Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas

KehendakNya penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “Psikotik Post

Partum” ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Ilmu Jiwa.

Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk

menyusun referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik

dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik

dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada dr.Glorio Immanuel. Sp.KJ dan dr. Dana Waluyati. Sp.KJ selaku

pembimbing Kepaniteraan Ilmu Jiwa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soesilo

Slawi, yang telah memberikan masukan yang berguna dalam proses penyusunan

makalah ini.

Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi acuan yang

berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang

terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, dan khususnya tentang Referat

Psikotik Post Partum.

Slawi, 29 Maret 2019

F.P.Palupi

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 5
B. Tujuan Penulisan....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.......................................................................... ........................ 6
B. Epidemiologi............................. ............................................................. 6
C. Etiologi.................................................................................................... 6
D. Faktor Pencetus...................................................................................... 6
E. Gambaran Klinis.................................................................................... 7
F. Diagnosis..................................................................................................7
G. Penatalaksanaan..................................................................................... 7
H. Prognosis................................................................................................. 7
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 10
LAMPIRAN
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... 11
Kuesioner EPDS............................................................................................... 12
DAFTAR TABEL............................................................................................. 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi infrastruktur, teknologi kedokteran, dan kualitas sumber
daya manusia yang semakin maju berpengaruh terhadap semakin
rendahnya angka kematian dan tingginya angka kelahiran. Namun keadaan
ini tidak sejalan dengan tekanan ekonomi, beban pekerjaan, dan tata kota
yang buruk menghadirkan fenomena di berbagai negara. Pandangan
masyarakat mengenai kesehatan jiwa dan fisik masih mengalami
kesenjangan. Beberapa fakta Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2018
mengenai kesehatan jiwa yaitu bunuh diri adalah penyebab kematian
nomor dua terbesar pada usia 15-29 tahun, depresi adalah gangguan jiwa
yang umum diderita dan salah satu penyebab disabilitas di dunia yang
diperkirakan 300 juta orang mengalami, gangguan bipolar diperkirakan
diderita sekitar 60 juta orang, skizofrenia dan penyakit psikosis lain
diderita 37 juta orang, demensia diperkirakan diderita 50 juta orang di
dunia.
Peningkatan swamedikasi atau pengobatan sendiri, khususnya di
Indonesia. Tidak sedikit masyarakat yang berupaya menjalani hidup sehat
dengan menerapkan prinsip swamedikasi, alasannya karena biaya
pengobatan yang semakin mahal dan mereka belum mendapatkan akses ke
pusat pelayanan kesehatan primer secara memadai. Padahal penggunaan
obat harus memperhatikan aspek aman, tepat, dan rasional dalam
pemberian sesuai regimen terapi dan kondisi pasien agar tidak muncul
kesalahan pengobatan (medication error) (Zeenot, 2013). Ditambah
kompetensi petugas kesehatan yang belum optimal dalam penanganan
kasus-kasus disabilitas psikososial. Perlu keterlibatan semua pihak, baik
masyarakat maupun pemerintah, seharusnya ikut berperan aktif dalam
upaya penanggulangan disabilitas psikososial yang memerlukan
kepemimpinan dan bimbingan untuk menjembatani kesenjangan

3
kebutuhan dengan sumber daya yang tersedia (WHO, 2003). Karena
menurut UU No.18 tahun 2014, Kesehatan Jiwa adalah kondisi ketika
seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial,
sehingga ia sadar akan kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberi kontribusi untuk
komunitasnya. Pendekatan multidisiplin juga dapat mendukung
keberhasilan kepatuhan pengobatan dan mampu meningkatkan manajemen
kesehatan mental yang lebih efektif.
Diperlukan banyak perhatian pada disabilitas psikososial termasuk
mengalihkan fokus dari sekedar mengobati menjadi melakukan
pencegahan. Karena jika gangguan ini tidak tertangani secara holistik,
berlangsung seumur hidup pasien dan berdampak pada peningkatan biaya
kesehatan yang cukup besar. Semakin menurun tingkat kepatuhan
pengobatan pasien maka biaya terapi dan kemungkinan pasien melakukan
hospitalisasi semakin meningkat (Braithwaite et al., 2013).
Seringkali menyepelekan kasus depresi. Padahal seseorang ketika
terkena depresi belum tahu harus berbuat apa. Depresi menurut Kaplan
dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta
gagasan bunuh diri. Keadaan ini diperparah jika seseorang tidak
menyadari apabila mengalami depresi. Artinya edukasi mengenai
kesehatan jiwa masih sangat kurang. Hal ini dibuktikan pada laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 oleh Kementrian Kesehatan
hanya 9% penderita depresi yang menjalani pengobatan medis. Keadaan
psikosis pascapartum baik primipara maupun multipara merupakan
kondisi rentan pada wanita yang akan menyebabkan mereka mengalami
tekanan secara emosional. Gangguan–gangguan psikologis yang muncul
akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan. Situasi ini mempengaruhi
hubungan anak dan ibu dikemudian hari, bahkan membahayakan. Menurut
DSM-IV, gangguan post partum diklasifikasikan dalam gangguan mood.

