Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemukiman yang tidak layak huni banyak dijumpai di lingkungan padat penduduk
seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Pemukiman yang tidak layak huni ini
semakin meningkat karena angka perpindahan penduduk semakin meningkat, sehingga
pemukiman ini terkesan kumuh dan menimbulkan berbagai masalah diantaranya yaitu
sampah dan banjir. Permasalahan pemukiman penduduk seperti sampah dan banjir harus
segera dicari solusinya agar masalah ini tidak bertambah kompleks. Pengaturan tata ruang
kota yang baik setidaknya bisa mengurangi berbagai masalah pemukiman penduduk
sehingga permasalahan seperti di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia tidak terjadi
lagi. Pembangunan yang dilaksanakan juga harus memperhatikan aspek-aspek ekologis
agar pembangunan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah yang pada akhirnya akan
berdampak buruk bagi penduduk.
Perumahan dan pemukiman yang sehat merupakan salah satu kebutuhan pokok,
yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya dan meningkatkan
produktivitas manusia disamping sandang dan papan, untuk itu perlunya persyaratan
kesehatan perumahan dan pemukiman, seperti yang tercantum pada keputusan mentri
kesehatan (kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 yang meliputi lokasi, kualitas
udara, kualitas tanah daerah pemukiman, prasarana dan sarana lingkungan, vector
penyakit, dan penghijauan, semua persyaratan tersebut menjadi acuan untuk menciptakan
perumahan dan pemukiman yang memenuhi standar kesehatan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian perumahan dan pemukiman ?
b. Bagaimana peraturan dan perundangan yang mengatur tentang perumahan dan
pemukiman ?
c. Bagaimana persyaratan kesehatan dalam perumahan dan pemukiman ?
d. Bagaimana dampak perumahan dan pemukiman yang tidak sehat ?

Perumahan Dan Pemukiman


2

e. Bagaimana isu-isu dalam masalah perumahan dan pemukiman ?

C. Tujuan
a. Menjelaskan pengertian perumahan dan pemukiman
b. Menjelaskan peraturan dan perundangan yang mengatur tentang perumahan dan
pemukiman
c. Mengetahui persyaratan kesehatan dalam perumahan dan pemukiman
d. Menjelaskan pengawasan dalam perumahan dan pemukiman
e. Menjelaskan isu-isu dalam perumahan dan pemukiman

Perumahan Dan Pemukiman


3

BAB II
DEFINISI PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

A. Definisi Perumahan
Menurut WHO
Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan
berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan
keluarga dan individu (Komisi WHO, mengenai kesehatan dan lingkungan, 2001).

Menurut UU RI No.4 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman


Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai
sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2016 tentang


penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Pemukiman.
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni,
Sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi
pemiliknya.
Perumahan adalah kumpulan Rumah sebagai bagian dari Permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum sebagai
hasil upaya pemenuhan Rumah yang layak huni.

B. Definisi Pemukiman
Menurut Winslow dan APHA(American Public Health Association)
Pemukiman sehat adalah suatu tempat untuk tinggal secara permanent, berfungsi
sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan tempat
berlindung dari pengaruh lingkungan yang kurang memenuhi persyaratan physiologis,
bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan.

Perumahan Dan Pemukiman


4

Menurut UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Kawasan
permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.

Menurut UU RI No. 4 tahun 1992


Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan .
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat
meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan
sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bagunan,
kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan
di sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air
minum dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta
pembuangan kotoran manusia maupun limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai
Kesehatan dan Lingkungan, 2001)

C. Perumahan dan Pemukiman

Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai factor yang dapat
meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan
sosiologi dan teknis pengelolaan factor resiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan,
kualifikasi, adapsi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan dan lingkungan di
sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum
dan saran yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta membuang

Perumahan Dan Pemukiman


5

kotoran manusia maupun limbah lainnya (komisi WHO mengenai kesehatan dan
lingkungan, 2011).

Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah satukesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan Perumahan, penyelenggaraan kawasan Permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat.(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2016
tentang penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Pemukiman).

Perumahan Dan Pemukiman


6

BAB III

PERATURAN & PERUNDANG-UNDANGAN

A. Berdasarkan UU No. 4 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman.


Pasal 3 menyatakan bahwa penataan perumahan dan pemukiman berlandaskan pada
asas manfaat, adil dan merata kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri,
keterjangkauan dan kelestarian lingkungan hidup.
Pasal 4 UU No. 4 tahun 1992 selanjutnya merumuskan tujuan penataan perumahan
pemukiman yaitu untuk:
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
2. Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi dan teratur;
3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;
4. Menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, dan bidang-bidang lain.

