Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mengetahui apa sesungguhnya ilmu, tidaklah melalui ilmu itu sendiri, tetapi
melalui filsafat ilmu. Melalui filsafat ilmulah segala penjelasan mengenai ilmu
diperoleh. Karena itu, filsafat ilmu demikian penting untuk didalami oleh setiap
ilmuan agar ia mengenal hakikat sesuatu yang dimilikinya, yaitu ilmu.Ilmu pertama kali
yang ada di yunani didasarkan oleh mitos yang terjadi pada zaman tersebut.
masyarakat memandang kejadian alam seperti gempa bumi yang terjadi disebabkan
oleh dewa yang sedang menggelengkan kepalanya. Namun ketika faalsafat ini di
perkenalkan fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai sebuah mitos lagi
tetapi sebagai aktifitas alam yang terjadi secara kausalitas. Perubahan pola pikir
tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama
ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Dalam
perkembangan nya dalam bidang ilmu, manusia telah dapat membedakan mana
hal yang benar benar nyata atau rill dan mana kejadian yang hanya sebuah ilusi
atau mitos. Setelah mereka mampu membedakan yang mana yang rill dana yang
mitos kemudian manusia mampu keluar dari kungkungan dan mendapatkan ilmu ilmiah,
dan inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus
mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya. Berangkat dari kegelisahan yang ada
dalam setiap diri manusia, dimana kita selalu dihadapkan pada problematis yang
disajikan para Founding Fatherkita. Mereka sering menyajikan goresan tintanya diatas
kertas yang berbeda-beda dari yang lainnya. Sehingga menuntut kita untuk bisa menfilter
dan memilah. Bahkan menerobos jauh sehingga dapat membedakan mana sejarah
yang dibuat secara subjektif dan sejarah secara obyektif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian filsafat?
2. Metode apa saja yang digunakan untuk memperoleh kebenaran filsafat?
3. Bagaimana asal-usul filsafat?
4. Apa saja perbandingan antara sains dan filsafat?
5. Apa saja cabang-cabang filsafat?
6. Apa saja bidang telaah filsafat?
7. Apa itu filsafat sains?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk memperoleh kebanaran filsafat
3. Untuk mengetahui asal-usul filsafat
4. Untuk mengetahui perbandingan antara sains dan filsafat
5. Untuk mengetahui cabang-cabang filsafat
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang menggunakan logika, metode, dan
sistem untuk mengkaji masalah umum dan mendasar mengenai berbagai persoalan,
seperti; pengetahuan, akal, pikiran, eksistensi, dan bahasa. Secara etimologi, istilah
‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia dan philoshophos. Philo artinya
cinta, sedangkan shopia atau shopos artinya kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah.
Sehingga dalam hal ini, pengertian filsafat adalah sejumlah gagasan yang penuh dengan
kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Menurut Sutarjo A. Wiramiharja filsafat dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang tata cara berfikir segala sesuatu.
mendefinisikan filsafat artinya membatasi konsep filsafat.
Sukar mendefinisikan filsafat, karena :
 Setiap orang berhak mendefinisikan
 Setiap filosof memiliki pengalaman
sendiri sendiri
 Filsafat memiliki makna luas
 Filsafat merupakan induk pengetahuan
Yang berkaitan dengan filsafat antara lain :
1. Sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata
(metafisik)
2. Segala sesuatu yang rasional dan irasional
3. Semua yang bersifat natural dan
supranatural
4. Akal, rasa, pikiran, intuisi, dan persepsi
5. Hakikat yang terbatas dan tidak terbatas
Perenungan filosofis terhadap segala hal yang ada dan yang mungkin ada
sehingga menemukan persepsi dan konsepsi tertentu atas sesuatu yang direnungi,
hakikatnya adalah cikal bakal adanya pengetahuan Soewardi (1996:4)

