235
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
mangium. Perbandingan struktur anatomi akar, bagian dalam bedeng merupakan lantai semen, setiap
ranting/batang dan daun antara A. mangium, A. 3 bedeng dilengkapi dengan 1 kran air untuk
auriculiformis dan kedua hibridnya belum banyak penyiraman dan tiang-tiang besi sebagai rangka untuk
dilaporkan terutama sebagai dasar analisis kekerabat- memasang paranet.
an di antara jenis-jenis tersebut. Semai hibrid yang digunakan sebagai sampel
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Biotek- adalah semai dengan pertumbuhan vigor (21F),
nologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPPBPTH) intermediet/sedang (21D), dan inferior (2D) yang
bekerja sama dengan Fakultas Biologi Universitas berasal dari hasil persilangan yang sama yaitu A.
Gadjah Mada melakukan penelitian pada A. mangium, mangium nomor famili 86 sebagai pohon induk betina
A. auriculiformis, dan hibridnya (A. mangium x A. dan A. auriculiformis sebagai induk jantan nomor
auriculiformis) untuk mengetahui struktur anatomi famili 107 dari polong/buah yang sama. Sampel yang
akar, batang/ranting, dan daun. Penelitian tersebut digunakan adalah akar, batang/ranting, dan daun
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesamaan (filodia). Sampel batang merupakan sampel dari semai
(similarity index) anatomi akar, batang/ranting dan hibrid, sampel ranting tidak diambil karena pada semai
daun A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya (A. tidak dijumpai ranting, sedangkan sampel ranting
mangium x A. auriculiformis).Berdasarkan tingkat merupakan sampel dari induk A. mangium dan A.
kesamaan tersebut kemudian dilakukan analisis auriculiformis karena secara teknis sulit untuk
hubungan kekerabatan antara A. mangium, A. mendapatkan sampel batang yang baik. Bahan kimia
auriculiformis, dan hibridnya (A. mangium x A. yang diperlukan untuk pembuatan preparat anatomi
auriculiformis).Hasil penelitian ini diharapkan akan adalah larutan fiksatif alkohol 70%, pewarna safranin
m e n a m b a h i n fo r m a s i te n t a n g I P T E K d a l a m 1%, albumin, koralhidrat yang dilarutkan dalam
menentukan kekerabatan antara A. mangium dan A. aquades (5:2) dan bahan lain sebagai penunjang.
auriculiformis berdasarkan ciri morfologinya. Peralatan yang digunakan adalah silet (Gillet Goal),
Informasi tersebut akan melengkapi informasi studi gelas benda, gelas penutup, mikroskop cahaya
tentang kekerabatan antara jenis tumbuhan yang biasa molekuler merk CE, kamera digital merk BenQ ser DC
dilakukan berdasarkan molekuler. C750, dan optilab serta alat bantu lain yang diperlukan.
236
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
237
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
kerapatan epidermis, tipe stomata, tebal stomata Struktur anatomi akar, batang/ranting, dan daun
(µm), panjang stomata (µm), kerapatan stomata,
dan jumlah sel tetangga. Hasil pengamatan dan beberapa contoh gambar
Parameter diukur menggunakan mikroskop struktur anatomi akar, batang/ranting dan daun
cahaya, obyek yang diamati kemudian diukur (filodia)A. mangium, A. auriculiformis dan hibridnya
menggunakan mikrometer dan image raster kemudian disajikan dalam Tabel 1 dan Gambar 1-4. Dari hasil
difoto menggunakan kamera digital. pengamatan menunjukkan bahwa ukuran jaringan
penyusun akar, batang, dan daun (filodia) bervariasi.
Analisis data Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nyata
Untuk mengetahui variasi struktur anatomi pada ukuran jaringan penyusun akar, batang/ranting
pada A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya dan daun A. mangium, A. auriculiformis dan
dilakukan analisis varians kemudian dilanjutkan hibridnya, dilakukan analisis varians dengan hasil
dengan uji Duncan apabila hasil analisis varians disajikan dalam Tabel 2, 3, 4, dan 5. Dalam tabel
menunjukkan perbedaan nyata. Nilai estimasi tersebut juga disampaikan hasil perhitungan nilai
heritabilitas juga dihitung untuk mengetahui pola heritabilitas pada karakter anatomi yang diamati.
