Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI


Jalan dr. Soebandi No.124 Telp.(0331)487441/fax
(0331)487564
JEMBER

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


Nomor : / / 2015
TENTANG

PEMBERLAKUAN BUKU PANDUAN ANALISIS AKAR MASALAH


ROOT CAUSE ANALYSIS ( RCA )
DI RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan dan


keselamatan pasien rumah sakit merupakan gerakan universal,
maka diperlukan upaya-upaya khusus peningkatan keselamatan
pasien yang berdasarkan masalah atau insiden tersering yang
terjadi di pelayanan kesehatan ;
b. Bahwa salah satu program yang harus dilaksanakan rumah sakit a
penerapan 7 (tujuh) standar keselamatan pasien, 7 (tujuh) langkah keselam
pasien dan 6 (enam) sasaran keselamatan International Patient Safety
(IPSG) ;
c. Bahwa untuk mencapai penerapan keselamatan pasien dengan 7
(tujuh) standar, 7 (tujuh) langkah dan 6 (enam) sasaran tersebut,
maka untuk semua kegiatan harus dikerjakan sebelum tindakan
baik yang dilakukan seluruh karyawan RSD dr. Soebandi ;
d. Bahwa seluruh satuan kerja di RSD dr. Soebandi memerlukan
panduan penerapan keselamatan pasien, sehingga tercipta
budaya keselamatan pasien di rumah sakit ;
e. Bahwa sehubungan hal tersebut diatas, maka perlu diatur dan
ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSD dr. Soebandi.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ;
2. Undang-Undang RI Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit ;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1691 Tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien :
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
1195/Menkes/SK/VII/2010 tanggal 23 Agustus 2010 tentang
Lembaga/ badan akreditasi rumah sakit yang telah diakreditasi
oleh Internatinal Quality In Health Care (ISQUA) dan Joint
Commission International ;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1097/MENKES/SK/IX/2002 tentang peningkatan kelas B
Pendidikan RSUD dr. Soebandi milik Pemerintah Kabupaten
Jember;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 20 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten ;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 5 tahun 2002
tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Soebandi Jember. Undang-Undang RI Nomor : 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan ;

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Memberlakukan buku panduan Analisis Akar Masalah Root Cause
Analysis ( RCA ) di RSD dr. SoebandiJember;
Kedua : Buku panduan Analisis Akar Masalah Root Cause Analysis
(RCA) di RSD dr. Soebandi Jember dimaksud pada diktum
pertama adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini;
Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila ada kekurang
sempurnaan atau kekeliruan dikemudian hari.

Ditetapkan di :JEMBER
Pada Tanggal : 07 Desember 2015

Plt. DIREKTUR

dr. Budi Rahardjo, Sp.RM


NIP. 19570615 198503 1 020
PANDUAN ANALISIS AKAR MASALAH
ROOT CAUSE ANALYSIS ( RCA )

RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI


Jl. dr. Soebandi No. 124 Telp. (0331) 487441-422404 Fax 487564
JEMBER

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
pertolongan dan petunjuk kepada kita sehingga kita berhasil menyusun buku
Panduan Analisis Akar Masalah / Root Cause Analysis( RCA )
Root cause analysismerupakan suatu proses mengidentifikasi penyebab-
penyebab utama suatu permasalahan dengan menggunakan pendekatan yang
terstruktur dengan teknik yang telah didesain untuk berfokus pada identifikasi dan
penyelesain masalah.Root cause analysismemberikan jalan keluar yang lebih baik,
tidak sekedar “faktor A menyebabkan kejadian faktor B”, namun “Dengan
mengubah faktor A, maka kemungkinan rekurensi kejadian B dapat dikurangi atau
bahkan dicegah. “Mempelajari root cause analysis secara tepat merupakan kajian
yang penting untuk diperkenalkan kepada para pemberi pelayanan kesehatan
Kami menyadari bahwa panduan ini masih belum sempurna.Untuk itu
kami harapkan masukan bagi penyempurnaan panduan ini di kemudian hari.