B. METODE UNTUK
MEMPEROLEH KEBENARAN FILSAFAT
Untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang benar ada 2 cara yang dapat
ditempuh, yaitu dengan cara Non-Ilmiah dan cara Ilmiah.
1. Dengan Cara Non-Ilmiah
• Akal Sehat (common sence)
Adalah serangkaian konsep dan bagan yang memuaskan untuk penggunan praktis
bagi kemanusiaan. Konsep adalah pernyataan abstraksi yang digeneralisasikan dari
hal-hal khusus. Sedangkan bagan konsep adalah seperangkat konsep yang
dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teori
• Prasangka
Penemuan pengetahuan yang dilakukan melalui akal sehat dan kebanyakan
diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya. Hal ini menyebabkan akal
sehat mudah berubah menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung ke
arah perbuatan generalisasi yang terlalu dipaksakan, generalisasi dari hubungan
sebab akibat, sehingga hal tersebut menjadi prasangka.
• Pendekatan Intuitif
Dalam pendekatan ini orang memberikan pendapat tentang suatu hal yang
berdasarkan atas “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui
proses yang tidak disadari atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuitif
orang memberi penilaian tanpa didahului oleh suatu renungan.
• Kebetulan atau Coba-Coba
Penemuan secara kebetulan dan coba-coba, banyak diantaranya yang sangat
berguna. Penemuan ini diperoleh tanpa rencana, dan tidak pasti. Penemuan
kebenaran secara kebetulan atau melalui coba-coba didasarkan atas pikiran logis
semata. Misalnya, seorang anak yang terkunci dalam kamar, dalam
kebingungannya ia mencoba keluar lewat jendela dan berhasil.

Pendapat Otoritas Ilmiah Dan Pikiran Ilmiah


Otoritas ilmiah biasanya dapat diperoleh seseorang yang telah menempuh
pendidikan formal tertinggi, misalnya Doktor atau seseorang dengan pengalaman
profesional atau kerja ilmiah dalam suatu bidang yang cukup banyak (profesor).
Pendapat mereka seringkali diterima sebagai sebuah kebenaran tanpa diuji, karena
apa yang mereka telah dipandang benar. Padahal, pendapat otoritas ilmiah tidak
selamanya benar, bila pendapat tersebut tidak disandarkan pada hasil penelitian,
namun hanya disandarkan pada pikiran logis semata.

2. Dengan Cara Ilmiah


Penemuan kebenaran dengan cara ilmiah adalah berupa kegiatan penelitian
ilmiah dan dibangun atas teori-teori tertentu. Kita dapat pahami bahwa teori-teori
tersebut berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang dilakukan
secara sistematis dan terkontrol berdasarkan data-data empiris yang ditemukan di
lapangan.
Teori yang ditemukan harus dapat diuji keajekan dan kejituan internalnya.
Artinya, jika penelitian ulang dilakukan dengan langkah-langkah serupa pada
kondisi yang sama maka akan diperoleh hasil yang sama atau hampir sama.
Untuk sampai pada kebenaran ilmiah ini, maka harus melewati 3 tahapan
berpikir ilmiah yang harus dilewati, yaitu:
1. Skeptik
Cara berfikir ilmiah pertama ini ditandai oleh cara orang di dalam menerima
kebenaran informasi atau pengetahuan tidak langsung di terima begitu saja,
namun dia berusaha untuk menanyakan fakta atau bukti terhadap tiap
pernyataan yang diterimanya.
2. Analitik
Cara ini ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap kegiatan, ia selalu
berusaha menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana
yang relevan dan mana yang menjadi masalah utama dan sebagainya. Dengan
cara ini maka jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi akan dapat
diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.
3. Kritis
Cara berfikir ilmiah ketiga adalah ditandai dengan orang yang selalu berupaya
mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang
dihadapinya secara objektif. Hal ini dilakukan agar semua data dan pola
berpikir yang diterapkan selalu logis.