Untuk mengetahui hubungan kekerabatan A. sebagian besar ukuran jaringan penyusun akar, batang
mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya, data hasil dan daun hibrid A. mangium x A. auriculiformis dan
pengamatan anatomi dibuat skoring dan hasilnya kedua induknya berbeda nyata. Ukuran jaringan yang
dibuat standarisasi data dalam bentuk Tabel OTU sama hanya dijumpai pada jaringan feloderm (daun),
(Operasional Taxonomi Unit). Dari Tabel OTU korteks (batang), dan tebal lamina serta perbandingan
kemudian dicari indeks similaritas menggunakan tebal palisade dengan tebal daun (daun/filodia). Tipe
metode Jaccard dengan rumus sebagai berikut stomata adalah paracytic mengacu pada Carpenter
(Barbour et al. 1987): (2005) yaitu tipe stomata dengan ciri-ciri sel penutup
didampingi oleh sel tetangga sebanyak satu atau lebih
Indeks Jaccard (X,Y) = |X∩Y| / |X∪Y|*100% dengan kedudukan sumbu sejajar sel penutup dan
lubang stomata (Gambar 4).
Keterangan: X dan Y adalah jenis yang akan dianalisis
persamaan sifat di antara keduanya, |X∩Y| merupakan
parameter yang sama dimiliki oleh kedua jenis dan
|X∪Y| adalah gabungan parameter yang dibanding-
kan. Dari indeks similiaritas tersebut, kemudian di-
buat dendogram untuk melihat hubungan kekerabat-
an antara A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya
(Romesburg 1984; Tjitrosoepoemo 1998). Penyusunan
Tabel OTU dan analisis kekerabatan dilakukan
menggunakan perangkat lunak NTSYS pc 2.1.
238
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
Tabel 1. Hasil pengamatan anatomi akar, batang/ranting dan daun (filodia) pada A. mangium, A.
auriculiformis, dan hibridnya.
Table 1. Results of anatomical observation on root, stem, and leaf (phyllodia) of A. mangium, A.
auriculiformis, and its hybrid.
240
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
Tabel 2. Ringkasan hasil analisis varians ukuran jaringan penyusun akar A. mangium, A.
auriculiformis, dan hibridnya dan nilai heritabilitasnya.
Table 2. The result summary on analysis of variance of anatomical structure of the root among
A. mangium, A. auriculiformis, and its hybrid and their heritability.
Keterangan : ns = tidak berbeda nyata **= berbeda nyata pada taraf uji 1%
Remark : ns = not significant **= highly significant at 1% level
Tabel 3. Ringkasan hasil analisis varians ukuran jaringan penyusun batang/ranting A. mangium, A.
auriculiformis, dan hibridnya dan nilai heritabilitasnya.
Table 3. The result summary on analysis of variance of anatomical structure of the stem among A.
mangium, A. auriculiformis, and its hybrid and their heritability.
Keterangan : ns = tidak berbeda nyata **= berbeda nyata pada taraf uji 1%
Remark : ns = not significant **= highly significant at 1% level
Tabel 4. Ringkasan hasil analisis varians ukuran jaringan penyusun daun A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya
dan nilai heritabilitasnya.
Table 4. The result summary on analysis of variance of anatomical structure of the leaves among A. mangium, A.
auriculiformis, and its hybrid and their heritability.
Keterangan : ns = tidak berbeda nyata ** = berbeda nyata pada taraf uji 1%. Rasio pl/t:perbandingan palisade dengan tebal daun,
Rasio pr/t: perbandingan parenkim dengan tebal daun
Remark : ns = not significant **= highly significant at 1% level. pl/t ratio : ratio of palisade and leaf thickness; pr/t ratio :
ratio of parenchyma and leaf thickness
241
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
Tabel 5. Ringkasan hasil analisis varians ukuran jaringan penyusun stomata pada daun A.
mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya dan nilai heritabilitasnya. .
Table 5. The result summary on analysis of variance of anatomical structure of the stomata
among A. mangium, A. auriculiformis, and its hybrid and their heritability.
242
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
Tabel 6. Indeks similaritas (%) antara A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya berdasarkan struktur anatomi akar,
batang, dan daun.
Table 6. Similarity index (%) of A. mangium, A. auriculiformis, and its hybrid based on anatomical structure of root, stem
and leaf.
Gambar 5. Dendogram/fenogram hubungan tingkat kesamaan antara A.mangium,A. auriculiformis, dan hibridnya
berdasarkan indeks persamaan struktur anatomi mikroskopis akar, batang dan daun.
Figure 5. Dendogram/phenogram of A. mangium, A. auriculiformis, and its hybrid based on similarity index of anatomical
structure of root, stem and leaf.