4
Ada 3 tipe gangguan mood post partum, diantaranya adalah maternity
blues, postpartum depression dan postpartum psychosis (Ling dan Duff,
2001). Masing-masing tipe ini memiliki gejala yang khas. Pada psikosis
post partum merupakan penyakit mental yang serius dan harus
diperlakukan sebagai darurat medis. Hal ini bisa muncul dalam durasi
yang sangat singkat atau berupa serangan yang sangat berat selama
berbulan–bulan atau bertahun – tahun lamanya.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat untuk mengetahui gangguan mood psikotik post
partum bedasarkan definisi, epidemiologi, etiologi, patofisioogi, gambaran
klinis, diagnosis, penatalaksanaan, prognosis.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Psikosis pascapartum adalah penyakit mental serius yang harus diperlakukan
sebagai darurat medis. Jika tidak segera diobati, akan membahayakan
penyandang maupun bayinya. Gejala biasanya mulai tiba-tiba dalam dua
minggu pertama setelah melahirkan. Lebih jarang, mereka dapat berkembang
beberapa minggu setelah bayi lahir.
B. Epidemiologi
Pada penelitian sikosis pascapartum terjadi pada 1-2 kasus per 1000 kelahiran
hidup (Kendell, 1987). Sebagian besar penelitian belum membedakan
psikosis postpartum dari gangguan bipolar atau proporsi kejadian yang
disebabkan morbiditas psikiatrik prahamil. Pada penelitian di Swedia untuk
menentukan kejadian psikosis postpartum dan gangguan bipolar yang
disebabkan oleh rawat inap psikiatrik sebelumnya dalam waktu 90 hari, di
dapatkan hasil hampir 10% wanita dirawat di rumah sakit karena morbiditas
psikiatrik sebelum persalinan mengalami psikosis postpartum setelah
kelahiran pertama mereka (Harlow, 2007). Kejadian psikotik post partum jauh
lebih jarang daripada depresi postpartum yang mempengaruhi 10% -13% ibu,
dan baby blues sekitar 50% -75% wanita postpartum (Sit, 2006).
C. Etiologi
Faktor etiologi utama yang ditemukan untuk psikosis postpartum adalah
hubungan gangguan ini dengan fungsional psikosis. Ada bukti kuat bahwa
periode postpartum cenderung memprovokasi afek psikosis dan psikosis
nonschizophrenik lainnya (Terp, 2007).

D. Faktor Pencetus
Menurut Terp (2007) terdapat faktor utama terjadi psikotik post partum, yaitu:
1. Psikopatologi pasien
2. Dukungan lingkungan sosial (stress).
3. Keadaan nifas.
E. Gambaran Klinis

