Anda di halaman 1dari 14

Sunarti et al.

/Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya (A. mangium x A. auriculiformis)


dapat dengan mudah dibedakan pada tingkat semai. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui tingkat kesamaan antara A. mangium, A.
auriculiformis, dan hibridnya berdasarkan perbedaan struktur anatomi
mikroskopis pada akar, batang/ranting dan daun (filodia). Sampel akar,
batang/ranting, dan daun (filodia) dibuat preparat semi permanen
menggunakan teknik free-hand dan hasilnya diamati dengan image raster
dan leaf clearing. Parameter yang diamati adalah ukuran jaringan penyusun
akar, batang/ranting, dan daun(filodia) serta hubungan kekerabatan antara
A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa antara A. mangium dan A. auriculiformis mempunyai
tingkat kesamaan sebesar 55,26% dan hibrid A. mangium x A. auriculiformis
mempunyai tingkat kesamaan dengan induk betina (A. mangium) lebih
besar dibandingkan dengan induk jantan (A. auriculiformis), yaitu
berturut-turut sebesar 60,53%-65,78% dan 52,63%-63,16%. Hibrid vigor
mempunyai kekerabatan lebih dekat dengan hibrid intermediet
dibandingkan dengan hibrid inferior, yaitu berturut-turut sebesar 78,95%
dan 68,42%. Kemungkinan untuk mendapatkan hibrid unggul dengan
persilangan dapat ditingkatkan dengan memilih pohon induk betina yang
lebih unggul.

© Jurnal Ilmu Kehutanan-All rights reserved

Pendahuluan sebesar 97% (Sunarti et al. 2013). Penanda ini


bermanfaat terutama untuk mengidentifikasi hibrid
Hibrid Acacia mangium x Acacia auriculiformis hasil penyerbukan terbuka, baik di alam maupun di
adalah hasil persilangan (hibridisasi) antara Acacia kebun benih hibrid (hybrid seed orchard) sehingga
mangium (sebagai pohon induk betina/pollen dapat digunakan untuk membedakan dengan kedua
receptor) dan Acacia auriculiformis (sebagai pohon jenis induknya. Namun demikian, penanda berupa
induk jantan/pollen donor) baik yang terjadi secara anatomi mikroskopis pada hibrid A. mangium x A.
alami maupun buatan (Ibrahim 1993). Jenis ini auriculiformis maupun kedua jenis induknya masih
dikembangkan di Indonesia sebagai hutan tanaman sangat terbatas. Anatomi mikroskopis seperti ukuran
industri (HTI) untuk menyediakan bahan baku struktur jaringan penyusun akar, batang, dan daun
industri pulp dan kertas karena pertumbuhan dan antar jenis tanaman biasanya unik dan bervariasi antar
sifat-sifat kayunya (basic density, pulp yield, wood jenis tumbuhan (Tjitrosoepomo 1996; Fahn 1995),
consumption, kandungan selulosa) yang lebih baik sedangkan struktur anatomi pada tanaman kehutanan
dibandingkan kedua jenis induknya (Kha et al. 2012; khususnya tanaman hibrid belum banyak dilaporkan.
Kato et al. 2014). Selain itu, hibrid ini dilaporkan juga Struktur anatomi kayu berupa dimensi serat hibrid
lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit Acacia dan kedua induknya (A. mangium dan A.
(Ibrahim & Awang 1991) serta mampu tumbuh dengan auriculformis) umur 3 tahun dilaporkan oleh Arif et al.
baik pada berbagai tapak dan lahan marginal (Khalid et (2017). Berdasarkan dimensi seratnya, A. mangium
al. 2010). lebih tepat sebagai bahan baku pulp dan kertas
Penanda morfologi berupa perkembangan dibandingkan dengan A. auriculiformis demikian pula
bentuk daun pada tahap semai banyak dilaporkan dan hibrid yang dihasilkan, hibrid A. mangium x A.
telah digunakan untuk mengidentifikasi hibrid A. auriculiformis memiliki dimensi serat yang lebih baik
mangium x A. auriculiformis dengan tingkat akurasi dibandingkan dengan hibrid A. auriculiformis x A.