Jember , 07 Desember 2015


Plt. DIREKTUR

dr. Budi Rahardjo, Sp.RM


NIP. 19570615 198503 1 020
Daftar Isi
Judul ........................................................................
Kata Pengantar ........................................................................
Daftar Isi ........................................................................
Bab I Pendahuluan ........................................................................ 1
Bab II Definisi ........................................................................ 2
Bab III Ruang Lingkup ........................................................................ 3
Bab IV Tata Laksana ........................................................................ 4
Bab V Dokumentasi ........................................................................ 8
BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan pasien atau safety merupakan hal yang marak dibicarakan


dalam dunia medis belakangan ini. Pertemuan tahunan Joint Comission
Internasional tahun 2005 telah menekankan mengenai pentingnya peayanan
kesehatan yang aman. Kesalahan yang terjai pada upaya pelayanan kesehatan
adalah kesalahan dalam mendiagnosis, kesalahan dalam menggunakan alat bantu
penegakan diagnosis, kesalahan dalam meakukan follow up, pengobatan yang
salah atau kejadian yang tidak diharapkan setelah pemberian pengobatan.
Permasalahan-permasalahan diatas dapat terjadi karena penggunaan teknologi
yang tidak diimbangi kompetensi penggunanya bertambahnya pemberian
pelayanan kesehatan tanpa mengindahkan komunikasi antar individu serta
tingginya angka kesakitan serta kecelakaan, perlunya pengambilan keputusan
yang cepat dan tepat yang menyebabkan stressor tersendiri serta kelelahan yang
dialami oleh para staff medis karena keterbatasan jumlah staff yang tersedia. Salah
satu budaya patiet safety adalah mengkomunikasikan kesalahan, melaporkan
kesalahan, dengan tetap berpegang pada keselamatan pasien yang lebih baik.
Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dicetuskan suatu ide sistem
analisis yang proaktif sebagai strategi pencegahan error.
Root causemerupakan alasan yang paling mendasar terjadinya kejadian yang
tidak diharapkan. Apabila permasalahan utama tidak dapat diidentifikasi, maka
kendala-kendala kecil akan makin bermunculan dan masalah tidak akan berakhir.
Oleh karena itu, mengidentifikasi dan mengeliminasi akar suatu permasalahan
merupakan hal yang sangat penting. Root cause analysismerupakan suatu proses
mengidentifikasi penyebab-penyebab utama suatu permasalahan dengan
menggunakan pendekatan yang terstruktur dengan teknik yang telah didesain
untuk berfokus pada identifikasi dan penyelesain masalah.
Di Amerika telah dilakukan 2840 root cause analysis pada berbagai bidang,
seperti kasus bunuh diri pada pasien rawat jalan, komplikasi post operatif,
kesalahan pemberian obat, kematian pasien karena keterlambatan penanganan,
kematian perinatal, kasus infeksi, kasus anastesi dan lainnya. Penelitian tersebut
dilakukan di RS umum, RS jiwa, unit gawat darurat, unit psikiatri, long term care
facility, home care facility dan laboratorium klinis. Root cause analysis dipercaya
mampu menurunkan terjadinya kejadian yang tidak diharapkan.
Root cause analysis memberikan jalan keluar yang lebih baik, tidak sekedar
“faktor A menyebabkan kejadian faktor B”, namun “Dengan mengubah faktor A,
maka kemungkinan rekurensi kejadian B dapat dikurangi atau bahkan dicegah.
“Mempelajari root cause analysis secara tepat merupakan kajian yang penting
untuk diperkenalkan kepada para pemberi pelayanan kesehatan.

1
BAB II
DEFINISI

Berikut ini beberapa definisi yang dapat menggambarkan pengertian dari


analisa akar masalah / root cause analysis / RCA, antara lain :
1. Analisa akar masalah (Root cause analysis / RCA) adalah sebuah alat kerja
yang sangat berguna untuk mancari akar masalah dari suatu insiden yang
telah terjadi. Menemukan akar masalah merupakan kta kunci. Sebab, tanpa
mengetahui akar masalahnya, suatu insiden tidak dapat ditanggulangi
dengan tepat, yang berakibat pada berulangnya kejadian insiden tersebut
dikemudian hari.
2. Cahyono (2008) menulis bahwa prinsip RCA adalah mencari apa yang
terjadi, mengapa hal tersebut terjadi, dan apa yang bisa dilakukan untuk
mencegah pengulangan kejadian tersebut. RCA bukanlah metode yang bisa
dilakukan semua orang. Kejadian-kejadian dalam sentinel event dapat
begitu rumit, dapat juga menguak berbagai faktor yang sensitif, dan dapat
menjadi begitu luas ruang lingkupnya. Apapun hasil RCA, manajemen
puncak di rumah sakit harus mendukung hasilnya, memperhatikan
rekomendasinya dengan teliti, dan membuat langka perubahan.
3. Root Cause Analysis(RCA) adalah salah satu tool continuous improvement dan
metedo problem solving yang bertujuan untuk mengidentifikasi akar dari
masalah tertentu yang muncul pada sistem atau proses.
4. Root cause analysis (RCA) adalah sebuah pendekatan terstruktur untuk
mengidentifikasi berbagai fakktor diantaranya alam, situasi dan kondisi,
magnitude, lokasi, mnusia, waktu, terjadinya masalah dari kejadian-
kejadian di masa lalu untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang bisa
diperbaiki untuk mencegah masalah yang sama terjadi kembali. RCA juga
berguna untuk mengidentifikasi pelajaran yang dapat dipetik untuk
mencegah kerugian kembali terjadi dalam proses.

