Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum
islam antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak
lain, dalam menerima amanah dalam mengelola dana peserta melalui
kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.
Di Indonesia, perkembangan asuransi juga semangkin berkembang.
Lahirnya perusahaan asuransi syariah didukung dengan besarnya jumlah
penduduk yang beragama islam yang membutuhkan suatu lembaga
keuangan islami sehingga setiap interaksi muamalah yang dilakukannya
sesuai dengan syariah. karena pada dasarnya masyarakat muslim
memandang operasional asuransi konvensional dengan ragu-ragu, atau
bahkan keyakinan bahwa praktek itu cacat dari sudut pandang syari‟at.
Hal ini dikarenakan sejumlah fatwa yang di keluarkan oleh lembaga-
lembaga otoritas fikih menyatakan ketidakbolehan sistem asuransi
konvensional, karena akadnya mengandung unsur riba, spekulasi,
kecurangan, dan ketidakjelasan. Sementara akad perusahaan asuransi
kolektif islam berlandaskan pada asas saling tolong-menolong dan
menyumbang, disamping konsisten memegang hukum dan prinsip syariat
islam dalam keseluruhan aktivitasnya dan tunduk pada mekanisme
pengawasan syari‟at. Asuransi kolektif islam juga tidak menjalankan
jasaasuransi dengan orientasi memperoleh keuntungan (profit oriented)
dan setiap peserta dalam asuransi ini menjadi penangggung sekaligus
tertanggung. Sehingga dengan demikian, akad-akadnya pun bersih dari
segala syarat poin yang bertentangan dengan hukum dan prinsip-prinsip
syariat Islam.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang Tauhid?
2. Bagaimana penjelasan tentang Al-Adl?
3. Bagaimana penjelasan tentang Adz-Dzulm?
4. Bagaimana penjelasan tentang At-Ta’awun?
5. Bagaimana penjelasan tentang Al-Amanah?
6. Bagaimana penjelasan tentang Ridha?
7. Bagaimana penjelasan tentang Riswah?
8. Bagaimana penjelasan tentang Maslahah?
9. Bagaimana penjelasan tentang Khitmah?
10. Bagaimana penjelasan tentang Tathfif?
11. Bagaimana penjelasan tentang Gharar, Riba dan Maisir?
C. Tujuan
1. Mengetahui penjelasan tentang Tauhid
2. Mengetahui penjelasan tentang Al-Adl
3. Mengetahui penjelasan tentang Adz-Dzulm
4. Mengetahui penjelasan tentang At-Ta’awun
5. Mengetahui penjelasan tentang Al-Amanah
6. Mengetahui penjelasan tentang Ridha
7. Mengetahui penjelasan tentang Riswah
8. Mengetahui penjelasan tentang Maslahah
9. Mengetahui penjelasan tentang Khitmah
10. Mengetahui penjelasan tentang Tathfif
11. Mengetahui penjelasan tentang Gharar, Riba dan Maisir

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TAUHID (KETAKWAAN)

Prinsip tauhid menjadi prinsip dasar dalam asuransi syariah. Hal inilah yang
menjadi salah satu poin utama yang wajib dipahami dengan baik. Dalam prinsip
ini, niat dasar memiliki asuransi bukanlah untuk meraih keuntungan semata,
melainkan untuk ikut serta dalam menerapkan prinsip syariah dalam asuransi.1
Hal tersebut perlu dan wajib dipahami dengan baik bagi Anda yang ingin
memiliki asuransi syariah. Sebab asuransi syariah ditujukan untuk saling tolong-
menolong dan bukan sebagai sarana perlindungan semata ketika mengalami
musibah (risiko) di kemudian hari.

Seorang muslim ketika menjual, menyewa, dan mempekerjakan, melakukan


penukaran dengan yang lainnya dalam harta atau berbagai kemanfaatan, ia selalu
tunduk kepada aturan Allah dalam muamalahnya. Ia tidak akan berusaha dengan
sesuatu yang haram atau riba, penimbunan, zalim, menipu, berjudi, mencuri,
menyuap dan menerima suap.