235
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

mangium. Perbandingan struktur anatomi akar, bagian dalam bedeng merupakan lantai semen, setiap
ranting/batang dan daun antara A. mangium, A. 3 bedeng dilengkapi dengan 1 kran air untuk
auriculiformis dan kedua hibridnya belum banyak penyiraman dan tiang-tiang besi sebagai rangka untuk
dilaporkan terutama sebagai dasar analisis kekerabat- memasang paranet.
an di antara jenis-jenis tersebut. Semai hibrid yang digunakan sebagai sampel
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Biotek- adalah semai dengan pertumbuhan vigor (21F),
nologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPPBPTH) intermediet/sedang (21D), dan inferior (2D) yang
bekerja sama dengan Fakultas Biologi Universitas berasal dari hasil persilangan yang sama yaitu A.
Gadjah Mada melakukan penelitian pada A. mangium, mangium nomor famili 86 sebagai pohon induk betina
A. auriculiformis, dan hibridnya (A. mangium x A. dan A. auriculiformis sebagai induk jantan nomor
auriculiformis) untuk mengetahui struktur anatomi famili 107 dari polong/buah yang sama. Sampel yang
akar, batang/ranting, dan daun. Penelitian tersebut digunakan adalah akar, batang/ranting, dan daun
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesamaan (filodia). Sampel batang merupakan sampel dari semai
(similarity index) anatomi akar, batang/ranting dan hibrid, sampel ranting tidak diambil karena pada semai
daun A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya (A. tidak dijumpai ranting, sedangkan sampel ranting
mangium x A. auriculiformis).Berdasarkan tingkat merupakan sampel dari induk A. mangium dan A.
kesamaan tersebut kemudian dilakukan analisis auriculiformis karena secara teknis sulit untuk
hubungan kekerabatan antara A. mangium, A. mendapatkan sampel batang yang baik. Bahan kimia
auriculiformis, dan hibridnya (A. mangium x A. yang diperlukan untuk pembuatan preparat anatomi
auriculiformis).Hasil penelitian ini diharapkan akan adalah larutan fiksatif alkohol 70%, pewarna safranin
m e n a m b a h i n fo r m a s i te n t a n g I P T E K d a l a m 1%, albumin, koralhidrat yang dilarutkan dalam
menentukan kekerabatan antara A. mangium dan A. aquades (5:2) dan bahan lain sebagai penunjang.
auriculiformis berdasarkan ciri morfologinya. Peralatan yang digunakan adalah silet (Gillet Goal),
Informasi tersebut akan melengkapi informasi studi gelas benda, gelas penutup, mikroskop cahaya
tentang kekerabatan antara jenis tumbuhan yang biasa molekuler merk CE, kamera digital merk BenQ ser DC
dilakukan berdasarkan molekuler. C750, dan optilab serta alat bantu lain yang diperlukan.

Bahan dan Metode Pengambilan sampel

Bahan dan alat Pengambilan sampel daun (filodia) dilakukan


dengan mengambil daun yang tidak terlalu muda dan
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian
tidak terlalu tua, yaitu daun ke-5 dari ujung (Haryudin
ini adalah tanaman induk A. mangium, A. auriculi-
et al. 2002). Pengambilan akar dan batang/ranting
formis umur 4 tahun di kebun persilangan dan hibrid
dilakukan dengan menggunakan gunting stek yang
akasia (A. mangium x A.auriculiformis) umur 6 bulan di
tajam. Sampel akar, ranting/batang, dan daun diambil
persemaian BBPPBPTH. Persemaian merupakan
masing-masing sebanyak 3 buah pada masing-masing
persemaian permanen yang terletak di bagian
tanaman. Sampel yang diambil semuanya dipotong
belakang kantor BBPPBPTH seluas kurang lebih
dengan ukuran panjang kurang lebih 1 cm kemudian
500m2, tinggi tempat 313 m dpl dengan suhu rata-rata
dimasukkan dalam botol sampel yang telah diisi
bulanan 24-24,9°C dan curah hujan rata-rata tahunan
dengan alkohol 70%.
sekitar 2.656 mm. Bedengan berjajar dengan lantai

236
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

Pembuatan preparat anatomi Pengamatan parameter

Preparat anatomi adalah preparat semi permanen Pengukuran stomata


dibuat menggunakan metode free-hand, yaitu metode Pe n g a m a t a n s to m a t a d i l a k u k a n d e n g a n
dengan menggunakan tangan langsung tanpa alat mengukur dan menghitung stomata menggunakan
bantu teknis mesin (Sass 1958). Langkah-langkah metode leaf clearing dengan tahapan sebagai berikut
pembuatan preparat tersebut adalah sebagai berikut: (Herr 1993):
- Filodia dipotong dengan bentuk bujur sangkar
Tahap fiksasi
dengan ukuran 5 mm x 5 mm kemudian dimasuk-
Fiksasi dilakukan dengan merendam sampel
kan dalam botol flakon yang telah diisi alkohol 70%.
dalam alkohol 70% dengan tujuan untuk
- Potongan filodia direndam dalam alkohol 70%
mempertahankan komponen-komponen sel dari
sampai berwarna putih.
keadaan post-mortem, menguatkan bahan, dan
- Potongan filodia yang telah berwarna putih
memudahkan pewarnaan.
kemudian dimasukkan dalam kloralhidrat sampai
Tahap pengirisan (daun, ranting/batang) dengan kondisi filodia menjadi transparan.
Pengirisan sampel dilakukan menggunakan silet - Potongan filodia tersebut kemudian diletakkan di
tajam dan steril secara melintang dengan ketebalan atas gelas benda dan ditutup dengan gelas penutup
setipis mungkin yaitu kurang lebih 20-30 mikrometer. dan stomata diamati menggunakan obyek
Pengirisan ini dapat dilakukan secara langsung dengan mikroskop mikrometer.
membuat sayatan pada sampel daun, ranting/batang
Pengamatan parameter anatomi
atau apabila kesulitan dapat menggunakan daging
Parameter anatomi yang diamati adalah sebagai
buah timun atau lainnya. Sampel daun, ranting/batang
berikut:
diselipkan di tengan daging buah mentimun,
- Akar meliputi feloderm, tebal xylem (µm), tebal
kemudian mentimun disayat tipis-tipis sehingga
metaxylem (µm), dan panjang jari-jari empulur
sampel ikut tersayat.
(µm).
Tahap pewarnaan - Batang meliputi keberadaan kutikula, tebal
Hasil irisan diwarnai dengan merendam irisan ke kutikula (µm), jumlah tonjolan, tebal tonjolan
dalam larutan safranin 1% dalam aquades selama (µm), tebal sel epidermis (µm), bentuk sel
kurang lebih 5 detik. Perendaman tidak boleh epidermis, tebal sklerenkim (µm), tebal sklerenkim
dilakukan terlalu lama untuk menghindari pewarnaan (µm) pada tonjolan, tebal floem (µm), penebalan
yang terlalu tebal. sklerenkim, panjang jari-jari empulur (µm),
jaringan dilatasi, diameter metaxylem (µm),
Tahap penutupan kerapatan metaxylem, tebal korteks (µm), dan tebal
Hasil irisan diletakkan di atas gelas benda tepat di empulur (µm).
tengahnya, kemudian ditetesi dengan albumin dan - Daun (filodia) meliputi keberadaan lapisan
ditutup dengan gelas penutup. Di sekeliling gelas kutikula, tebal lapisan epidermis (µm), tebal berkas
penutup diolesi dengan perekat cutex dan ditunggu pengangkut (µm) pada lamina, tebal sklerenkim
sampai kering sehingga gelas penutup melekat (µm) pada lamina, rasio palisade dengan tebal
sempurna pada gelas benda. Bagian ujung gelas benda daun, rasio parenkim dengan tebal daun, tebal
kemudian diberi stiker label dan diberi keterangan lamina (µm), luas palisade bagian atas, luas palisade
spesies, organ dan penampang.

