Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DESA SIAGA

A. PENGERTIAN
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa yang
dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Kesatuan
Republik Indonesia.(Depkes.2007)

KONSEP DESA SIAGA


Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri (Depkes RI,2006). Konsep desa
disini serupa dengan desa, kelurahan, nagari, dan lain-lain yang sepadan.

B. TUJUAN DIBENTUK DESA SIAGA


1. Tujuan umum
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli dan tanggap
terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan) di desanya.
2. Tujuan khusus
1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
2. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
3. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap
risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
(bencana, wabah penyakit, dan lainnya).
4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

1
C. DASAR HUKUM KEBIJAKAN DESA SIAGA
1. LANDASAN HUKUM DESA SIAGA

Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 574 / Menkes / SK / IV/ 2000


telah ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010.Visi
tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup
dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
sehinggamemiliki derajat kesehatan yang setinggi - tingginya. Beberapa landasan hukum
pelaksanaan desa siaga :
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Nomor 4337) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4587);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4588);

2
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4737);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/ Kota kepada Desa;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan
Lembaga Kemasyarakatan;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelimpahan
Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota kepada Lurah;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564 tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1529 tahun 2010
15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Selaku Wakil
Pemerintaha di Daerah.
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564 Tahun 2006 tentang Pengembangan
Desa Siaga
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 317 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis
Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang
kesehatan di Kabupaten/ Kota
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Minimal.
( PENJELASAN LENGKAP NO 14 dan 17 )

3
2. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1529/MENKES/SK/X/2010

Menetapkan :

Kesatu: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN UMUM


PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF

Kedua: Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu tercantum dalam Lampiran Keputusan
ini.

Ketiga: Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan sebagai


acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.

Keempat: Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sebagaimana dimaksud


dalam Diktum Kedua berada di bawah koordinasi Pusat Promosi Kesehatan
Kementerian Kesehatan.

Kelima: Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pedoman ini dilaksanakan


oleh:

a. Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan


sektor terkait lainnya; dan
b. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota
berkoordinasi dengan Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa.

Keenam: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

3. DESA SIAGA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA Nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN PENGAMBANGAN DESA SIAGA
Kriteria: Sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah memiliki
sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

4
Target: Pada akhir tahun 2008, seluruh Desa telah menjadi Desa Siaga. Indikator
keberhasilan: Dilihat dari 4 kelompok indikator yaitu: Indikator masukan Indikator
masukan adalah indicator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam
rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut:
1. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa
2. Ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bengunan serta pelengkapan/peralatannya
3. Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan) Indikator proses Indikator proses adalah
indicator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu Desa dalam
rangka pengambangan Desa Siaga.

D. LATAR BELAKANG
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka seluruh desa di
Indonesia dituntut untuk menjadi desa yang sehat dengan berbagai Indikator. Syarat
Desa Sehat adalah dengan membentuk Desa Siaga. desa yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut
telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

Perlu mengetahui masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat


mempengaruhi kesehatannya, baik sebagai individu, keluarga, ataupun sebagai
bagian dari anggota masyarakat. Seiring dengan program Desa Siaga yang
dicanangkan oleh Departemen Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan
telah menerapkan standar perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan
komponen seperti yang ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan
masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi
dimana prakteknya tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi
kesehatan, pendidikan kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas
pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut

5
usia (lansia),maupun pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat
rendah seperti pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain
sebagainya.

Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen


Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar
perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti yang ada
pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut
bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan
manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan
masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan
ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan
kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.

E. KEGIATAN DESA SIAGA


Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai
berikut:

1. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga


Pemilihan pengurus dan kader desa siaga dilakukan melalui pertemuan
khusus para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil
masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan
tata cara dan kriteria yang berlaku dengan difasilitasi oleh puskesmas.
2. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, pengelola dan kader desa yang telah
ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi/pelatihan
dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan pedoman
orientasi/pelatihan yang berlaku. Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan
yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga
(sebagaimana telah dirumuskan dalam rencana operasional), yaitu meliputi

6
pengelolaan Desa Siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan Poskesdes,
pengembangan dan pengelolaan UKBM lain, serta hal-hal penting terkait seperti
kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, posyandu,
kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP). Kegawat daruratan sehari-hari,
kesiapsiagaan bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD),
diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangn melalui
Taman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dan lain-lain
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain
Dalam hal ini, pembangunan poskesdes bisa dikembangkan dari polindes
yang sudah ada. Apabila tidak ada polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan
dalam rencana kerja tentang alternatif lain pembangunan Poskesdes. Dengan
demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan – membangun
baru dengan fasilitasi dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari
donatur, membangun baru dengan swadaya masyarakat atau memodifikasi
bangunan lain yang ada.
Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan
dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan belum ada di desa yang
bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang/tidak aktif
4. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat
ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan
dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem
surveilans berbaris masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan
penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana, pemberantasan penyakit menular
dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, penggalangan dana,
pemberdayaan masyarakat menuju kadarzi dan PHBS, penyehatn lingkungan,
serta pelayanan kesehatan dasar (bila diperlukan). Selain itu, diselenggarakan pula
pelayanan UKBM-UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan
berpedoman kepada panduan yang berlaku.