2
BAB III
RUANG LINGKUP

RCA dapat diarahkan kepada banyak tujuan yang spesifik. Para praktisi
continuous improvement merumuskan lima pendekatan dasar yang dapat dilakukan
dengan RCA, yaitu :
1. RCA safety – based : merupakan usaha identifikasi permasalahan yang
berkaitan dengan keselamatan . RCA dilakukan dengan analisa kecelakaan
yang pernah terjadi dan penyebab – penyebabnya, untuk meningkatkan
kesehatan dan keselamatan pekerja.
2. RCA production – based : berasal dari konsep quality control untuk
manufaktur, RCA produksi fokus kepada analisa penyebab cacat dan
masalah yang terjadi pada proses produksi mencakup mesin, operator, dan
peralatan.
3. RCA process – based : pada dasarnya merupakan perluasan dari konsep
RCA production – based, namun dengan ruang lingkup yang lebih luas,
termasuk analisa penyebab masalah yang terjadi pada business process.
4. RCA failure – based : berasal dari praktek failure analysis yang dilakukan
pada proses engineering dan maintenance, bertujuan untuk mengetahui
akar masalah yang menjadi penyebab masalah pada kedua proses tersebut.
5. RCA systems – based : ini adalah pendekatan gabungan yang merangkul
pendekatan – pendekatan RCA yang lain, dengan konsep – konsep yang
diadaptasi dari berbagai sudut pandang, seperti change manajement, risk
manajement dan system analysis.
Walaupun RCA memiliki banyak variasi pendekatan, namun pada dasarnya
prinsipnya tetap sama, yaitu menelaah sedalam – dalamnya hingga ditemukan
akar dari suatu masalah yang terjadi. RCA dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai tools, seperti analisa 5 Whys, Fishbone ( Ishikawa ) diagram, diagram
sebab – akibat , pareto chart , dan sebagainya.

3
BAB IV
TATA LAKSANA

Berikut adalah langkah – langkah RCA seperti yang disarankan oleh komite
keselamatan pasien rumah sakit di Indonesia.
A. Identifikasi
Masalah yang akan dibahas harus didefinisikan dengan baik.
Pembatasan masalah dapat dilakukan untuk membuat fokus lebih cermat.
Pembatasan masalah bisa dimulai dari definisi impact atau harm yang
terjadi, kerangka waktu kejadian , dan unit – unit kerja yang terlibat.
Dampak yang terjadi meliputi dampak medis dan non medis. Dampak medis
pada pasien biasanya sudah terlihat dengan jelas dari berkas rekam medis.
Dampak non medis dapat terjadi pada pasien dan pada rumah sakit. Pada
pihak manapun yang terjadi , dampak non medis biasanya berputar pada
masalah medikolegal, kerugian ekonomis, dan dampak sosial lain.

B. Bentuk Tim
Root cause analysissebaiknya dilakukan oleh tim yang telah dilatih
RCA, matang, menguasai berbagai aspek pelayanan di rumah sakit,
multidisipliner, gigih, tidak mudah menyerah, teliti dan jujur. Tim ideal yang
disarankan terdiri dari ahli analisis, peneliti atau ahli eksternal, kepala
bidang atau salah satu direktur, dokter spesialis atau konsultan, supervisor
klinis keperawatan, dan seorang yang menguasai unit kerja yang terlibat
dengan baik.