Allah meletakkan prinsip Tauhid (ketakwaan) sebagai prinsip utama dalam


muamalah. Oleh karena itu, segala aktivitas dalam muamalah harus senantiasa
mengarah para pelakunya dalam rangka untuk meningkatkan ketakwaan kepada
Allah. Inilah bagian dari hikmah mengapa dalam konsep muamalah yang islami
diharamkan beberapa hal berikut.

1. Diharamkan muamalah yang mengandung maksiat kepada Allah, sehingga


yang dihasilkan dari perbuatan maksiat pun diharamkan.
2. Diharamkan menjual barang yang diharamkan.

1
https://www.cermati.com/artikel/10-prinsip-asuransi-syariah-yang-mencerminkan-nilai-
keagamaan diakses pada tanggal 18-11-2019 ,pukul 20.00 WIB

3
3. Diharamkan berbuat kecurangan, penipuan, dan kebohongan dalam
muamalah.
4. Diharamkan mempertuhankan harta.
B. AL-‘ADL (SIKAP ADIL)

Prinsip kedua dalam muamalah adalah al-‘adl sikap adil. Cukuplah bagi kita
bahwa Al-Qur’an telah menjadikan tujuan semua risalah langit adalah
melaksanakan keadilan . Di dalam asuransi syariah juga terdapat prinsip keadilan
di mana nasabah dan pihak perusahaan asuransi bersikap adil satu sama lain.
Artinya, kedua belah pihak ini harus berkeadilan terkait dengan hak dan
kewajibannya masing-masing. Dengan begitu, tidak ada pihak yang merasa
terzalimi atau dirugikan atas penggunaan produk asuransi tersebut. Implementasi
sikap adil dalam bisnis merupakan hal yang sangat berat baik dalam industri
perbankan, asuransi, maupun dalam bentuk-bentuk muamalah lainnya. Sikap adil
dibutuhkan ketika menentukan nisbah mudharabah, musyawarah, wakalah,
wadiah, dan sebagainya, dalam bentuk bank syariah. Sikap adil juga diperlukan
ketika asuransi syariah menentukan bagi hasil dalam surplus under writing
,penentuan bunga teknik( bunga teknik tidak ada dalam asuransi syariah), dan bagi
hasil investasi antara perusahaan dan peserta. Karena itulah, transparansi dalam
perbankan dan asuransi syariah menjadi sangat penting. Termasuk dalam prinsip
keadilan adalah memenuhi hak pekerja atau buruh. Tidak boleh dalam keadilan
islam, seorang pekerja mencurahkan jerih payah dan keringatnya, sementara ia
tidak mendapatkan upah dan gajinya dikurangi atau ditunda tunda.

C. ADZ-DZULM (KEZALIMAN)

Pelanggaran terhadap kezaliman merupakan salah satu prinsip dasar dalam


muamalah. Kezaliman adalah kebalikan dari prinsip keadilan. Karena kezaliman,
penegakan larangan terhadapnya , kecaman keras kepada orang-orang yang zalim,
ancaman terhadap mereka dengan siksa yang paling keras di dunia dan akhirat.

4
Dalam praktek bisnis, proses saling menzalimi mungkin dalam terjadi dalam tiga
hal sebagai berikut.

1. Dalam hubungan dengan nasabah

Nasabah akan terzalimi apabila ada hak-haknya yang dikebiri. Mungkin ini
disebabkan ketidaktahuan atau tidak adanya transparansi dari suatu perusahaan.
pada bagian lain nasabah juga terzalimi hak-haknya jika perusahaan tidak mampu
memberikan servis yang baik sesuai yang dijanjikan sebelumnya. Oleh karena itu,
islam sangat memperhatikan servis/ pelayanan.

2. Dalam Hubungan dengan Karyawan

Hal ini merupakan alasan mengapa harus bersegera memberikan upah buruh
setelah selesai bekerja jika ia meminta, meskipun ia tidak berkeringat atau
berkeringan tapi sudah kering. Wajib bagi perusahaan untuk memikirkan dan
memperhatikan kebutuhan bagi perusahaan sesuai tenaga dan pikiran yang
diberikan.

3. Dalam Hubungan dengan Pemilik Modal (Investor)

Investor menanamkan modal ke suatu perusahaan tentunya ingin memperoleh


keuntungan yang baik dan halal dari sisi bisnis tersebut. Oleh karenanya pengurus
dalam perusahaan adalah pemegang amanah yang benar benar harus dipercaya.