C. ASAL USUL FILSAFAT


Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia,
dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di
daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir.
Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta,
sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah:
Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah
murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah
“Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang
sangat besar pada sejarah filsafat.
Filsafat pertama kali muncul di Yunani, Orang Yunani pertama yang bisa diberi
gelar filosof ialah Thales dari Mileta. Filosof-filosof Yunani yang terbesar yaitu Socrates,
Plato, dan Aristoteles. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani
dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Israel atau Mesir. Jawabannya di
Yunani tidak seperti di daerah lain-lainya tidak ada kasta pendeta sehingga orang lebih
bebas.
Munculnya filsafat ditandai dengan runtuhnya mitos-mitos dan dongeng-dongeng
yang selama itu menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam. Manusia pada waktu
itu melalui mitos-mitos mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan tentang
kejadian yang berlangsung di dalamnya.
Ada dua bentuk mitos yang berkembang pada waktu itu, yaitu mitos kosmogonis
yaitu mitos yang mencari tentang asal usul alam semesta, dan mitos, kosmologis yaitu
mitos yang berusaha mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian di alam
semesta. Meskipun memberikan jawaban-jawaban tersebut diberikan dalam bentuk mitos
yang lolos dari control akal (rasio).
Cara berfikir seperti itu berlangsung sampai abad ke-6 sebelum masehi,
sedangkan sejak abad ke-6 masehi orang mulai mencari jawaban-jawaban rasional
tentang asal-usul dan kejadian alam semesta.
Pencarian kebijaksanaan bermakna menyelusuri hakikat dan sumber kebenaran.
Alat untuk menemukan kebijaksanaan adalah akal yang merupakan sumber primer dan
berfikir. Oleh karena itu, kebenaran filosofis tidak lebih dari kebenaran berfikir yang
rasional dan radikal.
Dalam ilmu filsafat yang identik dengan pertanyaan-pertanyaan yang kemudian
Filsafat selalu mencari jawaban-jawaban, sekalipun jawaban-jawaban yang ditemukan
tidak pernah abadi. Oleh karena itu filsafat tidak pernah selesai dengan satu pertanyaan
dan satu jawaban dan tidak pernah sampai pada akhir sebuah masalah. Masalah-masalah
filsafat tidak pernah selesai karena itulah memang sebenarnya berfilsafat.

D. PERBANDINGAN ANTARA SAINS


DAN FILSAFAT
Dalam hal ini tidak salah bahwa keduanya memiliki persamaan, dalam hal ini
bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berfikir filosofi
spekulatif dan berfikir empiris ilmiah. Perbedaan antara keduanya, terutama untuk aliran
filsafat pendidikan tradisional, adalah bahwa filsafat menetukan tujuan dan science
manentukan alat sarana untuk hidup.
Untuk lebih jelas dan untuk lebih mengetahui tentang perbandingan antara filsafat
dan sains, maka di bawah ini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan antara
keduanya, yaitu :
a. Persamaan
1) Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek
selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2) Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang
ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab
akibatnya.
3) Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan.
4) Keduanya mempunyai metode dan system.
5) Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia (obyektifitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar.
b. Perbedaan
Obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu
bersifat khusus dan empiris. Artinya ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang
masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak sedangkan kajian filsafat tidak
terkokta-kotak dalam disiplin tertentu. Obyek formal (sudut pandang) filsafat itu
bersifat fregmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu ada itu secara
luas, mendalam dan mendasar, sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan
intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik yang berarti bahwa cara-cara
ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat dilaksanakan
dalam suasana pengetahuan yang menonjol daya spekulasi, kritis dan pengawasan,
sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan tital dan error. oleh karena
itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul
dari nilainya.
Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, mutlak, dan mendalam sampai
mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukan sebab-sebab yang tidak begitu
mendalam, lebih dekat, yang sekunder (secondary cause). Filsafat memuat pertanyaan
lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari,
sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis yang dimulai dari
tidak tahu menjadi tahu. Sekarang, filsafat sama dengan sains dalam menemukan
pengetahuan yang seksama dan terorganisir dengan baik. Tapi filsafat tidak puas
dengan definisi semacam ini. Filsafat mencari pengetahuan yang juga konprehensif.
Pikiran manusia tidak puas semata-mata dengan menyusun rangkaian yang tetap
tentang fenomena dan sekedar merumuskan cara-cara mereka bertingkah-laku.
Pikiran manusia sangat membutuhkan beberapa penjelasan akhir berkenaan dengan
berbagai fenomena dengan perilaku.

