Tugas Kesling Kel.3 Ok
Tugas Kesling Kel.3 Ok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemukiman yang tidak layak huni banyak dijumpai di lingkungan padat penduduk
seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Pemukiman yang tidak layak huni ini
semakin meningkat karena angka perpindahan penduduk semakin meningkat, sehingga
pemukiman ini terkesan kumuh dan menimbulkan berbagai masalah diantaranya yaitu
sampah dan banjir. Permasalahan pemukiman penduduk seperti sampah dan banjir harus
segera dicari solusinya agar masalah ini tidak bertambah kompleks. Pengaturan tata ruang
kota yang baik setidaknya bisa mengurangi berbagai masalah pemukiman penduduk
sehingga permasalahan seperti di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia tidak terjadi
lagi. Pembangunan yang dilaksanakan juga harus memperhatikan aspek-aspek ekologis
agar pembangunan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah yang pada akhirnya akan
berdampak buruk bagi penduduk.
Perumahan dan pemukiman yang sehat merupakan salah satu kebutuhan pokok,
yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya dan meningkatkan
produktivitas manusia disamping sandang dan papan, untuk itu perlunya persyaratan
kesehatan perumahan dan pemukiman, seperti yang tercantum pada keputusan mentri
kesehatan (kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 yang meliputi lokasi, kualitas
udara, kualitas tanah daerah pemukiman, prasarana dan sarana lingkungan, vector
penyakit, dan penghijauan, semua persyaratan tersebut menjadi acuan untuk menciptakan
perumahan dan pemukiman yang memenuhi standar kesehatan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian perumahan dan pemukiman ?
b. Bagaimana peraturan dan perundangan yang mengatur tentang perumahan dan
pemukiman ?
c. Bagaimana persyaratan kesehatan dalam perumahan dan pemukiman ?
d. Bagaimana dampak perumahan dan pemukiman yang tidak sehat ?
C. Tujuan
a. Menjelaskan pengertian perumahan dan pemukiman
b. Menjelaskan peraturan dan perundangan yang mengatur tentang perumahan dan
pemukiman
c. Mengetahui persyaratan kesehatan dalam perumahan dan pemukiman
d. Menjelaskan pengawasan dalam perumahan dan pemukiman
e. Menjelaskan isu-isu dalam perumahan dan pemukiman
BAB II
DEFINISI PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
A. Definisi Perumahan
Menurut WHO
Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan
berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan
keluarga dan individu (Komisi WHO, mengenai kesehatan dan lingkungan, 2001).
B. Definisi Pemukiman
Menurut Winslow dan APHA(American Public Health Association)
Pemukiman sehat adalah suatu tempat untuk tinggal secara permanent, berfungsi
sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan tempat
berlindung dari pengaruh lingkungan yang kurang memenuhi persyaratan physiologis,
bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan.
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai factor yang dapat
meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan
sosiologi dan teknis pengelolaan factor resiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan,
kualifikasi, adapsi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan dan lingkungan di
sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum
dan saran yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta membuang
kotoran manusia maupun limbah lainnya (komisi WHO mengenai kesehatan dan
lingkungan, 2011).
Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah satukesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan Perumahan, penyelenggaraan kawasan Permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat.(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2016
tentang penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Pemukiman).
BAB III
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar,
tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas
tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur
pendaratan penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
5. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
6. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga
berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
a. Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan
kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5
serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan;
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
b. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.
c. Kualitas udara
Suhu udara nyaman antara 18 – 30 o C;
Kelembaban udara 40 – 70 %;
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
d. Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
e. Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
f. Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
g. Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
h. Kepadatan hunian : Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari
2 orang tidur.
ekonomi masyarakat juga dapat memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha,
khususnya pengadaan sarana dan prasarana seperti jalan, jembatan, listrik, air minum,
telepon, dan lain-lain dapat dilaksanakan secara terpadu. Selain itu juga pembangunan
yang merata dari sarana termasuk jalan sistem drainase biasanya juga ikut terbangun,
penerangan jalan secara umum juga akan ditata, artinya secara umum dampak positifnya
bagi masyarakat adalah semakin baiknya insfrastruktur yang ada.
Dampak lain dari pembangunan perumahan terutama bila kondisi tapak sebelumnya
merupakan kawasan yang ditumbuhi pepohonan adalah pengaruhnya terhadap iklim
mikro yaitu meningkatnya suhu udara di kawasan tersebut.
f. Perubahan Hak Atas Tanah
Sebagai akibat dari rencana pembangunan perumahan adalah masalah pelaksanaan
pembebasan tanah. Tanah yang sebelumnya dimiliki oleh masyarakat setempat
berganti kepemilikan melalui proses ganti rugi. Masalah yang muncul adalah belum
siapnya masyarakat untuk melepaskan kepemilikan tanah sebagai tempat sumber
penghidupannya untuk berganti/alih pekerjaan. Berubahnya pola hidup sosial
masyarakat setempat dari masyarakat petani menjadi masyarakat industri/jasa, dan
sebagainya.
3. Alokasi tanah dan ruang yang kurang tepat akibat pasar tanah dan perumahan yang
cenderung mempengaruhi tata ruang sehingga berimplikasi pada alokasi tanah dan ruang
yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan pembangunan dan kondisi ekologi daerah yang
bersangkutan.
4. Terjadi masalah lingkungan yang serius didaerah yang mengalami tingkat urbanisasi dan
industrialisasi tinggi serta eksplotasi sumber daya alam.
5. Komunitas lokal tersisih akibat orientasi pembangunan yang terfokus pada pengejaran
target melalui proyek pembangunan baru, berorientasi kepasar terbuka dan terhadap
kelompok masyarakat yang mampu dan menguntungkan
6. Urbanisasi didaerah tumbuh cepat sebagai tantangan bagi pemerintah untuk secara positif
berupaya agar pertumbuhan lebih merata
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal dan hunian yang dilengkapi dengan prasarana. Lingkungan adalah kelengkapan
dasar fisik lingkungan seperti penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya
listrik, telepon, dan jalan. Pemukiman adalah kawasan yang didominasi oleh lingkungan
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan dan tempat kerja yang
memberikan pelayanan dan kesempatan kerja yang terbatas.
Peraturan dan perundang-undangan yang mengatur perumahan dan pemukiman
adalah UU No. 4 tahun 1992, Persyaratan Kesehatan Perumahan (Keputusan Mentri
Kesehatan Indonesia no. 829/Menkes/SK/7/1999), Peraturan Menteri No. 02/PRT/M/2016,
UU RI No. 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan pemukiman. Persyaratan
kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah lokasi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas
tanah didaerah perumahan dan pemukiman, prasarana dan sarana lingkungan, vektor
penyakit, dan penghijauan.
B. Saran
Dalam menyikapi kondisi permukiman masyarakat yang masih belum sepenuhnya
memenuhi standar atau syarat kesehatan, maka diperlukan upaya edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat, mengubah perilaku dan tindakan yang lebih
baik, pengawasan dan kebijakan yang mengarah pada perubahan yang lebih baik.