237
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

bagian bawah mm2, kerapatan berkas pengangkut, Hasil dan Pembahasan


diameter aksis filodia (µm), bentuk epidermis pada
ibu tulang daun, tebal sklerenkim (µm) pada aksis, Hasil

kerapatan epidermis, tipe stomata, tebal stomata Struktur anatomi akar, batang/ranting, dan daun
(µm), panjang stomata (µm), kerapatan stomata,
dan jumlah sel tetangga. Hasil pengamatan dan beberapa contoh gambar
Parameter diukur menggunakan mikroskop struktur anatomi akar, batang/ranting dan daun
cahaya, obyek yang diamati kemudian diukur (filodia)A. mangium, A. auriculiformis dan hibridnya
menggunakan mikrometer dan image raster kemudian disajikan dalam Tabel 1 dan Gambar 1-4. Dari hasil
difoto menggunakan kamera digital. pengamatan menunjukkan bahwa ukuran jaringan
penyusun akar, batang, dan daun (filodia) bervariasi.
Analisis data Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nyata

Untuk mengetahui variasi struktur anatomi pada ukuran jaringan penyusun akar, batang/ranting

pada A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya dan daun A. mangium, A. auriculiformis dan

dilakukan analisis varians kemudian dilanjutkan hibridnya, dilakukan analisis varians dengan hasil

dengan uji Duncan apabila hasil analisis varians disajikan dalam Tabel 2, 3, 4, dan 5. Dalam tabel

menunjukkan perbedaan nyata. Nilai estimasi tersebut juga disampaikan hasil perhitungan nilai

heritabilitas juga dihitung untuk mengetahui pola heritabilitas pada karakter anatomi yang diamati.

pewarisannya. Dari hasil analisis varians diketahui bahwa

Untuk mengetahui hubungan kekerabatan A. sebagian besar ukuran jaringan penyusun akar, batang

mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya, data hasil dan daun hibrid A. mangium x A. auriculiformis dan

pengamatan anatomi dibuat skoring dan hasilnya kedua induknya berbeda nyata. Ukuran jaringan yang

dibuat standarisasi data dalam bentuk Tabel OTU sama hanya dijumpai pada jaringan feloderm (daun),

(Operasional Taxonomi Unit). Dari Tabel OTU korteks (batang), dan tebal lamina serta perbandingan

kemudian dicari indeks similaritas menggunakan tebal palisade dengan tebal daun (daun/filodia). Tipe

metode Jaccard dengan rumus sebagai berikut stomata adalah paracytic mengacu pada Carpenter

(Barbour et al. 1987): (2005) yaitu tipe stomata dengan ciri-ciri sel penutup
didampingi oleh sel tetangga sebanyak satu atau lebih
Indeks Jaccard (X,Y) = |X∩Y| / |X∪Y|*100% dengan kedudukan sumbu sejajar sel penutup dan
lubang stomata (Gambar 4).
Keterangan: X dan Y adalah jenis yang akan dianalisis
persamaan sifat di antara keduanya, |X∩Y| merupakan
parameter yang sama dimiliki oleh kedua jenis dan
|X∪Y| adalah gabungan parameter yang dibanding-
kan. Dari indeks similiaritas tersebut, kemudian di-
buat dendogram untuk melihat hubungan kekerabat-
an antara A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya
(Romesburg 1984; Tjitrosoepoemo 1998). Penyusunan
Tabel OTU dan analisis kekerabatan dilakukan
menggunakan perangkat lunak NTSYS pc 2.1.