B. Persyaratan kesehatan perumahan (Keputusan Mentri Kesehatan Indonesia No.


829/menkes/sk/vii/1999.
Memutuskan:
1. Keputusan mentri kesehatan republic Indonesia tentang persyaratan kesehatan perumahan
2. Persyaratan kesehatan perumahan dalam keputusan ini dimaksudkan untuk melindungi
keluarga dari dampak kualitas lingkungan, perumahan, dan rumah tinggal yang tidak
sehat
3. Persyaratan kesehatan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Diktum kedua, meliputi:
a. Lingkungan perumahan yang terdiri dari lokasi, kualitas udara, kebisingan, dan
getaran, kualitas tanah, kualitas air tanah, sarana dan prasarana lingkungan, binatang
penular penyakit dan penghijauan.
b. Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan komponen dan penataan ruang
rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air
makanan,limbah dan kepadatan hunian rang tidur

Perumahan Dan Pemukiman


7

4. Pelakssanaan ketentuan mengenai persyaratab kesehatan perumahan sebagaimana


dimaksud dalam Diktum Ketiga menjadi tanggung jawab:
a. Pengembangan atau penyelenggaraan pembangunan untuk perumahan
b. Pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.
5. Persyaratan kesehatan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Ketiga berlaku
juga terhadap rumah susun atau kondominium, rumah took, dan rumah kantor pada zona
pemukiman.
6. Persyaratan kesehatan perumahan tercantum dalam lampiran keputusan ini.
7. Pelanggaran terhadap ketentuan keputusan ini dapat dikenakan sanksi pidanan dan / atau
sanksi administratif sesuai dengan ketentuan UU No. 4 tahun 1994 tentang perumahan
dan pemukiman dan UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
8. Setiap perumahan yang telah ada wajib memenuhi persyaratan kesehatan perumahan
sesuai keputusan ini selambat lambatnya dalam waktu lima tahun sejak keputusan ini
ditetapkan.
9. Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan di Jakarta 20 Juli 1999.

C. Peraturan Menteri Nomor 02/PRT/M/2016


Berdasarkan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menetapkan kebijakan,
strategi, serta pola-pola penanganan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan
ekonomis.
Dalam meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat melalui perumahan
dan permukiman yang sehat, aman, serasi, dan teratur dibutuhkan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Dalam Peraturan Menteri ini terdiri dari 3 Lampiran, yaitu:
1. Kriteria dan Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.
2. Penetapan Lokasi.
3. Pola-Pola Penanganan.

Perumahan Dan Pemukiman


8

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Syarat Kesehatan Perumahan dan Pemukiman

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis


kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang
bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.
Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan
pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan
perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat

Berikut merupakan persyaratan kesehatan perumahan dan pemukiman berdasarkan


Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 :

1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar,
tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas
tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur
pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;


b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3 ;
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
d. Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.
e. Kebisingan dan getaran

Perumahan Dan Pemukiman


9

f. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;


g. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .

3. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman


a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg

4. Prasarana dan sarana lingkungan


a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi
yang aman dari kecelakaan;
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan
penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan,
jalan tidak menyilaukan mata;
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja,
tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

5. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

Perumahan Dan Pemukiman


10

6. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga
berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.


829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

a. Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan
kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5
serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;
 Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
 Komponen dan penataan ruangan
 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
 Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan;
 Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
 Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
 Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
 Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

b. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.

c. Kualitas udara
 Suhu udara nyaman antara 18 – 30 o C;
 Kelembaban udara 40 – 70 %;
 Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;

Perumahan Dan Pemukiman


11

 Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;


 Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
 Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3

d. Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

e. Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

f. Penyediaan air

 Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;
 Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

g. Pembuangan Limbah
 Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
 Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.

h. Kepadatan hunian : Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari
2 orang tidur.

Syarat Rumah Sehat (menurut APHA):


1. Memenuhi syarat kebutuhan fisik dasar penghuninya (temperatur, penerangan, ventilasi
dan kebisingan)
2. Memenuhi syarat kebutuhan kejiwaan dasar penghuninya (health is begin at home)
3. Memenuhi syarat melindungi penghuninya dari penularan penyakit (air bersih,
pembuangan sampah, terhindar dari pencemaran lingkungan, tidak menjadi sarang
vektor, dll)

Perumahan Dan Pemukiman


12

4. Memenuhi syarat melindungi penghuni dari kemungkinan bahaya dan kecelakaan


(kokoh, tangga tidk curam, bahaya kebakaran, listrik, keracunan, kecelakaan lalu lintas,
dll).