D. AT-TA’AWUN (TOLONG MENOLONG)

Dalil dalam Al-qur’an dan Hadits Nabi saw, tentang Ta’awun.

“ Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan


jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwallah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (al-Maa’idah: 2)

Diriwayatkan dari an-Nu’man bin Basyir bahwa Rasulullah bersabda,

5
“Perempuan orang-orang beriman dalam kecintaan, keramahan, dan
kelembutan adalah seperti satu sosok tubuh, bila salah satu anggota tubuh sakit,
maka seluruh tubuh merasakan sakit.” (HR Muslim)

Prinsip keempat yang menjadi landasan etika dalam muamalah secara islami
adalah ta’awun. Ta’awun merupakan salah satu prinsip utama dalam interaksi
muamalah. Ta’awun dapat menjadi fondasi dalam membangun system ekonomi
yang kokoh, agar pihak yang kuat dapat membantu pihak yang lemah, masyarakat
yang kaya memperhatikan yang miskin dan seterusnya.

Ta’awun merupakan inti dari konsep takaful, dimana antara satu peserta
dengan peserta lainnya saling menanggung risiko. Yakni, melalui mekanisme
dana Tabarru’ dengan akad yang benar yaitu Aqd Takafuli atau Aqd Tabarru’.
Islam menyatakan perang terhadap riba demi menghidupkan semangat
ta’awun(tolong-menolong) dan kasih saying, serta adanya kenyataan dalam riba di
mana pemilik modal bisa mengambil keuntungan tanpa kerja dan tidak harus
menderita kerugian. Oleh sebab itu, ekonomi suatu negara harus ditegakkan atas
asas ta’awun dan bukan di atas riba. Perbankan Internasional telah ditegakkan atas
asas tolong-menolong seperti yang diterapkan oleh system masyarakat islam,
maka ia akan menciptakan kenikmatan yang amat besar bagi kemanusiaan.

Ta’awun dapat menjadi solusi agar masyarakat lepas dari kemiskinan.


Mengatasi kemiskinan dengan konsep ta’awun artinya membebaskan masyarakat
dari hal yang membahayakan aqidah.2

E. AL-AMANAH (TERPECAYA/JUJUR)

Amanah “kejujuran” merupakan puncak moralitas iman dan karakteristik yang


paling menonjol dari orang-orang yang beriman. Bahkan, kejujujan juga
merupakan karakteristik para nabi. Tanpa kejujuran, kehidupan agama tidak akan
berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak akan berjalan baik.

2
Ibid, hlm. 735-737

6
Sebaliknya kebohongan adalah pangkal cabang kemunafikan dan ciri orang
munafik. Cacat pasar perdagangan di dunia kita dan yang paling banyak
memperburuk citra perdagangan adalah kebohongan, manipulasi, dan mencampur
aduk kebenaran dengan kebatilan, baik secara dusta dalam menerangkan
spesifikasi barang dagangan dan mengunggulkannya atas yang lainnya, dalam
memberitahukan harga belinya atau harga jualnya kepada orang lian maupun
tentang banyaknya pemesanan.

Prinsip amanah hanya dapat dijalankan selain dengan menjunjung tinggi


kejujuran juga harus disertai dengan profesionalisme. Profesionalisme adalah
bagian yang penting dari prinsip amanah dan muamalah. Betapa banyak
pemimpin dalam suatu perusahaan yang ditempatkan bahkan karena kemampuan
dan keahliannya. Tapi, hanya didasari oleh pertemanan, kekeluargaan, golongan
atau mungkin lobi-lobi yang disertai dengan “riswah” sogokan.

Abu bakar mener meneruskan jejak Rasulullah, maka diangktalah zaid bin
tsabit memimpin pengumpulam Al-Qur’an karena ilmunya, mampu
menyimpulkan mana yang paling bermanfaat dan kecerdasannya. Pernah juga
datang kepada Abu Bakar orang yang meminta pekerjaan, tetapi ternyata ia dapati
orang itu tidak cocok, lalu ditolaknya.

