Anda di halaman 1dari 9

BAB I

IDENTITAS PASIEN

A. Identitas

Nama : Ny. J

Umur : 31 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status marital : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Talakanene

B. Anamnesa

Keluhan utama

Rasa kebal pada wajah sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien masuk ke poli RS dengan keluhan rasa kebaspada wajah sebelah kanan sejak 3 hari
yang lalu. Pasien tidak bisa menutup kelopak matanya sebelah kanan dan sulit untuk
menggerakkan bibir agar tersenyum pada bagian kanan. Pengecapan pada lidah bagian kanan
menurun. Pasien tidak merasakan pusing, sakit kepala, demam, mual muntah. BAB dan BAK
normal.

1
Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat keluhan serupa sebelumnya : diakui


 Riwayat stroke sebelumnya : disangkal
 Riwayat penyakit DM : disangkal
 Riwayat PJK : disangkal
 Riwayat cedera kepala/trauma kepala : disangkal
 Riwayat operasi : disangkal
 Riwayat batuk lama : disangkal
 Riwayat minum OAT : disangkal
 Riwayat gangguan tidur dan perilaku : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat keluhan serupa di keluarga : disangkal


 Riwayat stroke pada keluarga : disangkal
 Riwayat DM pada keluarga : disangkal

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E4V5M6

Tanda vital

 Tekanan Darah : 120/80 mmHg


 Nadi : 80x /menit
 Pernapasan : 22 x/menit
 Suhu : 36oC

D. Status Generalis

2
Kepala : normocephal

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Hidung : deviasi septum (-), sekret (-)

Telinga : normotia, secret (-)

Mulut : normal

Leher : tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tiroid

Thoraks

 Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi/tanda bekas operasi


 Palpasi : vocal fremitus normal
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi : -suara napas vesicular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

-bunyi jantung I dan II normal, regular, tidak ada gallop dan


murmur

Abdomen :

 Inspeksi : abdomen datar


 Palpasi : bising usus normal
 Perkusi : timpani diseluruh region abdomen
 Auskultasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), spelonemgaly (-)

E. Status Neurologis

Kesadaran : compos mentis

GCS : E4V5M6

3
Rangsang Meningeal

 Kaku kuduk : negatif


 Kernig : negative
 Lasegue : negative
 Brudzinski I,II : negatif

F. Fungsi vegetative

Miksi : dalam batas normal

Defekasi : dalam batas normal

4
PEMBAHASAN

A. Definisi
Bell Palsy disebut juga idiopathic facial paralysis (IFP), adalah umumnya terjadi
paralisis wajah unilateral yang paling sering terjadi didunia , salah satu kelainan umum
neurologi nervus cranial. Bell Palsy ini terjadi secara bertahap dan tidak diketahui
penyebabnya.

B. Epidemiologi
Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan terhadap penyakit ini. Namun
perempuan muda berusia 10-19 tahun lebih mudah terkena Bell palsy daripada laki-laki
dalam kelompok usia muda yang sama. Sebuah dominasi sedikit lebih tinggi diamati pada
pasien yang lebih tua dari 65 tahun (59 kasus per 100.000 orang), dan tingkat insiden lebih
rendah diamati pada anak-anak dari usia 13 tahun (13 kasus per 100.000 orang). Insiden
terendah ditemukan pada orang muda dari 10 tahun, dan insiden tertinggi adalah pada orang
berusia 60 tahun atau lebih. Usia puncak adalah antara 20-40 tahun. Penyakit ini juga terjadi
pada orang tua berusia 70-80 tahun.

C. Etiologi
Penyebab tersering adalah virus herpes simpleks-tipe 1. Penyebab antara lain :
 Infeksi virus lain
 Neoplasma : setelah pengangkatan tumor otak (neoroma akustik)
 Trauma : fraktur basal tengkorak, luka ditelinga
 Neurologis : sindrom Guilan Barre
 Metabolik : kehamilan, diabetes mellitus hipertiroid dan hipertensi
 Toksik : alcohol, tetanus, dan karbonmoksida

D. Patofisiologi
Pada kerusakan karena sebab apapun di jaras kortikobulbar atau bagian bawah
korteks motorik primer, otot wajah muka sisi kontralateral akan memperlihatkan kelumpuhan

5
jenis UMN. Ini berarti bahwa otot wajah bagian bawah tampak lebih jelas lumpuh daripada
bagian atasnya. Sudut mulut sisi yang lumpuh tampak lebih rendah. Lipatan nasolabial sisi
yang lumpuh mendatar. Jika kedua sudut mulut disuruh diangkat, maka sudut mulut yang
sehat dapat terangkat. Otot wajah bagian dahi tidak menunjukkan kelemahan yang berarti.
Ciri kelumpuhan fasialis UMN ini dapat dimengerti, karena subdivisi inti fasialis yang
mengurus otot wajah diatas alis mendapatkan inervasi kortikal secara bilateral. Sedangkan
subdivisi inti fasialis yang mengurus otot wajah lainnya hanya mendapati inervasi kortikal
secara kontralateral saja.
Lesi LMN bisa terletak di pons, disudut serebelo-pontin, di os petrosum atau kavum
timpani, diforamen stilomastoideum dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis. Lesi di
pons yang terletak didaderah sekitar inti nervus abdusens bisa merusak akar nervus fasialis,
inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN
tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi.
Proses patologik di sekitar meatus akustikus internus akan melibatkan nervus fasialis dan
akustikus. Maka dalam hal tersebut, paralisis fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan
tuli perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah).