6
Terjadi pada 1-4 minggu pertama setelah melahirkan. Onset cepat sekitar 2-3
hari. Gejala yang sering muncul yaitu: (Sit, 2006)
1. Delusi paranoid
2. Delusi bizzare atau grandiosa
3. Mood mengambang (perubahan suasana hati)
4. Pemikiran bingung
5. Perbedaan perilaku yang dramatis dari sebelumnya.
F. Diagnosis
Lakukan skrining terhadap pasien dengan The Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS) dan the Mood Disorder Questionnaire (MDQ).
Diagnosis psikosis postpartum yang cepat dan akurat sangat penting untuk
mempercepat perawatan yang tepat dan untuk memungkinkan pemulihan,
pencegahan episode mendatang (kekambuhan), dan pengurangan risiko pada
ibu dan anak-anaknya serta keluarga (Sit, 2006).
G. Penatalaksanaan
Perlu penilaian cermat dan berulang (monittoring) gejala, keamanan, dan
kapasitas fungsional ibu. Perawatan ditentukan oleh diagnosis yang
mendasarinya, gangguan bipolar, dan dipandu oleh ketajaman gejala, respons
pasien terhadap perawatan masa lalu, tolerabilitas obat, dan preferensi
menyusui. Terapi somatik termasuk agen antimanik, antidepresan, penstabil
mood, antipsikotik atipikal, dan ECT. Profilaksis estrogen tetap diberikan jika
perlu (Sit, 2006). Sehingga pemeriksa harus mengevaluasi dan secara tepat,
merujuk pasien untuk intervensi psikiatrik, serta mendidik pasien dan
keluarga tentang penyakit ini.
H. Prognosis
Ibu dengan psikosis pasca partum dengan bayi prematur lebih baik.
Penanganan intensif dan sesuai dengan rujukan ahli psikiatri secara
komprehensif (dubia ad bonam). Karena periode postpartum terutama
meningkat untuk wanita yang mengalami gangguan mental selama kehamilan
atau yang memiliki riwayat gangguan afektif bipolar atau gangguan afektif
unipolar (Munk-Olsen, 2012 dan Terp, 2007). Keadaan diperpaah pada
kejadian psikotik post partum segera setelah melahirkan, 72% -88% memiliki

7
penyakit bipolar atau gangguan schizoafektif, sementara hanya 12% yang
menderita skizofrenia, gangguan hormon, komplikasi obstetri, dan kurang
tidur (Sit, 2006).

BAB III

8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikotik post partum merupakan suatu presentasi jelas dari gangguan bipolar
setelah melahirkan, meskipun Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan
Mental, edisi ke-4. (DSMIV), memungkinkan untuk klasifikasi psikotik post
partum sebagai bentuk parah dari depresi berat atau timbulnya / terulangnya
gangguan psikotik primer, seperti skizofrenia.

Gangguan ini dengan onset dan durasi singkat dan cepat, disertai dengan
gejala kebingungan yang mendalam, keyakinan delusi, perubahan suasana
hati, dan ketidakmampuan peran sosial yang didahului gangguan afektif.jika
tidak ditangani segeraakan berakibat bermanifestasi berulang serangan
psikosis bipolar, mania campuran, dan depresi bipolar.

9
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association (2000) Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. Fourth Edition (Text Revision). Washington, DC :
American Psychiatric Assosiation (APA).
Braithwaite (2013) The Role of Medication Adherence in the U.S. Healthcare
System. USA: National Association of Chain Drug Stores
Departement of Mental Health and Substance Dependence World Health
Organization Geneva (2003) Kesehatan Mental dalam Kedaruratan:Aspek
Mental dan Sosial Kesehatan Masyarakat yang Terpapar Stresor yang
Ekstrem:WHO.
Harlow, Bernard L., Vitonis, Allison F., Sparen, Par et al (2007) Incidence of
Hospitalization for Postpartum Psychotic and Bipolar Episodes in Women
With and Without Prior Prepregnancy or Prenatal Psychiatric
Hospitalizations. JAMA Psychiatry Arch Gen Psychiatry. 2007;64(1):42-
48. doi:10.1001/archpsyc.64.1.42
Kaplan, H. I dan Sadock, B. J. (1998) Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Kendell, R.E.,Chalmers, J.C., Platz, C. Epidemiology of puerperal psychoses.
British Journal Psychiatry 1987;150662- 673
Ling, F. W, dan Duff, P (2001) Obstetrics and Gynecology. New York : Mc Graw
– Hill Companies.
Munk-Olsen; Laursen, Trine Thomas Munk; Meltzer-Brody, Samantha et al
(2012)Psychiatric Disorders With Postpartum Onset : Possible Early
Manifestations of Bipolar Affective Disorders JAMA Psychiatry.
Sit, Dorothy; Rothschild, Anthony J.; Wisner, Katherine L.(2006) A Review Of
Postpartum Psychosis NIH Public Access 15(4): 352–368.
DOI:10.1089/Jwh.2006.15.352.
Terp, I.M., Engholm, G., Meller, H., Mortensed, P. B.(2007) A follow‐up study of
postpartum psychoses: prognosis and risk factors for readmission Acta
Psychiatrica Scandinavica https://doi.org/10.1111/j.1600-
0447.1999.tb10912.x
Zeenot, S. (2013) Pengelolaan & Penggunaan Obat Wajib Apotek. D-MEDIKA
(Anggota IKAPI). Jogjakarta: D-Medika.