Oleh karena itu, tidak heran jika prinsip al-Amanah ini menjadi sangat penting
perannya dalam hidup bermasyarakat dan bermuamalah. Allah mendapatkan
orang-orang yang melakukan bisnis yang disertai sikap amanah dan jujur dalam
derajat yang demikian tinggi.3

F. RIDHA (SUKA SAMA SUKA)

Perdagangan itu dilakukan dengan suka diantara kedua belah pihak dan
keuntungan satu pihak, tidak terdiri di atas dasar kerugian pihak yang lain. Para
ahli tafsir, kata maududi, menafsirkannya dua makna, yaitu pertama, janganlah

3
Ibid, hlm. 736-740

7
kamu bunuh-membunuh diantara sesamamu dan yang kedua, janganlah kamu
membunuh dengan tanganmu sendiri.

Prinsip Ridha “suka sama suka” sangatlah penting dalam muamalah. Karena,
tanpa dilandasi dengan keridhaan, maka seluruh akad dalam muamalah menjadi
batal. Dengan demikian, kedudukan prinsip keridhaan sangat fatal dalam akad-
akad yang dibuat dalam muamalah yang dilandasi hokum syariah.

Dr Fathi Ahmad Abdul Karim mengatakan bahwa akad-akad dalam islam


tidak akan sempurna kecuali jika berlaku dengan prinsip suka sama suka dan
mufakat antara kedua belah pihak penyelenggara akad. Islam telah mengadakan
pemeliharaan dan tuntunan yang sempurna dalam rangka implementasi prinsip
keridhaan kepada kedua belah pihak dengan mnesyaratkan kedua pihak
penyelenggara akad itu harus sama-sama mukallaf (telah dewasa atau berakal
sehat). Agar ada ruang untuk tawar menawar diantara kedua belah pihak.

Keridhaan dalam muamalah merupakan syarat sahnya akad antara kedua


belah pihak, sedangkan mengetahui adalah syarat sahnya ridha. Factor
mengetahui menjadi syarat sahnya ridha, agar dalam transaksi tersebut tidak
terjadi gharar.4

G. RISWAH (SOGOK/SUAP)

Riswah merupakan prinsip muamalah yang sangat berat dalam


implementasinya. Hal ini disebabkan rswah sudah hamper menjadi kultur dalam
masyarakat korup seperti di Indonesia. Oleh karena itu menghindari riswah
merupakan pekerjaan jihad iqtishadi’ jihad dalam bidang ekonomi yang luar biasa
berat.

4
Ibid, hlm. 740-742

8
Riswah haram hukumnya dalam Islam, karena perbuatan ini dapat merusak
tatanan profesionalisme dalam bisnis. Hak seseorang dalam suatu bisnis bias lepas
disebabkan adanya riswah yang dilakukan oleh pihak lain.

H. MASLAHAH (KEMASLAHATAN)

Dr Muhammad Muslehuddin mengatakan bahwa keadaan darurat


membolehkan hal yang terlarang, adalah sudah menjadi lcaidah umum dalam
syariat Islam. Menurut al-Ghazali, semua yang terlarang menjadi boleh ketika
darurat. Terdapat banyak contohuntuk menggambarkan hal ini. Contoh-contolh
tersebut mencakupalasan-alasan lkemaafan pembebasan dari kewajiban kewa
jiban hukum, misalnya keadaan di bawah umur., sakit ingatan, sakit keadaan
terpalesa, lupa, dan tidak tidur. Contoh lain yang menjelaskan keadaan darurat
membuat hal yang terlarang dibolehkan ialah memakan bangkai oleh orang yang
akan mati kelaparan, minum-minuman keras oleh orang yang kehausan, atau
menurut sebagian ahli hukum, oleh orang sakit sebagai obat Hukum Islam cukup
menaruh perhatian terhadap keadaan lkhusus, yang kesukarannya perlu dikurangi
guna memberikan kemudahan bagi orang orang yang terpaksa. Allah
menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki Aesukaran bagimu "(al-
Baqarah: 185) "Dia telah memilih kamu dan Dia tidak menjadikam untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan." (al-Haj: 78) Diperkuat oleh sabda Nabi saw.,
"Agama adalak kemudahan."

