PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum
islam antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak
lain, dalam menerima amanah dalam mengelola dana peserta melalui
kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.
Di Indonesia, perkembangan asuransi juga semangkin berkembang.
Lahirnya perusahaan asuransi syariah didukung dengan besarnya jumlah
penduduk yang beragama islam yang membutuhkan suatu lembaga
keuangan islami sehingga setiap interaksi muamalah yang dilakukannya
sesuai dengan syariah. karena pada dasarnya masyarakat muslim
memandang operasional asuransi konvensional dengan ragu-ragu, atau
bahkan keyakinan bahwa praktek itu cacat dari sudut pandang syari‟at.
Hal ini dikarenakan sejumlah fatwa yang di keluarkan oleh lembaga-
lembaga otoritas fikih menyatakan ketidakbolehan sistem asuransi
konvensional, karena akadnya mengandung unsur riba, spekulasi,
kecurangan, dan ketidakjelasan. Sementara akad perusahaan asuransi
kolektif islam berlandaskan pada asas saling tolong-menolong dan
menyumbang, disamping konsisten memegang hukum dan prinsip syariat
islam dalam keseluruhan aktivitasnya dan tunduk pada mekanisme
pengawasan syari‟at. Asuransi kolektif islam juga tidak menjalankan
jasaasuransi dengan orientasi memperoleh keuntungan (profit oriented)
dan setiap peserta dalam asuransi ini menjadi penangggung sekaligus
tertanggung. Sehingga dengan demikian, akad-akadnya pun bersih dari
segala syarat poin yang bertentangan dengan hukum dan prinsip-prinsip
syariat Islam.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang Tauhid?
2. Bagaimana penjelasan tentang Al-Adl?
3. Bagaimana penjelasan tentang Adz-Dzulm?
4. Bagaimana penjelasan tentang At-Ta’awun?
5. Bagaimana penjelasan tentang Al-Amanah?
6. Bagaimana penjelasan tentang Ridha?
7. Bagaimana penjelasan tentang Riswah?
8. Bagaimana penjelasan tentang Maslahah?
9. Bagaimana penjelasan tentang Khitmah?
10. Bagaimana penjelasan tentang Tathfif?
11. Bagaimana penjelasan tentang Gharar, Riba dan Maisir?
C. Tujuan
1. Mengetahui penjelasan tentang Tauhid
2. Mengetahui penjelasan tentang Al-Adl
3. Mengetahui penjelasan tentang Adz-Dzulm
4. Mengetahui penjelasan tentang At-Ta’awun
5. Mengetahui penjelasan tentang Al-Amanah
6. Mengetahui penjelasan tentang Ridha
7. Mengetahui penjelasan tentang Riswah
8. Mengetahui penjelasan tentang Maslahah
9. Mengetahui penjelasan tentang Khitmah
10. Mengetahui penjelasan tentang Tathfif
11. Mengetahui penjelasan tentang Gharar, Riba dan Maisir
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TAUHID (KETAKWAAN)
Prinsip tauhid menjadi prinsip dasar dalam asuransi syariah. Hal inilah yang
menjadi salah satu poin utama yang wajib dipahami dengan baik. Dalam prinsip
ini, niat dasar memiliki asuransi bukanlah untuk meraih keuntungan semata,
melainkan untuk ikut serta dalam menerapkan prinsip syariah dalam asuransi.1
Hal tersebut perlu dan wajib dipahami dengan baik bagi Anda yang ingin
memiliki asuransi syariah. Sebab asuransi syariah ditujukan untuk saling tolong-
menolong dan bukan sebagai sarana perlindungan semata ketika mengalami
musibah (risiko) di kemudian hari.
1
https://www.cermati.com/artikel/10-prinsip-asuransi-syariah-yang-mencerminkan-nilai-
keagamaan diakses pada tanggal 18-11-2019 ,pukul 20.00 WIB
3
3. Diharamkan berbuat kecurangan, penipuan, dan kebohongan dalam
muamalah.
4. Diharamkan mempertuhankan harta.
B. AL-‘ADL (SIKAP ADIL)
Prinsip kedua dalam muamalah adalah al-‘adl sikap adil. Cukuplah bagi kita
bahwa Al-Qur’an telah menjadikan tujuan semua risalah langit adalah
melaksanakan keadilan . Di dalam asuransi syariah juga terdapat prinsip keadilan
di mana nasabah dan pihak perusahaan asuransi bersikap adil satu sama lain.