http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf

10
LAMPIRAN

Grafik 1 Prevalensi Depresi Pada Penduduk Umur ≥15 Tahun Menurut Provinsi
Tahun 2018

11
Kuesioner EPDS

Edinburgh Postnatal Depression


Scale (EPDS)
I. Identitas Responden
A. 1. No. Responden :
2 Initial :
3 Umur ibu :
4 Umur bayi :
5 Alamat :
B. 1 Tanggal persalinan :
2 Jenis Persalinan :
a. Persalinan normal d. Cunam
b. Sectio Cesaria (SC) e. Induksi
c. Vakum Ekstraksi
C. Pendidikan ibu :
D. Pekerjaan ibu :
E. Pekerjaan suami :
II. Dukungan sosial
1. Apakah ibu mendapatkan dukungan dari suami?
a. Ya b. Tidak
Kalau ya,
a. Apakah ibu merasa mendapatkan dukungan yang cukup dari suami?
a. Ya b. Tidak
b. Apakah suami hadir pada saat melahirkan?
a. Ya b. Tidak
c. Apakah ibu merasakan dukungan emosi/perhatian yang adekuat dari
suami?
a. Ya b. Tidak
d. Apakah ibu merasa mendapat dukungan bantuan yang adekuat dari
suami (mis.membantu tugas rumah atau menjaga anak) ?
a. Ya b. Tidak
e. Apakah ibu merasa dapat mengandalkan suami saat ibu membutuhkan
bantuan?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah ibu merasa mendapatkan dukungan dari keluarga/teman?
a. Ya b. Tidak
Kalau ya,

12
a. Apakah ibu merasa mendapat dukungan yang cukup dari
keluarga/teman?
a. Ya b. Tidak
b Apakah ibu merasa mendapatkan dukungan emosi/perhatian yang
adekuat dari keluarga/teman?
a. Ya b. Tidak
c. Apakah ibu merasa mendapat dukungan bantuan yang adekuat dari
keluarga/teman (mis.membantu tugas rumah atau menjaga anak) ?
a. Ya b. Tidak
d Apakah ibu merasa dapat mengandalkan keluarga/teman saat ibu
membutuhkan bantuan?
a. Ya b. Tidak
III. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)
Petunjuk pengisian : Silang salah satu pernyataan dibawah ini yang
dianggap benar.
Setelah ibu melahirkan baru-baru ini, kami bermaksud mengetahui bagaimana
perasaan anda setelah lebih dari 7 hari, tidak hanya perasaan anda hari ini.
1. Saya sudah dapat tertawa dan melihat hal-hal lucu
a. Sesering mungkin sebagaimana biasanya
b. Tidak terlalu sering saat ini
c. Sudah pasti tidak begitu sering saat ini
d. Tidak sama sekali
2. Saya menemukan hal-hal yang menyenangkan
a. Selalu seperti dulu
b. Agak kurang dari biasanya
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak pernah
3. Saya menyalahkan diri sendiri ketika suatu kesalahan
a. Ya, setiap saat
b. Ya, beberapa kali
c. Tidak terlalu sering
d. Tidak pernah
4. Saya merasa cemas dan khawatir untuk alasan yang tidak tepat
a. Tidak, tidak sama sekali
b. Hampir tidak pernah
c. Ya, kadang-kadang
d. Ya, selalu
5. Saya merasa takut atau panik untuk alasan-alasan yang kurang tepat
a. Ya, sangat sering
b. Ya, kadang-kadang