Agama yang paling dicatai Allah adalah jalan teguh yang toleran (al
Baqarah:143) Ihod Quyyia mengatakan bahwa basis syariat adalah hikmah dan
kemaslahatan nanusia di dunia dan di akhirat. Kemashahatan iní terletak pada
keadilan sempurna, rahrmat, kebahagiaan, dan kebijaksanaan. Apa pun yang
mengubah keahlian menjadi penindasan, rahmat menjadi kesulitan, kesejahteraan
menjadi kesengsaraan, dan hikmah menjadi kebodohan, tidak ada hubungannya
dengan syariat Pada kenyataannya dalam praktik muamalah yang Islami di
Indonesia, disebabkan Lembaga Keuangan Syariah (LKS), haik perbankan

9
Syariah, Asuransi Syariah, reksadana Syariah, Leasing Syariah, Modal Ventura
Syariah Obligasi Syarish dan sebagainya, masih baru dan di lingkungan atau
Negara yang tidak (belun) menerapkan sistem syariah, maka sering menghadapi
sits asd yang sulit Dalam situasi yang seperti ini, Dewan Pengawas Syarialh
(DPS) sering mengeluarkan fatwa dengarn latar belakang dharurah, yang isinya
dalam rangka kemuslahatan Kaidah figih mengatalcan, "Al ashlu fil muamalah al-
ibaahah illa ayyadulla dalilun alaa tahru- Pada dasarnya semua bentuk muamalah
boleh dilakukan kecuali ada dall yang mengharamkannya. "Daaral mafasidi
muqaddamu alaa jalbil mashaalih "Menghindarkan mufsadat/kerusakan atau
bahaya harus didahulukan atas mendatarngkan kermaslahatan." Para ulaina
mendasarkan ketetapannya bahwa segala sesuatu asalnya mubah seperti tersebut
di atas, dengan dalil ayat-ayat Al-Qur'an antara lain, "Dialah Zat yang menjadikan
untuk kantu apa-apa yang ada di brumi ini emuanya"(al Baqarah: 29) Allah) telah
memudahkan untuk kamu apa-apa yang ada di langit dan apa-apayang ada di
bumi semuanya daripada-Nya. "(al-Jaatsiyah: 13) Syaikh al-Qaradhawi" dalam
kitabnya yang sangat terkenal Al-Halal walHaram fil Islamn mengatakan bahwa
kaedah asal segala sesuatu adalah halal. Ini tidak terbatas dalam masalah benda,
tetapi meliputi masalah perbuatan lain dan pekerjaan yang tidak termasuk
daripada urusan ibadah, yaitu yang biasa kita istilahkan dengan muamalah.

Pokok dalam masalah ini tidak haram dan tidak terikat, kecuali yang memang
oleh syar'i telah diharamkan. Adapun soal ibadah tidak boleh dikerjakan kecuali
dengan syariat yang ditetapkan. Allah dan hukum atau muamalah tidak boleh
diharamkan kecuali dengan ketentuan yang diharamkan Allah. Pada bagian lain
Syekh al-Qaradhawi mengatakan bahwa Islam tidak lupa terhadap kepentingan
hidup manusia serta kelemahan manusia dalam menghadapai kepentingannya itu.

Oleh karena itu, Islan kemudian menghargai kepentingan yang tiada


terelakkan, dan menghargai kelemahan-kelemahan yang ada pada manusia. Justru
itu, seorang muslim dalam keadaan yang sangat memaksa, diperkenankan
melakukan yang haram karena dorongan keadaan dan sekadar menjaga diri dari

10
kebinasaan. Oleh karena itu, sesudah menyebut satu per satu makanan yang diha-
ramkan, seperti bangkai, darah, dan babi, maka Allah berfirman, "Barangsiapa
dalam keadaan terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melewati batas, maka
tiada berdosa atasnya, karena sesungguthnya Allalk Maha Pengampun dan Maha
Belas Kasih.