238
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

Tabel 1. Hasil pengamatan anatomi akar, batang/ranting dan daun (filodia) pada A. mangium, A.
auriculiformis, dan hibridnya.
Table 1. Results of anatomical observation on root, stem, and leaf (phyllodia) of A. mangium, A.
auriculiformis, and its hybrid.

240
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

Tabel 2. Ringkasan hasil analisis varians ukuran jaringan penyusun akar A. mangium, A.
auriculiformis, dan hibridnya dan nilai heritabilitasnya.
Table 2. The result summary on analysis of variance of anatomical structure of the root among
A. mangium, A. auriculiformis, and its hybrid and their heritability.

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata **= berbeda nyata pada taraf uji 1%
Remark : ns = not significant **= highly significant at 1% level

Tabel 3. Ringkasan hasil analisis varians ukuran jaringan penyusun batang/ranting A. mangium, A.
auriculiformis, dan hibridnya dan nilai heritabilitasnya.
Table 3. The result summary on analysis of variance of anatomical structure of the stem among A.
mangium, A. auriculiformis, and its hybrid and their heritability.

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata **= berbeda nyata pada taraf uji 1%
Remark : ns = not significant **= highly significant at 1% level

Tabel 4. Ringkasan hasil analisis varians ukuran jaringan penyusun daun A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya
dan nilai heritabilitasnya.
Table 4. The result summary on analysis of variance of anatomical structure of the leaves among A. mangium, A.
auriculiformis, and its hybrid and their heritability.

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata ** = berbeda nyata pada taraf uji 1%. Rasio pl/t:perbandingan palisade dengan tebal daun,
Rasio pr/t: perbandingan parenkim dengan tebal daun
Remark : ns = not significant **= highly significant at 1% level. pl/t ratio : ratio of palisade and leaf thickness; pr/t ratio :
ratio of parenchyma and leaf thickness

241
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

Tabel 5. Ringkasan hasil analisis varians ukuran jaringan penyusun stomata pada daun A.
mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya dan nilai heritabilitasnya. .
Table 5. The result summary on analysis of variance of anatomical structure of the stomata
among A. mangium, A. auriculiformis, and its hybrid and their heritability.

Keterangan : **= berbeda nyata pada taraf uji 1%


Remark : **= highly significant at 1% level

Indeks persamaan/similaritas (lapisan kutikula, sklerenkim, jaringan xylem, jari-jari


Berdasarkan data pengamatan anatomi, dilaku- empuler, korteks), dan daun (kutikula, epidermis,
kan skoring dan standarisasi menjadi Tabel OTU. Nilai berkas pengangkut, tebal stomata, jumlah sel
yang terdapat dalam Tabel OTU tersebut kemudian tetangga). Kluster A. mangium dibagi menjadi kluster
digunakan untuk menghitung indeks similaritas atau hibrid (hibrid vigor, intermediet dan inferior).
tingkat kesamaan. Hasil pengamatan indek similaritas Hubungan A. mangium dengan hibrid A. mangium x A.
atau tingkat kesamaan antara A. mangium, A. auriculiformis mempunyai tingkat kesamaan sebesar
auriculiformis, dan hibrid A. mangium x A. kurang lebih 63%. Persamaan tersebut terletak pada
auriculiformis disajikan dalam Tabel 6. Hasil indeks ukuran jaringan penyusun akar (floem, metaxylem,
similaritas menunjukkan antara A. mangium dan A. jari-jari empulur), batang (kutikula, sklerenkim,
auriculiformis memiliki tingkat kesamaan struktur floem, metaxylem, jari-jari empulur), daun (epidermis,
anatomi akar, batang, dan daun sebesar 55,26%. kerapatan berkas pengangkut, epidermis, jumlah sel
T i n gk a t ke s a m a a n h i b r i d A . m a n g i u m x A . tetangga). Hibrid vigor dan hibrid intermediet
auriculiformis dengan pohon induk betina (A. mempunyai tingkat kesamaan sebesar 79%, keduanya
mangium) dan jantan (A. auriculiformis) berturut- terpisah menjadi dua kluster berdasarkan jaringan
turut sebesar 60,53%-65,78% dan 52,63%-63,16%. Hasil penyusun akar (tebal jaringan floem), batang (tebal sel
analisis indeks similaritas (Tabel 6) kemudian dibuat epidermis, ukuran jaringan berkas pengangkut, tebal
klustering dan divisualisasikan dalam bentuk jari-jari empulur), daun (kerapatan sel
dendogram/fenogram (Gambar 5). epidermis,jumlah sel tetangga).Tingkat kesamaan
Gambar 5 menunjukkan bahwa antara A. antara kedua hibrid tersebut dengan hibrid inferior
mangium dan A. auriculiformis mempunyai indeks sebesar 68,5%. Hibrid inferior menjadi kluster
persamaan sebesar kurang lebih 57%, kesamaan antara tersendiri terpisah dari hibrid vigor dan intermediet
dua jenis tersebut terletak pada tebal feloderm (daun), berdasarkan struktur anatomi akar (metaxylem),
tebal jaringan kortek (batang), dan tebal lamina serta batang (tebal jaringan empulur, kerapatan metaxylem,
perbandingan tebal palisade dengan tebal daun. Kedua ukuran floem), daun (epidermis, berkas pengangkut,
jenis tersebut terpisahkan menjadi 2 kluster luas jaringan lapisade, kerapan sel epidermis, dan
berdasarkan karakter struktur anatomi jaringan jumlah sel tetangga.
penyusun akar (floem, kerapatan metaxylem), batang