243
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
Ukuran jaringan penyusun akar pada hibrid kutikula. Perbedaan nyata lainnya terletak pada
vigor, intermediet, dan inferior juga bervariasi ukuran panjang dan tebal jari-jari empulur. Pada A.
walaupun semuanya merupakan hasil dari persilangan mangium jaringan empulurnya mempunyai ukuran
induk-induk yang sama. Perbedaan nyata terletak pada lebih pendek dan lebih tebal dibandingkan pada A.
jaringan floem dan kerapatan metaxylem. Floem pada auriculiformis. Seperti halnya pada jaringan penyusun
hibrid inferior mempunyai ukuran paling tebal seperti akar, jaringan empulur ini diduga merupakan penye-
halnya A. auriculiformis. Diduga sifat ini kuat diturun- bab terjadinya perbedaan pertumbuhan antara A.
kan dari induk jantan (A. auriculiformis), hal ini diper- mangium dan A. auriculiformis. Kemampuan jaringan
kuat dengan besarnya nilai heritabilitas pada para- empulur memindahkan zat-zat penting ke seluruh
meter tebal floem yaitu sebesar 0,9. Sehingga, sifatnya bagian tanaman memungkinkan jenis ini tumbuh
yang inferior tersebut kemungkinan disebabkan menjadi pohon berukuran besar (Raven et al. 2005).
karena kesamaan ukuran floem ini. Ukuran metaxylem Jaringan kutikula pada A. mangium diturunkan
pada hibrid inferior juga mempunyai kerapatan tinggi pada seluruh hibridnya dengan ketebalan bervariasi
dibandingkan dengan hibrid lainnya. Sifat ini pun dan seluruhnya lebih kecil dibandingkan induknya.
sama dengan A. auriculiformis yang mempunyai Kutikula pada hibrid vigor dan intermediet mempu-
kerapatan metaxylem lebih tinggi dibandingkan nyai ukuran yang sama sedangkan pada hibrid inferior
dengan A. mangium walaupun secara statistik tidak lebih tipis atau setengahnya. Hasil tersebut menunjuk-
berbeda nyata. Sifat kerapatan metaxylem ini diduga kan bahwa jaringan kutikula kuat diturunkan dari
juga diturunkan secara kuat dari induk jantan, dugaan induk betina kepada keturunannya dengan nilai
ini diperkuat dengan besarnya nilai heritabilitas pada heritabilitas tergolong tinggi yaitu 0,9 (Tabel 3).
parameter ini yaitu sebesar 0,8 (Tabel 2). Ukuran Jaringan empulur pada batang/akar hibrid vigor juga
jaringan penyusun akar pada hibrid vigor dan inter- lebih tebal dibandingkan hibrid lainnya, kemungkinan
mediet secara statistik tidak berbeda nyata walaupun hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
bervariasi. Perbedaan menonjol terletak pada ukuran pertumbuhannya lebih baik. Sifat ini lebih diturunkan
jari-jari empulur, pada hibrid vigor panjang jaringan ini dari induk betina (A. mangium) dengan nilai herita-
paling panjang diikuti hibrid intermediet dan hibrid bilitas 0,9. Jaringan lainnya bervariasi dan tidak
inferior. Diduga sifat ini kuat diturunkan dari induk mempunyai pola yang pasti antara hibrid vigor,
betina (A. mangium) ditinjau dari besarnya nilai intermediet dan inferior, namun demikian memiliki
heritabilitasnya yaitu sebesar 0,9 dan merupakan salah pola lebih cenderung kepada sifat A. mangium sebagai
satu faktor yang menyebabkan pertumbuhannya lebih induk betina. Hal tersebut sesuai dengan uraian Suryo
baik dibanding dua hibrid lainnya. (2005) yang menyatakan bahwa induk betina lebih
mempengaruhi keturunannya dibandingkan dengan
Struktur anatomi batang/ranting
induk jantan.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa jaringan
penyusun batang/ranting pada hibrid A. mangium x A. Struktur anatomi daun
auriculiformis baik vigor, intermediet maupun inferior Dari hasil pengamatan diketahui bahwa jaringan
dan kedua jenis induknya bervariasi (Tabel 1). Perbeda- penyusun daun pada hibrid akasia baik vigor, interme-
an yang paling menyolok pada jaringan penyusun diet dan inferior serta kedua jenis induknya bervariasi
batang/ranting pada A. mangium dan A. auriculiformis (Tabel 1). Perbedaan yang paling tampak adalah adanya
adalah keberadaan jaringan kutikula. Pada jenis A. tulang daun (aksis) yang menonjol pada A. mangium
auriculiformis tidak dijumpai adanya jaringan dan tidak menonjol pada A. auriculiformis. Sifat aksis
244
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
yang menonjol pada A. mangium ini diturunkan pada terpisah menjadi dua kelompok (cluster) dengan
seluruh hibridnya baik vigor, intermediet maupun indeks persamaan sebesar 57%. Hibrid A. mangium x A.