Dari ayat-ayat ini dan nash-nash lainnya, para ahli fiqih menetapkan suatu
prinsip yang sangat berharga sekali. yaitu keadaan terpaksa membolehkan yang
terlarang. Tetapi ayat-ayat ini pun tetap memberikan suatu pembatasan terhadap si
pelaku (yaitu orang yang disebut dalam keadaan terpaksa) dengan kata-kata ghaira
baaghin walaa aadin 'tidak sengaja dan tidak melewati batas. Ini ditafsirkan bahwa
pengertian tidak sengaja itu maksudnya tidak mele wati batas ketentuan hukum.

Dari ikatan ini, para ulama ahli fiqih menetapkan suatu prinsip lain pula, yaitu
adl-dharuratu tuqaddaru bi qadriha'darurat itu dilkira-kira menurut ukur annya'.
Oleh karena itu, setiap manusia sekalipun dia boleh tunduk kepada keadaan
dharurah, tetapi dia tidak boleh menyerah begitu saja dalam keadaan tersebut.
Tetapi, dia harus tetap mengikatkan diri kepada pangkal halal dengan terus
berusaha mencarinya. Sehingga, dia tidak akan tersentuh dengan haram atau
mempermudah dharurah. Benarlah apa yang dikatakan Allah dalam firman-Nya.

Allah berkehendak memberikan kemudahan bagi kamu, dan ia tidak


memberikan beban kesukaran kepadamu." (al-Baqarah: 185)

I. KHITMAH (PELAYANAN)

Rasulullah bersabda, "Seorang Imam (pemimpin) adalah pemelihara dan


pengatur urusan (rakyat). la akan diminta pertanggungjawaban atas urusan
rakyatnya." (HR Bukhari dan Muslim)

Rasulullah mengatakan, "Saidul kaum khadimuhum" pengurus itu adalah


pelayan masyarakat. Atau, dalam makna yang luas, berarti perusahaan dalam
bisnis apa pun apalagi bisnis yang terkait dengan pelayanan, harus benar-benar

11
mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada customer Karena pela- yanan
(khitmah) adalah salah satu bagian penting dalam muamalah yang Islami.

Jika Anda pernah terbang dengan Singapure Air Line, maka tentu Anda akan
merasakan sentuhan-sentuhan pelayanan optimal yang diberikan oleh pramugari
dan pilot sepanjang perjalanan. Singapure Air Line adalah peru- sahaan Yahudi.
Bandingkan dengan pelayanan yang Anda peroleh ketika naik haji atau umrah
dengan menggunakan pesawat Garuda. Rasakan bagaimana pelayanan yang
diberikan petugas Bandara Jeddah, yang cuek, cenderung meremehkan, tak mau
tahu, dan rasanya begitu mahal senyum di wajah mere ka. Tak tampak lagi sikap
murah hati dan suka menolong yang menjadi ciri khas umat Muhammad saw..
Prinsip-prinsip pelayanan telah direbut orang lain dan tak tampak lagi dalam
bisnis islami atau dalam kepribadian orang orang muslim yang berbisnis. Padahal
bermuka manis, bertutur kata yang santun, melayani orang yang membutuhkan,
adalah perintah Allah. Perhatikan ayat Allah berikut ini.

"Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman." (al-Hijr:


88)

"Dan sekiranya kamu bersikap keras lagi berbuat kasar, tentulah mere- ka
menjauhkan diri dari sekelilingmu." (Ali Imran: 159)

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)


dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong yang mem- banggakan diri. Dan
sederhanakanlah kamu dalam berjalan, dan lunak- kanlah suaramu. Sungguh
seburuk-buruk suara ialah suara keledai."(Luq- man: 18-19).

Baik Al-Qur an maupun hadits telah memberikan resep tertentu dalam


masalah tatakrama dan merekonmendasikansya untuk kebailcan perilaku dalam
masalah bisnis. Seorang pelaku bisnis muslim diharuskan untuk berperilaku dalam
bisnis mereka sesuai yang dianjurkan Al-Qur an dan sunnah Sopan santun adalah

12
fondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku, dan ia juga merupakan basic
dari jiwa melayani (servis) dalam bisnis. Silat ini sangat dihar gai dengan nilai
yang tinggi, dan bahkan mencakup semua sisi hidup manusia

Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan, peduli untuk
melayani orang lain, dan bersahabat saat melakukan dealing dengan mitra
bisnisnya. Rasulullah telah mengkategorikan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang senantiasa bersahabat dengan orang lain dan orang lain pun dengan
mudah bersahabat dengannya Orang yang tidak memiliki kualitas seperti ini, akan
dijauhkan dari nilai-nilai utama. Dalam salah satu hadits Rasulullah bersabda.
"Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang murah hati/sopan
pada saat dia menjual, membeli, atau saat dia menuntut haknya

Al-Qur an telah memerintahkan dengan perintah yang sangat ekspresif agar


kaum muslimin bersifat lembut dan sopan manakala dia berbicara dengan orang
lain Pada suatu ketilka Rasulullah merasa sangat bangga dengan derma dalam
bentuk harta, namun pada saat yang lain beliau juga mengatakan, "Sebaik baik
derma adalah dermanya lidah "Al-Qur an memerintahkan perilaku dan akhlak
yang mulia, adil dalam berintegrasi, dan sopan dalam bicara, Rasulullah sendiri
bersabda dalam masalah ini,

1. "Orang yang paling saya cintai di antara kamu adalah orang yang paling
baik perilakunya."
2. "Orang yang pemarah dan berperangai jelek tidak akan pernah masuk
surga.
3. "Sesungguinya orang terbaik di antara kamu adalalt orang yang memiliki.
akhlak yang baik

Salah satu manifestasi dari sikap murah hati adalah menjadikan segala sesuatu
itu gampang dan lebih mudah bagi orang lain dan tidak menjadikan orang lain
dalam kesulitan. Ada suatu istilah yang cukup populer sebagai gam- baran
buruknya pelayanan masyarakat di Indonesia, "Kalau bisa dipersulit, kenapa harus

13
dipermudah." Padahal, seorang muslim tidak diperkenankan berlaku keras dan
kaku dalam melakukan pelayanan kepada orang lain. Al Qur an memerintahkan
kaum muslimin untuk bersikap lunak, rendah hati, dan ramah

Kita juga diperintahkan untuk berlaku adil dan ramah dalam semua ben- tuk
pergaulan sebagaimana diperintahkan untuk menghindari segala tindakan
selkiranya akan menyulitkan orang lain Demikian juga orang yang memberi utang
hendaknya memberikan tambahan waktu bagi yang berutang jika ia tidak mampu
mengembalikan utangnya pada waktu yang ditentukan, dan mungkin juga utang
yang ditangguhkannya bisa dibebaskan jika dia memang betul-betul berada dalam
kesulitan yang mencekik Kedua hal teralkhir yang dijelaskan dalam Al-Qur anul-
Karim, merupakan bagian dari servis dalam dunia bisnis. Melayani dari kesulitan
dan bahkan mem- bebaskannya sama selcali. Itulah konsep servis (pelayanan)
dalam muamalah Islami.

J. TATHFIF (KECURANGAN)

Tathfif dalam bahasa arab artinya berdikit-dikit, berhemat-hemat alias


pelit. Sedangkan al-muthaffif adalah orang yang mengurangi bagian orang lain
tatkala dia melakukan timbangan/takaran untuk orang lain. Salah satu bentuk
penipuan dalam bisinis adalah mengurangi takaran dan timbangan. Al Qur’an
menganggap penting persoalan ini, karena itu kami tempatkan sebagai salah satu
prinsip dari muamalah.

Setiap muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk berlaku adil (jujur),
sebab keadilan yang sebenarnya jarang bisa diwujudkan. Justru itu sesudah
perintah memenuhi timbangan.

Muamalah yang islami adalah muamalahyang menjauhkan diri dari


kecurangan dalam menentukan timbangan, menentukan rate, menetapkan
klaimpada asuransi, menaksir suatu barang dan menentukan nisbah mudharabah
pada bank. Seorang akuntan dituntut jujur dalam membuat laporan. Tidak

14
dibenarkan membuat dua versi laporan, misalnya laporan untuk ke departemen.
Dibuat;ah laporan keuangan yang rugi agar bisa terbebas pajak, atau cadangkan
teknik untuk asuransi dibuat sekecil mungkin sehingga memenuhi ketentuan
solvabilitas departemen keuangan, kelihatannya untung padahal sebetulnya rugi.5