Artinya, kedua belah pihak ini harus berkeadilan terkait dengan hak dan
kewajibannya masing-masing. Dengan begitu, tidak ada pihak yang merasa
terzalimi atau dirugikan atas penggunaan produk asuransi tersebut. Implementasi
sikap adil dalam bisnis merupakan hal yang sangat berat baik dalam industri
perbankan, asuransi, maupun dalam bentuk-bentuk muamalah lainnya. Sikap adil
dibutuhkan ketika menentukan nisbah mudharabah, musyawarah, wakalah,
wadiah, dan sebagainya, dalam bentuk bank syariah. Sikap adil juga diperlukan
ketika asuransi syariah menentukan bagi hasil dalam surplus under writing
,penentuan bunga teknik( bunga teknik tidak ada dalam asuransi syariah), dan bagi
hasil investasi antara perusahaan dan peserta. Karena itulah, transparansi dalam
perbankan dan asuransi syariah menjadi sangat penting. Termasuk dalam prinsip
keadilan adalah memenuhi hak pekerja atau buruh. Tidak boleh dalam keadilan
islam, seorang pekerja mencurahkan jerih payah dan keringatnya, sementara ia
tidak mendapatkan upah dan gajinya dikurangi atau ditunda tunda.
C. ADZ-DZULM (KEZALIMAN)
4
Dalam praktek bisnis, proses saling menzalimi mungkin dalam terjadi dalam tiga
hal sebagai berikut.
Nasabah akan terzalimi apabila ada hak-haknya yang dikebiri. Mungkin ini
disebabkan ketidaktahuan atau tidak adanya transparansi dari suatu perusahaan.
pada bagian lain nasabah juga terzalimi hak-haknya jika perusahaan tidak mampu
memberikan servis yang baik sesuai yang dijanjikan sebelumnya. Oleh karena itu,
islam sangat memperhatikan servis/ pelayanan.
Hal ini merupakan alasan mengapa harus bersegera memberikan upah buruh
setelah selesai bekerja jika ia meminta, meskipun ia tidak berkeringat atau
berkeringan tapi sudah kering. Wajib bagi perusahaan untuk memikirkan dan
memperhatikan kebutuhan bagi perusahaan sesuai tenaga dan pikiran yang
diberikan.
5
“Perempuan orang-orang beriman dalam kecintaan, keramahan, dan
kelembutan adalah seperti satu sosok tubuh, bila salah satu anggota tubuh sakit,
maka seluruh tubuh merasakan sakit.” (HR Muslim)
Prinsip keempat yang menjadi landasan etika dalam muamalah secara islami
adalah ta’awun. Ta’awun merupakan salah satu prinsip utama dalam interaksi
muamalah. Ta’awun dapat menjadi fondasi dalam membangun system ekonomi
yang kokoh, agar pihak yang kuat dapat membantu pihak yang lemah, masyarakat
yang kaya memperhatikan yang miskin dan seterusnya.
Ta’awun merupakan inti dari konsep takaful, dimana antara satu peserta
dengan peserta lainnya saling menanggung risiko. Yakni, melalui mekanisme
dana Tabarru’ dengan akad yang benar yaitu Aqd Takafuli atau Aqd Tabarru’.
Islam menyatakan perang terhadap riba demi menghidupkan semangat
ta’awun(tolong-menolong) dan kasih saying, serta adanya kenyataan dalam riba di
mana pemilik modal bisa mengambil keuntungan tanpa kerja dan tidak harus
menderita kerugian. Oleh sebab itu, ekonomi suatu negara harus ditegakkan atas
asas ta’awun dan bukan di atas riba. Perbankan Internasional telah ditegakkan atas
asas tolong-menolong seperti yang diterapkan oleh system masyarakat islam,
maka ia akan menciptakan kenikmatan yang amat besar bagi kemanusiaan.
E. AL-AMANAH (TERPECAYA/JUJUR)
2
Ibid, hlm. 735-737
6
Sebaliknya kebohongan adalah pangkal cabang kemunafikan dan ciri orang
munafik. Cacat pasar perdagangan di dunia kita dan yang paling banyak
memperburuk citra perdagangan adalah kebohongan, manipulasi, dan mencampur
aduk kebenaran dengan kebatilan, baik secara dusta dalam menerangkan
spesifikasi barang dagangan dan mengunggulkannya atas yang lainnya, dalam
memberitahukan harga belinya atau harga jualnya kepada orang lian maupun
tentang banyaknya pemesanan.