C. Investigasi / Pengumpulan Data


Pada investigasi, dilakukan kajian terhadap laporan kasus. Kajian
terhadap laporan kasus dimulai dengan ringkasan kronologis kasus yang
terjadi, pencatatan staf yang terlibat, dan beberapa wawancara. Cahyono
(2008 ) menambahkan bahwa dalam pengumpulan informasi kasus ini
hendaknya dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
cermat, hati – hati, dan valid. Cermat berarti tidak meninggalkan detail.
Prinsip kehati – hatian dilakukan untuk menjaga objektivitas dan agar tidak
menyinggung perasaan staf. Valid berarti data yang dikumpulkan relevan
sesuai dengan keperluan.

D. Penyajian Data
Penyajian data dipergunakan sebagai alat memetakan kronologi
kejadian. Ada empat metode yang bisa dipakai dalam memetakan kronologi
insiden, yaitu 1) kronologi narasi: 2) timeline: 3) tabular time line: 4) time
person grid. Kronologi narasi biasa dilakukan untuk mengawali pembahasan
kasus atau justru ditampilkan pada laporan akhir. Kronologi narasi cukup
4
nyaman dibaca namun tidak praktis untuk analisis karena kurang
terstruktur. Gunakan kronologi narasi hanya pada kasus yang tidak
kompleks.
Timeline lebih mudah dibaca karena menyajikan urutan kejadian
secara sekuensial. Analisis lebih mudah dilakukan karena dapat dicari dari
deretan kejadian berbasis waktu. Tabular timeline lebih lengkap daripada
timeline karena telah selain menyajikan urutan kejadian, juga dilengkapi
dengan good practice dan masalah pelayanan pada tiap kejadian yang
dicatat. Tabular timeline cocok pada kejadian yang berlangsung lama dan
melibatkan berbagai orang dan unit kerja. Time peron grid digunakan pada
kejadian dengan waktu pendek namun melibatkan beberapa staf atau
profesi. Kolom paling kiri memuat daftar staf, sementara baris paling atas
mencatat perjalanan waktu. Keberadaan staf dituliskan pada tiap kolom di
bawah waktu dari awal sampai akhir.
E. Identifikasi Masalah
Prinsip utama dalam identifikasi masalah adalah menentukan
penyimpangan dari standart pelayanan yang sudah ada. Satu sentinel event
bisa terdiri dari beberapa masalah pelayanan. Secara umum, ada dua
macam masalah pelayanan, yaitu error of omission (tidak melakukan sesuatu
yang seharusnya dilakukan), dan error of commission (melakukan sesuatu
yang tidak seharusnya dilakukan. Cara paling mudah dalam
mengidentifikasi masalah adalah dengan brainstorming dan dengan focused
group discussion.
F. Analisis Informasi
Bagian ini adalah bagian yang paling sulit. Komite keselamatan
pasien rumah sakit menawarkan enam cara analisis, namun kita akan
membatasi dalam dua cara saja, yaitu 5 why dan fishbone diagram. Dengan
metode 5 why, peneliti akan lebih mudah mencari penyebab sampai
mendalam, sementara fishbone diagram memudahkan peneliti mencari
berbagai macam penyebab yang berkontribusi pada sentinel event.
Metode 5 why dilakukan dengan cara memperdalam pertanyaan yang
diawali dengan “mengapa” sebanyak lima kali. Contoh paling mudah adalah
pada kasus pasien jatuh:
“Menagapa pasien cedera?”-Karena jatuh.
“Mengapa pasien jatuh?”-Karena pelindung sisi tempat tidur tidak
dipasang.
“Mengapa pelindung sisi tempat tidur tidak dipasang?”-Karena
perawat yunior tidak tahu bahwa pelindung sisi tempat tidur harus
dipasang.
“Mengapa perawat yunior ini tidak tahu?”-Karena tidak dilatih.
“Mengapa tidak dilatih?”-Karena rumah sakit belum mempunyai
program pelatihan bagi perawat baru.
5
Berbeda dnegan metode 5 why yang dapat menganalisis masalah
sampai dalam, metode fishbone diagram menawarkan faktor kontribusi yang
semakin banyak. Tuliskan permasalahan pada kepala ikan, dan pada tulang
belakangnya, gambarlah duri-duri yang mewakili faktor kontribusi. Mulailah
dengan empat kelompok dasar, yaitu pasien, proes, staf pendukung, dan stf
utama (Nelson dkk, 2007). Hati-hati mempergunakan fishbone diagram.
Bukan karena bahaya tertusuk duri, namun karena faktor kontribusi yang
dihasilkannya bisa sangat banyak sehingga menyulitkan analisis akar
masalah. Fishbone diagram sering juga disebut sebagai diagram Ishikawa.
Fakor kontribusi berbeda dengan akar masalah. Ada tiga pertanyaan
yang bsa dipakai untuk membedakan akar masalah dengan faktor
kontribusi, yaitu: 1) Apakah sentinel event akan terjadi bila faktor tesebut
tidak ada?: 2) Apakah sentinel event yang sama kn muncul bila faktor
tersebut hilang?: 3) Apakah koreksi atau eliminasi faktor akan dapat
menimbulkan sentinel event?. Salah satu jawaban “Ya” dari ketiga
pertanyaan tersebut menandakan bahwa faktor tersebut merupakan faktor
kontribusi, bukan akar masalah.
G. Susun Rekomendasi
Produk analisis informasi adalah akar penyebab masalah. Walau
demikin, RCA diakhiri bukan dengn ditemukannya akar penyebab masalah
namun dengan rekomendasi. Rekomendasi ini disusun berdasarkan hasil
RCA. Hasil RCA pertama-tama akan memperjelas apa yang terjadi dan apa
penyebabnya. Dri hasil ini, tim akan memperleh pembelajaran berbasis
bukti. Dua hal ini harus disintesis secara bijak dan jujur untuk menelurkan
rekomendasi. Rekomendasi hendaknya bersifat tepat sasaran, relevan,
feasible, dapat dievaluasi ulang, dan mempunyi target waktu penyelesaian.