inferior dengan nilai heritabilitas 0,8 (Tabel 3). auriculiformis tergolong dalam satu kelompok dan
Jaringan penyusun daun lainnya juga berbeda nyata termasuk di dalam kelompok A. mangium karena
kecuali pada tebal lamina dan tebal berkas pengangkut memiliki tingkat kesamaan yang lebih besar dengan A.
serta luas sel palisade bagian atas. mangium dibandingkan dengan A. auriculiformis
Di antara hibrid akasia, variasi ukuran jaringan dengan indeks persamaan sebesar 68%. Tingkat
penyusun filodia terletak pada jaringan epidermis, persamaan itulah yang diduga menjadi dasar jenis A.
berkas pengangkut dan stomata, sedangkan jaringan mangium dan A. auriculiformis termasuk ke dalam
lainnya tidak berbeda nyata (Tabel 1). Tidak dijumpai famili yang sama yaitu Fabaceae atau polong-polongan
adanya tren ukuran epidermis dan berkas pengangkut dengan genus Acacia (Widyatmoko et al. 2010).
pada hibrid. Ukuran paling tebal dijumpai pada hibrid Dengan tingkat persamaan lebih dari 50% tersebut
intermediet. Demikian juga pada ukuran sel stomata, diduga jarak genetik di antara A. mangium dan A.
paling panjang dijumpai pada hibrid inferior sedang- auriculiformis juga tidak terlalu jauh sehingga di antara
kan kerapatan stomata tertinggi terdapat pada hibrid kedua jenis Acacia tersebut dapat saling berkawin
vigor. Diduga sifat yang terdapat pada induk jantan (A. silang dan menghasilkan benih/keturunan yang baik
auriculiformis) diturunkan dengan pola yang tidak (viable) karena salah satu syarat persilangan antar
menentu pada hibridnya, walaupun nilai heritabilitas- spesies dalam satu genus adalah mempunyai jarak
nya tergolong tinggi (Tabel 5). genetiknya tidak terlalu jauh (Ibrahim 1993).
Kepadatan stomata A. mangium dan A. auriculi- Dari dendogram juga diketahui bahwa tingkat
formis dalam penelitian ini sebanding dengan hasil kekerabatan hibrid A. mangium x A. auriculiformis
penelitian yang dilakukan oleh Combalicer et al. (2012) lebih dekat dengan jenis A. mangium mengacu kepada
di Philipina, yaitu kepadatan pada A. auriculiformis pendapat Loveless (1989) yang menyatakan bahwa
lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan A. semakin tinggi nilai indeks similaritas, maka
mangium. Perbedaan kepadatan stomata per satuan hubungan kekerabatannya semakin dekat. Lebih
luas ini akan menimbulkan perbedaan proses fisiologi lanjut disampaikan bahwa kekerabatan antara 2 jenis
yang terjadi dalam tumbuhan tersebut terutama tumbuhan dikategorikan lebih dekat apabila tingkat
transpirasi dan pertukaran gas antar jaringan daun dan persamaan pada sejumlah karakter lebih besar.
atmosfer (Fahn 1995). Stomata juga bertanggung jawab Pendapat serupa disampaikan oleh Rideng (1989),
atas pertukaran udara dan uap air pada permukaan bahwa semakin banyak persamaan karakter antara dua
daun melalui mekanisme buka tutup pada sel-sel tumbuhan, maka semakin dekat hubungan kekera-
penjaga yang dipengaruhi oleh suhu dan cahaya (Rost batannya dan sebaliknya. Tingkat kedekatan hibrid
et al. 2006). dengan induk betinanya diduga juga terkait dengan
adanya pola pewarisan sitogenik (sitogenic heritance)
Indeks persamaan (Similaritas)
(Suryo 2005). Pola pewarisan sitogenik menyebutkan
Berdasarkan seluruh karakter anatomi yang
bahwa sifat-sifat induk betina lebih banyak diturunkan
diamati pada akar, ranting/batang dan daun yang telah
kepada keturunannya dibandingkan dengan sifat-sifat
diskoring dan distandarisasi serta dihitung indeks
yang dimiliki oleh induk jantan karena gen pembawa
persamaannya, dihasilkan dendogram/fenogram yang
sifat pada induk betina tidak hanya dalam inti sel
disajikan dalam Gambar 6. Dari fenogram tersebut
namun juga dari organel yang ada dalam sitoplasma
diketahui bahwa A. mangium dan A. auriculiformis
yaitu mitokondria.