K. GHARAR, MAISIR DAN RIBA

RIBA secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian


lain, secara linguistik, riba berarti tumbuh dan membesar (Saeed, 1996). Menurut
Abu hanifah, riba adalah melebihkan harta dalam suatu transaksi tanpa pengganti
atau imbalan. Maksudnya, tambahan terhadap barang atau uang yang timbul dari
suatu transaksi utang piutang yang harus diberikan oleh pihak yang berutang
kepada pihak yang berpiutang pada saat jatuh tempo. Dalam Al Qur’an sendiri,
sudah dijelaskan keharamannnya:

“Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu memakan riba


dengan belipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung, “ (
Q.S. Ali Imran [3] : 130).

Al Gharar adalah “ketidakpastian”. Maksud ketidapastian dalam transaksi


muamalah adalah “ada sesuatu yang ingin disembunyikan oleh sebelah pihak dan
hanya boleh menimbulkan rasa ketidakadilan serta penganiayaan kepada pihak
yang lain.” Secara sederhana, gharar adalah semua jual beli yang mengandung
ketidakjelasan atau keraguan tentang adanya komoditas yang menjadi objek akad,
ketidakjelasan akibat, dan bahaya yang mengancam antara untung dan rugi;
pertaruhan atau perjudian. Dalam islam, gharar adalah perkara yang dilarang dan
haram hukumnya karena sangat merugukan salah satu pihak yang lain.

Maysir atau qimar secara harfiah bermakna judi (spekulasi). Secara


teknis,maysir adalah setiap permainan yang di dalamnya disyaratkan sesuatu
berupa materi yang diambil dari pihak yang kalah untuk pihak yang menang.

5
Muhammad Yusuf al Qaradhawi, Al Halal wa Al Haram. Op. cit, hlm. 363

15
Istilah lain dari judi adalah spekulasi. Hal ini terjadi dalam bursa saham. Setiap
menitnya selalu terjadi transaksi spekulasi yang sangat merugikan penerbit saham
. Setiap perusahaan yang memiliki right issue selalu didatangi para spekulan.
Ketika harga saham suatu badan usaha sedang jatuh, spekulan segera membelinya
dan ketika harga naik, para spekulan menjualnya kembali atau melepas ke pasar
saham. Hal ini sering membuat indeks harga saham gabungan menurun dan
memburuk perekonomian bangsa.

Suatu permainan dapat dikategorikan judi, jika memenuhi tiga unsur:

1. Taruhan harta/materi yang berasal dari kedua pihak yang berjudi

2. Permainan yang digunakan untuk menentukan pemenang dan yang


kalah.

3. Pihak yang menang mengambil harta sebagian atau seluruhnya yang


menjadi

taruhan, sedangkan pihak yang kalah kehilangan hartanya.

Seperti firman Allah SWT:

“Wahai orang-orang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,


berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu mendapat keberuntungan,” (Q.S. AL Maidah [5] : 90).6

6
Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik. M.Nur Rianto Al Arif. Bandung: CV Pustaka Setia

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam, jika
dilihat dari segi kebutuhannya tentu umat Muslim di Indonesia
membutuhkan keberadaan lembaga asuransi yang berasaskan syariah,
yang terbebas dari praktik riba, gharar dan maisir, karena masyarakat di
Indonesia membutuhkan lembaga asuransi yang benar-benar memberikan
rasa aman kepada para pesertanya serta terjamin akan kehalalannya.
Berbicara mengenai kehalalan dalam asuransi syariah dimana
asuransi merupakan lembaga keuangan non bank, kita perlu mengetahui
apa saja prinsip-prinsip yang ada dalam asuransi syariah. Sehingga
menjadi dasar atau alas an calon pesera asuransi untuk lebih memilih
asuransi syariah.
B. Saran
Dalam melakukan asuransi alangkah lebih baik kita menggunakan
asuransi syariah karena prinsip-prinsip asuransi syariah sudah
menggunakan prinsip syariah. Karena beberapa landasan syar’I baik dalam
Al-Qur’an, hadits Nabi maupun kaidah fiqih yang mendasari mengapa
asuransi syariah, baik secara pribadi maupun dalam bentuk institusi harus
dilakukan berdasarkan syariah.

17

Anda mungkin juga menyukai