinan, volume suara kita kurang, sehingga pendengar tidak nyaman.

Tone
Tone berarti nada. Dalam seni berbicara, yang dimaksud tone adalah naik dan turunnya suara.
Suara akan terdengar menarik jika kita menaikkan atau menurunkan nada suara, sesuai
dengan ekspresi, isi pembicaraan, dan makna. Pembicaraan akan monoton jika suara kita
datar; tidak naik dan turun.
Perhatikan juga, agar suara kita tidak sengau atau mendengung ketika berbicara. Walaupun
setiap orang memiliki karakter dan jenis suara tertentu, alangkah baiknya jika kita berusaha
untuk mengatur suara agar memiliki tone yang seimbang dan tidak sengau.

Clarity
Adalah aspek suara yang menunjukkan, “Apakah suara kita jelas atau tidak?”
Kejelasan lafal yang kita ucapkan, akan membantu pendengar untuk menikmati isi dan
makna pembicaraan kita. Clarity merupakan hasil dari artikulasi yang baik dalam
pengucapan. Artikulasi yang baik akan membantu pendengar untuk memahami isi
pembicaraan. Sebaliknya, jika artikulasi tidak jelas, pendengar akan sulit menyimak isi
pembicaraan kita. Artikulasi yang baik juga akan menjadikan pembicaraan kita lebih menarik
dan terlihat profesional.

Quality
Apakah suara Anda hilang di ujung kalimat? Atau, terdengar seperti orang terjepit yang
kehabisan nafas? Jika jawabannya tidak, berarti suara Anda sudah memiliki kualitas yang
cukup.
Quality adalah kriteria suara kita; apakah suara kita memiliki kualitas yang enak untuk
didengar? Terkadang, ada suara yang kurang halus, bergetar, dan terkesan serak. Oleh karena
itu, usahakanlah untuk menjaga kesehatan pita suara dan tenggorokan agar suara yang kita
hasilkan terdengar baik. Selain itu, latihlah suara kita. Mengikuti kursus olah vokal adalah
langkah baik untuk menghasilkan suara yang berkualitas.

Speed and Pause


Dalam berbicara, kita harus memiliki kontrol suara yang bagus. Kontrol pertama, dilakukan
terhadap kecepatan berbicara. Jika berbicara terlalu cepat, pendengar akan kesulitan
menyimak makna pembicaraan kita. Sebaliknya, jika berbicara terlalu lambat akan membuat
pendengar jenuh dan mengantuk. Jadi, yang baik adalah berbicara dengan kecepatan sedang.
Pembicara harus dapat mengatur, kapan harus agak cepat dan kapan lambat. Biasanya, jika
makna/isi pembicaraan tidak terlalu penting dan tidak perlu diingat, pembicaraan kita bisa
lebih cepat. Akan tetapi, jika isi pembicaraa kita merupakan hal yang penting dan perlu
pendengar ingat, pembicaraan kita agak lambat.

Pause artinya waktu yang tepat ketika kita harus berhenti sejenak untuk menarik
nafas. Diam atau jeda ini memberikan kesempatan kepada pendengar untuk mengendapkan
isi dan makna pesan kita, dalam benaknya.
Kiat sederhana melatih agar suara Anda terdengar lebih baik:
1. Berdiri tegak, posisi jangan terlalu rapat.
2. Tangan tergantung biasa dan rileks.
3. Ambil nafas yang dalam, berhitung sampai empat, dan rasakanlah bagaimana ruang
dada Anda mengembang.
4. Bahu tidak diangkat agar tidak mengurangi volume dada.
5. Tarik nafas di paru-paru. Pada hitungan keempat, keluarkan udara melalui mulut.
6. Sebelum berbicara, jangan makan terlalu banyak, karena akan mempersempit paru-
paru sehingga pembicaraan kita tidak maksimal.
5 Hukum Komunikasi Yang Efektif

5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang kami
kembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu
REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah
upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon
positif dari orang lain.

Hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu
yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang
lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus
mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan
seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati,
maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas
kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence
People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah
dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William
James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk
dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda
atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan
tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan
hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari
satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam
membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong
orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang
menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One
Minute Manager.

Hukum # 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh
orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk
mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia
yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to
Understand -
understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust).
Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih
dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun
kerjasama atau sinergi dengan orang lain.

Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap
yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran
(marketing) memahami perilaku konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami
perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan
dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi
dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam
tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun
kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.

Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami
dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada
halangan psikologis atau penolakan dari penerima.

Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan
ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau
mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua
arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan
arus balik dari penerima pesan. Oleh
karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan
kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.

Hukum # 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus
mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan
yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh
penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun
perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat
diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau
sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

Hukum # 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah
kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam
menyiapkan korespondensi tingkat tinggi.
Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan
dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan
sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust)
dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan
pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Hukum # 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan
unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari
oleh sikap rendah
hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita bahas, yang pada intinya antara
lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau
mendengar
dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela
memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita
dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan
dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan
jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.

Anda mungkin juga menyukai