Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROPOSAL
OLEH :
VILICYA LYNOFA
E1A113012
Kelas E
FAKULTAS HUKUM
2015
A. Latar Belakang
Seperti yang telah dikemukakan di atas maka pada dasarnya setiap warga
negara Indonesia memiliki kedudukan yang sama di muka hukum. Kedudukan
sama yang dimaksud di sini adalah tidak ada perbedaan antara warga negara yang
satu dengan warga negara yang lain. Selain itu, disebutkan juga ciri negara hukum
adalah perlindungan terhadap hak asasi manusia yang mana setiap warga negara
mendapatkan perlindungan terhadap hak asasi nya masing-masing dalam semua
bidang baik ekonomi, pendidikan, budaya, agama, maupun dalam bidang hukum.
Kedudukan manusia dalam hukum sangat erat hubungannya dengan hak asasi
yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau
hak pokok anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi hak dasar tersebut, tanpa perbedaan
antara satu dengan lainnya, tanpa membedakan jenis kelamin, warna kulit,
kebangsaan, agama, usia, politik, status sosial, bahasa dan status lainnya. Hak
asasi ini menjadi dasar hak dan kewajiban lainnya.
1
Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang : Yayasan Sudarto Fakultas Hukum UNDIP, 1990,
hal.60
Pada dasarnya seseorang telah melakukan suatu tindak pidana dapat
dikenai sanksi pidana apabila perbuatannya tersebut memenuhi unsur-unsur tindak
pidana. Unsur-unsur tindak pidana yang harus di penuhi antara lain adalah suatu
perbuatan memenuhi rumusan undang-undang dan bersifat melawan hukum
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dianggap mampu
bertanggung jawab. Tindak pidana pencabulan dengan kekerasan diancam dalam
pasal 285 & 289 KUHP memutuskan “Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman. Kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia diluar
perkawinan diancam karena melakukan kesusilaan dengan pidana paling lama dua
belas tahun”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan
ilmu hukum dan mendalami Hukum Pidana khusunya yang berkaitan
dengan pasal 285 KUHP tindak kekerasan terhadap pencabulan anak
dibawah umur
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini menjadi masukan dan sumbangan pemikiran kepada
masyarakat dan para penegak hukum dalam mencegah tindak pidana
pencabulan terhadap anak dibawah umur di kemudian hari.
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Pencabulan
2
R.soegondo. Tindak pidana pencabulan anak. Bandung. Sinar Grafika. 1995 hlm 4
kekerasan memaksa seorang wanita untuk melakukan persetubuhan di luar ikatan
perkawinan dengan dirinya”.3
3
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung, : Citra Aditya Bakti, 1997),
hal. 41
4
Ibid, hal. 45
5
R.soegondo.op.cit hlm 9
a. Kekerasan yang berupa cara melakukan suatu perbuatan. Kekerasan di
sini memerlukan syarat akibat ketidak berdayaan korban. Ada causal
verban dan tara kekerasan dengan ketidakberdayaan korban.
Contohnya kekerasan pada pencabulan, yang digunakan sebagai cara
dari memaksa bersetubuh. Juga pada pemerasan (Pasal 368), yang
mengakibatkan korban tidak berdaya, dengan ketidakberdayaan itulah
yang menyebabkan korban dengan terpaksa menyerahkan benda,
membuat utang atau menghapuskan piutang.
6
Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2005),
hal. 64
7
Ibid, hal. 66.
Kekerasan dan ancaman kekerasan tersebut mencerminkan kekuatan fisik
laki-laki sebagai pelaku merupakan suatu faktor alamiah yang lebih hebat
dibandingkan perempuan sebagai korban sehingga laki-laki menampilkan
kekuatan yang bercorak represif yang menempatkan perempuan sebagai
korbannya. Karakteristik utama dalam perkosaan ialah “bahwa perkosaan
terutama bukan ekspresi agrsivitas (baca: kekerasan) dari seksualitas (the
agressive expression of sexuality) akan tetapi merupakan ekspresi seksual dari
suatu agresivitas (sexual expression of aggression)”.8
2. Unsur-unsur Pencabulan
10
Ibid. hlm 52.
11
Pasal 285 KUHP
2) “Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan”yang artinya
melakukan kekuatan badan, dalam pasal 289 KUHP disamakan
dengan menggunakan kekerasan yaitu membuat orang jadi pingsan
atau tidak berdaya.
3. Jenis-Jenis Pencabulan
12
Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 81 ayat (1) dan (2)
13
Leden Marpaung, Kejahatan Terhadap Kesusilaan Dan Masalah Prevensinya,Cet. 2, Jakarta :
Sinar Grafika, 2004. Hlm 72
a) Sadistic Rape Pencabulan sadistic, artinya pada tipe ini seksualitas dan
agresif berpadu dalam bentuk yang merusak. Pelaku pencabulan telah
Nampak menikmati kesenangan erotik bukan melalui hubungan seksnya,
melainkan melalui serangan yang mengerikan atau alat kelamin dan tubuh
korban.
F. Metode Penelitian
1) Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis sosiologis atau sosio legal research yaitu pendekatan
penelitian yang mengkaji persepsi dan perilaku hukum orang (manusia dan
badan hukum) dan masyarakat serta efektivitas berlakunya hukum positif
di masyarakat. Pendekatan yang mengkonstruksikan hukum sebagai
refleksi kehidupan masyarakat itu sendiri yang menekankan pada
14
Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2005.
Hlm 66
15
Ibid. hlm 68
pencarian, ketetapan-ketetapan empirik dengan konsekuensi selain
mengacu pada hukum tertulis juga melakukan observasi terhdap tingkah
laku yang benar-benar terjadi. 16
2) Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang dipergunakan adalah deskriptif analitis yaitu
untuk menggambarkan, menemukan fakta-fakta hukum secara menyeluruh
dan mengkaji secara sistematis pengaturan nasional dan kebijakan
pemerintah yang berkenaan dengan penjatuhan hukuman yang sesuai
kepada pelaku sebagaimana yang tertuang dalam pasal 285 KUHP
Deskripsi dimaksudkan adalah terhadap data primer dan juga data
sekunder yang berhubungan dengan memberikan pengauran yang seadil-
adilnya dalam memeriksa yang lebih spesifikasi terhadap korban
kekerasan pencabulan dibawah umur dan memberikan penjatuhan pidana
penjara terhadap pelaku sesuai dengan pasal 285 KUHP.
3) Lokasi Penelitian
a. Data Sekunder
b. Data Primer
7) Metode Analisis
Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat
ditafsirkan. Dalam hal ini, analisis yang digunakan adalah analisis data
kualitatif yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka
secara langsung.20
Dengan demikian maka setelah data primer dan data sekunder
berupa dokumen diperoleh lengkap selanjutnya dianalisis dengan
peraturan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Analisis juga dengan menggunakan sumber-sumber dari para ahli
berupa pendapat dan teori yang berkaitan dengan masalah penerapan pajak
progresif kendaraan bermotor. Analisis dilakukan secara induktif, yaitu
mencari kebenaran dengan berangkat dari hal-hal yang bersifat khusus ke
hal yang bersifat umum guna memperoleh kesimpulan.
20
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Cet.3, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1995, halaman 134.
DAFTAR PUSTAKA
Chazawi, Adami. 2005. Tindak Pidana Mengenai Kesopanan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sunggono, Bambang dan Harianto Aris. 2001. Bantuan Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Bandung: Mandar Maju.