E. CABANG-CABANG FILSAFAT
Filsafat merupakan suatu cara memandang sebuah kebenaran yang
bersumber dari panca indera (maaf mengartikan sendiri, namanya juga belajar
menalar). Dalam filsafat dikenal cabang-cabang filsafat diantaranya logika,
epistemologi, etika, estetika dan metafisika.
1. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya suatu
pemikiran kita. Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan
pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Dengan mempelajari logika
diharapkan seseorang akan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat
menarik kesimpula ndengan tepat. Persoalan-persoalan logika antara lain
apa yang dimaksud dengan pengertian?apa yang dimaksud dengan
penyimpulan?Apa atura-aturan untuk dapat menyimpulkan secara lurus?
Sebutkan pembagian silogisme?.
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan bagian filsafat yang menerangkan tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan,
batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Contohnya dalam
filsafat ilmu yaitu mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan
bagaimana cara mendapatkannya. Dengan belajar epistemologi dan filsafat
ilmu diharapkan dapat membedakan antara pengetahuan dan ilmu serta
mengetahui kebenaran suatu ilmu itu ditinjau dari isinya. Persoalan dalam
epistemologi diantaranya bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?
Darimana pengetahuan itu diperoleh?
3. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Etika dapat
membantu kita mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik
menurut teori-teori tertentu. Jadi objek material etika adalah tingkah laku
atau perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek
formal etika adalah kebaikan dan keburukan. Contoh persoalan yang
berkaitan dnegan etika diantaranya Bagaimana peranan hati nurani dalam
setiap perbuatan manusia?
4. Estetika
Estetika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan.
Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dengan belajar
estetika diharapkan dapat membedakan antara estetika filsafat dan estetika
ilmiah, teori-teori keindahan, definisi seni, nilai seni dan teori penciptaan
dalam seni. Persoalan yang berkaitan dengan etika misalnya Bagaimana
hubungan antara keindahan dengan kebenaran?
5. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
Metafisika membicarakan sesuaru di balik yang tampak. Dengan belajar
metafisika maka seseorang akan mengenal Tuhannya. Perosalan metafisis
dibagi tiga yaitu ontologi, kosmologi, dan antropologi. Contoh persoalan
metafisika antara lain apakah ruang dan waktu itu?manusia sebagai mahluk
bebas atau tidka bebas?