7
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh
Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan
pengembangn Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral

Indikator Keberhasilan Pengembangan Desa Siaga

 Indikator masukan (input), seperti ada/tidaknya forum masyarakat desa,


poskesdes atau sarananya, tenaga kesehatan, dan UKBM lain.
 Indikator proses (process), seperti frekuensi pertemuan masyarakat desa, ada atau
tidaknya kunjungan rumah kadarzi dan PHBS, serta berfungsi atau tidaknya
Poskesdes, UKBM yang ada, sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan bencana, dan sistem surveylans (pengamatan dan pelaporan).
 Indikator pengeluaran (output), seperti cakupan pelayanan kesehatan Poskesdes,
pelayanan UKBM yang ada, rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah
untuk kadarzi dan PHBS, serta jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang
dilaporkan atau diatasi.
 Indikator dampak (outcome), seperti jumlah jiwa yang menderita sakit (angka
kesakitan kasar) dan gangguan jiwa, jumlah ibu melahirkan yang meninggal
dunia, juga jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia serta menderita gizi
buruk.

Indikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut:


1. Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
2. Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lainnya
3. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
4. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan
PHBS Indikator dampak Adalah indicator untuk mengukur seberapa besar
dampak dari hasil kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Indikator dampak terdiri atas hal-hal berikut:
1. Jumlah penduduk yang menderita sakit
2. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa
3. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
4. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
5. Jumlah balita dengan gizi buruk

Anda mungkin juga menyukai

  • PTM DM Puskesmas
    PTM DM Puskesmas
    Dokumen46 halaman
    PTM DM Puskesmas
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • BAB I Bebat-1
    BAB I Bebat-1
    Dokumen3 halaman
    BAB I Bebat-1
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • 5.2. Jamban Keluarga
    5.2. Jamban Keluarga
    Dokumen3 halaman
    5.2. Jamban Keluarga
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Desa Siaga
    Desa Siaga
    Dokumen8 halaman
    Desa Siaga
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Ulkus
    Bab Iii Ulkus
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii Ulkus
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Chest Thrust
    Chest Thrust
    Dokumen2 halaman
    Chest Thrust
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Kritis Pda
    Kritis Pda
    Dokumen12 halaman
    Kritis Pda
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • 1 Lembar Konsul Fix
    1 Lembar Konsul Fix
    Dokumen2 halaman
    1 Lembar Konsul Fix
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • 40097
    40097
    Dokumen7 halaman
    40097
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Bu Nia
    Bu Nia
    Dokumen5 halaman
    Bu Nia
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen2 halaman
    Analisa Data
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Choking
    Choking
    Dokumen5 halaman
    Choking
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi
    Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi
    Dokumen10 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi
    Ariie Purnayani
    50% (2)
  • Lampiran Lampiran
    Lampiran Lampiran
    Dokumen4 halaman
    Lampiran Lampiran
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Demografi
    Demografi
    Dokumen4 halaman
    Demografi
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Chest Thrust
    Chest Thrust
    Dokumen2 halaman
    Chest Thrust
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • 5.2. Jamban Keluarga
    5.2. Jamban Keluarga
    Dokumen3 halaman
    5.2. Jamban Keluarga
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Judul Aida
    Judul Aida
    Dokumen2 halaman
    Judul Aida
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • 5.2. Jamban Keluarga
    5.2. Jamban Keluarga
    Dokumen3 halaman
    5.2. Jamban Keluarga
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • 5.1. Rumah Sehat
    5.1. Rumah Sehat
    Dokumen4 halaman
    5.1. Rumah Sehat
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • BAB I Bebat-1
    BAB I Bebat-1
    Dokumen3 halaman
    BAB I Bebat-1
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Sampah
    Sampah
    Dokumen5 halaman
    Sampah
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Demografi
    Demografi
    Dokumen4 halaman
    Demografi
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • 5.3. Polusi 2
    5.3. Polusi 2
    Dokumen8 halaman
    5.3. Polusi 2
    Ni Putu Rika Melyana
    Belum ada peringkat
  • 5.3. Polusi 2
    5.3. Polusi 2
    Dokumen8 halaman
    5.3. Polusi 2
    Ni Putu Rika Melyana
    Belum ada peringkat
  • Limbah
    Limbah
    Dokumen7 halaman
    Limbah
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsul Kti
    Lembar Konsul Kti
    Dokumen1 halaman
    Lembar Konsul Kti
    nur aidah
    Belum ada peringkat
  • Cover Bebat
    Cover Bebat
    Dokumen1 halaman
    Cover Bebat
    nur aidah
    Belum ada peringkat