6
Berikut ini adalah ringkasan langkah-langkah RCA dan tools yang dapat
digunakan pada setiap langkah.
Langkah Deskripsi Note and Tools
1 Bentuk Tim (Organize a team) Anggota tim kurang dari 10
2 Rumuskan masalah (Define the problem) Brainstroming, multivoting,
FMEA
3 Pelajari Masalah Braintorm, flowchart, pareto,
scatter, affinity diagram, etc
4 Tentukan apa yang terjadi (Determine Flow chart, timeline
what happen)
5 Identifikasi faktor penyebab (Identify Contro chart, tree analysis,
contributing factors) FMEA
6 Identifikasi faktor-faktor lai yang ikut Brainstorm, affinity diag,
mendorong terjadinya insiden (Identify cause-effect diagram
other contributing factors)
7 Ukur, kumpulkan dan nilai data berdasar Kembangkan indikator
penyebab utama dan terdekat. (Measure,
collect and assess data on proximate and
underlying causes)
8 Desain dan implementasi perubahan Gantt chart
sementara (Design and implement interim
changes)
9 Identifikasi sistem mana yang terlibat Flow chart, cause effect diag,
(akar penyebab) (Identify which systems FMEA, tree analysis (analisis
are involved (the root causes) pohon), barrier analysis
10 Pendekkan/kurangi daftar akar penyebab
(Prune the list of root causes)
11 Pastikan/konfirmasikan akar penyebab
(Confirm root causes)
12 Cari dan identifikasi strategi FMEA
pengurangan risiko (Explore & identify
risk-reduction strategies)
13 Formulasikan tindakan perbaikan Brainstorm, flow chart,
(Formulate improvement actions) cause effect diagram
(diagram sebab akibat)
14 Evaluasi tindakan perbaikan yang
diajukan (Evaluate Proposes Improvement
Actions)
15 Desain perbaikan (Design improvements) Gantt chart
16 Pastikan rencana diterima (Ensure
acceptability of the action plan)
17 Terapkan rencana perbaikan (Implement PDCA, critical path
the improvement Plan)
18 Kembangkan cara pengukuran efektifitas
dan pastikan keberhasilannya (Develop
measures of effectiveness and ensure their
success
19 Evaluasi penerapan rencana perbaikan Run chart, control chart,
(Evaluate implementation of improvement histogram
plan)
20 Lakukan tindakan tambahan (Take
additional action)
21 Komunikasikan hasilnya (Communicate
the result)

7
BAB V
DOKUMENTASI

1. Investigasi komprehensif / Analisis akar masalah / RCA dilaksanakan


oleh Tim KP di RS dalam waktu maksimal 45 hari untuk grade Kuning /
Merah
2. Setelah melakukan RCA , Tim kp di RS akan membuat laporan dan
Rekomendasi untuk perbaikan serta “Pembelajaran” berupa : Petunjuk /
Safety alert untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
3. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi
4. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan
balik kepada unit kerja terkait.
5. Unit Kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan kerjanya
masing-masing.
6. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh tim KP di RS.

Anda mungkin juga menyukai