Syarat Fisik Dasar Rumah Sehat :


1. Temperatur kamar dapat dipelihara (lebih rendah dari temperatur luar)
2. Kebutuhan penerangan dari cahaya alami atau buatan mencukupi (tergantung dari
aktivitas)
3. Punya ventilasi yg sempurna (rumah iklim pantai : 10-20% dari luas lantai)
4. Terlindung dari kebisingan (< 50 dBA)

Syarat Psikologis Dasar Rumah Sehat :


1. Terjamin privacy penghuninya
2. Terjamin keserasian hubungan antar anggota keluarga
3. Memiliki sarana memadai shg tidak menimbulkan kelelahan fisik dan mental
4. Terjamin kepuasan estetika

Syarat Kemungkinan Penularan Penyakit :


1. Tersedia cukup air bersih dan memenuhi syarat kesehatan
2. Terdapat tempat sampah dan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
3. Tidak menjadi tempat bersarangnya serangga atau vektor penyakit lain
4. Terlindung dari kontaminasi makanan
5. Tersedia kamar ruang dalam jumlah cukup dan terpisah untuk menghindari kontak
terhadap penyakit infeksi

B. Dampak pemukiman terhadap Kesehatan Lingkungan yang tidak sehat terhadap


penghuni
1. Dampak terhadap permasalahan lingkungan
Keberadaan kompleks perumahan tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif.
Dari sisi positifnya, pembangunan kawasan perumaan oleh pihak swasta membawa
manfaat yang tidak kecil terhadap masyarakat, pemerintah, dan pengusaha. Manfaat bagi
masyarakat selain tersedianya perumahan yang layak huni bagi semua strata sosial

Perumahan Dan Pemukiman


13

ekonomi masyarakat juga dapat memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha,
khususnya pengadaan sarana dan prasarana seperti jalan, jembatan, listrik, air minum,
telepon, dan lain-lain dapat dilaksanakan secara terpadu. Selain itu juga pembangunan
yang merata dari sarana termasuk jalan sistem drainase biasanya juga ikut terbangun,
penerangan jalan secara umum juga akan ditata, artinya secara umum dampak positifnya
bagi masyarakat adalah semakin baiknya insfrastruktur yang ada.

Beberapa masalah pokok permasalah lingkungan dalam pembangunan perumahan antara


lain:
a. Berkurangnya Resapan Air dan Meningkatnya Run Off Air.
Sebagai akibat pembangunan terjadi perubahan terhadap lingkungan awal. Daerah
yang tadinya terbuka dan ditumbuhi pepohonan sehinga dapat menyerap air, kerana
adanya pembangunan tersebut akan ditutupi oleh bangunan, jalan dan perkerasan
lain. Sehingga mengurangi daerah resapan air yang dapat mempengaruhi
ketersediaan air tanah. Selain itu, run off akan terjadi dan aliran air akan masuk ke
badan sungai. Hal ini menyebabkan volune air sungai akan meningkat yang dapat
menyebabkan banjir di wilayah yang lebih rendah.
b. Limbah Cair.
Pembuangan limbah cair khususnya limbah domestic (Individual Septic Tank) pada
setiap rumah akan menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah. Semakin padat
satuan hunian dalam kawasan tersebut, semakin tinggi pula pencemaran yang terjadi.
Bahkan akan mempengaruhi air bersih yang berasal dari air tanah.
c. Limbah Padat
Seringkali perumahan elit memberikan limbah rumah tangga dalam jumlah yang
tidak sedikit. Limbah padat atau sampah ini memerlukan penanganan khusus.
Sampah dan limbah padat akan merugikan lingkungan baik berupa pencemaran
tanah, pencemaran udara (bau), dampak visual, sensori, dan sebagainya.
d. Peningkatan Volume Lalu lintas Jalan dan Kemacetan Jalan
Pembangunan perumahan didaerah pinggiran/sekitar kota besar akan mengakibatkan
meningkatnya arus komuter (ulang alik) dari perumahan-perumahan tersebut ke kota
induk sehingga mengakibatkan kemacetan lalu lintas baik di sekitar perumahan
tersebut maupun pada jalan-jalan memasuki kota.
e. Perubahan Iklim Mikro