F. BIDANG TELAAH FILSAFAT


Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin selalu dipikirkan oleh manusia.
Sesuai dengan fungsinya sebagai printis ilmu baru, filsafat mempermasalahkan hal-hal
yang pokok. Jika sudah terjawab masalah yang satu, maka filsafat pun mulai merambah
kepada pertanyaan-pertanyaan yang lain. Seperti halnya permasalahan yang dikaji
filsafat seperti berikut :
1. What is a man ?
2. What is ?
3. What ?
Maksud pertanyaan diatas adalah, bahwa dalam hal ini terdapat 3 tahapan untuk
menyikapi permasalahan-permasalahan tersebut, yakni :
• Tahap Pertama
Pada tahap pertama, filsafat mempersoalkan “siapakah manusia itu?”. Tahap ini
dapat dihubungkan dengan segenap pemikiran ahli-ahli filsafat sejak zaman Yunani Kuno
sampai sekarang yang tidak pernah selesai mempermasalahkan makhluk yang satu ini.
tanpa kita sadari, bahwa tiap ilmu, terutama ilmu-ilmu sosial (social sciences),
mempunyai asumsi tertentu tentang manusia yang menjadi peran utama dalam kajian
keilmuannya. Mungkin ada baiknya jika kita mengambil contoh yang sedikit berdekatan,
yitu ilmu ekonomi dan manajemen. Kedua ilmu ini mempunyai asumsi yang berbeda-
beda tentang manusia.
Asumsi menurut ilmu ekonomi bahwa manusia adalah makhluk ekonomi, yang
bertujuan mencari kenikmatan sebesar-besarnya dan menjauhi ketidaknyamanan sebisa
mungkin. Dia adalah makhluk hedonis yang tak pernah merasa cukup. Atau dalam
proposisi ilmiahnya : mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-
kecilnya. Sedangkan ilmu manajemen, mempunyai asumsi yang berbeda tentang
manusia. Karena bidang telaahan ilmu manajemen, lain halnya dengan ilmu ekonomi.
Ilmu ekonomi, bertujuan menelaah hubungan manusia dengan barang atau jasa yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan ilmu manajemen, bertujuan untuk
menelaah tentang "kerja sama" antar sesama manusia, untuk mencapai suatu tujuan yang
disetujui bersama (atau dengan kata lain, musyawarah untuk mufakat).
Mengkaji permasalahan-permasalahan manajemen dengan asumsi manusia dalam
kegiatan ekonomis, bisa menyebabkan timbulnya kekacauan dalam analisis yang bersifat
akademik. Demikian juga, mengkaji permasalahan-permasalahan ekonomi dengan
asumsi yang lain di luar makhluk ekonomi (katakanlah makhluk sosial, seperti asumsi
dalam manajemen), bisa menjadikan ilmu ekonomi menjadi moral terapan, mundur
sekian ratus tahun ke Abad Pertengahan. "....The right (assumption of) man on the right
place....". Mungkin kalimat ini perlu kita gantung di tiap-tiap pintu masing-masing
disiplin keilmuan.
• Tahap Kedua
Tahap yang kedua ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkisar tentang ada
(wujud), tentang hidup, dan tentang eksistensi manusia. Apakah hidup ini sebenarnya ?
Ataukah hidup ini sama sekali tidak masuk akal, arah tanpa bentuk, bagaikan amoeba
yang berzig-zag ? atau apakah nasib itu sama ? Atau barangkali suatu maksud ?
Ketika 2 abad berselang setelah Bruder Juniper menciptakan sastra klasiknya, yakni The
Bridge of San Luis Rey yang sangat termasyhur itu, satu-satunya jembatan yang paling
indah di seluruh Peru ambruk, hingga melemparkan 5 orang ke dalam jurang yang sangat
dalam itu. Adalah hal yang sangat sulit untuk mengetahui kehendak Tuhan, namun sama
sekali tidak berarti bahwa hal ini tidak akan pernah bisa kita ketahui, dan mengatakan
bahwa Tuhan tidak pernah berpihak kepada kita, hingga mengatakan bahwa Tuhan
terhadap kita adalah bagaikan lalat yang dibunuh kanak-kanak pada suatu hari di musim
panas. Dengan nasib jadi algojo yang kejam;
Namun demikian, jika kita ingin mengkaji permasalahan-permasalahan semacam
itu; baik tentang genetika, social engineering, atau bahkan bayi tabung; maka asas-
asasnya tidak terdapat dalam ruang lingkup teori-teori ilmiah. Kita harus berpaling
kepada filsafat (bukan berpaling dari filsafat), kemudian memilih-milih landasan moral;
apakah suatu kegiatan ilmiah secara etis dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.
• Tahap Ketiga
Pada tahap yang ketiga ini skenarionya bermula pada suatu pertemuan ilmiah
"tingkat tinggi". Filsuf kelahiran Austria, yakni Ludwig Josef Johann Wittgenstein,
menurutnya Tugas utama filsafat bukanlah sekedar menghasilkan sesusun pernyataan
filsafati, tetapi juga menyatakan sebuah pernyataan sejelas mungkin. Masalah filsafat
sebenarnya adalah masalah bahasa". Nah, dengan demikian maka epistemologi dan
bahasa merupakan gumulan utama para filsuf dalam tahap ini. Bahasa, yang secara
filsafati bukan cuma merupakan ilmu, melainkan sebagai bahasa non-verbal. Adalah
merupakan pokok pengkajian filsafat sejak abad 20an.