E. Gejala Klinik

Biasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya kelumpuhan pada


salah satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat gigi/berkumur
atau diberitahukan oleh orang lain/keluarga bahwa salah satu sudutnya lebih rendah. Bell’s
palsy hampir selalu unilateral. Gambaran klinis dapat berupa :

 Onset akut > 48 jam


 Lagoftalmus disertai dorsorotasi bola mata. Karena kedipan mata yang berkurang
maka akan terjadi iritasi oleh debu dan angin, sehingga menimbulkan epifora.
 Dahi dan alis tidak dapat dikerutkan pada sisi yang terkena
 Pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan
nasolabialis akan menghilang, sudut mulut menurun, bila minum atau berkumur air
menetes dari sudut ini

6
 Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak
mengembung.
 Disamping itu makanan cenderung terkumpul diantara pipi dan gusi sisi yang
lumpuh.
 Rasa kesemutan atau mati rasa
 Hiperakusis

F. Diagnosis
1) Anamnesa
Bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat
dikerutkan. Fisura palpebra tidak ditutup dan pada usaha untuk memejam mata
terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir
tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan.
2) Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan fungsi motorik N. Fasialis yang sistematik yaitu dengan mengamati
kelainan asimetris yang timbul pada wajah akibat kelumpuhan salah satu otot wajah
3) Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan fungsi sensorik yaitu dengan menilai dengan daya pengecapan
(citarasa). Hilangnya atau mengurangnya daya pengecapan dinamakan ageusia dan
hipogeusia. Bilamana pengecapan asin dirasakan sebagai asam-manis dan
sebagainya, maka daya pengecapan yang abnormal itu dinamakan pargeusia.
G. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
 Terapi kortikosteroid : prednisone dosis 60 mg/hari selama 5 hari
kemudian diturunkan menjadi 40 mg/hari selama 5 hari
 Terapi antivirus : acyclovir 400 mg 5 kali sehari selama 7 hari

Fisioterapi

1. Pemanasan
 Pemanasan superfisial dengan infra red.

7
 Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau Microwave Diathermy
2. Stimulasi listrik

Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk


mencegah/memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu proses regenerasi dan memperkuat
otot yang masih lemah. Misalnya dengan faradisasi yang tujuannya adalah untuk
menstimulasi otot, reedukasi dari aksi otot, melatih fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi
serta mencegah/meregangkan perlengketan. Diberikan 2 minggu setelah onset.

3. Latihan otot-otot wajah dan massage wajah

Latihan gerak volunter otot wajah diberikan setelah fase akut. Latihan berupa
mengangkat alis tahan 5 detik, mengerutkan dahi, menutup mata dan mengangkat sudut
mulut, tersenyum, bersiul/meniup (dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh).
Massage adalah manipulasi sitemik dan ilmiah dari jaringan tubuh dengan maksud untuk
perbaikan/pemulihan. Setelah lewat fase akut diberi Deep Kneading Massage sebelum latihan
gerak volunter otot wajah. Deep Kneading Massage memberikan efek mekanik terhadap
pembuluh darah vena dan limfe, melancarkan pembuangan sisa metabolik, asam laktat,
mengurangi edema, meningkatkan nutrisi serabut-serabut otot dan meningkatkan gerakan
intramuskuler sehingga melepaskan perlengketan. Massage daerah wajah dibagi 4 area yaitu
dagu, mulut, hidung dan dahi. Semua gerakan diarahkan keatas, lamanya 5-10 menit.

H. Prognosis
Perjalanan alamiah Bell’s palsy bervariasi dari perbaikan komplit dini sampai cedera
saraf substansial dengan sekuele permanen. Sekitar 80-90% pasien dengan Bells palsy
sembuh total dalam 6 bulan, bahkan pada 50-60% kasus membaik dalam 3 minggu. Sekitar
10% mengalami asimetri muskulus fasialis persisten, dan 5% mengalami sekuele yang berat
serta 8% kasus dapat rekuren.

8
KESIMPULAN

Seorang pasien 35 tahun masuk ke poli RS dengan keluhan rasa kebas pada wajah
sebelah kanan sejak 3 hari yang lalu. Pasien tidak bisa menutup kelopak matanya sebelah
kanan dan sulit untuk menggerakkan bibir agar tersenyum pada bagian kanan. Pengecapan
pada lidah bagian kanan menurun. Pasien tidak merasakan pusing, sakit kepala, demam, mual
muntah. BAB dan BAK normal.

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E4V5M6

Tanda vital

 Tekanan Darah : 120/80 mmHg


 Nadi : 80x /menit
 Pernapasan : 22 x/menit
 Suhu : 36oC

Status neurologis : didapatkan gangguan pada Nervus VII

Dextra Sinistra
Mengangkat alis - +
Kerutan dahi - +
Menutup mata - +
Menyeringai - +
Daya pengecap 2/3 depan menurun +

Diagnosis klinis : Parese Nervus VII dextra tipe perifer

Diagnosis topis : nervus VII

Diagnosis etiologi : susp. Bells palsy

Anda mungkin juga menyukai