Perumahan Dan Pemukiman


14

Dampak lain dari pembangunan perumahan terutama bila kondisi tapak sebelumnya
merupakan kawasan yang ditumbuhi pepohonan adalah pengaruhnya terhadap iklim
mikro yaitu meningkatnya suhu udara di kawasan tersebut.
f. Perubahan Hak Atas Tanah
Sebagai akibat dari rencana pembangunan perumahan adalah masalah pelaksanaan
pembebasan tanah. Tanah yang sebelumnya dimiliki oleh masyarakat setempat
berganti kepemilikan melalui proses ganti rugi. Masalah yang muncul adalah belum
siapnya masyarakat untuk melepaskan kepemilikan tanah sebagai tempat sumber
penghidupannya untuk berganti/alih pekerjaan. Berubahnya pola hidup sosial
masyarakat setempat dari masyarakat petani menjadi masyarakat industri/jasa, dan
sebagainya.

2. Dampak Pemukiman terhadap lingkungan yangtidak sehat terhadap penghuninya


Rumah atau bangunan yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya
penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti :
a. Infeksi saluran nafas, contoh : common cold, TBC, influenza, campak,batuk
rejan(pertusis), dan sebagainya.
b. Infeksi pada kulit, contoh : skabies, ring worm, impetigo, dan lepra.
c. Infeksi akibat infestasi tikus, contoh : pes dan leptospirosis.
d. Arthropoda, contoh : infeksi saluran pencernaan (vektor lalat), relapsing fever
(kutu busuk), dan dengue, malaria, serta kaki gajah (vektor nyamuk).
e. Kecelakaan, contoh : bangunan runtuh, terpeleset, patah tulang, dan gegar otak
f. Mental/ psikologis, contoh : neurosis, gangguan kepribadian, psikosomatis, dan
ulkus peptikum

C. ISU PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN


Isu perumahan dan pemukiman menurut Kirmanto 2002 :
1. Perbedaan peluang antar pelaku pembangunan yang ditunjukan pada ketimpangan pada
pelayanan infrastruktur, pelayanan perkotaan, perumahan dan ruang untuk kesempatan
berusaha.
2. Konflik kepentingan yang disebabkan oleh kebijakan yang memihak pada suatu
kelompok dalam pembangunan perumahan dan pemukiman.

Perumahan Dan Pemukiman


15

3. Alokasi tanah dan ruang yang kurang tepat akibat pasar tanah dan perumahan yang
cenderung mempengaruhi tata ruang sehingga berimplikasi pada alokasi tanah dan ruang
yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan pembangunan dan kondisi ekologi daerah yang
bersangkutan.
4. Terjadi masalah lingkungan yang serius didaerah yang mengalami tingkat urbanisasi dan
industrialisasi tinggi serta eksplotasi sumber daya alam.
5. Komunitas lokal tersisih akibat orientasi pembangunan yang terfokus pada pengejaran
target melalui proyek pembangunan baru, berorientasi kepasar terbuka dan terhadap
kelompok masyarakat yang mampu dan menguntungkan
6. Urbanisasi didaerah tumbuh cepat sebagai tantangan bagi pemerintah untuk secara positif
berupaya agar pertumbuhan lebih merata

Perumahan Dan Pemukiman


16

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal dan hunian yang dilengkapi dengan prasarana. Lingkungan adalah kelengkapan
dasar fisik lingkungan seperti penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya
listrik, telepon, dan jalan. Pemukiman adalah kawasan yang didominasi oleh lingkungan
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan dan tempat kerja yang
memberikan pelayanan dan kesempatan kerja yang terbatas.
Peraturan dan perundang-undangan yang mengatur perumahan dan pemukiman
adalah UU No. 4 tahun 1992, Persyaratan Kesehatan Perumahan (Keputusan Mentri
Kesehatan Indonesia no. 829/Menkes/SK/7/1999), Peraturan Menteri No. 02/PRT/M/2016,
UU RI No. 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan pemukiman. Persyaratan
kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah lokasi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas
tanah didaerah perumahan dan pemukiman, prasarana dan sarana lingkungan, vektor
penyakit, dan penghijauan.

B. Saran
Dalam menyikapi kondisi permukiman masyarakat yang masih belum sepenuhnya
memenuhi standar atau syarat kesehatan, maka diperlukan upaya edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat, mengubah perilaku dan tindakan yang lebih
baik, pengawasan dan kebijakan yang mengarah pada perubahan yang lebih baik.

Perumahan Dan Pemukiman

Anda mungkin juga menyukai