242
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

Tabel 6. Indeks similaritas (%) antara A. mangium, A. auriculiformis, dan hibridnya berdasarkan struktur anatomi akar,
batang, dan daun.
Table 6. Similarity index (%) of A. mangium, A. auriculiformis, and its hybrid based on anatomical structure of root, stem
and leaf.

Gambar 5. Dendogram/fenogram hubungan tingkat kesamaan antara A.mangium,A. auriculiformis, dan hibridnya
berdasarkan indeks persamaan struktur anatomi mikroskopis akar, batang dan daun.
Figure 5. Dendogram/phenogram of A. mangium, A. auriculiformis, and its hybrid based on similarity index of anatomical
structure of root, stem and leaf.

Pembahasan jaringan jari-jari empulur. Jari-jari empulur merupa-


kan jaringan yang terdiri atas sel-sel yang berongga
Struktur anatomi akar
atau berisi cadangan makanan (Fahn 1995). Diduga
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
perbedaan tebal jari-jari empulur ini merupakan salah
struktur anatomi jaringan penyusun akar A. mangium,
satu faktor yang menyebabkan perbedaan kecepatan
A. auriculiformis, dan hibridnya baik vigor, intermediet
pertumbuhan di antara kedua jenis tersebut. Jari-jari
maupun inferior dan kedua jenis induknya bervariasi
empulur pada A. mangium lebih tebal, sehingga
(Tabel 1). Perbedaan jaringan penyusun akar antara A.
kemampuan mengalirkan air dan nutrisi ke seluruh
mangium dan A. auriculiformis terletak pada tebal
bagian tanaman lebih besar dan menyebabkan
floem dan panjang jari-jari empulur (jaringan tapis).
pertumbuhannya menjadi lebih baik (Graham et al.
Ukuran floem pada A. auriculiformis lebih tebal
2003).
dibandingkan A. mangium, namun sebaliknya pada

243
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

Ukuran jaringan penyusun akar pada hibrid kutikula. Perbedaan nyata lainnya terletak pada
vigor, intermediet, dan inferior juga bervariasi ukuran panjang dan tebal jari-jari empulur. Pada A.
walaupun semuanya merupakan hasil dari persilangan mangium jaringan empulurnya mempunyai ukuran
induk-induk yang sama. Perbedaan nyata terletak pada lebih pendek dan lebih tebal dibandingkan pada A.
jaringan floem dan kerapatan metaxylem. Floem pada auriculiformis. Seperti halnya pada jaringan penyusun
hibrid inferior mempunyai ukuran paling tebal seperti akar, jaringan empulur ini diduga merupakan penye-
halnya A. auriculiformis. Diduga sifat ini kuat diturun- bab terjadinya perbedaan pertumbuhan antara A.
kan dari induk jantan (A. auriculiformis), hal ini diper- mangium dan A. auriculiformis. Kemampuan jaringan
kuat dengan besarnya nilai heritabilitas pada para- empulur memindahkan zat-zat penting ke seluruh
meter tebal floem yaitu sebesar 0,9. Sehingga, sifatnya bagian tanaman memungkinkan jenis ini tumbuh
yang inferior tersebut kemungkinan disebabkan menjadi pohon berukuran besar (Raven et al. 2005).
karena kesamaan ukuran floem ini. Ukuran metaxylem Jaringan kutikula pada A. mangium diturunkan
pada hibrid inferior juga mempunyai kerapatan tinggi pada seluruh hibridnya dengan ketebalan bervariasi
dibandingkan dengan hibrid lainnya. Sifat ini pun dan seluruhnya lebih kecil dibandingkan induknya.
sama dengan A. auriculiformis yang mempunyai Kutikula pada hibrid vigor dan intermediet mempu-
kerapatan metaxylem lebih tinggi dibandingkan nyai ukuran yang sama sedangkan pada hibrid inferior
dengan A. mangium walaupun secara statistik tidak lebih tipis atau setengahnya. Hasil tersebut menunjuk-
berbeda nyata. Sifat kerapatan metaxylem ini diduga kan bahwa jaringan kutikula kuat diturunkan dari
juga diturunkan secara kuat dari induk jantan, dugaan induk betina kepada keturunannya dengan nilai
ini diperkuat dengan besarnya nilai heritabilitas pada heritabilitas tergolong tinggi yaitu 0,9 (Tabel 3).
parameter ini yaitu sebesar 0,8 (Tabel 2). Ukuran Jaringan empulur pada batang/akar hibrid vigor juga
jaringan penyusun akar pada hibrid vigor dan inter- lebih tebal dibandingkan hibrid lainnya, kemungkinan
mediet secara statistik tidak berbeda nyata walaupun hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
bervariasi. Perbedaan menonjol terletak pada ukuran pertumbuhannya lebih baik. Sifat ini lebih diturunkan
jari-jari empulur, pada hibrid vigor panjang jaringan ini dari induk betina (A. mangium) dengan nilai herita-
paling panjang diikuti hibrid intermediet dan hibrid bilitas 0,9. Jaringan lainnya bervariasi dan tidak
inferior. Diduga sifat ini kuat diturunkan dari induk mempunyai pola yang pasti antara hibrid vigor,
betina (A. mangium) ditinjau dari besarnya nilai intermediet dan inferior, namun demikian memiliki
heritabilitasnya yaitu sebesar 0,9 dan merupakan salah pola lebih cenderung kepada sifat A. mangium sebagai
satu faktor yang menyebabkan pertumbuhannya lebih induk betina. Hal tersebut sesuai dengan uraian Suryo
baik dibanding dua hibrid lainnya. (2005) yang menyatakan bahwa induk betina lebih
mempengaruhi keturunannya dibandingkan dengan
Struktur anatomi batang/ranting
induk jantan.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa jaringan
penyusun batang/ranting pada hibrid A. mangium x A. Struktur anatomi daun
auriculiformis baik vigor, intermediet maupun inferior Dari hasil pengamatan diketahui bahwa jaringan
dan kedua jenis induknya bervariasi (Tabel 1). Perbeda- penyusun daun pada hibrid akasia baik vigor, interme-
an yang paling menyolok pada jaringan penyusun diet dan inferior serta kedua jenis induknya bervariasi
batang/ranting pada A. mangium dan A. auriculiformis (Tabel 1). Perbedaan yang paling tampak adalah adanya
adalah keberadaan jaringan kutikula. Pada jenis A. tulang daun (aksis) yang menonjol pada A. mangium
auriculiformis tidak dijumpai adanya jaringan dan tidak menonjol pada A. auriculiformis. Sifat aksis