Abu bakar mener meneruskan jejak Rasulullah, maka diangktalah zaid bin
tsabit memimpin pengumpulam Al-Qur’an karena ilmunya, mampu
menyimpulkan mana yang paling bermanfaat dan kecerdasannya. Pernah juga
datang kepada Abu Bakar orang yang meminta pekerjaan, tetapi ternyata ia dapati
orang itu tidak cocok, lalu ditolaknya.
Oleh karena itu, tidak heran jika prinsip al-Amanah ini menjadi sangat penting
perannya dalam hidup bermasyarakat dan bermuamalah. Allah mendapatkan
orang-orang yang melakukan bisnis yang disertai sikap amanah dan jujur dalam
derajat yang demikian tinggi.3
Perdagangan itu dilakukan dengan suka diantara kedua belah pihak dan
keuntungan satu pihak, tidak terdiri di atas dasar kerugian pihak yang lain. Para
ahli tafsir, kata maududi, menafsirkannya dua makna, yaitu pertama, janganlah
3
Ibid, hlm. 736-740
7
kamu bunuh-membunuh diantara sesamamu dan yang kedua, janganlah kamu
membunuh dengan tanganmu sendiri.
Prinsip Ridha “suka sama suka” sangatlah penting dalam muamalah. Karena,
tanpa dilandasi dengan keridhaan, maka seluruh akad dalam muamalah menjadi
batal. Dengan demikian, kedudukan prinsip keridhaan sangat fatal dalam akad-
akad yang dibuat dalam muamalah yang dilandasi hokum syariah.
G. RISWAH (SOGOK/SUAP)
4
Ibid, hlm. 740-742
8
Riswah haram hukumnya dalam Islam, karena perbuatan ini dapat merusak
tatanan profesionalisme dalam bisnis. Hak seseorang dalam suatu bisnis bias lepas
disebabkan adanya riswah yang dilakukan oleh pihak lain.
H. MASLAHAH (KEMASLAHATAN)
Agama yang paling dicatai Allah adalah jalan teguh yang toleran (al
Baqarah:143) Ihod Quyyia mengatakan bahwa basis syariat adalah hikmah dan
kemaslahatan nanusia di dunia dan di akhirat. Kemashahatan iní terletak pada
keadilan sempurna, rahrmat, kebahagiaan, dan kebijaksanaan. Apa pun yang
mengubah keahlian menjadi penindasan, rahmat menjadi kesulitan, kesejahteraan
menjadi kesengsaraan, dan hikmah menjadi kebodohan, tidak ada hubungannya
dengan syariat Pada kenyataannya dalam praktik muamalah yang Islami di
Indonesia, disebabkan Lembaga Keuangan Syariah (LKS), haik perbankan
9
Syariah, Asuransi Syariah, reksadana Syariah, Leasing Syariah, Modal Ventura
Syariah Obligasi Syarish dan sebagainya, masih baru dan di lingkungan atau
Negara yang tidak (belun) menerapkan sistem syariah, maka sering menghadapi
sits asd yang sulit Dalam situasi yang seperti ini, Dewan Pengawas Syarialh
(DPS) sering mengeluarkan fatwa dengarn latar belakang dharurah, yang isinya
dalam rangka kemuslahatan Kaidah figih mengatalcan, "Al ashlu fil muamalah al-
ibaahah illa ayyadulla dalilun alaa tahru- Pada dasarnya semua bentuk muamalah
boleh dilakukan kecuali ada dall yang mengharamkannya. "Daaral mafasidi
muqaddamu alaa jalbil mashaalih "Menghindarkan mufsadat/kerusakan atau
bahaya harus didahulukan atas mendatarngkan kermaslahatan." Para ulaina
mendasarkan ketetapannya bahwa segala sesuatu asalnya mubah seperti tersebut
di atas, dengan dalil ayat-ayat Al-Qur'an antara lain, "Dialah Zat yang menjadikan
untuk kantu apa-apa yang ada di brumi ini emuanya"(al Baqarah: 29) Allah) telah
memudahkan untuk kamu apa-apa yang ada di langit dan apa-apayang ada di
bumi semuanya daripada-Nya. "(al-Jaatsiyah: 13) Syaikh al-Qaradhawi" dalam
kitabnya yang sangat terkenal Al-Halal walHaram fil Islamn mengatakan bahwa
kaedah asal segala sesuatu adalah halal. Ini tidak terbatas dalam masalah benda,
tetapi meliputi masalah perbuatan lain dan pekerjaan yang tidak termasuk
daripada urusan ibadah, yaitu yang biasa kita istilahkan dengan muamalah.