G. FILSAFAT SAINS
Filsafat sains adalah bidang sains yang mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi
dan implikasi dari sains, yang termasuk di dalamnya antara lain sains alam dan sains
sosial. Di sini, filsafat sains sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi.
Untuk memahami arti dan makna filsafat sains, di bawah ini dikemukakan
pengertian filsafat sains dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Sains:
1) Robert Ackerman “Philosophy of science in one aspect as a critique of current
scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of
science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat
sains dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah
dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat sains jelas bukan suatu kemandirian
cabang sains dari praktek ilmiah secara aktual.
2) Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of
scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific
enterprise as a whole. (Filsafat sains membahas dan mengevaluasi metode-metode
pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai
suatu keseluruhan).
3) Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of
the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and
its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan
filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai sains, khususnya metode-
metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam
kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
4) Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the
relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan
tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara
percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
5) May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral
analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis
dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan sains.
6) Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do
for science what philosophy in general does for the whole of human experience.
Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about
man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other,
it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action,
including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error.
(Filsafat sains merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi sains apa
yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat
melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal
yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk
teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan.
7) Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to
elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational
procedures, patens of argument, methods of representation and calculation,
metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their
validity from the points of view of formal logic, practical methodology and
metaphysics”. (Sebagai suatu cabang sains, filsafat sains mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-
prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan
perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya
menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika
formal, metodologi praktis, dan metafisika).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ilmu pada awal berasal dari sebuah bangsa yunani kuno yang msih kental dengan
kepercayaan terhadap mitos, mereka masih mempercayai bahwa kejadian alam yang
terjadi hanyalah sebuah mitos yang beranggapan bahwa dewa sedang
menggelengkan kepalanya. Kemudian manusia mulai mempercayai bahwa kejadian
alam tersebut bukan lah hanya sekedar mitos belaka, karena hal tersebut dapat di
jabarkan melalui akal dan fikiran manusia.Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
tidak hanya untuk memahami masa lampau dalam pandanganmasa kini, akan tetapi
juga berusaha untuk membuat proyeksi ke masa depan

B. SARAN
Kita sebagai generasi muda penerus bangsa sebaiknya dapat menjadikan
perkembangan pembaharuan ilmu di zaman modern ini sebagai suatu acuan untuk
mengisi hari-hari dalam kehidupan ini dengan hal hal yang positif
berdasarkan ajaran agama dan semoga kita sebagai generasi muda untuk masa
depan dapat mengeluarkan ide-ide cemerlang tentang Ilmu Pengetahuan untuk
membuat bangsa kita ini maju di bidang Keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA

http://dhehalimah97.blogspot.com/2016/12/bidang-telaah-filsafat.html

http://ilyaspedia.blogspot.com/2015/12/kriteria-dan-cara-penemuan-kebenaran.html

http://myblogdonafarihah.blogspot.com/

http://naurasolekhah.blogspot.com/2016/12/perbandingan-antara-filsafat-dan-sains.html

https://geograph88.blogspot.com/2015/06/cabang-ilmu-filsafat.html

https://hitamputihkita.wordpress.com/2007/10/27/asal-usul-filsafat-pengertian-serta-
perkembangannya/

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-filsafat.html

Anda mungkin juga menyukai