244
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

yang menonjol pada A. mangium ini diturunkan pada terpisah menjadi dua kelompok (cluster) dengan
seluruh hibridnya baik vigor, intermediet maupun indeks persamaan sebesar 57%. Hibrid A. mangium x A.
inferior dengan nilai heritabilitas 0,8 (Tabel 3). auriculiformis tergolong dalam satu kelompok dan
Jaringan penyusun daun lainnya juga berbeda nyata termasuk di dalam kelompok A. mangium karena
kecuali pada tebal lamina dan tebal berkas pengangkut memiliki tingkat kesamaan yang lebih besar dengan A.
serta luas sel palisade bagian atas. mangium dibandingkan dengan A. auriculiformis
Di antara hibrid akasia, variasi ukuran jaringan dengan indeks persamaan sebesar 68%. Tingkat
penyusun filodia terletak pada jaringan epidermis, persamaan itulah yang diduga menjadi dasar jenis A.
berkas pengangkut dan stomata, sedangkan jaringan mangium dan A. auriculiformis termasuk ke dalam
lainnya tidak berbeda nyata (Tabel 1). Tidak dijumpai famili yang sama yaitu Fabaceae atau polong-polongan
adanya tren ukuran epidermis dan berkas pengangkut dengan genus Acacia (Widyatmoko et al. 2010).
pada hibrid. Ukuran paling tebal dijumpai pada hibrid Dengan tingkat persamaan lebih dari 50% tersebut
intermediet. Demikian juga pada ukuran sel stomata, diduga jarak genetik di antara A. mangium dan A.
paling panjang dijumpai pada hibrid inferior sedang- auriculiformis juga tidak terlalu jauh sehingga di antara
kan kerapatan stomata tertinggi terdapat pada hibrid kedua jenis Acacia tersebut dapat saling berkawin
vigor. Diduga sifat yang terdapat pada induk jantan (A. silang dan menghasilkan benih/keturunan yang baik
auriculiformis) diturunkan dengan pola yang tidak (viable) karena salah satu syarat persilangan antar
menentu pada hibridnya, walaupun nilai heritabilitas- spesies dalam satu genus adalah mempunyai jarak
nya tergolong tinggi (Tabel 5). genetiknya tidak terlalu jauh (Ibrahim 1993).
Kepadatan stomata A. mangium dan A. auriculi- Dari dendogram juga diketahui bahwa tingkat
formis dalam penelitian ini sebanding dengan hasil kekerabatan hibrid A. mangium x A. auriculiformis
penelitian yang dilakukan oleh Combalicer et al. (2012) lebih dekat dengan jenis A. mangium mengacu kepada
di Philipina, yaitu kepadatan pada A. auriculiformis pendapat Loveless (1989) yang menyatakan bahwa
lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan A. semakin tinggi nilai indeks similaritas, maka
mangium. Perbedaan kepadatan stomata per satuan hubungan kekerabatannya semakin dekat. Lebih
luas ini akan menimbulkan perbedaan proses fisiologi lanjut disampaikan bahwa kekerabatan antara 2 jenis
yang terjadi dalam tumbuhan tersebut terutama tumbuhan dikategorikan lebih dekat apabila tingkat
transpirasi dan pertukaran gas antar jaringan daun dan persamaan pada sejumlah karakter lebih besar.
atmosfer (Fahn 1995). Stomata juga bertanggung jawab Pendapat serupa disampaikan oleh Rideng (1989),
atas pertukaran udara dan uap air pada permukaan bahwa semakin banyak persamaan karakter antara dua
daun melalui mekanisme buka tutup pada sel-sel tumbuhan, maka semakin dekat hubungan kekera-
penjaga yang dipengaruhi oleh suhu dan cahaya (Rost batannya dan sebaliknya. Tingkat kedekatan hibrid
et al. 2006). dengan induk betinanya diduga juga terkait dengan
adanya pola pewarisan sitogenik (sitogenic heritance)
Indeks persamaan (Similaritas)
(Suryo 2005). Pola pewarisan sitogenik menyebutkan
Berdasarkan seluruh karakter anatomi yang
bahwa sifat-sifat induk betina lebih banyak diturunkan
diamati pada akar, ranting/batang dan daun yang telah
kepada keturunannya dibandingkan dengan sifat-sifat
diskoring dan distandarisasi serta dihitung indeks
yang dimiliki oleh induk jantan karena gen pembawa
persamaannya, dihasilkan dendogram/fenogram yang
sifat pada induk betina tidak hanya dalam inti sel
disajikan dalam Gambar 6. Dari fenogram tersebut
namun juga dari organel yang ada dalam sitoplasma
diketahui bahwa A. mangium dan A. auriculiformis
yaitu mitokondria.