Pokok dalam masalah ini tidak haram dan tidak terikat, kecuali yang memang
oleh syar'i telah diharamkan. Adapun soal ibadah tidak boleh dikerjakan kecuali
dengan syariat yang ditetapkan. Allah dan hukum atau muamalah tidak boleh
diharamkan kecuali dengan ketentuan yang diharamkan Allah. Pada bagian lain
Syekh al-Qaradhawi mengatakan bahwa Islam tidak lupa terhadap kepentingan
hidup manusia serta kelemahan manusia dalam menghadapai kepentingannya itu.
10
kebinasaan. Oleh karena itu, sesudah menyebut satu per satu makanan yang diha-
ramkan, seperti bangkai, darah, dan babi, maka Allah berfirman, "Barangsiapa
dalam keadaan terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melewati batas, maka
tiada berdosa atasnya, karena sesungguthnya Allalk Maha Pengampun dan Maha
Belas Kasih.
Dari ayat-ayat ini dan nash-nash lainnya, para ahli fiqih menetapkan suatu
prinsip yang sangat berharga sekali. yaitu keadaan terpaksa membolehkan yang
terlarang. Tetapi ayat-ayat ini pun tetap memberikan suatu pembatasan terhadap si
pelaku (yaitu orang yang disebut dalam keadaan terpaksa) dengan kata-kata ghaira
baaghin walaa aadin 'tidak sengaja dan tidak melewati batas. Ini ditafsirkan bahwa
pengertian tidak sengaja itu maksudnya tidak mele wati batas ketentuan hukum.
Dari ikatan ini, para ulama ahli fiqih menetapkan suatu prinsip lain pula, yaitu
adl-dharuratu tuqaddaru bi qadriha'darurat itu dilkira-kira menurut ukur annya'.
Oleh karena itu, setiap manusia sekalipun dia boleh tunduk kepada keadaan
dharurah, tetapi dia tidak boleh menyerah begitu saja dalam keadaan tersebut.
Tetapi, dia harus tetap mengikatkan diri kepada pangkal halal dengan terus
berusaha mencarinya. Sehingga, dia tidak akan tersentuh dengan haram atau
mempermudah dharurah. Benarlah apa yang dikatakan Allah dalam firman-Nya.
I. KHITMAH (PELAYANAN)
11
mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada customer Karena pela- yanan
(khitmah) adalah salah satu bagian penting dalam muamalah yang Islami.
Jika Anda pernah terbang dengan Singapure Air Line, maka tentu Anda akan
merasakan sentuhan-sentuhan pelayanan optimal yang diberikan oleh pramugari
dan pilot sepanjang perjalanan. Singapure Air Line adalah peru- sahaan Yahudi.
Bandingkan dengan pelayanan yang Anda peroleh ketika naik haji atau umrah
dengan menggunakan pesawat Garuda. Rasakan bagaimana pelayanan yang
diberikan petugas Bandara Jeddah, yang cuek, cenderung meremehkan, tak mau
tahu, dan rasanya begitu mahal senyum di wajah mere ka. Tak tampak lagi sikap
murah hati dan suka menolong yang menjadi ciri khas umat Muhammad saw..
Prinsip-prinsip pelayanan telah direbut orang lain dan tak tampak lagi dalam
bisnis islami atau dalam kepribadian orang orang muslim yang berbisnis. Padahal
bermuka manis, bertutur kata yang santun, melayani orang yang membutuhkan,
adalah perintah Allah. Perhatikan ayat Allah berikut ini.
"Dan sekiranya kamu bersikap keras lagi berbuat kasar, tentulah mere- ka
menjauhkan diri dari sekelilingmu." (Ali Imran: 159)
12
fondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku, dan ia juga merupakan basic
dari jiwa melayani (servis) dalam bisnis. Silat ini sangat dihar gai dengan nilai
yang tinggi, dan bahkan mencakup semua sisi hidup manusia
Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan, peduli untuk
melayani orang lain, dan bersahabat saat melakukan dealing dengan mitra
bisnisnya. Rasulullah telah mengkategorikan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang senantiasa bersahabat dengan orang lain dan orang lain pun dengan
mudah bersahabat dengannya Orang yang tidak memiliki kualitas seperti ini, akan
dijauhkan dari nilai-nilai utama. Dalam salah satu hadits Rasulullah bersabda.
"Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang murah hati/sopan
pada saat dia menjual, membeli, atau saat dia menuntut haknya
1. "Orang yang paling saya cintai di antara kamu adalah orang yang paling
baik perilakunya."
2. "Orang yang pemarah dan berperangai jelek tidak akan pernah masuk
surga.
3. "Sesungguinya orang terbaik di antara kamu adalalt orang yang memiliki.
akhlak yang baik
Salah satu manifestasi dari sikap murah hati adalah menjadikan segala sesuatu
itu gampang dan lebih mudah bagi orang lain dan tidak menjadikan orang lain
dalam kesulitan. Ada suatu istilah yang cukup populer sebagai gam- baran
buruknya pelayanan masyarakat di Indonesia, "Kalau bisa dipersulit, kenapa harus
13
dipermudah." Padahal, seorang muslim tidak diperkenankan berlaku keras dan
kaku dalam melakukan pelayanan kepada orang lain. Al Qur an memerintahkan
kaum muslimin untuk bersikap lunak, rendah hati, dan ramah
Kita juga diperintahkan untuk berlaku adil dan ramah dalam semua ben- tuk
pergaulan sebagaimana diperintahkan untuk menghindari segala tindakan
selkiranya akan menyulitkan orang lain Demikian juga orang yang memberi utang
hendaknya memberikan tambahan waktu bagi yang berutang jika ia tidak mampu
mengembalikan utangnya pada waktu yang ditentukan, dan mungkin juga utang
yang ditangguhkannya bisa dibebaskan jika dia memang betul-betul berada dalam
kesulitan yang mencekik Kedua hal teralkhir yang dijelaskan dalam Al-Qur anul-
Karim, merupakan bagian dari servis dalam dunia bisnis. Melayani dari kesulitan
dan bahkan mem- bebaskannya sama selcali. Itulah konsep servis (pelayanan)
dalam muamalah Islami.
J. TATHFIF (KECURANGAN)
Setiap muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk berlaku adil (jujur),
sebab keadilan yang sebenarnya jarang bisa diwujudkan. Justru itu sesudah
perintah memenuhi timbangan.
14
dibenarkan membuat dua versi laporan, misalnya laporan untuk ke departemen.
Dibuat;ah laporan keuangan yang rugi agar bisa terbebas pajak, atau cadangkan
teknik untuk asuransi dibuat sekecil mungkin sehingga memenuhi ketentuan
solvabilitas departemen keuangan, kelihatannya untung padahal sebetulnya rugi.5
5
Muhammad Yusuf al Qaradhawi, Al Halal wa Al Haram. Op. cit, hlm. 363
15
Istilah lain dari judi adalah spekulasi. Hal ini terjadi dalam bursa saham. Setiap
menitnya selalu terjadi transaksi spekulasi yang sangat merugikan penerbit saham
. Setiap perusahaan yang memiliki right issue selalu didatangi para spekulan.
Ketika harga saham suatu badan usaha sedang jatuh, spekulan segera membelinya
dan ketika harga naik, para spekulan menjualnya kembali atau melepas ke pasar
saham. Hal ini sering membuat indeks harga saham gabungan menurun dan
memburuk perekonomian bangsa.
6
Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik. M.Nur Rianto Al Arif. Bandung: CV Pustaka Setia
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam, jika
dilihat dari segi kebutuhannya tentu umat Muslim di Indonesia
membutuhkan keberadaan lembaga asuransi yang berasaskan syariah,
yang terbebas dari praktik riba, gharar dan maisir, karena masyarakat di
Indonesia membutuhkan lembaga asuransi yang benar-benar memberikan
rasa aman kepada para pesertanya serta terjamin akan kehalalannya.
Berbicara mengenai kehalalan dalam asuransi syariah dimana
asuransi merupakan lembaga keuangan non bank, kita perlu mengetahui
apa saja prinsip-prinsip yang ada dalam asuransi syariah. Sehingga
menjadi dasar atau alas an calon pesera asuransi untuk lebih memilih
asuransi syariah.
B. Saran
Dalam melakukan asuransi alangkah lebih baik kita menggunakan
asuransi syariah karena prinsip-prinsip asuransi syariah sudah
menggunakan prinsip syariah. Karena beberapa landasan syar’I baik dalam
Al-Qur’an, hadits Nabi maupun kaidah fiqih yang mendasari mengapa
asuransi syariah, baik secara pribadi maupun dalam bentuk institusi harus
dilakukan berdasarkan syariah.
17