13
c. Tidak, tidak begitu sering
d. Tidak sama sekali
6. Banyak hal yang membebaniku
a. Ya, saya selalu tidak mampu mengatasinya sama sekali
b. Ya, kadang-kadang saya tidak dapat mengatasi sebaik yang biasanya
c. Tidak, kebanyakan saya dapat mengatasinya dengan baik
d. Tidak, saya dapat mengatasinya seperti dulu
7. Saya merasa tidak bahagia, saya mengalami kesulitan tidur
a. Ya selalu
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak begitu sering
d. Tidak, tidak sama sekali
8. Saya merasa sedih dan menderita
a. Ya, selalu
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak begitu sering
d. Tidak, tidak sama sekali
9. Saya tidak begitu bahagia dan membuat saya menangis
a. Ya, selalu
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak begitu sering
d. Tidak, tidak sama sekali
10. Pikiran untuk melukai diriku sendiri
a. Ya, selalu
b. Ya, kadang-kadang
c. Tidak begitu sering
d. Tidak, tidak sama sekali

DAFTAR TABEL

14
Tabel 1 Perbandingan Jenis Gangguan Depresi Postpartum berdasarkan Tanda dan
gejala, Onset dan Durasi
PPB PPD Psikosis Puerperal

Frekuensi
50 – 80 % 10 – 15 % 1 dari 500

Letargi, sangat sedih, lebih Kasar bicara, waham,


Sedih, mudah sensitif, putus asa, hilang bingung, agitasi,
Tanda dan tersinggung, mood harapan, cemas, khawatir takut, insomnia,
gejala labil, kadang- yang berlebihan, rasa takut depresi berat, ingin
kadang sakit kepala tanpa sebab, gangguan pola bunuh diri/
tidur membunuh bayi
Umumnya terjadi
Beberapa hari Dapat berlangsung pada
pada minggu ke-4
Onset setelah melahirkan, bulan pertama atau dua
pertama setelah
antara 3-10 hari bulan setelah melahirkan
melahirkan
Beberapa hari atau Dapat lebih atau kurang
Durasi Bervariasi
kurang dari 3 bulan
Kondisi transisi Hubungi GP untuk
Jika ada dugaan, perlu
tidak ada tindakan kunjungan rumah
konsultasi atau
yang sangat segera, jelaskan pada
Action pemeriksaan EPDS, rujuk
diperlukan, keluarga agar klien
ke GP, anjurkan ke tenaga
tergantung tidak dibiarkan
ahli
kebutuhan sendiri

Tabel 2 Perbandingan Simptom Depresi Postpartum berdasarkan Gejala Fisik,


Emosional dan Perilaku
Postpartum
Simptom PPB PPD
Psychosis

Fisik Kurang tidur Hilang Cepat lelah Menolak makan


tenaga Hilang nafsu Gangguan tidur Tidak mampu
makan atau nafsu makan Selera makan menurun menghentikan
berlebih Merasa lelah Sakit kepala aktivitas

15
Sakit dada
Jatung berdebar-debar Kebingungan akan
setelah bangun tidur
Sesak napas kelebihan energi
Mual dan muntah
Mudah tersinggung
Perasaan sedih
Hilang harapan Merasa
Cemas dan khawatir tidak berdaya Mood
berlebih Bingung swings Perasaan tidak
Mencemaskan kondisi adekuat sebagai ibu Sangat bingung
Emosi-
fisik secara berlebihan Hilang ingatan Tidak
onal Hilang minat
Tidak percaya diri koheren Halusinasi
Pemikiran bunuh diri
Sedih Perasaan diabaikan Ingin menyakiti orang
lain (termasuk bayi,
diri sendiri, dan suami)
Perasaan bersalah
Panik
Kurang mampu
merawat diri sendiri
Enggan melakukan
aktivitas
Sering menangis
menyenangkan
Hiperaktif atau senang Curiga
Motivasi menurun
berlebihan Terlalu sensitif Tidak rasional
Perilaku Enggan bersosialisasi
Perasaan mudah Preokupasi terhadap
Tidak perduli pada
tersinggung Tidak peduli hal- hal kecil
bayi Terlalu perduli
terhadap bayi
terhadap
perkembangan bayi
Sulit mengendalikan
perasaan Sulit
mengambil keputusan

16
Sumber :
Symptoms of Postpartum Illness from Cleveland Clinic (2009) and National
Mental Health Association (2010 )

17

Anda mungkin juga menyukai