245
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

Hibrid A. mangium x A. auriculiformis yang sebesar 55,26%, sedangkan hibrid A. mangium x A.


diamati dalam penelitian ini terbagi dalam 3 kategori auriculiformis termasuk ke dalam kluster A. mangium
berdasarkan pertumbuhannya di persemaian, yaitu dengan tingkat kesamaan sebesar 60,53%-65,78%.
hibrid vigor (terbaik), intermediet (sedang), dan Berdasarkan struktur anatomi akar, batang/akar dan
inferior (kurang baik). Hibrid yang diamati merupakan daun, hibrid A. mangium x A. auriculiformis mewarisi
hibrid yang dihasilkan dari persilangan buatan dengan sifat-sifat lebih banyak dari induk betinanya (A.
induk sama dan berasal dari satu polong (buah). mangium) dibandingkan induk jantannya (A.
Namun demikian, hasil pengamatan menunjukkan auriculiformis). Informasi tersebut sangat bermanfaat
bahwa di antara ketiga hibrid tersebut terdapat variasi. dalam pengembangan strategi pemuliaan hibrid akasia
Hibrid intermediet lebih dekat tingkat persamaannya terutama untuk meningkatkan probabilitas diperoleh-
dengan hibrid vigor dibandingkan dengan hibrid nya hibrid akasia unggul.
inferior, yaitu berturut-turut sebesar 78,95% dan
Ucapan Terima Kasih
68,42%. Hal tersebut menunjukkan bahwa gen
pembawa sifat pada masing-masing butir serbuk sari Terima kasih disampaikan kepada teknisi dan
(pollen grain) pada pollen majemuk (polyad) bervaria- laboran Laboratorium Anatomi Fakultas Biologi,
si. Informasi ini sangat bermanfaat dalam strategi Universitas Gadjah Mada atas bantuan dan kerjasama-
pemuliaan hibrid akasia, bahwa kemungkinan untuk nya selama pembuatan sampel dan pengamatan.
mendapatkan hibrid unggul dapat ditingkatkan Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Tim
dengan menggunakan induk betina yang unggul Pemuliaan Acacia dan Eucalyptus Balai Besar Litbang
karena pengaruh gen dari induk betina (maternal Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan yang
effect). Hal serupa banyak terjadi pada komoditas telah berperan aktif dalam kegiatan pengembangan
pertanian seperti pada tanaman buncis yang dilapor- hibrid Acacia.
kan oleh Oktarisna et al. (2013), bahwa keturunan
pertama hasil persilangan resiprok antara varietas Daftar Pustaka
lokal dan varietas introduksi menghasilkan buncis Arif N, Sunarti S, Praptoyo H. 2017. Wood anatomical
dengan warna polong dominan sama dengan induk structure of tropical Acacias and its implication to
betinanya. Hasil penelitian pada komoditas yang sama the tree breeding. International Journal of
juga dilaporkan oleh Singh et al. (2017), bahwa gen Horticultura 3(3):9-16.
pembawa sifat pada induk betina berpengaruh Carpenter KJ. 2005. Stomatal architecture and
evolution in basal angiospermae. American Journal
dominan terhadap ukuran biji dan pertumbuhan serta
of Botany 92(10):1595-1615.
bentuk morfologi perakaran tanaman. Dalam strategi Combalicer MS, Lee DK, Woo SY, Hyun JO, Park YD,
pemuliaan hibrid akasia berupa co-improvement Lee YK, Combalicer EA, Tolentino EL. 2012.
method (Sunarti 2013) diduga juga terjadi pengaruh Physiological characteristic of Acacia
maternal effect, karena kemungkinan diperolehnya auriculiformis A. Cunn. Ex Benth, Acacia mangium
Willd. and Pterocarpus indicus Willd. In the La
keturunan hibrid akasia unggul akan meningkat
Mess watershed and Mt. Makiling, Philippines.
sejalan dengan tingkat keunggulan induk betinanya. Journal of Environmental Science and
Management, Special Issue No. 1,14-28.
Kesimpulan
Fa h n A . 1 9 9 5 . P l a n t a n a to my. S o e d i a r to A ,
Koesoemaningrat T, Matasaputra M, Akmal H,
Jenis A. mangium dan A. auriculiformis merupa-
penerjemah. Gadjah Mada University Press,
kan kluster yang terpisah dengan tingkat kesamaan Yogyakarta.