245
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
246
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247
Graham LE, Graham JM, Wilcox LW. 2003. Plant Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta.
biology. Hlm. 191. Pearson Education Linch, New Romesburg HC. 1984. Cluster analysis for researchers.
Jersey. Lifetime Learning Publication Belmant, California.
Herr JM Jr. 1993. Clearing technique for the study of Rost TL, Barbour MG, Stocking CR, Murphy TM. 2006.
vascular plant tissues in whole structures and thick Plant biology. Hlm. 52. Thomson Brooks/Cole, US.
section. Hlm. 63-84. Dalam Goldman CA, Hauta Sass JE. 1958. Botanical Microtechnique. Hlm. 91-98.
PL, O'Donnell, Adrew SE, Heiden R, editor. Tested The Iowa State University Press, Iowa.
studies for laboratory teaching. Columbia.
Singh J, Michelangeli JAC, Gezan SA, Lee H, Vallejos E.
Haryudin W, Syukur C, Nuryani Y. 2002. Tingkat 2017. Maternal effects on seed and seedling
kesamaan tanaman nilam hasil fusi protoplas phenotypes in reciprocal F1 hybrids of the common
berdasarkan morfologi dan anatomi daun. Jurnal bean (Phaseolus vulgaris L.). Frontier Plant Science
Biologi Indonesia 3(4):332-339. 8:42.
Ibrahim Z, Awang K. 1991. Flowering and fruiting Sunarti S, Na'iem M, Hardiyanto EB, Indrioko S. 2013.
phenology of Acacia mangium and Acacia Breeding strategy of Acacia hybrid (A. mangium x A.
auriculiformis in Peninsular Malaysia. Dalam auriculiformis) to increase forest production in
Carron LT, Aken KM, editor. Breeding technologies Indonesia. Journal of Tropical Forest Management
for tropical Acacias. Proceedings of an international 9(2):128-137.
workshop, Malaysia.
Sunarti S. 2013. Strategi pemuliaan hibrid Acacia (A.
Ibrahim Z. 1993. Reproductive biology. DalamAwang K, mangium x A. auriculiformis). Disertasi (tidak
Taylor D, editor. Acacia mangium growing and dipublikasikan). Fakultas Kehutanan. Universitas
utilization. Winrock International and the Food Gadjah Mada.
and Agriculture Organization of the United
Suryo. 2005. Sitogenetika. Gadjah Mada University
Nations, Bangkok.
Press, Yogyakarta.
Kato K, Yamaguchi S, Chigira O, Hanaoka S. 2014.
Tjitrosoepomo G. 1996. Morfologi tumbuhan. Gadjah
Comparative study of reciprocal crossing for
Mada University Press, Yogyakarta.
establishment of Acacia hybrid. Journal of Tropical
Tjitrosoepomo G. 1998. Taksonomi umum: Dasar-
Forest Science 24(2):469–483.
dasar taksonomi tumbuhan. Gadjah Mada
Kha LD, Harwood CE, Kien ND. 2012. Growth and wood
University Press, Yogyakarta.
basic density of Acacia hybrid clones at three
Widyatmoko AYPBC, Watanabe A, Shiraishi S. 2010.
locations in Vietnam. New Forest 43:13-29.
Study on genetic variation and relationships among
Khalid I, Wahap R, Sulaiman O, Mohamed A, Tabet T,
Acacia species using RAPPD and SSCP. Journal of
Alamjuri RH. 2010. Enhancing colour appearances
Forestry Research 7(2):125-143.
of 15 cultivated 15 year old Acacia hybrids through
heat treatment process. International Journal of
Biology 2(2):199-209.
Loveless K. 1989. Principles of plant biology for tropical
region. Kartawinata K, Danimiharja S, Soetisna U,
penerjemah. Gramedia, Jakarta.
Oktarisna FA, Soegianto A, Sugiharto AN. 2013. Pola
p e wa r i s a n s i f a t wa r n a p o l o n g p a d a h a s i l
persilangan tanaman buncis (Phasaolus vulgaris L.)
varietas introduksi dengan varietas lokas. Jurnal
Produksi Tanaman 1(2):81-89.
Raven PH, Evert RF, Eichhorn SE. 2005. Biology of
plant. WH Freeman & Company Publiser, US.
Rideng MI. 1986. Taksonomi tumbuhan biji.
Departemen Pendidikan dan Budaya, Direktorat
J e n d e r a l D i k t i Pe n ge m b a n g a n L e m b a g a
247