246
Sunarti et al./Jurnal Ilmu Kehutanan 12 (2018) 234-247

Graham LE, Graham JM, Wilcox LW. 2003. Plant Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta.
biology. Hlm. 191. Pearson Education Linch, New Romesburg HC. 1984. Cluster analysis for researchers.
Jersey. Lifetime Learning Publication Belmant, California.
Herr JM Jr. 1993. Clearing technique for the study of Rost TL, Barbour MG, Stocking CR, Murphy TM. 2006.
vascular plant tissues in whole structures and thick Plant biology. Hlm. 52. Thomson Brooks/Cole, US.
section. Hlm. 63-84. Dalam Goldman CA, Hauta Sass JE. 1958. Botanical Microtechnique. Hlm. 91-98.
PL, O'Donnell, Adrew SE, Heiden R, editor. Tested The Iowa State University Press, Iowa.
studies for laboratory teaching. Columbia.
Singh J, Michelangeli JAC, Gezan SA, Lee H, Vallejos E.
Haryudin W, Syukur C, Nuryani Y. 2002. Tingkat 2017. Maternal effects on seed and seedling
kesamaan tanaman nilam hasil fusi protoplas phenotypes in reciprocal F1 hybrids of the common
berdasarkan morfologi dan anatomi daun. Jurnal bean (Phaseolus vulgaris L.). Frontier Plant Science
Biologi Indonesia 3(4):332-339. 8:42.
Ibrahim Z, Awang K. 1991. Flowering and fruiting Sunarti S, Na'iem M, Hardiyanto EB, Indrioko S. 2013.
phenology of Acacia mangium and Acacia Breeding strategy of Acacia hybrid (A. mangium x A.
auriculiformis in Peninsular Malaysia. Dalam auriculiformis) to increase forest production in
Carron LT, Aken KM, editor. Breeding technologies Indonesia. Journal of Tropical Forest Management
for tropical Acacias. Proceedings of an international 9(2):128-137.
workshop, Malaysia.
Sunarti S. 2013. Strategi pemuliaan hibrid Acacia (A.
Ibrahim Z. 1993. Reproductive biology. DalamAwang K, mangium x A. auriculiformis). Disertasi (tidak
Taylor D, editor. Acacia mangium growing and dipublikasikan). Fakultas Kehutanan. Universitas
utilization. Winrock International and the Food Gadjah Mada.
and Agriculture Organization of the United
Suryo. 2005. Sitogenetika. Gadjah Mada University
Nations, Bangkok.
Press, Yogyakarta.
Kato K, Yamaguchi S, Chigira O, Hanaoka S. 2014.
Tjitrosoepomo G. 1996. Morfologi tumbuhan. Gadjah
Comparative study of reciprocal crossing for
Mada University Press, Yogyakarta.
establishment of Acacia hybrid. Journal of Tropical
Tjitrosoepomo G. 1998. Taksonomi umum: Dasar-
Forest Science 24(2):469–483.
dasar taksonomi tumbuhan. Gadjah Mada
Kha LD, Harwood CE, Kien ND. 2012. Growth and wood
University Press, Yogyakarta.
basic density of Acacia hybrid clones at three
Widyatmoko AYPBC, Watanabe A, Shiraishi S. 2010.
locations in Vietnam. New Forest 43:13-29.
Study on genetic variation and relationships among
Khalid I, Wahap R, Sulaiman O, Mohamed A, Tabet T,
Acacia species using RAPPD and SSCP. Journal of
Alamjuri RH. 2010. Enhancing colour appearances
Forestry Research 7(2):125-143.
of 15 cultivated 15 year old Acacia hybrids through
heat treatment process. International Journal of
Biology 2(2):199-209.
Loveless K. 1989. Principles of plant biology for tropical
region. Kartawinata K, Danimiharja S, Soetisna U,
penerjemah. Gramedia, Jakarta.
Oktarisna FA, Soegianto A, Sugiharto AN. 2013. Pola
p e wa r i s a n s i f a t wa r n a p o l o n g p a d a h a s i l
persilangan tanaman buncis (Phasaolus vulgaris L.)
varietas introduksi dengan varietas lokas. Jurnal
Produksi Tanaman 1(2):81-89.
Raven PH, Evert RF, Eichhorn SE. 2005. Biology of
plant. WH Freeman & Company Publiser, US.
Rideng MI. 1986. Taksonomi tumbuhan biji.
Departemen Pendidikan dan Budaya, Direktorat
J e n d e r a l D i k t i Pe n ge m b a n g a n L e m b a g a

247

Anda mungkin juga menyukai